Anda di halaman 1dari 48

BAB I

HAKEKAT AKHLAK

A.PENGERTIAN AKHLAK

Secara linguistik, makna akhlak diturunkan dari bahasa Arab, yang artinya:

1) Temperamen, tabiat, kebiasaan (dari akar kata huluqun).


2) Buat, ciptakan, ciptakan (diambil dari kata khalqun)
Secara Etimologi adalah :
1) Ibnu Maskawih, dalam bukunya Tahdzib Al-Akhlaq, mendefinisikan akhlak sebagai
keadaan jiwa manusia yang mendorongnya untuk bertindak tanpa pemikiran dan nalar.
2) Imam Ghazali, dalam bukunya Ihya 'Ulumuddin, mengatakan bahwa akhlak adalah
suatu definisi tingkah laku dalam jiwa yang darinya mudah lahir perbuatan tanpa
berpikir dan nalar.

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu tindakan atau sikap
dapat diklasifikasikan sebagai etis jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Tindakan akhlak adalah tindakan yang tertanam dalam jiwa manusia, dari
mana kepribadiannya diwujudkan.
2) Tindakan akhlak adalah tindakan yang dapat dengan mudah dilakukan tanpa berpikir.
3) Tindakan akhlak adalah tindakan yang berasal dari dalam diri pelaku tanpa adanya
tekanan atau tekanan dari luar.
4) Perilaku akhlak adalah perilaku yang dilakukan secara nyata, bukan untuk bersenang-
senang atau main-main.

B. KEGUNAAN MEMPELAJARI AKHLAK

Suatu ilmu dipelajari karena ada kegunaannya. Oleh karena itu, mempelajari ilmu akhlak
akan membuahkan hikmah yang besar bagi yang mempelajarinya, antara lain:

1.Kemajuan rohani
Seseorang dapat membedakan mana perbuatan baik dan buruk. Sesorang akan selalu
berusaha memlihara diri agar senantiasa berada si garis akhlak yang mulia, dan menjauhi segala
bentuk tindakan yang tercela yang dimurkai oleh Allah.

2. Penuntun kebaikan
Bukan hanya sekedar memberitahu mana yg baik dan buruk, melainkan juga
mempengaruhi dan mendorong manusia supaya membentuk hidup yang lurus dengan melakukan
kebaikan yang mendatangkan manfaat bagi sesama manusia.

3.Kebutuhan primer dalam keluarga


Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan kelaurga sejahtera. Keluarga yang
tidak dibina dengan tonggak akhlak yang baik, tidak akan bahagia, sekalipun bergelimang
kekayaan. Keharmonisan keluarga terlahir dari akhlak yang luhur.

4.Kerukunan antar tetangga


Untuk membina kerukunan antar tetangga diperlukan pergaulan yang baik, dengan
jalan mengindahkan kode etik bertetangga.

C. PEMBAGIAN AKHLAK

1.Akhlak yang Baik (Akhlaqul Karimah)

 Bersifat sabar

Kesabaran dapat di bagi menjadi empat kategori yaitu: Pertama, sabar menanggung
beratnya melaksanakan kewajiban. Kedua, sabar menanggung musibah atau cobaan. Ketiga,
sabar menahan penganiayaan dari orang. Keempat, sabar menanggung kemiskinan.

 Bersifat benar (istiqamah)


 Memelihara amanah
 Bersifat kasih sayang
 Bersifat hemat (harta benda, tenaga, waktu)
 Bersifat kuat (Al-Quwwah): kuat fisik, jiwa, dan akal Bersifat malu
 Memelihara kesucian diri (Al-‘Ifafah)
 Bersifat berani Bersifat adil Menepati janji
B. Akhlak Yang Tidak Baik / Tercela (Akhlaqul Madzmumah)
 Sifat dengki
 Sifat iri hati
 Sifat angkuh (sombong)
 Sifat riya
 Mengambil harta anak yatim, kecuali untuk keperluan anak itu sendiri
 Berkata kasar terhadap ibu-bapaknya atau menghardiknya g)Mengurangkan timbangan
 Berzina
 Membunuh
Akhlak yang terpuji menyebabkan munculnya rasa saling mencintai dan saling
menyayangi. Sedangkan akhlak tercela menjadikan sling benci, hasud, dan permusuhan. Laksana
biji yang baik akan menghasilkan panen yang baik.

D.ASPEK YANG MEMPENGARUHI MORALITAS

1.Kebiasaan manusia
Sikap seseorang mungkin tidak tercermin dalam tindakan atau tidak tercermin dalam
perilaku sehari-hari tetapi ada kontradiksi antara sikap dan perilaku.

2.Insting dan Insting


Dalam ilmu moral, insting berarti intelek. Akal bisa memperkuat iman, tetapi harus ditutupi
dengan ilmu, amal, dan takwa kepada Tuhan.
Naluri adalah harapan dari perilaku manusia. Naluri dapat diartikan sebagai kehendak
bawah sadar yang dapat melahirkan tindakan mencapai suatu tujuan tanpa memikirkan tujuan
dan tanpa dipengaruhi oleh praktik berbuat.

3.Nafsu
Nafsu berasal dari bahasa arab yaitu nafsun yang artinya niat. Nafsu adalah keinginan yang
kuat dari hati. Nafsu adalah sekelompok kekuatan kepercayaan dan s y ahwat yang ada pada
manusia. Menurut Kartini Kartono, nafsu adalah dorongan batin yang sangat kuat,
memiliki kecenderungan yang sangat besar yang dapat mengganggu keseimbangan fisik. Nafsu
dapat menyingkirkan segala pertimbangan pikiran, mempengaruhi kewaspadaan hati nurani
dan menyingkirkan keinginan-keinginan baik lainnya.

4 Kehendak dan Takdir


Kehendak menurut bahasa (etimologi) adalah kemauan, keinginan, dan harapan yang keras.
Kehendak adalah fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam
hati, terkait dengan pikiran dan perasaan.

Kehendak memiliki dua macam tindakan, yaitu:


a.)Perbuatan yang bersifat motivator, yaitu kadang-kadang mendorong tenaga manusia
untuk melakukan hal yang sama, membaca, menulis, mengarang, dsb.
b.) Perbuatan penolak, yaitu kadang-kadang mencegah perbuatan seperti melarang berkata
atau berbuat.
BAB II
ETIKA, MORAL ,SUSILA DAN BUDI PEKERTI

A. PENGERTIAN ETIKA

Secara etimologi, ada dua pendapat mengenai asal-usul kata etika, yakni;
pertama, etika berasal dari bahasa Inggris, yang disebut dengan ethic (singular) yang
berarti suatu sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang
ethics (dengan tambahan hurufs) dapat berarti singular. Jika ini yang dimaksud maka
ethics berarti suatu cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-prinsip moral. Jika
ethics dengan maksud plural (jamak) berarti prinsip-prinsip moral yangdipengaruhi
oleh perilaku pribadi.
Kedua, etika berasal dari bahasa Yunani, yang berarti ethikos yang mengandung
arti penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan, dan sikap yang mengandung
analisis konsep-konsep seperti harus, mesti benar-salah, mengandung pencarian ke
dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral, serta mengandung pencarian
kehidupan yang baik secara moral. Sedangkan dalam bahasa Yunani kuno, etika berarti
ethos, yang apabila dalam bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, adat, akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam
bentuk jamak artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita membatasi diri pada asal
usul kata ini, maka "etika" berarti ilmu tentang apa yang biasa di lakukan atau ilmu
tentang adat kebiasaan. Arti inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya etika
yang oleh Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa istilah etika dalam Islam lebih
dikenal dengan istilah akhlak. Secara etimologis, kata akhlak adalah bentuk masdar
dalam Bahasa Arab dari kata akhlaqa-yukhliqu-ikhlaqan yang berarti perangai,
kelakuan, tabiat atau watak dasar, kebiasaan atau kelaziman, peradaban yang baik,
dan agama. Walaupun kata akhlak memiliki makna tabiat, perangai, kebiasaan
bahkan agama tetapi tidak ditemukan dalam Al- Qur'an, yang ditemukan hanyalah
bentuk tunggal dari kata itu yaitu khuluq. Adapun dalam hadits dapat ditemukan kata
akhlak, seperti dalam hadits dari Abu Hurairah ra di bawah ini:

َ ‫ِإنَّ َما بُ ِع ْثتُ ُأِلتَ ِّم َم‬


ِ ‫صالِ َح اَأْل ْخاَل‬
‫ق‬

Artinya: "Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang


mulia." (HR Ahmad)

Jika di telusuri secara bahasa juga ada kesesuaian antara kata akhlaq (perbutan/
tingkah laku), Khaliq (Pencipta) dan makhluq (makhluk/yang diciptakan). Kesesuaian
ini menandakan bahwa akhlak adalah sebagai media bagi makhluknya dalam
berhubungan dengan Tuhannya.
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat dari para ulama tentang akhlak,
di antaranya adalah:
1)Ibnu Maskawih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa yang
mendorong ke arah melakukan perbuatan tanpa memikirkan (lebih lama).
2) Al-Qurthubi mengatakan bahwa perbuatan yang bersumber dari diri manusia
yang selalu di lakukan, maka itulah yang disebut akhlak karena perbuatan
tersebut bersumber dari kejadiannya.
3) Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa (manusia) yang melahirkan tindakan-tindakan mudah dan gampang tanpa
memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan.
4) Abu Bakar Jabir Al-Jaziry mengatakan akhlak adalah bentuk kejiwaan yang
tertanam dalam diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik dan
buruk, terpuji dan tercela

Sudah cukup banyak para ahli yang berbicara mengenai etika. Ahmad Tafsir
secara sederhana mengatakan bahwa etika merupakan budi pekerti menurut akal. Etika
merupakan ukuran baik buruk perbuatan manusia menurut akal. 30
Amsal Bakhtiar dengan nada yang berbeda mengartikan etika dalam dua makna,
yakni;
 Etika sebagai kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan-perbuatan manusia dan
 Etika sebagai suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal,
perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain.

Secara substansi, pengertian di atas menunjukkan kesamaan sikap dan


kebiasaan. Namun penulis menganalisis bahwa suatu kebiasaan. pada satu tempat belum
tentu diterima ditempat yang lain. Tergantung alat apa yang digunakan bahwa suatu
sikap dan prilaku itu salah atau sebaliknya. Dengan demikian, etika dimanapun tetap
menjadi barometer. Tetapi rujukan yang digunakan mempunyai sumber yang berbeda.
Kalau dalam Islam tentu yang menjadi acuan Al- Qur’an dan sunnah1.

