HAKEKAT AKHLAK
A.PENGERTIAN AKHLAK
Secara linguistik, makna akhlak diturunkan dari bahasa Arab, yang artinya:
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu tindakan atau sikap
dapat diklasifikasikan sebagai etis jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Tindakan akhlak adalah tindakan yang tertanam dalam jiwa manusia, dari
mana kepribadiannya diwujudkan.
2) Tindakan akhlak adalah tindakan yang dapat dengan mudah dilakukan tanpa berpikir.
3) Tindakan akhlak adalah tindakan yang berasal dari dalam diri pelaku tanpa adanya
tekanan atau tekanan dari luar.
4) Perilaku akhlak adalah perilaku yang dilakukan secara nyata, bukan untuk bersenang-
senang atau main-main.
Suatu ilmu dipelajari karena ada kegunaannya. Oleh karena itu, mempelajari ilmu akhlak
akan membuahkan hikmah yang besar bagi yang mempelajarinya, antara lain:
1.Kemajuan rohani
Seseorang dapat membedakan mana perbuatan baik dan buruk. Sesorang akan selalu
berusaha memlihara diri agar senantiasa berada si garis akhlak yang mulia, dan menjauhi segala
bentuk tindakan yang tercela yang dimurkai oleh Allah.
2. Penuntun kebaikan
Bukan hanya sekedar memberitahu mana yg baik dan buruk, melainkan juga
mempengaruhi dan mendorong manusia supaya membentuk hidup yang lurus dengan melakukan
kebaikan yang mendatangkan manfaat bagi sesama manusia.
C. PEMBAGIAN AKHLAK
Bersifat sabar
Kesabaran dapat di bagi menjadi empat kategori yaitu: Pertama, sabar menanggung
beratnya melaksanakan kewajiban. Kedua, sabar menanggung musibah atau cobaan. Ketiga,
sabar menahan penganiayaan dari orang. Keempat, sabar menanggung kemiskinan.
1.Kebiasaan manusia
Sikap seseorang mungkin tidak tercermin dalam tindakan atau tidak tercermin dalam
perilaku sehari-hari tetapi ada kontradiksi antara sikap dan perilaku.
3.Nafsu
Nafsu berasal dari bahasa arab yaitu nafsun yang artinya niat. Nafsu adalah keinginan yang
kuat dari hati. Nafsu adalah sekelompok kekuatan kepercayaan dan s y ahwat yang ada pada
manusia. Menurut Kartini Kartono, nafsu adalah dorongan batin yang sangat kuat,
memiliki kecenderungan yang sangat besar yang dapat mengganggu keseimbangan fisik. Nafsu
dapat menyingkirkan segala pertimbangan pikiran, mempengaruhi kewaspadaan hati nurani
dan menyingkirkan keinginan-keinginan baik lainnya.
A. PENGERTIAN ETIKA
Secara etimologi, ada dua pendapat mengenai asal-usul kata etika, yakni;
pertama, etika berasal dari bahasa Inggris, yang disebut dengan ethic (singular) yang
berarti suatu sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang
ethics (dengan tambahan hurufs) dapat berarti singular. Jika ini yang dimaksud maka
ethics berarti suatu cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-prinsip moral. Jika
ethics dengan maksud plural (jamak) berarti prinsip-prinsip moral yangdipengaruhi
oleh perilaku pribadi.
Kedua, etika berasal dari bahasa Yunani, yang berarti ethikos yang mengandung
arti penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan, dan sikap yang mengandung
analisis konsep-konsep seperti harus, mesti benar-salah, mengandung pencarian ke
dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral, serta mengandung pencarian
kehidupan yang baik secara moral. Sedangkan dalam bahasa Yunani kuno, etika berarti
ethos, yang apabila dalam bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, adat, akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam
bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita membatasi diri pada asal
usul kata ini, maka "etika" berarti ilmu tentang apa yang biasa di lakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan. Arti inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya etika
yang oleh Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa istilah etika dalam Islam lebih
dikenal dengan istilah akhlak. Secara etimologis, kata akhlak adalah bentuk masdar
dalam Bahasa Arab dari kata akhlaqa-yukhliqu-ikhlaqan yang berarti perangai,
kelakuan, tabiat atau watak dasar, kebiasaan atau kelaziman, peradaban yang baik,
dan agama. Walaupun kata akhlak memiliki makna tabiat, perangai, kebiasaan
bahkan agama tetapi tidak ditemukan dalam Al- Qur'an, yang ditemukan hanyalah
bentuk tunggal dari kata itu yaitu khuluq. Adapun dalam hadits dapat ditemukan kata
akhlak, seperti dalam hadits dari Abu Hurairah ra di bawah ini:
Jika di telusuri secara bahasa juga ada kesesuaian antara kata akhlaq (perbutan/
tingkah laku), Khaliq (Pencipta) dan makhluq (makhluk/yang diciptakan). Kesesuaian
ini menandakan bahwa akhlak adalah sebagai media bagi makhluknya dalam
berhubungan dengan Tuhannya.
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat dari para ulama tentang akhlak,
di antaranya adalah:
1)Ibnu Maskawih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang
mendorong ke arah melakukan perbuatan tanpa memikirkan (lebih lama).
2) Al-Qurthubi mengatakan bahwa perbuatan yang bersumber dari diri manusia
yang selalu di lakukan, maka itulah yang disebut akhlak karena perbuatan
tersebut bersumber dari kejadiannya.
3) Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa (manusia) yang melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa
memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan.
4) Abu Bakar Jabir Al-Jaziry mengatakan akhlak adalah bentuk kejiwaan yang
tertanam dalam diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik dan
buruk, terpuji dan tercela
Sudah cukup banyak para ahli yang berbicara mengenai etika. Ahmad Tafsir
secara sederhana mengatakan bahwa etika merupakan budi pekerti menurut akal. Etika
merupakan ukuran baik buruk perbuatan manusia menurut akal. 30
Amsal Bakhtiar dengan nada yang berbeda mengartikan etika dalam dua makna,
yakni;
Etika sebagai kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan-perbuatan manusia dan
Etika sebagai suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain.
B. PENGERTIAN MORAL
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, mores, yaitu jamak
dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.
1
H. Muhammad Arifin, M.Pd,dkk,Buku Ajar Akhlak dan Etika, ( Jakarta Selatan 2020) hlm.34-35
Selanjutnya pengertian moral dijumpai pula dalam The Advanced Leaner's
Dictionary of Current English. Dalam buku ini dikemukakan beberapa pengertian
moral sebagai berikut.
1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk;
2. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah;
3. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
Berdasarkan kutipan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah
yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari
dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa
orang tersebut tingkah lakunya baik.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dan lainnya kita dapat
mengatakan bahwa antara etika dan moral memiliki objek yang sama, yaitu sama-
sama membahas tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya ditentukan
posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.
Pertama kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia
baik atau buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam
pembicaraan moral tolok ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan
berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat
pemikiran filosofis dan berada dalam dataran konsep-konsep, sedangkan etika berada
dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.
Dengan demikian, tolok ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah
laku manusia adalah adat-istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.
Dalam perkembangan selanjutnya istilah moral sering pula didahului oleh kata
kesadaran, sehingga menjadi istilah kesadaran moral. Ahmad Charris Zubair dalam
bukunya berjudul Kuliah Etika mengatakan bahwa kesadaran moral merupakan faktor
penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila,
dan perbuatannya selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral ini
didasarkan atas nilai-nilai yang benar-benar esensial, fundamental.
Orang yang memiliki kesadaran moral akan senantiasa jujur. Sekalipun tidak ada
orang lain yang melihatnya, tindakan orang yang bermoral tidak akan menyimpang,
dan selalu berpegang pada nilai-nilai tersebut. Hal ini terjadi karena tindakan orang
yang bermoral itu berdasarkan atas kesadaran, bukan berdasar pada sesuatu kekuatan
apa pun dan juga bukan karena paksaan, tetapi berdasarkan kesadaran moral yang
timbul dari dalam diri yang bersangkutan.
Kesadaran moral erat pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa
asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan dalam bahasa Arab
disebut dengan qalb, fu'ad. Dan kesadaran moral itu mencakup tiga hal. Pertama
perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. Perasaan ini
telah ada dalam setiap hati nurani manusia, siapa pun, di mana pun dan kapan pun.