B. PENGERTIAN MORAL

Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, mores, yaitu jamak
dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan.
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.
1
H. Muhammad Arifin, M.Pd,dkk,Buku Ajar Akhlak dan Etika, ( Jakarta Selatan 2020) hlm.34-35
Selanjutnya pengertian moral dijumpai pula dalam The Advanced Leaner's
Dictionary of Current English. Dalam buku ini dikemukakan beberapa pengertian
moral sebagai berikut.
1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk;
2. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah;
3. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

Berdasarkan kutipan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah
yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari
dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa
orang tersebut tingkah lakunya baik.
Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dan lainnya kita dapat
mengatakan bahwa antara etika dan moral memiliki objek yang sama, yaitu sama-
sama membahas tentang perbuatan manusia untuk selanjutnya ditentukan
posisinya apakah baik atau buruk.
Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan.
Pertama kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia
baik atau buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam
pembicaraan moral tolok ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan
berkembang dan berlangsung di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat
pemikiran filosofis dan berada dalam dataran konsep-konsep, sedangkan etika berada
dalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah laku yang berkembang di masyarakat.
Dengan demikian, tolok ukur yang digunakan dalam moral untuk mengukur tingkah
laku manusia adalah adat-istiadat, kebiasaan, dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit
perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada.
Dalam perkembangan selanjutnya istilah moral sering pula didahului oleh kata
kesadaran, sehingga menjadi istilah kesadaran moral. Ahmad Charris Zubair dalam
bukunya berjudul Kuliah Etika mengatakan bahwa kesadaran moral merupakan faktor
penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila,
dan perbuatannya selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral ini
didasarkan atas nilai-nilai yang benar-benar esensial, fundamental.
Orang yang memiliki kesadaran moral akan senantiasa jujur. Sekalipun tidak ada
orang lain yang melihatnya, tindakan orang yang bermoral tidak akan menyimpang,
dan selalu berpegang pada nilai-nilai tersebut. Hal ini terjadi karena tindakan orang
yang bermoral itu berdasarkan atas kesadaran, bukan berdasar pada sesuatu kekuatan
apa pun dan juga bukan karena paksaan, tetapi berdasarkan kesadaran moral yang
timbul dari dalam diri yang bersangkutan.
Kesadaran moral erat pula hubungannya dengan hati nurani yang dalam bahasa
asing disebut conscience, conscientia, gewissen, geweten, dan dalam bahasa Arab
disebut dengan qalb, fu'ad. Dan kesadaran moral itu mencakup tiga hal. Pertama
perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral. Perasaan ini
telah ada dalam setiap hati nurani manusia, siapa pun, di mana pun dan kapan pun.
Kewajiban tersebut tidak dapat ditawar- tawar, karena sebagai kewajiban maka
andaikata dalam pelaksanaannya tidak dipatuhi berarti suatu pelanggaran moral.
Berdasarkan pada uraian tersebut kita dapat sampai pada suatu kesimpulan,
bahwa moral lebih mengacu kepada suatu nilai atau sistem hidup yang dilaksanakan
atau diberlakukan oleh masyarakat. Nilai atau sistem hidup tersebut diyakini oleh
masyarakat sebagai yang akan memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan
ketenteraman. Nilai-nilai tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional,
berlaku umum dan kebebasan. Jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dalam
diri seseorang maka akan membentuk kesadaran moralnya sendiri. Orang yang
demikian akan dengan mudah dapat melakukan suatu perbuatan tanpa harus ada
dorongan atau paksaan dari luar. Orang yang demikian adalah orang yang memiliki
kesadaran moral atau orang yang telah bermoral2.

C. PENGERTIAN SUSILA

Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan
akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu sudan sila. Su berarti
baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih
baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang
yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Para pelaku zina (pelacur)
misalnya sering diberi gelar sebagai tuna susila.
Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya.
Dan kesusilaan sama dengan kesopanan."2 Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu
kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan
memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan di mana orang selalu
menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.
Sama halnya dengan moral, pedoman untuk membimbing orang agar berjalan
dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan
mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat3.

D. Hubungan Etika, Moral, dan Susila dengan Akhlak

Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dika takan bahwa etika, moral, susila dan akhlak
sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia
untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki
terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram
sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya.Perbedaan antara etika, moral, dan susila
2
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2012, hlm. 77-80
3
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2012, hlm. 80-81
dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan
baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran,
dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat,
maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah
Al-Qur'an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan
pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoretis, maka pada moral dan susila
lebih banyak ber-sifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum,
sedangkan moral dan susila bersifat lokal dan individual. Etika menjelaskan ukuran
baik-buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk
perbuatan. Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan
dan membutuhkan. Uraian tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika,
moral dan susila berasal dari produk rasio dan budaya masyarakat yang secara selektif
diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara
akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Our'an dan
hadis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari manusia,
sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
Kajian-kajian ke-Islaman sudah menunjukkan dengan jelas bahwa keberadaan
wahyu bersifat mutlak, absolut dan tidak dapat diubah. Dengan demikian, akhlak
sifatnya juga mutlak, absolut dan tidak dapat diubah. Sementara etika, moral dan susila
sifatnya terbatas dan dapat diubah.
Dalam pelaksanaannya norma akhlak yang terdapat dalam Our'an dan al-Sunnah
itu sifatnya dalam keadaan “belum siap pakai Jika Al-Our'an misalnya menyuruh kita
berbuat baik kepada ibu-bapak, menghormati sesama kaum muslimin, dan menyuruh
menutup aurat, maka suruhan tersebut belum dibarengi dengan cara-cara, sarana,
bentuk dan lainnya. Bagaimanakah cara menghormati kedua orang tua tidak kita
jumpai dalam Al-Our'an dan al-hadis. Demikian pula bagaimana cara kita menghormati
sesama muslim dan menutup aurat juga tidak dijumpai di dalam Al-Our'an. Cara-cara
untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada dalam Al-Our'an dan al-Hadis itu
memerlukan penalaran atau ijtihad para ulama dari waktu- waktu. Cara menutup aurat,
model pakaian, ukuran dan potongannya yang sesuai dengan ketentuan akhlak jelas
memerlukan hasil pemikiran akal pikiran manusia dan kesepakatan masyarakat untuk
menggunakannya. Jika demikian adanya maka ketentuan baik-buruk yang terdapat
dalam etika, moral dan susila yang merupakan produk akal pikiran dan budaya
masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk menjabarkan ketentuan akhlak yang
terdapat dalam Al-Our'an. Tanpa bantuan usaha manusia dalam bentuk etika, moral dan
susila, ketentuan akhlak yang terdapat di dalam Al- Our'an dan al-Sunnah akan sulit
dilaksanakan.
Dengan demikian, keberadaan etika, moral dan susila sangat dibutuhkan
dalam rangka menjabarkan dan mengoperasionalisasikan ketentuan akhlak yang
terdapat di dalam Al-Our'an. Di sinilah letak peranan dari etika, moral dan susila
terhadap akhlak. Pada sisi lain akhlak juga berperan untuk memberikan batas-batas
umum dan universal, agar apa yang dijabarkan dalam etika, moral dan susila tidak
bertentangan dengan nilai- nilai yang luhur dan tidak membawa manusia menjadi sesat.
Dalam keadaan demikian pada ajaran akhlak itu terdapat sisi-sisi yang absolut
dan universal yaitu ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur'an, dan terdapat sisi-sisi
yang bersifat terbatas dan berlaku secara lokal, yaitu pada saat ketentuan yang absolut
dan universal itu telah dijabarkan oleh etika, moral dan susila.
Namun demikian, bisa saja terjadi bahwa antara akhlak dengan etika, moral dan
susila menunjukkan keadaan yang tidak sejalan. Hal ini bisa terjadi pada masyarakat
yang dalam berpikirnya bersifat liberal, ateis dan sekuler sebagaimana terjadi di Barat.
Banyak alasan atau dalil yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa Islam
sangat toleran dan akomodatif terhadap berbagai produk pemikiran dan budaya yang
dihasilkan manusia termasuk pemikiran dalam bidang akhlak. Pertama, di dalam Al-
Our'an banyak ayat-ayat yang menyuruh manusia agar menggunakan akal
pikirannya guna memahami rahasia kekuasaan Tuhan. Hasil kerja akal terhadap
pemahaman rahasia Tuhan itu mesti dihargai. Sebab jika tidak, maka untuk apa Tuhan
memerintahkan manusia menggunakan akal pikirannya. Akal digunakan untuk kegiatan
membaca, menelaah, membandingkan, mengklasifikasikan, menganalisis dan
menyimpulkan berbagai fenomena alam dan sosial yang diamati, yang semuanya itu
sebagai tanda kekuasaan Tuhan. Demikian pentingnya peranan akal dalam beragama
dapat kita pahami dari hadis Nabi yang berbunyi:

ُ‫ الَ َع ْق َل لَه‬،ُ‫ َو َمنْ الَ ِديْنَ لَه‬،‫ال ِّديْنُ ُه َو ْال َع ْق ُل‬

“Agama itu adalah penggunaan akal, tiada agama bagi orang yang tidak berakal.”

Apa yang dihasilkan akal pikiran terhadap agama itu dapat berupa konsep, teori,
rumusan dan pemikiran filsafat. Semua ini diterima sepanjang tidak bertentangan
dengan Al-Our'an dan al-hadis. Apa yang dihasilkan akal pikiran ini adalah yang
digunakan dalam etika, karena etika sumbernya adalah akal pikiran. Dengan demikian,
diterimanya hasil pemikiran dalam Islam, menunjukkan bahwa etika diterima dalam
akhlak Islam, sebagai sarana untuk menjabarkan ajaran akhlak yang terdapat dalam
wahyu.
Peranan akal pikiran sebagai penentu baik buruk yang dikembangkan dalam
etika itu sebenarnya telah dikembangkan lebih jauh oleh kalangan teologi
Muktazilah. Menurut aliran ini bahwa akal manusia dapat mengetahui adanya Tuhan
(MT), kewajiban mengetahui Tuhan (KMT), mengetahui baik dan jahat (MBJ),
kewajiban melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (KMB)).4 Dengan demikian
bagi kalangan Muktazilah, walaupun wahyu tidak diturunkan, seseorang tidak bebas
berbuat sesukanya tanpa hukum, atau bebas melakukan apa saja. Seseorang tetap harus
percaya kepada Tuhan dan melakukan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan
yang jahat, karena ada akalnya. Apa yang dihasilkan berupa ketetapan akal harus
dilaksanakan dengan baik. Dengan kata lain, Muktazilah mengakui adanya hukum akal,
dan hukum akal ini dalam bentuk konkretnya adalah ajaran etika sebagaimana
telah dikemukakan di atas.
Kedua, di dalam kajian hukum Islam, dijumpai adanya sumber hukum berupa
al-'uruf yaitu kebiasaan atau adat-istiadat yang berkembang dalam masyarakat. Sumber
hukum ini digunakan sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Our'an dan al-Hadis.
Adat yang demikian itulah yang digunakan sebagai salah-satu ketetapan hukum, sesuai
dengan kaidah yang mengatakan al-adat muhakkamah, kebiasaan itu menjadi
ketetapan. Menurut keterangan al-Oadi bahwa munculnya kaidah tentang perlunya adat
sebagai salah-satu sumber hukum Islam adalah karena adanya hadis Nabi yang isinya
mengakui pendapat atau kesepakatan orang-orang Islam. Hadis tersebut selengkapnya
berbunyi: “Sesuatu yang oleh orang-orang Islam dipandang baik, maka yang demikian
itu dalam pandangan Allahpun baik pula.”