Kewajiban tersebut tidak dapat ditawar- tawar, karena sebagai kewajiban maka
andaikata dalam pelaksanaannya tidak dipatuhi berarti suatu pelanggaran moral.
Berdasarkan pada uraian tersebut kita dapat sampai pada suatu kesimpulan,
bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan
atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sistem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan
ketenteraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional,
berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam
diri seseorang maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang
demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada
dorongan atau paksaan dari luar. Orang yang demikian adalah orang yang memiliki
kesadaran moral atau orang yang telah bermoral2.
C. PENGERTIAN SUSILA
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan
akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu sudan sila. Su berarti
baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih
baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang
yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Para pelaku zina (pelacur)
misalnya sering diberi gelar sebagai tuna susila.
Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya.
Dan kesusilaan sama dengan kesopanan."2 Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu
kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan
memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan di mana orang selalu
menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
Sama halnya dengan moral, pedoman untuk membimbing orang agar berjalan
dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan
mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat3.
Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dika takan bahwa etika, moral, susila dan akhlak
sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia
untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki
terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram
sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya.Perbedaan antara etika, moral, dan susila
2
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2012, hlm. 77-80
3
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2012, hlm. 80-81
dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan
baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran,
dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat,
maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah
Al-Qur'an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoretis, maka pada moral dan susila
lebih banyak ber-sifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum,
sedangkan moral dan susila bersifat lokal dan individual. Etika menjelaskan ukuran
baik-buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk
perbuatan. Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan
dan membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika,
moral dan susila berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif
diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara
akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Our'an dan
hadis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia,
sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
Kajian-kajian ke-Islaman sudah menunjukkan dengan jelas bahwa keberadaan
wahyu bersifat mutlak, absolut dan tidak dapat diubah. Dengan demikian, akhlak
sifatnya juga mutlak, absolut dan tidak dapat diubah. Sementara etika, moral dan susila
sifatnya terbatas dan dapat diubah.
Dalam pelaksanaannya norma akhlak yang terdapat dalam Our'an dan al-Sunnah
itu sifatnya dalam keadaan “belum siap pakai Jika Al-Our'an misalnya menyuruh kita
berbuat baik kepada ibu-bapak, menghormati sesama kaum muslimin, dan menyuruh
menutup aurat, maka suruhan tersebut belum dibarengi dengan cara-cara, sarana,
bentuk dan lainnya. Bagaimanakah cara menghormati kedua orang tua tidak kita
jumpai dalam Al-Our'an dan al-hadis. Demikian pula bagaimana cara kita menghormati
sesama muslim dan menutup aurat juga tidak dijumpai di dalam Al-Our'an. Cara-cara
untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada dalam Al-Our'an dan al-Hadis itu
memerlukan penalaran atau ijtihad para ulama dari waktu- waktu. Cara menutup aurat,
model pakaian, ukuran dan potongannya yang sesuai dengan ketentuan akhlak jelas
memerlukan hasil pemikiran akal pikiran manusia dan kesepakatan masyarakat untuk
menggunakannya. Jika demikian adanya maka ketentuan baik-buruk yang terdapat
dalam etika, moral dan susila yang merupakan produk akal pikiran dan budaya
masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk menjabarkan ketentuan akhlak yang
terdapat dalam Al-Our'an. Tanpa bantuan usaha manusia dalam bentuk etika, moral dan
susila, ketentuan akhlak yang terdapat di dalam Al- Our'an dan al-Sunnah akan sulit
dilaksanakan.
Dengan demikian, keberadaan etika, moral dan susila sangat dibutuhkan
dalam rangka menjabarkan dan mengoperasionalisasikan ketentuan akhlak yang
terdapat di dalam Al-Our'an. Di sinilah letak peranan dari etika, moral dan susila
terhadap akhlak. Pada sisi lain akhlak juga berperan untuk memberikan batas-batas
umum dan universal, agar apa yang dijabarkan dalam etika, moral dan susila tidak
bertentangan dengan nilai- nilai yang luhur dan tidak membawa manusia menjadi sesat.
Dalam keadaan demikian pada ajaran akhlak itu terdapat sisi-sisi yang absolut
dan universal yaitu ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur'an, dan terdapat sisi-sisi
yang bersifat terbatas dan berlaku secara lokal, yaitu pada saat ketentuan yang absolut
dan universal itu telah dijabarkan oleh etika, moral dan susila.
Namun demikian, bisa saja terjadi bahwa antara akhlak dengan etika, moral dan
susila menunjukkan keadaan yang tidak sejalan. Hal ini bisa terjadi pada masyarakat
yang dalam berpikirnya bersifat liberal, ateis dan sekuler sebagaimana terjadi di Barat.
Banyak alasan atau dalil yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa Islam
sangat toleran dan akomodatif terhadap berbagai produk pemikiran dan budaya yang
dihasilkan manusia termasuk pemikiran dalam bidang akhlak. Pertama, di dalam Al-
Our'an banyak ayat-ayat yang menyuruh manusia agar menggunakan akal
pikirannya guna memahami rahasia kekuasaan Tuhan. Hasil kerja akal terhadap
pemahaman rahasia Tuhan itu mesti dihargai. Sebab jika tidak, maka untuk apa Tuhan
memerintahkan manusia menggunakan akal pikirannya. Akal digunakan untuk kegiatan
membaca, menelaah, membandingkan, mengklasifikasikan, menganalisis dan
menyimpulkan berbagai fenomena alam dan sosial yang diamati, yang semuanya itu
sebagai tanda kekuasaan Tuhan. Demikian pentingnya peranan akal dalam beragama
dapat kita pahami dari hadis Nabi yang berbunyi:
“Agama itu adalah penggunaan akal, tiada agama bagi orang yang tidak berakal.”
Apa yang dihasilkan akal pikiran terhadap agama itu dapat berupa konsep, teori,
rumusan dan pemikiran filsafat. Semua ini diterima sepanjang tidak bertentangan
dengan Al-Our'an dan al-hadis. Apa yang dihasilkan akal pikiran ini adalah yang
digunakan dalam etika, karena etika sumbernya adalah akal pikiran. Dengan demikian,
diterimanya hasil pemikiran dalam Islam, menunjukkan bahwa etika diterima dalam
akhlak Islam, sebagai sarana untuk menjabarkan ajaran akhlak yang terdapat dalam
wahyu.
Peranan akal pikiran sebagai penentu baik buruk yang dikembangkan dalam
etika itu sebenarnya telah dikembangkan lebih jauh oleh kalangan teologi
Muktazilah. Menurut aliran ini bahwa akal manusia dapat mengetahui adanya Tuhan
(MT), kewajiban mengetahui Tuhan (KMT), mengetahui baik dan jahat (MBJ),
kewajiban melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (KMB)).4 Dengan demikian
bagi kalangan Muktazilah, walaupun wahyu tidak diturunkan, seseorang tidak bebas
berbuat sesukanya tanpa hukum, atau bebas melakukan apa saja. Seseorang tetap harus
percaya kepada Tuhan dan melakukan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan
yang jahat, karena ada akalnya. Apa yang dihasilkan berupa ketetapan akal harus
dilaksanakan dengan baik. Dengan kata lain, Muktazilah mengakui adanya hukum akal,
dan hukum akal ini dalam bentuk konkretnya adalah ajaran etika sebagaimana
telah dikemukakan di atas.
Kedua, di dalam kajian hukum Islam, dijumpai adanya sumber hukum berupa
al-'uruf yaitu kebiasaan atau adat-istiadat yang berkembang dalam masyarakat. Sumber
hukum ini digunakan sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Our'an dan al-Hadis.
Adat yang demikian itulah yang digunakan sebagai salah-satu ketetapan hukum, sesuai
dengan kaidah yang mengatakan al-adat muhakkamah, kebiasaan itu menjadi
ketetapan. Menurut keterangan al-Oadi bahwa munculnya kaidah tentang perlunya adat
sebagai salah-satu sumber hukum Islam adalah karena adanya hadis Nabi yang isinya
mengakui pendapat atau kesepakatan orang-orang Islam. Hadis tersebut selengkapnya
berbunyi: “Sesuatu yang oleh orang-orang Islam dipandang baik, maka yang demikian
itu dalam pandangan Allahpun baik pula.”
4
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2012, hlm. 81-86
budi pekerti adalah kesadaran perbuatan atau perilaku seseorang. Dari segi
etimologi kata, istilah budi pekerti adalah gabungan dari dua 2 kata yaitu budi dan
pekerti.
Arti kata budi sendiri adalah sadar, nalar, pikiran atau watak.
Sedangkan arti kata pekerti adalah perilaku, perbuatan, perangai, tabiat, watak. Yang
jika disimpulkan bahwa budi pekerti merupakan sesuatu yang berkaitan sangat erat
mengenai karakter manusia baik dalam sifat maupun perbuatan,yang dilakukan dengan
kesadaran.
Sedangkan pengertian budi pekerti menurut KBBI adalah tingkah laku, akhlak,
perangai atau watak. Dalam bahasa Arab, istilah budi pekerti sendiri disebut dengan
akhlak dan dalam bahasa Inggris disebut dengan ethic, yang artinya adalah etika.
Penerapan budi pekerti dalam kehidupan sehari memberi pengaruh positif bagi
lingkungan. Ketika setiap individu menunjukkan perilaku baik maka orang lain juga
akan menilai orang tersebut sebagai orang yang baik.
Perilaku yang baik ini bisa ditunjukkan melalui kebiasaan yang sederhana,
misalnya dengan bersikap sopan, membiasakan diri dengan senyum dan sapa atau
sering menggunakan kata tolong, maaf dan terimakasi.
Dengan kebiasaan yang baik, pastinya dalam sebuah lingkungan akan merasakan
dampak yang baik pula. Adapun contoh lain dari penerapan budi pekerti antara lain :
Menanamkan nilai moral sejak dini kepada kaum muda.
Meningkatkan sumber daya manusia dengan watak yang mulia.
Meningkatkan kesadaran remaja mengenai pembentukan karakter yang
positif.
BAB III
HAKIKAT BERAKHLAK KEPADA ALLAH SWT
Akhlak kepada Allah adalah kita melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi
laranganya seperti yang terdapat di dala Al-qur’an dan sunnah Berupa ketaatan.
Meyakini bahwa tidak ada yang patut kita sembah dan ibadahi kecuali ibadah dan
sesembahan kepda Allah, yang di kenal dengan tauhid uluhiyah, dan meyakini bahwa
hanya Allah sajalah yang menciptakan dunia ini, memberi rizky, menghidupkan dan
mematikan atau di kenal dengan tauhid rububiyah srta meyakini dan mengimani akan
nama di sifat Allah sesuai dengan yang di kabarka-Nya dalam AL-Qur’an maupun
hadits sahih, yang di kenal dengan tauhid asma wa sifat.
Akhlak kepada allah ; ada beberapa hal yang sangat penting dilaksanakan oleh
orang beriman; pertama, mengakui keesaan Allah, dengan landasan utamanya surat al-
ikhlas yang artinya:
Katakanlah ya muhammad dia allah yang maha esa. Allah yang berhak untuk di
sembah, dia tidak beranak dan tidak pula di peranakkan dan tidak ada satupun yang
menyerupainya.5
Kemudian yang kedua adalah; menghadapkan segala puji kepada Allah. Pedoman
utama dalam hal ini adalah surat al-fatihah: 2 segala puji bagi Allah. Ketiga, mengabdi
dan meminta pertolongan hanya kepada Allah saja, landasan surat al-fatihah ayt: 5.
Keempat, bertawakkal kepada Allah setelah habis ikhtiar, landasanya surat ali imran:
159;
“Agama itu adalah penggunaan akal, tiada agama bagi orang yang tidak berakal.”
Apa yang dihasilkan akal pikiran terhadap agama itu dapat berupa konsep, teori,
rumusan dan pemikiran filsafat. Semua ini diterima sepanjang tidak bertentangan
dengan Al-Our'an dan al-hadis. Apa yang dihasilkan akal pikiran ini adalah yang
digunakan dalam etika, karena etika sumbernya adalah akal pikiran. Dengan demikian,
diterimanya hasil pemikiran dalam Islam, menunjukkan bahwa etika diterima dalam
akhlak Islam, sebagai sarana untuk menjabarkan ajaran akhlak yang terdapat dalam
wahyu.
Peranan akal pikiran sebagai penentu baik buruk yang dikembangkan dalam
etika itu sebenarnya telah dikembangkan lebih jauh oleh kalangan teologi
Muktazilah. Menurut aliran ini bahwa akal manusia dapat mengetahui adanya Tuhan
(MT), kewajiban mengetahui Tuhan (KMT), mengetahui baik dan jahat (MBJ),
kewajiban melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (KMB). Dengan demikian
bagi kalangan Muktazilah, walaupun wahyu tidak diturunkan, seseorang tidak bebas
berbuat sesukanya tanpa hukum, atau bebas melakukan apa saja. Seseorang tetap harus
percaya kepada Tuhan dan melakukan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan
yang jahat, karena ada akalnya. Apa yang dihasilkan berupa ketetapan akal harus
dilaksanakan dengan baik. Dengan kata lain, Muktazilah mengakui adanya hukum akal,
dan hukum
akal ini dalam bentuk konkretnya adalah ajaran etika sebagaimana telah
dikemukakan di atas.
Kedua, di dalam kajian hukum Islam, dijumpai adanya sumber hukum berupa
al-'uruf yaitu kebiasaan atau adat-istiadat yang berkembang dalam masyarakat. Sumber
hukum ini digunakan sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Our'an dan al-Hadis.
Adat yang demikian itulah yang digunakan sebagai salah-satu ketetapan hukum, sesuai
dengan kaidah yang mengatakan al-adat muhakkamah, kebiasaan itu menjadi
ketetapan. Menurut keterangan al-Oadi bahwa munculnya kaidah tentang perlunya adat
sebagai salah-satu sumber hukum Islam adalah karena adanya hadis Nabi yang isinya
mengakui pendapat atau kesepakatan orang-orang Islam. Hadis tersebut selengkapnya
berbunyi:
Dalam ruang lingkup ini, terdapat 28 ayat berlafadz “ ya ayyuha al- ladzina
amana yang berbicara tentang akhlak kepada Allah SWT dan Rasulullah kesemua ayat
ni memiliki muatan akhlak kepada Allah,rasulnya maupun keduanya, dan memiliki
dimensi kalimat langsung. Artinya, dalam memerintahkan atau melarang seseorang
mukmin, Allah menggunakan bahasa yang langsung pada konten-konten yang di
maksud. Misalnya pada ayat berikut:
“ hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan rasul-Nya, dan
janganlah kamu berpaling daripada-Nya. Sedang kamu mendengar (perintah-perintah-
nya). (QS Al-Anfal).
Ayat-ayat berlafadz “ya ayyuha al-ladzina amanu” dalam ayat diatas merupakan
bentuk pendidikan terhadap Allah dan rasul-Nya untuk selalu beriman, taat, dan patuh
pada apa yang di perintahka-Nya dan yang di larang-Nya. Ayat-ayat ini memberikan
pendidikan yang dalam bagi kaum mukmin untuk meyakini bahwa dengan selalu
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi laranga-Nya akan melahirkan pribadi muslim
yang berakhlakul karimah. Jadi, menekankan akhlak kepada Allah SWT dan rasul ini
sangat penting karena merupakan salah satu bentuk pendidikan akhlak yang bisa
memebentuk karakter seorang mukmin.
Mencintai Allah
Kapan anak di kenalkan kepada Allah? Ketika anak sudah mulai berbicara dan
bertanya, lalu anda sering menyebut asma Allah, anak pun akan bertanya siapa Allah
itu. Demikian pula ketika anak sudah mulai beribadah, mereka pun akan bertanya untuk
apa beribadah. Lalu, anda menjawab agar Allah semakin sayang dan cinta kepadamu6.
Anak pun akan bertanya, siapa itu Allah?
Segala sesuatu tidak timbul dengan sendirinya. Segala sesuatu itu di ciptakan oleh
Allah SWT. Anak pada akhirnya harus memahami bahwa dirinya dan juga orang lain di
ciptakan oleh Allah SWT. Allah ada meliputi seluruh alam ini. Manusia tidak bisa
melihat Allah, namun dapat merasakan kehadira-Nya. Hal ini bisa di analogikan
dengan udara yang dapat di rasakan, tetapi tidak dapat dilihat. Bagaimana manusia bisa
merasakan kehadiran Allah? Ya, manusia bisa hidup, bisa merasakan sedih dan
gembira, bisa mengalami sesuatu, bisa mengalami siang dan malam, serta bisa
bertambah besar. Semua proses itu pasti ada yang mengaturnya yaitu Allah azza wa
jalla.