Apa yang disebut adat-istiadat ini sebenarnya adalah bahan yang


digunakan sebagai titik tolak penentuan baik dan buruk dalam bidang moral
sebagaimana dikemukakan di atas. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa
akhlak Islam menerima atau mengakui adanya moral, atau moral itu merupakan bagian
dari akhlak Islam, sepanjang moral itu sejalan dengan Al- Our'an dan al-Hadis. Dengan
adanya moral, akhlak Islam dapat dijabarkan dan diaplikasikan dalam kehidupan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas kita dapat sampai pada kesimpulan bahwa
antara akhlak Islam yang bersumber pada wahyu dapat menerima atau mengakui
peranan yang dimainkan oleh etika, moral dan susila, yaitu sebagai sarana atau partner
untuk menjabarkan akhlak Islam yang terdapat dalam Al- Qur'an dan al-Hadis,
sepanjang etika, moral dan susila itu sejalan dengan Al- Qur'an dan al-Hadis tersebut.
Ajaran etika dan moral yang berasal dari Barat mungkin sebagian ada yang sesuai
dengan akhlak Islam, dan mungkin pula banyak yang tidak sesuai. Demikian pula
ajaran susila yang berkembang dalam masyarakat Indonesia, mungkin ada yang sejalan
dan tidak sejalan dengan akhlak Islam. Ajaran Islam mengandung asas mengambil
yang bermanfaat atau dapat membawa kebaikan, dan meninggalkan yang mafsadat
yang tidak bermanfaat. Dalam kaidah fikih dikenal dengan ungkapan jalb al-mashalih
wa dar' al-mafasid, artinya menarik manfaat terhadap yang membawa kebaikan, dan
meninggalkan terhadap yang membawa kerusakan.
Dengan cara demikian, ajaran akhlak di samping memiliki nilai-nilai yang
bersifat mutlak, absolut dan universal sebagaimana terdapat dalam Al-Our'an dan al-
Hadis, juga menerima ajaran yang bersifat rasional, lokal dan kultural, sehingga ajaran
Islam itu dapat hadir dan diterima oleh seluruh lapisan sosial. Dengan kata lain, akhlak
Islam dari satu sisi mengakui adanya nilai-nilai yang absolut, universal dan mutlak,
sedang pada sisi lain menerima keadaan yang bersifat budaya dan kultural. Atau
akhlak Islam itu disamping menerima adanya universalitas juga mengakui adanya
variasi dan perbedaan-perbedaan.4
E. Budi Pekerti

4
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A., Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta 2012, hlm. 81-86
budi pekerti adalah kesadaran perbuatan atau perilaku seseorang. Dari segi
etimologi kata, istilah budi pekerti adalah gabungan dari dua 2 kata yaitu budi dan
pekerti.
Arti kata budi sendiri adalah sadar, nalar, pikiran atau watak.
Sedangkan arti kata pekerti adalah perilaku, perbuatan, perangai, tabiat, watak. Yang
jika disimpulkan bahwa budi pekerti merupakan sesuatu yang berkaitan sangat erat
mengenai karakter manusia baik dalam sifat maupun perbuatan,yang dilakukan dengan
kesadaran.
Sedangkan pengertian budi pekerti menurut KBBI adalah tingkah laku, akhlak,
perangai atau watak. Dalam bahasa Arab, istilah budi pekerti sendiri disebut dengan
akhlak dan dalam bahasa Inggris disebut dengan ethic, yang artinya adalah etika.

F. Manfaat Budi Pekerti

Penerapan budi pekerti dalam kehidupan sehari memberi pengaruh positif bagi
lingkungan. Ketika setiap individu menunjukkan perilaku baik maka orang lain juga
akan menilai orang tersebut sebagai orang yang baik.
Perilaku yang baik ini bisa ditunjukkan melalui kebiasaan yang sederhana,
misalnya dengan bersikap sopan, membiasakan diri dengan senyum dan sapa atau
sering menggunakan kata tolong, maaf dan terimakasi.
Dengan kebiasaan yang baik, pastinya dalam sebuah lingkungan akan merasakan
dampak yang baik pula. Adapun contoh lain dari penerapan budi pekerti antara lain :
 Menanamkan nilai moral sejak dini kepada kaum muda.
 Meningkatkan sumber daya manusia dengan watak yang mulia.
 Meningkatkan kesadaran remaja mengenai pembentukan karakter yang
positif.
BAB III
HAKIKAT BERAKHLAK KEPADA ALLAH SWT

A. Akhlak Manusia Kepada Allah

Akhlak kepada Allah adalah kita melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi
laranganya seperti yang terdapat di dala Al-qur’an dan sunnah Berupa ketaatan.

Meyakini bahwa tidak ada yang patut kita sembah dan ibadahi kecuali ibadah dan
sesembahan kepda Allah, yang di kenal dengan tauhid uluhiyah, dan meyakini bahwa
hanya Allah sajalah yang menciptakan dunia ini, memberi rizky, menghidupkan dan
mematikan atau di kenal dengan tauhid rububiyah srta meyakini dan mengimani akan
nama di sifat Allah sesuai dengan yang di kabarka-Nya dalam AL-Qur’an maupun
hadits sahih, yang di kenal dengan tauhid asma wa sifat.

Akhlak kepada allah ; ada beberapa hal yang sangat penting dilaksanakan oleh
orang beriman; pertama, mengakui keesaan Allah, dengan landasan utamanya surat al-
ikhlas yang artinya:
Katakanlah ya muhammad dia allah yang maha esa. Allah yang berhak untuk di
sembah, dia tidak beranak dan tidak pula di peranakkan dan tidak ada satupun yang
menyerupainya.5

Kemudian yang kedua adalah; menghadapkan segala puji kepada Allah. Pedoman
utama dalam hal ini adalah surat al-fatihah: 2 segala puji bagi Allah. Ketiga, mengabdi
dan meminta pertolongan hanya kepada Allah saja, landasan surat al-fatihah ayt: 5.
Keempat, bertawakkal kepada Allah setelah habis ikhtiar, landasanya surat ali imran:
159;

“ maka dengan rahmat Allah menjadi lemah lembutlah hati engkau ya


muhammad terhadap mereka. Kalau sekiranya engakau berperangai keras dan behati
kasar, ttentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu” ( ali- imran: 159 )

Berakhlak kepada Allah bisa diimplementasikan dengan beberapa cara yaitu:

a. Beribadah kepada Allah yaitu melaksanakan segala perinth Allah dan


menjauhi segala laranga-Nya. Apabiala seorang beribadah kepada Allah akan
membuat sesorang itu tenang dan tentram hatinya.
b. Zikru illallah, yaitu mengingat Allah alam berbagai situasi dan kondisi, bak
diucapkan dengan mulut maupun dalm hati.
c. Berdoa kepada Allah, yaitu memohon kepada Allah. Do’a merupakan inti
ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan
5
LP2 STAIN CURUP jl.AK. gani, No. 01 kel. Dusun Curup, Rejang Lebong, www. Staincurup.ac.id. hal 224
ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemhakuasaan Allah
terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran islam sangat luar biasa.,
karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha
dan berdoa merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh
dalam aktifitas hidup setiap muslim. Orang yang tidak pernah berdoa adalah
dipandang sebagai orang yang sombong (merupakan perilaku yang tidak
disukai Allah).
d. Tawaqqal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e. Tawadhuk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah mengaku bahwa
dirinya rendah dan dihina di hadapan Allah yang maha kuasa, oleh karena itu
tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan
orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. guna
memahami rahasia kekuasaan Tuhan. Hasil kerja akal terhadap
pemahaman rahasia Tuhan itu mesti dihargai. Sebab jika tidak, maka untuk
apa Tuhan memerintahkan manusia menggunakan akal pikirannya. Akal
digunakan untuk kegiatan membaca, menelaah, membandingkan,
mengklasifikasikan, menganalisis dan menyimpulkan berbagai fenomena alam
dan sosial yang diamati, yang semuanya itu sebagai tanda kekuasaan Tuhan.
Demikian pentingnya peranan akal dalam beragama dapat kita pahami dari
hadis Nabi yang berbunyi:

ُ‫ الَ َع ْق َل لَه‬،ُ‫ َو َمنْ الَ ِديْنَ لَه‬،‫ال ِّديْنُ ُه َو ْال َع ْق ُل‬

“Agama itu adalah penggunaan akal, tiada agama bagi orang yang tidak berakal.”

Apa yang dihasilkan akal pikiran terhadap agama itu dapat berupa konsep, teori,
rumusan dan pemikiran filsafat. Semua ini diterima sepanjang tidak bertentangan
dengan Al-Our'an dan al-hadis. Apa yang dihasilkan akal pikiran ini adalah yang
digunakan dalam etika, karena etika sumbernya adalah akal pikiran. Dengan demikian,
diterimanya hasil pemikiran dalam Islam, menunjukkan bahwa etika diterima dalam
akhlak Islam, sebagai sarana untuk menjabarkan ajaran akhlak yang terdapat dalam
wahyu.
Peranan akal pikiran sebagai penentu baik buruk yang dikembangkan dalam
etika itu sebenarnya telah dikembangkan lebih jauh oleh kalangan teologi
Muktazilah. Menurut aliran ini bahwa akal manusia dapat mengetahui adanya Tuhan
(MT), kewajiban mengetahui Tuhan (KMT), mengetahui baik dan jahat (MBJ),
kewajiban melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat (KMB). Dengan demikian
bagi kalangan Muktazilah, walaupun wahyu tidak diturunkan, seseorang tidak bebas
berbuat sesukanya tanpa hukum, atau bebas melakukan apa saja. Seseorang tetap harus
percaya kepada Tuhan dan melakukan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan
yang jahat, karena ada akalnya. Apa yang dihasilkan berupa ketetapan akal harus
dilaksanakan dengan baik. Dengan kata lain, Muktazilah mengakui adanya hukum akal,
dan hukum

akal ini dalam bentuk konkretnya adalah ajaran etika sebagaimana telah
dikemukakan di atas.
Kedua, di dalam kajian hukum Islam, dijumpai adanya sumber hukum berupa
al-'uruf yaitu kebiasaan atau adat-istiadat yang berkembang dalam masyarakat. Sumber
hukum ini digunakan sepanjang tidak bertentangan dengan Al-Our'an dan al-Hadis.
Adat yang demikian itulah yang digunakan sebagai salah-satu ketetapan hukum, sesuai
dengan kaidah yang mengatakan al-adat muhakkamah, kebiasaan itu menjadi
ketetapan. Menurut keterangan al-Oadi bahwa munculnya kaidah tentang perlunya adat
sebagai salah-satu sumber hukum Islam adalah karena adanya hadis Nabi yang isinya
mengakui pendapat atau kesepakatan orang-orang Islam. Hadis tersebut selengkapnya
berbunyi:

Dalam ruang lingkup ini, terdapat 28 ayat berlafadz “ ya ayyuha al- ladzina
amana yang berbicara tentang akhlak kepada Allah SWT dan Rasulullah kesemua ayat
ni memiliki muatan akhlak kepada Allah,rasulnya maupun keduanya, dan memiliki
dimensi kalimat langsung. Artinya, dalam memerintahkan atau melarang seseorang
mukmin, Allah menggunakan bahasa yang langsung pada konten-konten yang di
maksud. Misalnya pada ayat berikut:

“ hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan rasul-Nya, dan
janganlah kamu berpaling daripada-Nya. Sedang kamu mendengar (perintah-perintah-
nya). (QS Al-Anfal).

“hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan


kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah
orang-orang yang merugi. (QS Al- munafiqun: 9).

Ayat-ayat berlafadz “ya ayyuha al-ladzina amanu” dalam ayat diatas merupakan
bentuk pendidikan terhadap Allah dan rasul-Nya untuk selalu beriman, taat, dan patuh
pada apa yang di perintahka-Nya dan yang di larang-Nya. Ayat-ayat ini memberikan
pendidikan yang dalam bagi kaum mukmin untuk meyakini bahwa dengan selalu
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi laranga-Nya akan melahirkan pribadi muslim
yang berakhlakul karimah. Jadi, menekankan akhlak kepada Allah SWT dan rasul ini
sangat penting karena merupakan salah satu bentuk pendidikan akhlak yang bisa
memebentuk karakter seorang mukmin.

Mencintai Allah
Kapan anak di kenalkan kepada Allah? Ketika anak sudah mulai berbicara dan
bertanya, lalu anda sering menyebut asma Allah, anak pun akan bertanya siapa Allah
itu. Demikian pula ketika anak sudah mulai beribadah, mereka pun akan bertanya untuk
apa beribadah. Lalu, anda menjawab agar Allah semakin sayang dan cinta kepadamu6.
Anak pun akan bertanya, siapa itu Allah?

Segala sesuatu tidak timbul dengan sendirinya. Segala sesuatu itu di ciptakan oleh
Allah SWT. Anak pada akhirnya harus memahami bahwa dirinya dan juga orang lain di
ciptakan oleh Allah SWT. Allah ada meliputi seluruh alam ini. Manusia tidak bisa
melihat Allah, namun dapat merasakan kehadira-Nya. Hal ini bisa di analogikan
dengan udara yang dapat di rasakan, tetapi tidak dapat dilihat. Bagaimana manusia bisa
merasakan kehadiran Allah? Ya, manusia bisa hidup, bisa merasakan sedih dan
gembira, bisa mengalami sesuatu, bisa mengalami siang dan malam, serta bisa
bertambah besar. Semua proses itu pasti ada yang mengaturnya yaitu Allah azza wa
jalla.
Adanya perasaan wajib ini menunjukkan bahwa suara batin harus selalu ditaati,
karena suara batin justru sebagai kesadaran bahwa seseorang merasa mempunyai beban
atau kewajiban mutlak, untuk melaksanakan sesuatu, tidak ada kekuatan apa pun yang
berhak mengganggu atau menghalangi pelaksanaannya.