Adanya perasaan wajib ini menunjukkan bahwa suara batin harus selalu ditaati,
karena suara batin justru sebagai kesadaran bahwa seseorang merasa mempunyai beban
atau kewajiban mutlak, untuk melaksanakan sesuatu, tidak ada kekuatan apa pun yang
berhak mengganggu atau menghalangi pelaksanaannya.
6
amri syafri. Pendidikan karakter berbasis AL-Qur’an/ulil amri syafri_jakarta: rajawali pers,2012. Hlm 164
BAB IV
HAKEKAT BERAKHLAK KEPADA RASULULLAH
Allah berfirman :
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa
olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang – orang yang beriman.”
(Q.S. at-taubah : 128)
Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai umat
islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya.
Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup
beliau, sehingga dari situ kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.
Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada seluruh
umat manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak boleh
didustakan. Beliau adalah sebaik- baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah,
derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.
Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk,
yang diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad
bagi seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua orang
islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna
mengimani ajaran Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan
berhukum dengan ketetapannya.
Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai
olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R.
Bukhari Muslim).
ققُ ْل ِإنْ ُك ْنتُ ْم تُ ِحبُّ ْونَ هللاَ فَاتَّبِ ُع ْونِى يُ ْحبِ ْب ُك ُم هللاُ َويَ ْغفِ ْرلَ ُك ْم ُذنُ ْوبَ ُك ْم َوهللاُ َغفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم
Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS 3:31).
C.Taat
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang
diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi
dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat al-
Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk menaati nabi Muhammad Saw. diantaranya ada
yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah sebagaimana firman-Nya :
ُ …يَـأيُّ َها ْالَ ِذيْنَ َءا َمنُو ْا َأ ِط ْي ُعو ْا هَّللا ُ َوَأ ِط ْي ُعو ْا ال َّر
سو ُل
“… Maka hendaklah orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat
cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S. An-Nur : 63).
Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq, bid’ah,
atau siksa pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti Rasulullah
sebagai sebab hamba mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan atas dosa-dosanya,
sebagai petunjuk dan mendurhakainya sebagai suatu kesesatan. Kunci kemuliaan seorang
mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya, karena itu para sahabat
ingin menjaga citra kemuliaannya dengan mencontohkan kepada kita ketaatan yang luar
biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul sama
kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat kepada
Allah dan Rasul- Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan
pemeliharaan dari azab dan siksa Allah swt, di dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:
Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan
memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang yang
jujur, orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik
teman yang harus kita miliki.
Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu kunci untuk
bisa masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa
yang dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman.
D.Menghidupkan Sunnah
Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu pilihan,
tetapi kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan
Rasul-Nya adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan
menaati sunnahnya serta mengikuti petunjuknya,Allah berfirman :
ُس ُل فَ ُخ ُذوه ْ … َما نَ َه ُك ْم َع ْنهُ فَاْنَت
َ َ َواتَّقُو ْا هَّللا َ ِإنَّ هَّللا،َهثو ْا
ِ ش ِد ْي ُد ال ِعقَا
ُ ب َو َمآ َءاَئـى ُك ُم ال َّر
‚… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras
hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr :7).
Secara umum bid’ah adaah sesat karena berada diluar perintah Allah Swt dan Rasul-
Nya, akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa Nabi membenarkan banyak
persoalan yang sebelumnya belum pernah beliau lakukan. Kemudian dapat disimpulkan
bahwa semua bentuk amalan, baik itu dijalankan
atau tidak pada masa Rasulullah, selama tiak melanggar syari’at dan mempunyai
tujuan , niat
mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridho-Nya, serta untuk mengingat
Allah serta Rasul- Nya adalah sebagian dari agama dan itu dperbolehkan dan diterima.
Sebagaimana nabi bersabda :
“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap manusia akan
mendapat sekedar paa yang diniatkan, siapa yang hijrahnya (tujuannya) itu adalah karena
Alah dan Rasul-Nya, hijrahnya(tujuan) itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)
Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada sabda Rasulullah :
“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Juga hadis Rasulullah:
“barang siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama
ia ditolak”.
Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru diakukan itu
membawa kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama atau tidak. Jika ilmu agama
sedangkal itu orang tidak perlu bersusah payah memperoleh kebaikan.Ditambah lagi
tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu amalan adalah kata-kata sebagai berikut :
Rasulullah tidak pernah memerintah dan mencontohkannya. Begitu pula para sahabat tidak
ada satupun diatara mereka yang mengerjakannya. Dan jikalau perbuatan itu baik kenapa
tidak dilakukan oleh Rasulullah, jika mereka tidak melakukan kenapa harus kita yang
melakukannya. Bahkan dengan hal itumereka menyebutkan bahwa hal baru seperti tahlilan
atau berzikir bersama adalah bid’ah, dan itu adalah sesat.Dimana harus kita fahami macam-
macam sunnah, antara lain adalah :
Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan para
sahabat juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau, yaitu yang
dilakukan oleh para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan yasinan.
Tidak lain para ulama yang melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil dari kitabullah
yang menganjurkan agar manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil tentang pahala bacaan
dan amal ibadah. Dan berbuat kebaikan ini banyak caranya asalkan tidak bertentangan
dengan Islam.Mari kita rujuk ayat al-qur’an berikut
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras
hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr :.7)
Dalam ayat ini jelas bahwa perintah untuk tidak melakukan segala sesuatu jika telah
tegas dan jelas larangannya.Dan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh
bukhari :”Jika aku menyuruhmu melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampumu dan
jika aku melarangmu melakukan sesuatu, maka jauhilah.”.
Maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa bid’ah yang dianggap sesat adalah
menghalalkan sebagian dari agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Serta bertentangan
dengan yang telah disyari’ atkan oleh Islam. Contoh bid’ah sesat yang mudah adalah
sengaja shalat tidak menhadap kiblat,mengerjakan shalat dengan satu sujud, atau yang
lebih banyak terjadi adalah bagi masyarakat keraton yaitu mendo’akan orang yang telah
meninggal dengan sesaji serta memohon kepada Allah dan berdzikir menggunakan sesaji.
Itulah yang dianggap sesat karna sesaji tidak ada dalam Islam dan itu menyimpang dari
syari’at Islam.Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat
penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
Contoh-contoh sunnah Rasulullah adalah :
Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar mereka
mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para malaikat-Nya telah
bershalawat kepada beliau dan Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya agar
mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau. Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Saw. ‘Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan
penuh penghormatan kepadanya.”(Q.S. Al-Ahzab : 56)
“Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam jum’at,
barang siapa yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya 10 kali”
Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca shalawat
kepada Nabi, diantaranya adalah :
a. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.
b. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang bershalawat sekali
untuk beliau.
c. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat.
d. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi
permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang
tinggi) kepada beliau pada hari kiamat.
e. Sebab diampuninya dosa-dosa.
f. Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang yang mengucapkan
shalawt dan salam kepadanya.
Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia dan berlepas diri dari musuh mereka,
adalah masalah penting yang telah diwajibkan oleh islam dan telah dianggapnya sebagai
bagian dari cabang agama. Rasulullah menggambarkan ahlil baitnya sebagai suatu benda
yang berat dan berharga, sebandingdengan al-qur’an dan benda berharga lainnya.
Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama
seharusnya tidak hanya memahami tentang beluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki
sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti
inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan
agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu
bukanlah ulama yang sesungguhnya dan berarti tidak ada kewajiban bagi kita untuk
menghormatinya.
Rasulullah menyebut keluarga sucinya sebagai jalan kebebasan, pintu keselamatan,
dan cahaya petunjuk. Rasulullah juga mewajibkan kita untuk mencintai dan menaati
mereka. Dari abi dzarr ia berkata, ‘saya mendengar Rasulullah Saw bersabda’:
“Jadikanlah ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala bagi tubuh dan tidak
ubahnya dua mata bagi kepala. Karena sesungguhnya tubuh tidak akan memperoleh
petunjuk kecuali dengan kepala, dan begitu juga kepala tidak akan memperoleh petunjuk
kecuali dengan kedua mata.”.