6
amri syafri. Pendidikan karakter berbasis AL-Qur’an/ulil amri syafri_jakarta: rajawali pers,2012. Hlm 164
BAB IV
HAKEKAT BERAKHLAK KEPADA RASULULLAH

A. Akhlak Kepada Rasulullah

Allah berfirman :

ُ ‫يص َعلَ ْي ُك ْم بِا‬ ِ ُ‫سو ٌل ِّمنْ ُأ ْنف‬


ٌ ‫س ُك ْم َع ِزي ٌز َعلَ ْي ِه َما َعنِتُّ ْم َح ِر‬ ُ ‫نَ َر ُء ْوفٌ َّر ِح ْي ٌم ْل ُمْؤ ِمنِ ْي لَقَ ْد َجا َء ُك ْم َر‬

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa
olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang – orang yang beriman.”
(Q.S. at-taubah : 128)

Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai umat
islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya.
Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup
beliau, sehingga dari situ kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.

Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada seluruh
umat manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak boleh
didustakan. Beliau adalah sebaik- baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah,
derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.

Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk,
yang diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.

Sebagaimana firman Allah :

“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad
bagi seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).

Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan kepadanya atas agama-


Nya, dan menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah melindunginya
dari kesalahan dalam menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala mendukung nabi-Nya dengan
mukzizat-mukzizat yang nyata dan ayat-ayat yang jelas, memperbanyak makan untuk
beliau, memperbanyak air. Dan beliau mengabarkan sebagian perkara ghaib.

B.Kewajiban Mencintai Rasulullah

Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua orang
islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna
mengimani ajaran Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan
berhukum dengan ketetapannya.

Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana para


sahabat beliau mencintai beliau lebih dari mecintai mereka kepada diri mereka sendiri dan
keluarga mereka,
sebagaimana sabda Rasulullah :

‫أحب اليه من نفسه ووالِده وولَده والنّاس أجمعين‬


ّ ‫اليؤمن أحدكم حتّى اكون‬.

Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai
olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R.
Bukhari Muslim).

Allah swt berfirman:

‫ققُ ْل ِإنْ ُك ْنتُ ْم تُ ِحبُّ ْونَ هللاَ فَاتَّبِ ُع ْونِى يُ ْحبِ ْب ُك ُم هللاُ َويَ ْغفِ ْرلَ ُك ْم ُذنُ ْوبَ ُك ْم َوهللاُ َغفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬

Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS 3:31).

C.Taat

Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang
diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi
dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat al-
Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk menaati nabi Muhammad Saw. diantaranya ada
yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah sebagaimana firman-Nya :

ُ ‫…يَـأيُّ َها ْالَ ِذيْنَ َءا َمنُو ْا َأ ِط ْي ُعو ْا هَّللا ُ َوَأ ِط ْي ُعو ْا ال َّر‬
‫سو ُل‬

“Wahai orang-orang yang beriman ‘taatilah Allah dan taatilah Rasul


(Muhammad)’…..” (Q.S. Annisa : 59).
Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman dengan seruan “Hai orang-
orang yg beriman”.sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg siap
menerima perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman
merekapun menjadi semakin siap menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat
kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah dengan melaksanakan perintah- perintah -Nya
serta larangan-larangan -Nya.
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat kepada
Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT sesungguhnya Maha
Mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun yang tersembunyi.

Terkadang pula Allah mengancam orang yang mendurhakai Rasulullah, sebagaimana


firman-Nya :

‫اب َألِ ْي ٌم‬ ِ ُ‫ُص ْيبَ ُه ْم فِ ْتنَةٌ َأ ْوي‬


ٌ ‫صيبَ ُه ْم َع َذ‬ ِ ‫َأنْ ت‬،‫فَ ْليَ ْح َذ ِرالَّ ِذيْنَ يُ َخالِفُ ْونَ عَنْ َأ ْم ِر ِه‬

“… Maka hendaklah orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat
cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S. An-Nur : 63).
Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq, bid’ah,
atau siksa pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti Rasulullah
sebagai sebab hamba mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan atas dosa-dosanya,
sebagai petunjuk dan mendurhakainya sebagai suatu kesesatan. Kunci kemuliaan seorang
mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya, karena itu para sahabat
ingin menjaga citra kemuliaannya dengan mencontohkan kepada kita ketaatan yang luar
biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada Rasul sama
kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat kepada
Allah dan Rasul- Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan
pemeliharaan dari azab dan siksa Allah swt, di dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:

َ ‫س ْو َل فَقَ ْد َأطَا َع هللاَ َو َمنْ تَ َولَّى فَ َما َأ ْر‬


‫س ْلنَاكَ َعلَ ْي ِه ْم َحفِ ْيظًا‬ ُ ‫َمنْ يُّ ِط ِع ال َّر‬

“Barang siapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan


barangsiapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi
mereka (QS 4:80).

Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan
memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang yang
jujur, orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik
teman yang harus kita miliki.

Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu kunci untuk
bisa masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa
yang dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman.

D.Menghidupkan Sunnah

Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu pilihan,
tetapi kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan
Rasul-Nya adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan
menaati sunnahnya serta mengikuti petunjuknya,Allah berfirman :
ُ‫س ُل فَ ُخ ُذوه‬ ْ ‫… َما نَ َه ُك ْم َع ْنهُ فَاْنَت‬
َ َ ‫ َواتَّقُو ْا هَّللا َ ِإنَّ هَّللا‬،‫َهثو ْا‬
ِ ‫ش ِد ْي ُد ال ِعقَا‬
ُ ‫ب َو َمآ َءاَئـى ُك ُم ال َّر‬

‚… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras
hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr :7).

Secara umum bid’ah adaah sesat karena berada diluar perintah Allah Swt dan Rasul-
Nya, akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa Nabi membenarkan banyak
persoalan yang sebelumnya belum pernah beliau lakukan. Kemudian dapat disimpulkan
bahwa semua bentuk amalan, baik itu dijalankan
atau tidak pada masa Rasulullah, selama tiak melanggar syari’at dan mempunyai
tujuan , niat
mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridho-Nya, serta untuk mengingat
Allah serta Rasul- Nya adalah sebagian dari agama dan itu dperbolehkan dan diterima.
Sebagaimana nabi bersabda :

“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap manusia akan
mendapat sekedar paa yang diniatkan, siapa yang hijrahnya (tujuannya) itu adalah karena
Alah dan Rasul-Nya, hijrahnya(tujuan) itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)
Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada sabda Rasulullah :

“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Juga hadis Rasulullah:
“barang siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama
ia ditolak”.

Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru diakukan itu
membawa kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama atau tidak. Jika ilmu agama
sedangkal itu orang tidak perlu bersusah payah memperoleh kebaikan.Ditambah lagi
tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu amalan adalah kata-kata sebagai berikut :
Rasulullah tidak pernah memerintah dan mencontohkannya. Begitu pula para sahabat tidak
ada satupun diatara mereka yang mengerjakannya. Dan jikalau perbuatan itu baik kenapa
tidak dilakukan oleh Rasulullah, jika mereka tidak melakukan kenapa harus kita yang
melakukannya. Bahkan dengan hal itumereka menyebutkan bahwa hal baru seperti tahlilan
atau berzikir bersama adalah bid’ah, dan itu adalah sesat.Dimana harus kita fahami macam-
macam sunnah, antara lain adalah :

a. Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw sendiri menganjurkan atau


menyarankan suatu amalan, tapi tidak ditemukan bahwa rasulullah tidak pernah
mengerjakannya secara langsung. Jadi sunnah ini adalah sunnah Rasulullah yang
dalilnya sampai kepada kita bukan dengan cara dicontohkan, melainkan hanya
diucapkan saja oleh beliau. Contohnya adalah hadis Rasulullah yang
menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita belum pernah mendengar
Rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
b. Sunnah Fi’liyah : Sunah yang ada dalilnya dan pernah dilakukan langsung oleh
Rasulullah. Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan dengan tangan kanan, dan
lain-lain.
c. Sunnah Taqriyyah : Sunah dimana Rasulullah tidak pernah melakukan secara
langsung dan tidak pula pernah memerintahkannya. Melainkan hanya
mendiamkannya saja. Contohnya adalah beberapa amalan para sahabat yang saat
dilakukan Rasulullah mendiamkannya saja.

Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan para
sahabat juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau, yaitu yang
dilakukan oleh para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan yasinan.
Tidak lain para ulama yang melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil dari kitabullah
yang menganjurkan agar manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil tentang pahala bacaan
dan amal ibadah. Dan berbuat kebaikan ini banyak caranya asalkan tidak bertentangan
dengan Islam.Mari kita rujuk ayat al-qur’an berikut

َ َ ‫واتَّقُو ْا هَّللا َ ِإنَّ هَّللا‬،


ِ ‫ش ِد ْي ُد ال ِعقَا‬
‫ب‬ ْ ‫س ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَ َه ُك ْم َع ْنهُ فَاْنَت‬
َ ‫َهثو ْا‬ ُ ‫… َو َمآ َءاَئـى ُك ُم ال َّر‬

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras
hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr :.7)

Dalam ayat ini jelas bahwa perintah untuk tidak melakukan segala sesuatu jika telah
tegas dan jelas larangannya.Dan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh
bukhari :”Jika aku menyuruhmu melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampumu dan
jika aku melarangmu melakukan sesuatu, maka jauhilah.”.

Maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa bid’ah yang dianggap sesat adalah
menghalalkan sebagian dari agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Serta bertentangan
dengan yang telah disyari’ atkan oleh Islam. Contoh bid’ah sesat yang mudah adalah
sengaja shalat tidak menhadap kiblat,mengerjakan shalat dengan satu sujud, atau yang
lebih banyak terjadi adalah bagi masyarakat keraton yaitu mendo’akan orang yang telah
meninggal dengan sesaji serta memohon kepada Allah dan berdzikir menggunakan sesaji.
Itulah yang dianggap sesat karna sesaji tidak ada dalam Islam dan itu menyimpang dari
syari’at Islam.Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat
penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
Contoh-contoh sunnah Rasulullah adalah :

 Istighfar setiap waktu


 Menjaga wudhu
 Bersedekah
 Shalat dhuha
 Puasa Muharram dan shalat tahajud :
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : ‚ Rasulullah Saw bersabda :

‫صالَةُ اللَّ ْي ِل‬ َ ‫صالَ ِة بَ ْعدَالفَ ِر ْي‬


َ ‫ضة‬ َ ‫ش ْه ُر هَّللا ِ ال ُم َح َّر ُم َوَأ‬
َّ ‫ض ُل ال‬ َ َ‫ضان‬
َ ‫صيَ ِام بَ ْع َد َر َم‬ َ ‫أَ ْف‬
ِّ ‫ض ُل ال‬

“Seutama-utama puasa sesudah Ramadhan adalah puasa dibulan Muharram dan


seutama-utama shalat sesudah shalat fardu ialah shalat malam.” ( H.R. Muslim no.1163)

E. Membaca Shalawat Dan Salam

Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar mereka
mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para malaikat-Nya telah
bershalawat kepada beliau dan Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya agar
mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau. Allah berfirman :

ْ َ‫سلِّ ُمو ْات‬


‫سلِ ْي ًما‬ َ ‫صلُّو ْا َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ يـآيُّها َ الَّ ِذيْنَ َءا َمنُو ْا‬,‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‬
َ ُ‫ ي‬,ُ‫ِإنَّ هَّللا َ َو َملِئ َكتَه‬

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Saw. ‘Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan
penuh penghormatan kepadanya.”(Q.S. Al-Ahzab : 56)

Al-Mubarrad berpendapat bahwa akar kata bershalawat berarti memohonkan rahmat


dengan demikian shalawat berarti rahmad dari Allah sedang shalawat malaikat berarti
pengagungan dan permohonan rahmad Allah untuknya.Jika bershalawat kepada Nabi
Muhammad Saw hendaklah seseorang menghimpunnya dengan salam untuk beliau. Karena
itu, hendaklah tidak membatasi dengan salah satunya saja. Misalnya dengan mengucapkan
‚Shallallaahu ‘alaih (semoga shalawat dilimpahkan untuknya).” Atau hanya mengucapkan
‘alaihissalam (semoga dilimpahkan untuknya keselamatan)”. Jadi digabung :washshalaatu
wassalaamu ‘ala Rasulillah, atau Allahumma shalli wa sallim ‘ala Nabiyyina Muhammad,
atau shallallahu ‘alaihi wa sallam.”. hal itu karena Allah memerintahkan untuk
mengucapkan keduanya.Mengucapkan shalawat untuk Nabi Saw, diperintakan oleh
syari’at pada waktu-waktu yang dipentingkan, baik yang hukumnya wajib dan sunnah
muakaddah. Diantara waktu itu adalah ketika shalat diakhir tassyahud, diakhir qunud, saat
khutbah seperti khutbah jum’at dan khutbah hari raya,setelah menjawab mu’adzin, ketika
berdo’a, ketika masuk dan keluar masjid, juga ketika menyebut nama beliau.Rasulullah
Saw telah mengajarkan kepada kaum muslimin tentang tata cara mengucapkan shalawat.
Rasulullah menyarankan agar memperbanyak shalawat kepadanya pada hari jum’at,
sebangaimana sabdanya :

ْ ‫صلَّى هَّللا ِ َع‬


‫ش ًرا‬ َ ‫صلّى َعلَ َّي‬
َ ً‫صالَة‬ َّ ‫َأ ْكثِ ْي ُر ال‬
َ ْ‫ فَ َمن‬،‫صالَةَ َعلَ َّي يَ ْو َم ا ْل ُج ُم َع ِة‬

“Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam jum’at,
barang siapa yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya 10 kali”
Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca shalawat
kepada Nabi, diantaranya adalah :
a. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.
b. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang bershalawat sekali
untuk beliau.
c. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat.
d. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi
permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang
tinggi) kepada beliau pada hari kiamat.
e. Sebab diampuninya dosa-dosa.
f. Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang yang mengucapkan
shalawt dan salam kepadanya.

F.Mencintai Keluarga Nabi

Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia dan berlepas diri dari musuh mereka,
adalah masalah penting yang telah diwajibkan oleh islam dan telah dianggapnya sebagai
bagian dari cabang agama. Rasulullah menggambarkan ahlil baitnya sebagai suatu benda
yang berat dan berharga, sebandingdengan al-qur’an dan benda berharga lainnya.

Rasulullah SAW bersabda,”Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua


perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah(Al-Quran) dan yang
kedua adalah Ithrati(Keturunan) Ahlul baitku. Barang siapa yang berpegang teguh kepada
keduanya, maka tidak akan tersesat selamanya hinggabertemu denganku ditelaga al-
Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz.2, Tirmidzi).
Nabi Saw bersabda :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu kepada
mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya, berarti telah mengambil bagian
yang besar”. (HR. Abu daud dan Tirmidzi).

Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama
seharusnya tidak hanya memahami tentang beluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki
sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti
inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan
agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu
bukanlah ulama yang sesungguhnya dan berarti tidak ada kewajiban bagi kita untuk
menghormatinya.
Rasulullah menyebut keluarga sucinya sebagai jalan kebebasan, pintu keselamatan,
dan cahaya petunjuk. Rasulullah juga mewajibkan kita untuk mencintai dan menaati
mereka. Dari abi dzarr ia berkata, ‘saya mendengar Rasulullah Saw bersabda’:
“Jadikanlah ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala bagi tubuh dan tidak
ubahnya dua mata bagi kepala. Karena sesungguhnya tubuh tidak akan memperoleh
petunjuk kecuali dengan kepala, dan begitu juga kepala tidak akan memperoleh petunjuk
kecuali dengan kedua mata.”.

G.Berziarah Ke Makam Rasulullah

Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan sunnah, yakni amalan yang


sangat mulia dan sangat dianjurkan. Ibn Umar mengatakan bahwa Nabi Muhammad
bersabda yang arinya : ‚Barang siapa berziarah kemakamku, maka ia dijamin akan
mendapat syafaatku.”.Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat
Islam untuk melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di Haramain (Makkah
dan Madinah) mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka para
jamaah haji menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah SAW.Berziarah ke makam
Rasulullah SAW adalah sunnah hukumnya.
Dari Ibn ‘Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: ‚Siapa yang
melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku setelah aku meninggal dunia, maka
ia seperti orang yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.” (HR Darul Quthni).

H.Contoh Kasus Nyata Implementasi Akhlak Terhadap Rasulullah

Seiring berkembangya di dunia hiburan terutama dibidang musik, banyak


bermunculan entertainer- entertainer baru yang turut meramaikan dunia permusikan di
Indonesia. Namun ada beberapa orang yang sudah lama bergelut di dunia hiburan, justru
meninggalkan hingar bingar gemerlapnya dunia untuk lebih serius mengabdi kepada Allah
dan taat kepada Rasulnya.
Di dunia hiburan, yang notabene kehidupan orang-orang di dalamnya menghambur-
hamburkan uang, gaya hidup yang hedonis. Lain halnya yang dilakukan oleh Sakti,
personel/gitaris dari band Sheila On Seven. Dia meninggalkan bandnya untuk lebih serius
menjadi muslim yang sebenarnya. Namun dia tidak serta merta meninggalkan dunia musik
yang digemarinya. Hanya saja dia lebih sering membawakan
lagu-lagu religi. Sama halnya dengan Teguh personel/vokalis Vagetoz dan masih
banyak lagi orang-orang yang lebih memprioritaskan kepentingan akhiratnya kelak.
BAB V
AKHLAK KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Beriman kepada kitab-kitab allah yang diturunkan kepada rasulullah saw ialah rukun
iman yang ketiga, karena allah swt telah mengutuskan rasul-rasulnya dengan bukti-bukti
yang jelas serta menurunkan kepada mereka kitab-kitab yang menjadi rahmat kepada alam
semesta. Menjadi petunjuk kepada mereka untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat,
juga sebagai pedoman hidup yang akan mereka lalui dan penyelesai kepada semua perkra
yang menjadi perselisihan dikalangan mereka.

‫س ِۚط‬
ْ ِ‫اس ِبا ْلق‬ ِ ‫سلَنَا ِبا ْلبَيِّ ٰن‬
ُ َّ‫ت َواَ ْن َز ْلنَا َم َع ُه ُم ا ْل ِك ٰت َب َوا ْل ِم ْي َزانَ لِيَقُ ْو َم الن‬ ُ ‫س ْلنَا ُر‬
َ ‫ٌ لَقَ ْد اَ ْر‬

“Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti


yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan”
Ayat diatas menjelaskan bahwa kewajiban manusia untuk meyakini adanya kitab-
kitab allah. Ketika seorang hamba menyakini adanya kitab yang diturunkan allah
kepadanya. Manusia diperintahkan untuk menyakininya. Supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan melalui petunjuk-petunjuk kitab yang benar.
Sebagaimana tertuang dalam kisah Nabi Nuh:
“Dalam kitab-kitab suci agama abramik yaitu:yahudi,nasrani, dan islam Nabi
Muhammad SAW, sebagai penerima risalah terakhir, mengisahkan banjir besar ini
berdasarkan wahyu yang diterimanya”
Kisah diatas menggambarkan bahwa pada masa nabi Nuh, kitab-kitab suci yang ada
yaitu kitab agama abramik (Yahudi,Nasrani dan Islam) Nabi Muhmmad SAW, sebagai
penerimah risalah terakhir, mengisahkan banjir besar ini berdasarkan wahyu yang
diterimanya sebagai bantahan terhadap dongeng-dongeng atau mitos. Menyelamatkan
manusia dari banjir besar itu, Al-Qur’an menetapkan sebagai tkoh yang bernama Nabi Nuh.
Banjir itu datang untuk memperingatkan manusia dari kekufurannya, juga kehendak lain
yang jauh lebih besar.7
Kitab-Kitab Yang Allah Turunkan Dan Rasul Yang Penerimanya

a. Taurat

Taurat adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa as sebagai pedoman hidup
bagi bani israil. Firman allah swt:

ۗ ‫س َر ۤا ِء ْي َل اَاَّل تَتَّ ِخ ُذ ْوا ِمنْ د ُْونِ ْي َو ِك ْياًل‬


ْ ِ‫سى ا ْل ِك ٰت َب َو َج َع ْل ٰنهُ ُهدًى لِّبَنِ ْٓي ا‬
َ ‫َو ٰاتَ ْينَا ُم ْو‬

7
Nurul Indana,Noor Fatiha,Amina Ba’dho”Nilai-Nilai Pendidikan Islam (Analisis Buku Misteri Nabi Nuh
Karya Yosep Rafiqi)”(jombang:STIT Al-Urwatul Wutsqo,2020),Vol.2, No.2
“Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami jadikannya petunjuk bagi
Bani Israil (dengan firman), “Janganlah kamu mengambil (pelindung) selain Aku”.(QS.Al-
Isra:2)
Adapun isi pokok kitab taurat adalah:

1. Jangan ada padamu tuhan lain dihadirat-ku


2. Jangan membuat patung ukiran dan jangan pula menyembah patung karena aku
tuhan allah mu
3. Jangan kamu menyebut tuhan allahmu dengan sia-sia
4. Ingatlah akan hari sabat (sabtu), supaya kamu sucikan dia
5. Berilah hormat kepda bapak ibumu
6. Jangan membunuh sesama manusia
7. Jangan berzina
8. Jangan mencuri
9. Jangn menjadi saksi palsu
10. Jangan berkeinginan memiliki hak orang lain

b. Zabur

Zabur adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud as untuk dijadikan pedoman
hidup bagi kaumnya. Firman allah swt:

ٍ ‫ض النَّبِ ٖيّنَ ع َٰلى بَ ْع‬


‫ض َّو ٰاتَ ْينَا د َٗاو َد َزبُ ْو ًرا‬ َّ َ‫ض َولَقَ ْد ف‬
َ ‫ض ْلنَا بَ ْع‬ ِ ‫َو َربُّ َك اَ ْعلَ ُم بِ َمنْ فِى السَّمٰ ٰو‬
ِ ۗ ‫ت َوااْل َ ْر‬

“Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di bumi. Dan sungguh,
Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian nabi-nabi atas sebagian (yang lain),
dan Kami berikan Zabur kepada Dawud”
Isi dari kitab zabur adalah nyanyian pujian kepada allah atas segala nikmat illahiah.

c. Injil

Injil adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa as pedoman dan petunjuk bagi
bani israil. Firman allah swt:

‫ۖواتَ ْي ٰنهُ ااْل ِ ْن ِج ْي َل ِف ْي ِه ُهدًى َّونُ ْو ۙ ٌر‬


ٰ ‫ص ِّدقًا لِّ َما بَيْنَ يَ َد ْي ِه ِمنَ الت َّْو ٰرى ِة‬ َ ‫سى ا ْب ِن َم ْريَ َم ُم‬ َ ‫َوقَفَّ ْينَا ع َٰلٓى ٰاثَا ِر ِه ْم ِب ِع ْي‬
َ‫ص ِّدقًا لِّ َما بَيْنَ َي َد ْي ِه ِمنَ الت َّْو ٰرى ِة َو ُهدًى َّو َم ْو ِعظَةً لِّ ْل ُمتَّقِي ْۗن‬
َ ‫َّو ُم‬