Beriman kepada kitab-kitab allah yang diturunkan kepada rasulullah saw ialah rukun
iman yang ketiga, karena allah swt telah mengutuskan rasul-rasulnya dengan bukti-bukti
yang jelas serta menurunkan kepada mereka kitab-kitab yang menjadi rahmat kepada alam
semesta. Menjadi petunjuk kepada mereka untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat,
juga sebagai pedoman hidup yang akan mereka lalui dan penyelesai kepada semua perkra
yang menjadi perselisihan dikalangan mereka.
س ِۚط
ْ ِاس ِبا ْلق ِ سلَنَا ِبا ْلبَيِّ ٰن
ُ َّت َواَ ْن َز ْلنَا َم َع ُه ُم ا ْل ِك ٰت َب َوا ْل ِم ْي َزانَ لِيَقُ ْو َم الن ُ س ْلنَا ُر
َ ٌ لَقَ ْد اَ ْر
a. Taurat
Taurat adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa as sebagai pedoman hidup
bagi bani israil. Firman allah swt:
7
Nurul Indana,Noor Fatiha,Amina Ba’dho”Nilai-Nilai Pendidikan Islam (Analisis Buku Misteri Nabi Nuh
Karya Yosep Rafiqi)”(jombang:STIT Al-Urwatul Wutsqo,2020),Vol.2, No.2
“Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami jadikannya petunjuk bagi
Bani Israil (dengan firman), “Janganlah kamu mengambil (pelindung) selain Aku”.(QS.Al-
Isra:2)
Adapun isi pokok kitab taurat adalah:
b. Zabur
Zabur adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud as untuk dijadikan pedoman
hidup bagi kaumnya. Firman allah swt:
“Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di bumi. Dan sungguh,
Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain),
dan Kami berikan Zabur kepada Dawud”
Isi dari kitab zabur adalah nyanyian pujian kepada allah atas segala nikmat illahiah.
c. Injil
Injil adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa as pedoman dan petunjuk bagi
bani israil. Firman allah swt:
“Dan Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami menurunkan Injil
kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan membenarkan Kitab yang
sebelumnya yaitu Taurat, dan sebagai petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang
bertakwa”
Isi pokok kitab injil adalah ajaran untuk hidup dengan zuhud dan menjauhi kerasukan
dan ketamakan dunia. Ini dimaksudkan untuk meluruskan kehidupan orang-orang yahudi
yang materialistis
d. Al Qur’an
Al quran adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW
sebagai petunjuk hidup umatnya. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang hanya
terbatas untuk satu kaum, al quran tidak hanya diturunkan untuk bngsa arab, melainkan
untuk seluruh umat. Firman allah swt:
ۡ اِنَّ ۤا اَ ۡن
َزَل ٰنهُ قُ ۡر ٰءنًا َع َربِيًّا لَّ َعلَّ ُكمۡ ت َۡعقِلُ ۡون
“Sesungguhnya Kami menurunkannya sebagai Qur'an berbahasa Arab, agar kamu
mengerti.”8
1. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Mencakup 4 perkara:
1. Mengimani bahwa kitab-kitab itu diturunkan dari sisi allah SWT dengan sebenar-
benarnya.
2. Mengimani nama kitab-kitab yang wajib kita ketahui diantaranya kitan Zabur,
Taurat, Injil dan Al-qur’n.
3. Membenarkan berita-berita yang shahih yang dikandungnya, seperti berita-berita
yang terdapat dalam al-qur’an atau pada kitab-kitab yang ada sebelum al-qur’an.
4. Mengamalkan hukum-hukum yang belum dihapus didalamnya juga ridha
menerimanya baik memahami pada hikmahnya ataupun tidak.9
8
Adya Sukma Dewi”Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah INSKLUSI”(Univ Pendidikan
Indonesia,2016)
9
Yufi Mohammad Nasrullah, Yasya Fauzan Wakila, Nurul Fatonah”Peneguhan Karakter Islam Peserta Didik
Melalui Rukun Iman Dengan Metode 3P (Peneguhan Pengamalan Pembiasaan)” Jurnal Pendidikan Universitas
Garut
BAB VI
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA
Jika hak kerabat dan sanak keluarga telah ditegaskan secara jelas, maka sanak
keluarga dari kelahiran merupakan perkara yang ebih khusus dan lebih penting. Nabi saw,
bersabda,
" برا لولد بن افضل من الصالة و الصدقة والحج والعمرة والجهاد في بيل هللا
"Berbuat baik kepada kedua orang tua lebih utama daripada shalat, sedekah, puasa, baji
umrah, dan berjihad dijalan Allah"
¹Diriwayatkan oleh Muslim
²Abu Ya'la dan ath-Thabrani dalam as-Shaghir dan al-Aushat meriwayatkan dari
hadits Anas ra. Seorang lelaki datang kepada Rasullah seraya berkata, Sesungguhnya aku
ingin jihad tapi aku tidak mampu, Nabi saw bertanya, "Apakah salah seorang dari orang
naamu masih ada? Orang itu menjawab, ibuku, Nabi saw bersabda, Menghadaplah kepada
Allah dengan berbuat baik kepadanya. Jika kamu telah melakukan hal itu maka kamu
sudah haji umrah dan jihad," Sanadnya hasan.
کل غالم رهين أو رهيئة بعقيقته تذبع عنه يوم السابع و يعلق رأسه
" Setiap bayi tergadai oleh aqiqahnya , maka disembelihkanlah (kambing) untuknya dan
dicukurlah rambutnya pada hari ketujuh (setelah kelahirannya)."⁶
Seseorang datang kepada Abdullah ibnu al - Mubarak mengadukan anaknya .
Abdullah ibnu al - Mubarak bertanya , " apakah engkau telah mendoakan kecelakaannya ?
" Orang itu menjawab " Ya " Abdullah ibnu al - Mubarak berkata . " Kamu telah
merusaknya . "
Kita dianjurkan untuk bersikap lemah lembut kepada anak Al - Aqra " bin Haris
pernah melihat Nabi , menciumi cucu beliau al - Hasan . Lalu AL - Aqra ' berkata , "
Sesungguhnya aku punya sepuluh anak tetapi aku belum pernah mencium seorang pun di
antara mereka . " Nabi saw bersabda .
إن من ال يرحم ال يرحم
" Sesungguhnya orang yang tidak menyayangi tidak akan pernah disayang . "⁷
Hasan pernah tersandung , sedangkan nabi saw , ketika itu sedang berada di atas
mimbar . Lalu Nabi . Turun menggendong nya seraya membacakan firman Allah . "
Sesungguhnya harta dan anak - anakmu adalah fitnah . "⁸
Abdullah bin Syadad berkata , " Ketika Rasulullah saw , shalat mengimami orang -
orang tiba - tiba Husain datang lalu menaiki tengkuk beliau ketika beliau sedang bersujud ,
lalu Nabi saw , memanjangkan sujud sampai - sampai orang mengira terlah terjadi sesuatu .
Setelah selesai shalat orang - orang bertanya . " Ya Rasullah ,⁶Diriwayatkan oleh para
pemilik kitab berkata , " Hasan Shahih ⁷Diriwatkan oleh Bukhari ⁸Diriwayatkan oleh para
pemilik kitab as - Sunah. At - Tirmidzi berkata . " Hasan Gharib . "
sesungguhnya engkau telah memanjangkan sujud sampai kami mengira telah terjadi
sesuatu ? ' Nabi saw bersabda
إن ابني قد ارتعلنى فكرهت أن أمجله حتى يقضي حاجته
"Cucuku telah menaikiku, lalu aku tidak ingin menyegerakannya sebelum ia menyelesaikan
kebutuhannya.⁸
Dalam hal ini terdapat beberapa pelajaran ; Pertama , kedekatan kepada Allah ,
karena seorang hamba sangat dekat kepada Allah ketika ia sujud . Kedua , sikap lemah
lembut dan berbuat baik kepada anak . Ketiga , memberikan pengajaran kepada umatnya.
inilah beberapa hadits yang menunjukkan penegasan adanya hak kedua orang tua ,
karena ikatan ini lebih kuat daripada ikatan persaudaraan , bahkan mayoritas ulama ada
yang menambahkan bahwa menaati orang tua dalam hal - hal yang mengandung syubhat ,
hukumnya wajib walaupun dalam hal - hal yang jelas ( murni ) keharamannya tidak wajib .