“Dan Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam,
membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami menurunkan Injil
kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan membenarkan Kitab yang
sebelumnya yaitu Taurat, dan sebagai petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang
bertakwa”
Isi pokok kitab injil adalah ajaran untuk hidup dengan zuhud dan menjauhi kerasukan
dan ketamakan dunia. Ini dimaksudkan untuk meluruskan kehidupan orang-orang yahudi
yang materialistis
d. Al Qur’an

Al quran adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW
sebagai petunjuk hidup umatnya. Berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang hanya
terbatas untuk satu kaum, al quran tidak hanya diturunkan untuk bngsa arab, melainkan
untuk seluruh umat. Firman allah swt:
ۡ ‫اِنَّ ۤا اَ ۡن‬
َ‫زَل ٰنهُ قُ ۡر ٰءنًا َع َربِيًّا لَّ َعلَّ ُكمۡ ت َۡعقِلُ ۡون‬
“Sesungguhnya Kami menurunkannya sebagai Qur'an berbahasa Arab, agar kamu
mengerti.”8
1. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah
Mencakup 4 perkara:
1. Mengimani bahwa kitab-kitab itu diturunkan dari sisi allah SWT dengan sebenar-
benarnya.
2. Mengimani nama kitab-kitab yang wajib kita ketahui diantaranya kitan Zabur,
Taurat, Injil dan Al-qur’n.
3. Membenarkan berita-berita yang shahih yang dikandungnya, seperti berita-berita
yang terdapat dalam al-qur’an atau pada kitab-kitab yang ada sebelum al-qur’an.
4. Mengamalkan hukum-hukum yang belum dihapus didalamnya juga ridha
menerimanya baik memahami pada hikmahnya ataupun tidak.9

8
Adya Sukma Dewi”Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah INSKLUSI”(Univ Pendidikan
Indonesia,2016)
9
Yufi Mohammad Nasrullah, Yasya Fauzan Wakila, Nurul Fatonah”Peneguhan Karakter Islam Peserta Didik
Melalui Rukun Iman Dengan Metode 3P (Peneguhan Pengamalan Pembiasaan)” Jurnal Pendidikan Universitas
Garut
BAB VI
AKHLAK ANAK TERHADAP ORANG TUA

Jika hak kerabat dan sanak keluarga telah ditegaskan secara jelas, maka sanak
keluarga dari kelahiran merupakan perkara yang ebih khusus dan lebih penting. Nabi saw,
bersabda,

‫لن يحزي ولد عن لده حتى يحده مملو کا فیشتریه فیعته‬


"Anak tidak dapat membalas jasa kedua orung tuanya kecuali jika ia menemukan
orangtuanya sebagai budak, lalu dibelinya dan dimerdekakannya."

‫" برا لولد بن افضل من الصالة و الصدقة والحج والعمرة والجهاد في بيل هللا‬
"Berbuat baik kepada kedua orang tua lebih utama daripada shalat, sedekah, puasa, baji
umrah, dan berjihad dijalan Allah"
¹Diriwayatkan oleh Muslim
²Abu Ya'la dan ath-Thabrani dalam as-Shaghir dan al-Aushat meriwayatkan dari
hadits Anas ra. Seorang lelaki datang kepada Rasullah seraya berkata, Sesungguhnya aku
ingin jihad tapi aku tidak mampu, Nabi saw bertanya, "Apakah salah seorang dari orang
naamu masih ada? Orang itu menjawab, ibuku, Nabi saw bersabda, Menghadaplah kepada
Allah dengan berbuat baik kepadanya. Jika kamu telah melakukan hal itu maka kamu
sudah haji umrah dan jihad," Sanadnya hasan.

‫برامك وابا ك وا ختك وأخاك ثم انتاك فادناك‬


"Berbuat baiklah kepada ibumu, bapakmu, saudara perempuanmu,dan kepada saudara
lelakimu kemudian kepada orang yang paling dekat denganmu dan seterusnya."
Malik bin Rabi'ah berkata. "Ketika kami bersama Nabi saw, tiba tiba datang kepada
beliau seorang lelaki dari bani salamah dan berkat, 'ya Rosulullah, apakah masih ada
kewajiban untuk berbuat baik kepada kedua orang tuaku setelah keduanya wafat ? nabi saw
menjawab.
‫نعم الصالة عليما واإلستغفار لهما وإنفاذ عهد هما وإكرام صديقهما واصلة الرحم التي ال توصل إال بهما‬
"Ya mendoakan keduanya meminta ampun untuk keduanya , menunaikan janji keduanya ,
memuliakan teman keduanya dan menyambung hubungan kerabat yang tidak tersambung
kecuali dengan keduanya."
Nabi Saw bersabda
‫إن من أمر البر أن يصل الرجل أهل ود أبيه بعد أن يول األب‬
" Salah satu kebajikan yang paling baik adalah seorang menyambung kerabat bapaknya
setelah kematian."
³Diriwayatkan oleh an - Nasa'i Ahmad dan al - Hakim . Abu Dawud meriwayatkan
hadits serupa sedangkan dalam Shahihain dari hadits Abu Hurairah disebutkan , seseorang
lelaki bertanya , " siapakah orang yang paling berhak diperlakukan dengan baik ? " Nabi
saw menjawab . " Ibumu , kemudian Ibumu , kemudian Ibumu , kemudian bapakmu "
Lafazh ini adalah lafazh Muslim .
⁴Diriwayatkan oleh Abu Dawud , Ibnu Hibban dan al - Hakim , ia berkata , " Sahih sanadnya
. " ⁵Diriwayatkan oleh Muslim

‫کل غالم رهين أو رهيئة بعقيقته تذبع عنه يوم السابع و يعلق رأسه‬
" Setiap bayi tergadai oleh aqiqahnya , maka disembelihkanlah (kambing) untuknya dan
dicukurlah rambutnya pada hari ketujuh (setelah kelahirannya)."⁶
Seseorang datang kepada Abdullah ibnu al - Mubarak mengadukan anaknya .
Abdullah ibnu al - Mubarak bertanya , " apakah engkau telah mendoakan kecelakaannya ?
" Orang itu menjawab " Ya " Abdullah ibnu al - Mubarak berkata . " Kamu telah
merusaknya . "
Kita dianjurkan untuk bersikap lemah lembut kepada anak Al - Aqra " bin Haris
pernah melihat Nabi , menciumi cucu beliau al - Hasan . Lalu AL - Aqra ' berkata , "
Sesungguhnya aku punya sepuluh anak tetapi aku belum pernah mencium seorang pun di
antara mereka . " Nabi saw bersabda .
‫إن من ال يرحم ال يرحم‬
" Sesungguhnya orang yang tidak menyayangi tidak akan pernah disayang . "⁷
Hasan pernah tersandung , sedangkan nabi saw , ketika itu sedang berada di atas
mimbar . Lalu Nabi . Turun menggendong nya seraya membacakan firman Allah . "
Sesungguhnya harta dan anak - anakmu adalah fitnah . "⁸
Abdullah bin Syadad berkata , " Ketika Rasulullah saw , shalat mengimami orang -
orang tiba - tiba Husain datang lalu menaiki tengkuk beliau ketika beliau sedang bersujud ,
lalu Nabi saw , memanjangkan sujud sampai - sampai orang mengira terlah terjadi sesuatu .
Setelah selesai shalat orang - orang bertanya . " Ya Rasullah ,⁶Diriwayatkan oleh para
pemilik kitab berkata , " Hasan Shahih ⁷Diriwatkan oleh Bukhari ⁸Diriwayatkan oleh para
pemilik kitab as - Sunah. At - Tirmidzi berkata . " Hasan Gharib . "
sesungguhnya engkau telah memanjangkan sujud sampai kami mengira telah terjadi
sesuatu ? ' Nabi saw bersabda
‫إن ابني قد ارتعلنى فكرهت أن أمجله حتى يقضي حاجته‬
"Cucuku telah menaikiku, lalu aku tidak ingin menyegerakannya sebelum ia menyelesaikan
kebutuhannya.⁸
Dalam hal ini terdapat beberapa pelajaran ; Pertama , kedekatan kepada Allah ,
karena seorang hamba sangat dekat kepada Allah ketika ia sujud . Kedua , sikap lemah
lembut dan berbuat baik kepada anak . Ketiga , memberikan pengajaran kepada umatnya.
inilah beberapa hadits yang menunjukkan penegasan adanya hak kedua orang tua ,
karena ikatan ini lebih kuat daripada ikatan persaudaraan , bahkan mayoritas ulama ada
yang menambahkan bahwa menaati orang tua dalam hal - hal yang mengandung syubhat ,
hukumnya wajib walaupun dalam hal - hal yang jelas ( murni ) keharamannya tidak wajib .
Bahkan apabila keduanya merasa terganggu karena anda tidak ikut makan bersama
mereka , maka Anda mesti ikut makan bersama mereka , karena meninggalkan syubhat
merupakan sikap hati - hati ( wara ' ) sedangkan ridha kedua orang tua adalah kewajiban .
Begitu pula , Anda tidak boleh bepergian untuk suatu tujuan yang mubah ataupun
yang sunnah kecuali dengan izin orang tua . Keluar untuk menuntut ilmu adalah sunnah ,
kecuali jika Anda menuntut ilmu yang wajib , seperti ilmu tentang shalat dan puasa ,
sedangkan di ne / ' geri Anda tidak ada orang yang bisa mengajari Hal ini sama dengan
seseorang yang masuk Islam kepadanya , maka ia wajib hijrah meninggalkan negeri itu dan
tidak ada keterikatan dengan hak kedua orang tuanya .
⁹Diriwayatkan oleh an - Nasa'i dan al - Hakim , ia berkata , " Sahih berdasarkan
syarat Bukhari dan Muslim . "
Abu Sa'id al - Khudri berkara . " Seorang lelaki berhijrah dari Yaman kepada Rasullah saw ,
dan ia ingin berjihad.lalu Rasullah saw bertanya .
. ‫هي باليمن أبواك ؟‬
''Apakah di Yaman masih ada kedua orang tuamu ? "
Orang itu menjawab , ' Ya . ' Nabi saw . Bertanya lagi .
‫هل أننا لك ؟‬
Apakah keduanya telah memberikan izin kepadamu ? Orang itu menjawab , Tidak . ' Nabi
saw bersabda
‫ فإن فعال فجاهد وإال فير هما فإن ذلك خير ما تلقى هللا به بعد توحید‬. ‫فارجع إلى أبويك فاستأذنهما‬
'Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan mintahlah izin dari keduanya Jika keduanya
memberi izin , maka engkau boleh berjihad dan jika keduanya tidak mengizinkan , maka
berbuat baiklah kepada keduanya karena hal itu merupakan sesuatu yang paling baik yang
engkau hava bertemu dengan Allah setelah tanibid . "
Datanglah lagi yang lain kepada Nabi saw . Untuk meminta pendapat beliau tentang
keikutsertaanya dalam peperangan . Lalu Nabi saw bertanya .
‫ا لك والدة ؟‬
'Apakah engkau masih memiliki seseorang ibu ? "
Orang itu menjawab , Ya , ( masih ada ) . " Nabi saw bersabda
‫فالزمها فإن هللا عند رجليها‬
" Selalulah bersamanya karena sesungguhnya surga itu berada dikedua kakinya.¹⁰
¹⁰Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Hibban
BAB VII
Akhlak terhadap lingkungan

Sebagai seorang makhluk sosial yang artinya saling membutuhkan satu dengan yang
lainnya, sudah seharusnya kita menghargai lingkungan. Masyarakat dan lingkungan
adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat Perilaku dan tindakan
manusia dalam kehidupan keseharian berpengaruh pada kualitas lingkungan dimana ia
tinggal.10 Lingkungan terdiri dari berbagai jenis dan kita akan bahas akhlak kepada
lingkungan tersebut satu persatu.

1. Lingkungan Alami
Jenis lingkungan pertama adalah lingkungan yang terbuat secara alamiah atau tanpa
campur tangan manusia. Sudah seharusnya sebagai seorang muslim melestarikan alam
sebagai nikmat yang tak terhingga. Memanfaatkan alam dengan baik merupakan salah satu
contoh berakhlak kepada lingkungan.
Hal ini diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits RasulullahSAW, yang berbunyi
:

ُ ‫ﷲ ُقَا َل َر‬eَّ‫سانٌ َأ ْو َب ِھی َمةٌ ِإال‬


... ِ َّ‫سول‬ َ ‫سا َأ ْو یَ ْز َر ُع َز ْر عًا فَیَْأ ُك ُل ِم ْن ُھ‬
َ ‫ط ْی ٌر َأ ْو ِإ ْن‬ ً ‫س َغ ْر‬
ُ ‫س لِ ٍم یَ ْغ ِر‬
ْ ‫َما ِم نْ ُم‬
ٌ‫ص َدقَة‬ َ ‫َكانَ لَ ُھ بِ ِھ‬

Artinya:“.... RasulullahSAWbersabda : tidaklah seorang muslim


menanamtanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun
hewan,kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan
Muslimdari Anas).
Dia (Allah) menundukkan untuk kamu; semua yang ada di langit dan di
bumisemuanya (sebagai rahmat) dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13). Ini berarti
bahwaalam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat
memanfaatkannyadengan sebaik-baiknya.11

2. Lingkungan Buatan

Berbeda dengan lingkungan alami, lingkungan buatan terbentuk akibat adanya usaha
dari manusia. Jenis lingkungan ini biasanya melibatkan teknologi, baik teknologi sederhana
10
Umanailo, M Chairul Basrun. “Hakikat Dan Makna Lingkungan Bagi Kesejahteraan.” LawArXiv, 31 Dec.
2020. Web.
11
Hasnawati.(2020).akhlak kepada lingkungan.jurnal pendais,(2),217.
maupun teknologi modern. Bicara soal akhlak kepada lingkungan buatan tidaklah sulit,
karena sangat berdampingan dengan kehidupan sehari hari seperti tidak membuang sampah
di selokan dan senantiasa menjaga fasilitas buatan yang diciptakan manusia itu sendiri.

3. Lingkungan Sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain.
Interaksi sosial yang terjadi pada manusia ini membentuk lingkungan yang disebut
lingkungan sosial. Tentunya kita memiliki adab dan etika dalam bersosialisasi dengan yang
terdekat dengan kita yaitu keluarga lalu tetangga, teman, guru, murid dan sebagainya. Ada
baiknya kita menjaga silahturahmi di lingkungan sosial maka dengan demikian kita telah
berakhlak kepada lingkungan sosial.
BAB VIII
BERAKHLAK PADA DIRI SENDIRI

A. Hakekat Berakhlak Pada Diri Sendiri


Islam mengajarkan manusia untuk menjaga diri baik fisik maupun mental. organ
tubuh kita harus dijaga dengan mengkonsumsi makanan yang halal dan baik. Jika kita
makan makanan yang tidak halal dan tidak baik itu berarti kita telah memanjakan diri kita
sendiri. Pikiran kita juga harus dipelihara dan dilindungi agar tertutupi oleh pikiran-pikiran
kotor. Jiwa harus dimurnikan agar menjadi orang yang beruntung. Seagaimana Firman
Allah dalam Q.S Asy Syam [91]: 9-10:

‫ساهَا‬ َ ‫ َوقَ ْد َخ‬،‫قَ ْد َأ ْفلَ َح َمن زَ َّكاهَا‬


َّ ‫اب َمن َد‬
Artinya:
“Sesungguhnya berahagialah orang yang mensucikan jiwa. Dan benar orang yang
merugi itulah yang mencemarkannya.”
Oleh karena itu mematasi pandangan dan memelihara aurat adalah juga
memperlakukan diri sendiri. Seagaimana Rasulullah bersada: “Sesungguhnya seagian
anggota Neraka adalah wanita telanjang tetapi erpakaian yang rentan terhadap amoralitas
dan mendorong orang lain untuk melakukan amoralitas. Mereka tidak akan masuk dan
merasakan surga. " (HR Bukhari dan Muslim)
“Bahwa ketika seorang gadis cukup umur mereka hanya melihat wajah dan telapak
tangannya sampai pergelangan tangan” (HR Au Daud)
Memang sangat sulit untuk mengenakan pakaian yang baik. dan busana Islami yang
sesuai dengan ajaran Islam. Karena pakaian Muslim yang bagus mungkin terdengar seperti
tidak trendi tidak seksi dll. tapi itu benar. Dan saat ini banyak sekali baju muslim yang
sangat bagus dan selalu tampil fashionable dan stylish namun perlu juga diingat untuk tidak
berlebihan. Ajaran Islam tentang menjaga harga diri pria dan wanita ini benar-benar suci
dan mulia. Tidak ada ajaran agama lain yang mengatur dengan egitu hati-hati. Jika tidak
oleh ada perzinahan prostitusi dan perselingkuhan antara suami istri. Muslim tidak oleh
dihina tetapi sebaliknya harus murni dan mulia. Akhlak Terhadap Diri antara lain :
1. Kesetiaan (al-Amanah) yaitu sikap priadi yang setia ikhlas dan jujur dalam
menyelesaikan hal yang dipercayakan kepadanya kepada kita aik erupa harta
rahasia kewajian atau amanah lainnya.
2. Benar (as-Shidqatu) adalah kata dan peruatan yang enar jujur.
3. Adil (al-adlu) terdiri dari meletakkan sesuatu kemali pada tempatnya.
4. Menjaga kesucian (alifafah) yaitu menjaga dan memelihara kesucian dan
kehormatan seseorang terhadap peruatan tercela fitnah dan peruatan yang
dapat mencemarinya.
5. Malu (al-Haya) adalah rasa malu pada Allah dan diri sendiri karena melanggar
perintah Allah.
6. Kekuatan (al-Quwwah) yaitu kekuatan fisik spiritual atau mental dan spiritual
atau kecerdasan.
7. Kesabaran (ash-Sharul) adalah kesabaran ketika di timpa musibah dalam
mengerjakan suatu hal.
8. Kasih Sayang (ar-Rahman) adalah sifat mencintai diri sendiri orang lain dan
sesama manusia.
9. Ekonomis (aliqtishad) yang tidak menyia-nyiakan harta menghemat tenaga
dan waktu.12

B. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri

Manusia dilengkapi dengan seperangkat alat yang lengkap yang dapat digunakan
untuk melaksanakan tugas dan kewajiannya. Karena manusia memiliki kapasitas untuk
menjadi sujek di satu sisi dan menjadi ojek di sisi lain.
Tugas dan kewajian manusia terhadap dirinya sendiri adalah memelihara adan
dengan memenuhi keutuhannya seperti pangan, sandang dan papan dan memelihara rohani
dengan memenuhi kebutuhannya berupa pengetahuan, kebebasan, dan lain sebagainya
sesusai dengan tuntutan fitrahnya, sehingga ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik
sebagai manusia sejati. dengan kata lain Islam memerintahkan manusia untuk berlaku adil
terhadap dirinya.
Kewajian manusia terhadap dirinya sendiri juga disertai dengan larangan menyakiti
diri sendiri, merusak diri sendiri dan menyiksa diri sendiri baik secara fisik (memotong dan
melukai tubuh ) maupun secara rohani ( membiarkan itu larut dalam kesedihan). Itu
disyariatkan dalam ajaran islam sesuai dengan firman Allah QS. Al- Qur’an : 195
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫سنُ ْوا ۛ اِنَّ َ يُ ِح ُّب ا ْل ُم ْح‬
َ‫سنِيْن‬ ِ ‫سبِ ْي ِل ِ َواَل تُ ْلقُ ْوا ِبا َ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى التَّ ْهلُ َك ِة ۛ َواَ ْح‬
َ ‫َواَ ْنفِقُ ْوا فِ ْي‬

Terjemahan
Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri)
ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.13
Jadi kesimpulannya, kewajian manusia terhadap dirinya sendiri adalah memenuhi
kebutuhan hidup baik lahir maupun batin. Secara fisik Islam menganjurkan penggunaan
benda-benda yang bersih sehat dan bermanfaat serta melarang penggunaan benda-benda
yang dapat menimbulkan kemudharatan. Islam juga melarang menggunakan segala sesuatu
yang memabukkan , memakan daging babi, karena semua itu meninbulkan kemudharatan
pada fisik. Islam juga tidak memperbolehkan orang telanjang tetapi mewajibkan mereka
untuk menutup aurat Islam juga menganjurkan kerja keras dan usaha yang halal atau tidak
selalu memohon belas kasihan.
C. sikap yang baik terhadap diri sendiri
12
Syarifah Habibah.” AKHLAK DAN ETIKA DALAM ISLAM” JURNAL PESONA DASAR Universitas Syiah Kuala Vol. 1 No. 4, (Oktober
2015), hlm 73 - 87
13
Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar STUDI AKHLAK, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004), hlm 145
 Penerimaan diri adalah menerima diri sendiri dengan kekurangan dan kelebihannya.
dengan penerimaan diri ini, seseorang akan mengetahui siapa dirinya sebenarnya,
sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkannya
 Keyakinan, bahwa orang dengan potensi yang dimilikinya memiliki kepercayaan diri
untuk melakukan sesuatu dengan kemampuan kemampuannya dan melakukannya
dengan usaha yang maksimal.
 membantu untuk mendapatkan rasa harga diri yang dapat mengarah pada pengakuan
masyarakat.14