Bahkan apabila keduanya merasa terganggu karena anda tidak ikut makan bersama
mereka , maka Anda mesti ikut makan bersama mereka , karena meninggalkan syubhat
merupakan sikap hati - hati ( wara ' ) sedangkan ridha kedua orang tua adalah kewajiban .
Begitu pula , Anda tidak boleh bepergian untuk suatu tujuan yang mubah ataupun
yang sunnah kecuali dengan izin orang tua . Keluar untuk menuntut ilmu adalah sunnah ,
kecuali jika Anda menuntut ilmu yang wajib , seperti ilmu tentang shalat dan puasa ,
sedangkan di ne / ' geri Anda tidak ada orang yang bisa mengajari Hal ini sama dengan
seseorang yang masuk Islam kepadanya , maka ia wajib hijrah meninggalkan negeri itu dan
tidak ada keterikatan dengan hak kedua orang tuanya .
⁹Diriwayatkan oleh an - Nasa'i dan al - Hakim , ia berkata , " Sahih berdasarkan
syarat Bukhari dan Muslim . "
Abu Sa'id al - Khudri berkara . " Seorang lelaki berhijrah dari Yaman kepada Rasullah saw ,
dan ia ingin berjihad.lalu Rasullah saw bertanya .
. هي باليمن أبواك ؟
''Apakah di Yaman masih ada kedua orang tuamu ? "
Orang itu menjawab , ' Ya . ' Nabi saw . Bertanya lagi .
هل أننا لك ؟
Apakah keduanya telah memberikan izin kepadamu ? Orang itu menjawab , Tidak . ' Nabi
saw bersabda
فإن فعال فجاهد وإال فير هما فإن ذلك خير ما تلقى هللا به بعد توحید. فارجع إلى أبويك فاستأذنهما
'Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan mintahlah izin dari keduanya Jika keduanya
memberi izin , maka engkau boleh berjihad dan jika keduanya tidak mengizinkan , maka
berbuat baiklah kepada keduanya karena hal itu merupakan sesuatu yang paling baik yang
engkau hava bertemu dengan Allah setelah tanibid . "
Datanglah lagi yang lain kepada Nabi saw . Untuk meminta pendapat beliau tentang
keikutsertaanya dalam peperangan . Lalu Nabi saw bertanya .
ا لك والدة ؟
'Apakah engkau masih memiliki seseorang ibu ? "
Orang itu menjawab , Ya , ( masih ada ) . " Nabi saw bersabda
فالزمها فإن هللا عند رجليها
" Selalulah bersamanya karena sesungguhnya surga itu berada dikedua kakinya.¹⁰
¹⁰Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibban
BAB VII
Akhlak terhadap lingkungan
Sebagai seorang makhluk sosial yang artinya saling membutuhkan satu dengan yang
lainnya, sudah seharusnya kita menghargai lingkungan. Masyarakat dan lingkungan
adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat Perilaku dan tindakan
manusia dalam kehidupan keseharian berpengaruh pada kualitas lingkungan dimana ia
tinggal.10 Lingkungan terdiri dari berbagai jenis dan kita akan bahas akhlak kepada
lingkungan tersebut satu persatu.
1. Lingkungan Alami
Jenis lingkungan pertama adalah lingkungan yang terbuat secara alamiah atau tanpa
campur tangan manusia. Sudah seharusnya sebagai seorang muslim melestarikan alam
sebagai nikmat yang tak terhingga. Memanfaatkan alam dengan baik merupakan salah satu
contoh berakhlak kepada lingkungan.
Hal ini diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits RasulullahSAW, yang berbunyi
:
2. Lingkungan Buatan
Berbeda dengan lingkungan alami, lingkungan buatan terbentuk akibat adanya usaha
dari manusia. Jenis lingkungan ini biasanya melibatkan teknologi, baik teknologi sederhana
10
Umanailo, M Chairul Basrun. “Hakikat Dan Makna Lingkungan Bagi Kesejahteraan.” LawArXiv, 31 Dec.
2020. Web.
11
Hasnawati.(2020).akhlak kepada lingkungan.jurnal pendais,(2),217.
maupun teknologi modern. Bicara soal akhlak kepada lingkungan buatan tidaklah sulit,
karena sangat berdampingan dengan kehidupan sehari hari seperti tidak membuang sampah
di selokan dan senantiasa menjaga fasilitas buatan yang diciptakan manusia itu sendiri.
3. Lingkungan Sosial
Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain.
Interaksi sosial yang terjadi pada manusia ini membentuk lingkungan yang disebut
lingkungan sosial. Tentunya kita memiliki adab dan etika dalam bersosialisasi dengan yang
terdekat dengan kita yaitu keluarga lalu tetangga, teman, guru, murid dan sebagainya. Ada
baiknya kita menjaga silahturahmi di lingkungan sosial maka dengan demikian kita telah
berakhlak kepada lingkungan sosial.
BAB VIII
BERAKHLAK PADA DIRI SENDIRI
Manusia dilengkapi dengan seperangkat alat yang lengkap yang dapat digunakan
untuk melaksanakan tugas dan kewajiannya. Karena manusia memiliki kapasitas untuk
menjadi sujek di satu sisi dan menjadi ojek di sisi lain.
Tugas dan kewajian manusia terhadap dirinya sendiri adalah memelihara adan
dengan memenuhi keutuhannya seperti pangan, sandang dan papan dan memelihara rohani
dengan memenuhi kebutuhannya berupa pengetahuan, kebebasan, dan lain sebagainya
sesusai dengan tuntutan fitrahnya, sehingga ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik
sebagai manusia sejati. dengan kata lain Islam memerintahkan manusia untuk berlaku adil
terhadap dirinya.
Kewajian manusia terhadap dirinya sendiri juga disertai dengan larangan menyakiti
diri sendiri, merusak diri sendiri dan menyiksa diri sendiri baik secara fisik (memotong dan
melukai tubuh ) maupun secara rohani ( membiarkan itu larut dalam kesedihan). Itu
disyariatkan dalam ajaran islam sesuai dengan firman Allah QS. Al- Qur’an : 195
هّٰللا هّٰللا
ِ سنُ ْوا ۛ اِنَّ َ يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْح
َسنِيْن ِ سبِ ْي ِل ِ َواَل تُ ْلقُ ْوا ِبا َ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى التَّ ْهلُ َك ِة ۛ َواَ ْح
َ َواَ ْنفِقُ ْوا فِ ْي
Terjemahan
Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri)
ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.13
Jadi kesimpulannya, kewajian manusia terhadap dirinya sendiri adalah memenuhi
kebutuhan hidup baik lahir maupun batin. Secara fisik Islam menganjurkan penggunaan
benda-benda yang bersih sehat dan bermanfaat serta melarang penggunaan benda-benda
yang dapat menimbulkan kemudharatan. Islam juga melarang menggunakan segala sesuatu
yang memabukkan , memakan daging babi, karena semua itu meninbulkan kemudharatan
pada fisik. Islam juga tidak memperbolehkan orang telanjang tetapi mewajibkan mereka
untuk menutup aurat Islam juga menganjurkan kerja keras dan usaha yang halal atau tidak
selalu memohon belas kasihan.
C. sikap yang baik terhadap diri sendiri
12
Syarifah Habibah.” AKHLAK DAN ETIKA DALAM ISLAM” JURNAL PESONA DASAR Universitas Syiah Kuala Vol. 1 No. 4, (Oktober
2015), hlm 73 - 87
13
Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar STUDI AKHLAK, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004), hlm 145
Penerimaan diri adalah menerima diri sendiri dengan kekurangan dan kelebihannya.
dengan penerimaan diri ini, seseorang akan mengetahui siapa dirinya sebenarnya,
sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkannya
Keyakinan, bahwa orang dengan potensi yang dimilikinya memiliki kepercayaan diri
untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan kemampuannya dan melakukannya
dengan usaha yang maksimal.
membantu untuk mendapatkan rasa harga diri yang dapat mengarah pada pengakuan
masyarakat.14
14
Ibid.,hlm .146
BAB IX
AKHLAK MURID TERHADAP GURU
· س ا لَ ْم ا ا
َ لَ ْي
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan
tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
HAI Datang ke tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana sabda
Rosululloh saw :
“Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? obat dari ketidaktahuan adalah
bertanya ?” (HSR.Abu Dawud)
HAI Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar
mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu Alloh
berfirman :
· ا ا الَّ ِذيْنَ ا الَ لُ ْوا ا َء لَ ُك ْم
“Wahai orang-orang yang percaya, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang akan
dijawab oleh kalian.” ( Qs. Al-Maidah : 101)
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :
· سلِ ِميْنَ ا َل لَ ْم ِل لَتِ ِه ْ ا ْل ُم
“Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya
tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lalu menjadi diharamkan karena pertanyaannya itu.”
( HR. Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim )
Berkata Imam Maimun bin Mihron : “Pertanyaan yang bagus menunjukkan dari
kefahaman.” ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami' )
Menegur guru bila melakukan kesalahan dengan cara yang penuh hormat, sebagaimana sabda
Rosululloh :
· ْ سولِ ِه َألِئ َّم ِة ا ْل ُم
سلِ ِمينَ ا َّمتِ ِه ْم ُ لِ َمنْ ا َل هَّلِل ِ لِ ِكتَابِ ِه لِ َر: ْلنَا, ُص ْي َحة
ِ َّال ِّديْنُ الن
BAB X
AKHLAK GURU KEPADA MURID
Guru merupakan teladan yang harus diikuti oleh murid-muridnya, maka seorang guru
hendaknya membekali dirinya terlebih dahulu dengan ilmu yang luhur, akhlak yang mulia,
teladan yang baik dan contoh yang benar.17
Kewajiban pertama guru adalah menerima murid karena Allah, bukan untuk
kepentingannya sendiri, lalu memberikan nasehat bijak, memperhatikannya dengan mata
penuh kasih, memperlakukannya dengan lembut ketika ia tidak mampu menanggung
riyadhah, lantas mengasuhnya seperti orang ibu mendidik dan mengasuh bayinya dan seperti
seorang ayah penyayang nan bijak terhadap anaknya yang masih kecil.18
Sebagai tahapan awal, guru sebaiknya memberinya tugas yang paling ringan terlebih
dahulu dan tidak membebani nya diluar batas kemampuan. Jika satu tahap terlewati baru
beranjak ke yang lebih berat.
Pantang bagi seorang guru mengambil keuntungan materiil maupun jasa pelayanan dari
muridnya dalam kondisi apapun ia juga tidak mengharap ganti dari Allah atas jerih payahnya
mendidik murid. Ia harus mendidik dan mengajarinya karena Allah sebagai bentuk komitmen
menjalankan perintahnya. Sebab, murid yang datang sendiri bukan karena pilihan sang guru
maupun upaya penarikan, melainkan atas bimbingan Allah dan hidayahnya, merupakan
hadiah dari Allah, sehingga harus ia terima dan ia ajari dengan sebaik-baiknya.
Karena itu, ia tidak boleh memungut keuntungan apapun darinya, baik berupa materi
maupun jasa pelayanan, kecuali dalam koridor yang telah diatur Allah. Jalan terbaik dalam
hal ini adalah mempekerjakannya dalam pekerjaan produktif yang memberikan hasil material
bagi si murid dan guru. Dalam kondisi demikian, ia tidak boleh menolak apa yang diberikan
sang murid.
Guru mesti mendidik murid dengan penuh kesungguhan dan mendoakan kebaikan jika
menjumpai ada kekurangan atau kelesuan pada diri si murid. Guru harus bisa menjadi tempat
mengadu bagi murid, tempat yang aman untuk menyimpan rahasia mereka, tempat
berlindung, sekaligus motivator yang memompa semangat mereka dan mengokohkan
komitmen mereka untuk menapak jalan menuju Allah. Bukan malah menakut-nakuti dan
menjauhkannya dari jalan tersebut.
Guru mesti menjaga rahasia murid-muridnya dan tidak memberitahu siapapun
mengenai mengenai kondisi spiritual mereka. Ia mesti menyimpannya sebagai rahasia dan
tidak menyebarkannya kepada orang lain. Sebab, hal ini merupakan amanah. Jika ia melihat
murid melakukan tindakan yang tidak disukai bahkan dilarang oleh syariat maka guru harus
16
A.Mudjab Mahali dan Umi Mujawazah Mahali, Kode Etik Kaum Santri,(Bandung: Al-Bayan,Febuari,1988),hlm 10-14
17
Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah. Panduan Seorang Mukmin. Hal 113
18
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Buku Pintar Tawasuf. Hal 49
BAB XI
HAKIKAT BERAKHLAK KEPADA SESAMA MUSLIM
Persaudaraan atau persahabatan sesama muslim yang hakiki hanya terjadi jika dibangun
di atas ridho Ilahi, yaitu sesama muslim mereka bersaudara, dalam kitab suci Al Qur'an
dijelaskan pada surat Al Hujurat : 10.
“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik,atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan)
dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu” (QS Annisa : 86)
20
“janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri“(QS Lukman:18)21
“ Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat
mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka
tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam
Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang
mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus
di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka,
ampunan dan pahala yang besar”. (QS Al Fath : 29)
21
Muhammad Ali al-hasyimi, “The Ideal Muslim”, Mitra Pustaka,1, Januari 2000. Hl.310.
Seorang muslim tidak boleh memendam dendam, apalagi mendiamkan saudaranya
labih dari 3 hari. Hindari kata-kata "Tiada maaf bagi mu", hendaknya seorang muslim saling
memaafkan.
22
Muhammad, “The Ideal Muslim”, Mitra Pustaka, 1, Januari 2000. Hl. 271.
8. Menutupi aib saudaranya
Aib disini adalah aib individual, bukan aib yang bersifat umum. Siapa saja yang
menutupi aib saudaranya di dunia maka Allah akan menutupi aibnya di akhirat. Suatu ketika
seorang lelaki menemui Umar bin Khattab Radiallahu Anhu. Maksudnya menyampaikan satu
berita dengan harapan ia mendapat pujian dari Khalifah kedua ini. Dihadapan Umar ia
berkata: "Wahai Amirul Mukminin, saya melihat si Fulan dengan si Fulanah berpelukan di
balik pohon kurma." Lalu bagaimana reaksi Umar? Lelaki ini malah dijambak jubahnya oleh
Umar. Beliau sambil mengacungkan cambuk kepadanya seraya berkata: "Kenapa tidak kamu
tutupi kesalahannya dan harapkan kesadaran serta taubat mereka? Bukankah Rasulullah
Shallallahu 'alayhi wasallam telah mengatakan, 'Barangsiapa menutupi aib atau kesalahan
saudaranya, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia maupun akhirat." (Al Hadis).
9. Tidak su'udhon/ berburuk sangka
Terdapat dalam Surah Al-Hujurat:12
Artinya “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan
Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari
tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada
mereka. ... Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.23
23
Muhammad Ali al-hasyim, “The Ideal Muslim”, Mitra Pustaka, 1, Januari 2000.Hl. 288.
BAB XII
AKHLAK MUSLIM TERHADAP NON MUSLIM
Islam sejak awal mempunyai ibadah-ibadah tertentu yang wajib dilaksanakan oleh
kaum muslimin ( penganutnya ). Karena hal tersebut telah sama diakui dan telah di tetapkan
menjadi kewajiban mereka. Dan kaum muslimin tidak ada hubungan dengan pemeluk agama-
agama lainnya dalam masalah ibadah-ibada tersebut.
Namun demikian ajaran-ajaran ahlak tidak dilihat dari segi ini, umat islam
diperintahkan saling kenal mengenal dan saling berhubungan satu sama lain dengan seluruh
penghuni jagatraya ini dalam aspek-aspek kebaikan dan keutamaan yang tidak diragukan lagi.
Setiap muslim wajib melaksanakan perbuatan jujur, baik antar sesama maupun muslim
dengan non muslim. Demikian pula berbuat toleransi,menepati janji,sportip,kerja
sama,pemura dan lain sebagainya.
Allah telah memerintah agar kita kaum muslimin jangan terperangkap oleh kaum
yahudi dan nasrani didalam perdebatan yang membawa akibat permusuhan dan sedikitpun
tidak ada kebaikannya bagi agama.
Firman allah swt:
۞ ِم ْنهُ ْمcب اِاَّل ِبالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۖ ُن اِاَّل الَّ ِذي َْن ظَلَ ُم ْوا ِ اَ ْه َل ْال ِك ٰتcَواَل تُ َجا ِدلُ ْٓوا
ِ ي اُ ْن ِز َل اِلَ ْينَا َواُ ْن ِز َل اِلَ ْي ُك ْم َواِ ٰلهُنَا َواِ ٰلهُ ُك ْم َو
ٗاح ٌد َّونَحْ ُن لَه ْٓ َوقُ ْولُ ْٓوا ٰا َمنَّا بِالَّ ِذ
ُم ْسلِ ُم ْو َن
Artinya:
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik,
kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah, ”Kami telah
beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu;
Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.”( QS. Al-
ankabut, ayat:46 )
Kaumnya nabi musa as dan nabi isa as dianggap aneh, mengapa mereka selalu berdebat
dengan tajam dengan kaum muslimim tentang allah. Sebagaimana firman allah dalam al-
quran:
ٗقُلْ اَتُ َح ۤاجُّ ْونَنَا فِى هّٰللا ِ َوهُ َو َربُّنَا َو َربُّ ُك ۚ ْم َولَنَٓا اَ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْم اَ ْع َمالُ ُك ۚ ْم َونَحْ ُن لَه
ۙ ُم ْخلِص ُْو َن
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang
Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan kami, bagi kamu
amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan diri.”(QS. Al-
baqarah,ayat:139)
Dalam suatu riwayat, pada suatu ketika terjadilah peristiwa berikut:
seorang yahudi mempunyai piutang pada nabi Muhammad saw. Ia menagihnya sambil
berkata: “hai bani mutalib. Kalian orang-orang yang sulit membayar hutang”. umar bin
khatab merasa perlu menghajar(memukul) orang yahudi yang tidak sopan terhadap
(kedudukan) rasulullah. Dan ketika umar bin khatab hendak mengambil pedang untuk
membunuhnya, rasulullah saw. Menenangkan saiyidina umar r.a dengan sabdanya:
“ saya dan dia lebih utama yakni lebih berhak dari pada kamu. Kalua kamu mau,
perintahkanlah dia agar mengambilnya dengan cara baik. Dan kamu juga perintah
kepadaku agar aku membayar dengan baik pula”. ( H.R. AHMAD)
Allah telah memerintahkan kaum muslimin untuk berbuat adil sekalipun kepadaorang
jahat atau kafir.
Sabda rasulullah:
“doa orang-orang yang teraniaya itu mustajab dan jika ia berbuat jahat (ma’siat dengan
zina), maka kejahatanya menjadi tanggungan sendiri”.( H.R. thalami dari bin abi Hurairah b)
Dengan dalil-dalil al-quran dan hadits diatas,jelas bahwa islam telah menekannkan agar
jangan ada orangh islam yang berbuat seenaknya sendiri,melainkan segala langkah itu harus
dengan baik dan tidak menyalahi ajaran dan tutunan akhlak.
Suatu contoh dari akhlak yang baik ialah,melakukan sesuatu perbuatan serta sikap yang
baik kepada pemeluk agama dilur islam,sebagaimana diceritakan oleh ibnu umar sebagai
berikut.
pada waktu kambingnya sendiri yang dirumah disembelih oleh keluargannya,kemudian
beliau kembali dari berpergian, beliau tahu bahwa kambingnya sudah dipotong,maka ia
berkata “Hadiakan sebagian daging nya kepada tentangga kita yahudi.” Beliau berbicara
demikian sampai dua kali. Sebab saya mendengar nabi saw bersabda:
“ jibril berulang kali memberikan wasiat kepadaku tentang jiran tentangga seolah-
olah aku mengira bahwa jira itu mewarisi.” (H.R. Bukhari )
Islam memerintahkan manusiamelakukan silahturahim (menyambung tali
persaudaraan) terhadap kerabat-kerabatnya. Kendati mereka ingkat terhadap agama yang
dipeluknya. Karena kalu ia setia kepada kebenaran, tentu ia tidak akan membangkang kepada
keluarganya.
Sebagaimana firman allah dalam al-quran:
Firman allah swt:
اح ْبهُ َما
ِ ص َ ك ِب ٖه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما َو َ َْس ل َ ك بِ ْي َما لَي َ ك َع ٰلٓى اَ ْن تُ ْش ِر َ َواِ ْن َجاهَ ٰد
ي َمرْ ِج ُع ُك ْم فَاُنَبُِّئ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم
َّ َي ثُ َّم اِلَّ ۚ َاب اِل
َ َفِى ال ُّد ْنيَا َم ْعر ُْوفًا ۖ َّواتَّبِ ْع َسبِي َْل َم ْن اَن
تَ ْع َملُ ْو َن
Artinya:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-
Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.”( QS. Lukman ayat :15 )
Masalah tersebut kita tinjau dari segi perseorangan. Adapun dari segi umum isam telah
menentapkan, bahwa kekal(eksis)-nya kekuatan dan kejayaan serta kegemilangan
kebudayaan suatu bangsa,hanya bias dijamin dengan terjaminnya kehidupan moral pada
bangsa itu. Apabila moral bangsa itu telah runtuh, maka runtuh pulah negara dan bangsa itu.
Sebuah syair berkata:
” sesunggunya bangsa itu tergantung moralnya;bila rusak moral maka binasalah
bangsa itu.”
Syair ini sejalan dengan hadits nabi saw yang ditunjuk kepada kaum keluarganya yang
kebetulan karena kedudukannya yang mulia mereka berperan memimpin umat di jazirah arab
dan mengendalikan pemerintahan yang kuat. Rasulullah saw berpesan kepada mereka. Bahwa
kekuasaan tidak akan kuat kecuali disertai dengan kekuatan moral yang baik.
Dari annas bin malik r.a. pada waktu kami disebuah rumah yang kebetulan disitu ada
beberapa orang muhajirin dan ansar,tiba-tiba rasulullah saw dating dan kita semua
memberikan tempat untuk beliau; lalu rasulullah saw berdiri didekat pintu sambal memegang
tanganya dan bersabda:
“pemimpin-pemimpin dari orang-orang quraisy,aku mempunyai hak atasmuyang
sangat besar,dan merekapun juga mempunyai hak seperti itu,sepanjang mereka
melaksanakan tiga hal: (1) apabila diminta untuk membertikan kasih saying, mereka
berkasih sayag, (2) apabilah mereka menghakimi, mereka berbuat adil,(3) dan apabila
mereka berjanji mereka menunaikan janjinya.Maka barang siapa tidak mampu
melaksanakan tiga hal itu, baginya akan mendapat laknat allah dan malaikat serta manusia
semua”.
Didalam hadits ini dengan tandas dikemukakan bahwa sesungguhnya suatu bangsa
negara atau keluarga tidak mempunyai arti da kedudukan apa-ap, kecualai memiliki sifat-sifat
mulia yang dipertahankannya didunia/masyarakat dan mampu mencapai prestasi karya-
karyanya yang berguna.
Suatu gambaran seorang hakim yang membawah nama islam dalam al-quran, tapi
kemudian ternyata hakim tersebut tidak adil dalam mengadili suatu kasus/perkara, tidak
mempunyai tenggang rasa dalam kebutuhan da menepati janji,maka hakim tersebut,atas nama
islam dan al-quran,sesungguny telah melepaskan diri dari factor-faktor kemanusiaanya yang
utama. Dan jadilah ia orang yang berhak mendapat kutukan seluruh mahluk didunia.
“ apabila allah menghendaki kebaikan bagi suatu kam,maka dia mengangkat orang-
orang yang bijaksana (cendikiawan) sebagai pejabat yang mengelolah urusan mereka, dan
dia memberikan harta kepadaorang-orang yang pemurah. Dan apabila allah menghendaki
kejelekan bagi suatu bangsa/kaum, maka ia mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai
pejabat yang mengurus urusanmereka,dan dia menyerahkan hrta kekayaan kepada orang
yang kikit”.(H.R. Abu dawud)
Menurut imam ibnu taimiah:
“allah menghargai negara yang adil, kendati negara itu negara kafir. Dan allah
tidak menghargai negara dzolim, kendati negara itu negara islam.” 24
Muhammad Ali al-Hasyimi, “MUSLIM EDEAL”, MITRA PUSTAKA Celeban Timur UH III/548
25