14
Ibid.,hlm .146
BAB IX
AKHLAK MURID TERHADAP GURU

A. Irdah, murid, dan murad


Iradah (Kehendak) adalah Meninggalkan sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan.Manifestasinya adalah kegairahan hati untuk mencari Allah dan meninggalkan
apapun selainny.jika seorang hamba meninggalkan ibadah yang masih diselimuti bias
Kepentingan dunia dan akhirat maka ia telah Mencapai Kemurnian iradah dari segala
kepentingan.Sebab,iradah Merupakan hulu Segala hal,Yang kemudian diikuti al-Qashd
(Niat), lantas diwujudkan dalam perbuatan.
Iradah merupakan Langkah permulaan bagi setiap salik (orang yang menempuh jalan
ini) dan stasiun pertama Setiap qashid (Orang yang Mengemban niat iradah).Allah
befirman,jangan lah kamu Mengusir orang-orang yang menyeruh Tuhannya pada pagi dan
petang hari,sedang mereka menghendaki ke-ridaannya (Wajahnya) AlAn'a-m [6]: 52). Allah
melarang nabinya Untuk mengusir Menyingkirkan mereka.
Sementara murid,adalah orang yang memiliki iradah, Seorang murid selalu antusias
mengahadap dan mentaati Allah, Sembari berpaling dari selainnya. Ia mendengar kan firman
Tuhan lantas mengamalkan nya, Sembari menutup telingan dari selainnya. Ia melihat dengan
cahaya Allah,sehingga apapun yang dilihat dalam dirinya dan orang lain adalah perbuatan
Allah. Ia menutup mata dari selain-Nya sehingga tak ia lihat siapapun selain Allah. Ia hanya
menyaksikan Allah saat melihat berbagai peristiwa apapun.
Seorang murid menyadari betul sabda Nabi Saw. "Kecintaanmu kepada sesuatu akan
membuatmu buta dan tuli." Yakni,Buta dan tuli selain yang engkau cinta karena kesibukan
mu dengan apa yang kau cintai. Sebab,Seseorang belum dikatakan mencintai kalau belum
berkehendak, dan belum dianggap berkehendak kalau tidak memurnikan kehendaknya (dari
selain ridanya), dan kehendak nya tak betul-betul murni Sampai 'bara ketakutan' (al-khasy-
yah) memasuki hatinya dan membakar semua yang ada disana. Allah berfirman, Apabila
raja-raja memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan
penduduknya yang mulia menjadi hina (Al-naml [27]: 34).
Iradah merupakan bara api yang dapat melenyapkan segala kegelisahan, sehingga
seorang murid tidur ketika mengantuk saja, maka hanya ketika lapar, dan berbicara
seperlunya. Ia selalu menasehati dirinya dan tak pernah menanggapi nafsu dan kenikmatan. Ia
giat menasehati hamba-hamba Allah dan merasa tenang dan nyaman dengan berkhalwat
bersama Allah, bersabar dari segala kemasiatan dan rida menerima qadha Allah, semabari
memilih apa yang diputuskan Nya, malu menatap Allah dan mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk meraih cinta nya Allah. Ia begitu antusias pada setiap perantara yang
bisa mendekatkan diri kepada Allah, dan rela mengurung diri demi menghindari pujian. Ia
juga berusaha meraih cintanya dengan banyak melakukan amalan-amalan sunnah dengan
Segenap keikhlasan hingga mencapai Allah dan masuk dalam golongan orang-orang yang
dicintai Allah (ahbab Allah) dan dikehendakinya (Muradihi). Sedangkan yang lain
membedakan dengan mengatakan bahwa murid adalah pemula, sementara Murid adalah ahli.
Murid adalah orang yang menerima guyuran kelelahan dan tercebur ke dalam kawah
penderitaan, sedang murad adalah orang yang menerima perintah (menghadapi segala
sesuatu) tanpa beban.
Perbedaan lain antara murid dan murad adalah antara lain:
1.Murid mencari, Sementara murad dicari.
2.Ibadah murid adalah mujahadat, ibadah murad adalah mauhibah
(anugerah/pemberian).
3.Murid ada (maujud), Sedangkan murad lebur (fani).
4.Murid beramal demi imbalan sedangkan murrad tidak memandang amal, akan tetapi
ia memandang taufik dan anugrah.
5.Murid meamal dengan Meniti satu jalan, Sedangan kan murad diatas keseluruhan
jalan.
5.Murid memandang dengan cahaya Allah, sedangkan murad memandang dengan
Allah.
6.Murid beraktivitas atas perintah Allah, sedangkan murad dengan perintah Allah.
7.Murid menentang dengan hawa nafsu, sedangkan murid bebas dari kehendak dan
angan-angan.
8.Murid mendekat, sedangkan murad didekati.
9.murid melindungi, sedang kan murad diantara dan mencapai Tuhan yang merupakan
capaian tertinggi. Di sisi nya, dia pun mendapatkan segala hal yang istimewah,
berharga, lembut, dan murni, sehingga melampaui setiap ahli ibadah yang taat, suka
mendekatkan diri, berbakti, dan bertakwa.15

B. Akhlak Kepada Guru atau dosen Menurut Agama


Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk
menjadi lebih baik sebagaimana diridhoi Allah 'azza wa jalla . Wajib hukumnya mematuhi
kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak
bertentangan dengan syari'at agama.
Di antara akhlaq kepada guru yaitu :
Memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

· ‫س ا لَ ْم ا ا‬
َ ‫لَ ْي‬

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan
tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )
HAI Datang ke tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana sabda
Rosululloh saw :

· ‫س ْل ًما َل هَّللا ُ لَهُ ا لَى ا ْل َجنَّ ِة‬


ُ ‫لَكَ ا ْلتَ ِم‬
15
Syekh Abdul Qadir al- jailani,Tasawuf,Terj.Aguk Irawan,(Jakarta:zaman,2012), hlm.7-15
“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu Anda, Alloh mudahkan
baginya untuk menempuh jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-
Tirmidzi dan Ibnu Majah )
Datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana mestinya sabda
Rosululloh saw :
· ‫اهَّلل َ ٌل ا ْل َج َما َل‬
“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan
Al-Hakim )
Diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Sa'id
Al-Khudri ra :
· ‫اس لَى الطَّ ْي َر‬ ُ َّ‫الن‬
“Orang-orang pun diam seolah-akan ada burung di atas kepala mereka.” ( HR. Al-
Bukhori )
HAI Bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik.
Alloh berfirman :
· َ‫الذ ْك ِر الَ لَ ُم ْون‬ ِّ ‫سَألُ ْوا َل‬ ْ ‫ا‬
“Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.”( Qs. An-
Nahl : 43 dan Al-Anbiya' : 7 )
Rosululloh saw bersabda :
· ُّ ‫الَ لُ ْوا لَ ْم لَ ُموا ا ا ُء ا ْل ِع ِّي ال‬
‫سَؤ ا ُل‬

“Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? obat dari ketidaktahuan adalah
bertanya ?” (HSR.Abu Dawud)
HAI Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar
mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu Alloh
berfirman :
· ‫ا ا الَّ ِذيْنَ ا الَ لُ ْوا ا َء لَ ُك ْم‬
“Wahai orang-orang yang percaya, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang akan
dijawab oleh kalian.” ( Qs. Al-Maidah : 101)
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :
· ‫سلِ ِميْنَ ا َل لَ ْم ِل لَتِ ِه‬ ْ ‫ا ْل ُم‬

“Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya
tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lalu menjadi diharamkan karena pertanyaannya itu.”
( HR. Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim )
Berkata Imam Maimun bin Mihron : “Pertanyaan yang bagus menunjukkan dari
kefahaman.” ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami' )
Menegur guru bila melakukan kesalahan dengan cara yang penuh hormat, sebagaimana sabda
Rosululloh :
· ْ ‫سولِ ِه َألِئ َّم ِة ا ْل ُم‬
‫سلِ ِمينَ ا َّمتِ ِه ْم‬ ُ ‫ لِ َمنْ ا َل هَّلِل ِ لِ ِكتَابِ ِه لِ َر‬: ‫ ْلنَا‬, ُ‫ص ْي َحة‬
ِ َّ‫ال ِّديْنُ الن‬

“Agama adalah nasihat.” Kami ( Shahabat ) bertanya : “Untuk siapa ?” Beliau


menjawab : “Untuk menta'ati Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk
para pemimpin kaum muslimin dan untuk orang-orang umum.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu
Dawud, At-Tirmidzi dll )16

BAB X
AKHLAK GURU KEPADA MURID

Guru merupakan teladan yang harus diikuti oleh murid-muridnya, maka seorang guru
hendaknya membekali dirinya terlebih dahulu dengan ilmu yang luhur, akhlak yang mulia,
teladan yang baik dan contoh yang benar.17
Kewajiban pertama guru adalah menerima murid karena Allah, bukan untuk
kepentingannya sendiri, lalu memberikan nasehat bijak, memperhatikannya dengan mata
penuh kasih, memperlakukannya dengan lembut ketika ia tidak mampu menanggung
riyadhah, lantas mengasuhnya seperti orang ibu mendidik dan mengasuh bayinya dan seperti
seorang ayah penyayang nan bijak terhadap anaknya yang masih kecil.18
Sebagai tahapan awal, guru sebaiknya memberinya tugas yang paling ringan terlebih
dahulu dan tidak membebani nya diluar batas kemampuan. Jika satu tahap terlewati baru
beranjak ke yang lebih berat.
Pantang bagi seorang guru mengambil keuntungan materiil maupun jasa pelayanan dari
muridnya dalam kondisi apapun ia juga tidak mengharap ganti dari Allah atas jerih payahnya
mendidik murid. Ia harus mendidik dan mengajarinya karena Allah sebagai bentuk komitmen
menjalankan perintahnya. Sebab, murid yang datang sendiri bukan karena pilihan sang guru
maupun upaya penarikan, melainkan atas bimbingan Allah dan hidayahnya, merupakan
hadiah dari Allah, sehingga harus ia terima dan ia ajari dengan sebaik-baiknya.
Karena itu, ia tidak boleh memungut keuntungan apapun darinya, baik berupa materi
maupun jasa pelayanan, kecuali dalam koridor yang telah diatur Allah. Jalan terbaik dalam
hal ini adalah mempekerjakannya dalam pekerjaan produktif yang memberikan hasil material
bagi si murid dan guru. Dalam kondisi demikian, ia tidak boleh menolak apa yang diberikan
sang murid.
Guru mesti mendidik murid dengan penuh kesungguhan dan mendoakan kebaikan jika
menjumpai ada kekurangan atau kelesuan pada diri si murid. Guru harus bisa menjadi tempat
mengadu bagi murid, tempat yang aman untuk menyimpan rahasia mereka, tempat
berlindung, sekaligus motivator yang memompa semangat mereka dan mengokohkan
komitmen mereka untuk menapak jalan menuju Allah. Bukan malah menakut-nakuti dan
menjauhkannya dari jalan tersebut.
Guru mesti menjaga rahasia murid-muridnya dan tidak memberitahu siapapun
mengenai mengenai kondisi spiritual mereka. Ia mesti menyimpannya sebagai rahasia dan
tidak menyebarkannya kepada orang lain. Sebab, hal ini merupakan amanah. Jika ia melihat
murid melakukan tindakan yang tidak disukai bahkan dilarang oleh syariat maka guru harus
16
A.Mudjab Mahali dan Umi Mujawazah Mahali, Kode Etik Kaum Santri,(Bandung: Al-Bayan,Febuari,1988),hlm 10-14
17
Kelompok Telaah Kitab Ar-Risalah. Panduan Seorang Mukmin. Hal 113
18
Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani. Buku Pintar Tawasuf. Hal 49
BAB XI
HAKIKAT BERAKHLAK KEPADA SESAMA MUSLIM

Persaudaraan atau persahabatan sesama muslim yang hakiki hanya terjadi jika dibangun
di atas ridho Ilahi, yaitu sesama muslim mereka bersaudara, dalam kitab suci Al Qur'an
dijelaskan pada surat Al Hujurat : 10.

Artinya :“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu


damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
nikmat.”19
Maka bagi sesama muslim setidaknya ada 11 point yang mesti dilakukan terhadap
saudaranya (sesama muslim):
1. Memberi salam apabila saling jumpa

Terdapat pada Surah (QS Annisa:86)


Banyak dari kita masih menyapa dengan "Hai", "Halo", "Pagi", padahal ini tidak ada
nilai ibadahnya. Didalam Islam, salam yang bernilai ibadah (karena didalamnya ada doa)
adalah Assalamualikum, dan dijawab dengan Wa alaikum salam, minimal, atau ditambahkan
dengan ucapan Warahmatullahi wabarakatuh itu lebih baik. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam
QS An Nisa ayat 86.

“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik,atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan)
dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu” (QS Annisa : 86)
20

2. Saling mendoakan apabila yang lain bersin


Hal ini tidak dimiliki oleh agama/ ajaran apapun hanya dalam din Islam. Hadits riwayat
Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:“Jika salah seorang dari kalian
bersin, hendaklah ia mengucapkan ‘Alhamdulillah (Segala puji bagi ALLAH)’ dan
19
Muhammad Ali al-hasyim, “The Ideal Muslim”, Mitra Pustaka, 1, Januari 2000. Hl. 195.
20
Muhammad Ali al-Hasyimi, “The Ideal Muslim”, Mitra Pustaka, 1, Januari 2000. Hal.209.
saudaranya atau orang yang bersamanya mengatakan kepadanya ‘Yarhamukallah (Semoga
ALLAH memberikan rahmat-Nya kepadamu)’. Jika salah seorang mengucapkan
‘Yarhamukallah’, maka orang yang bersin tersebut hendaklah menjawab ‘Yahdiikumullah
wayushlih baalakum (Semoga ALLAH SWT memberikanmu petunjuk dan memperbaiki
keadaanmu).”
3. Tawadhu. tidak sombong terhadap saudaranya
Seorang muslim tidak boleh sombong terhadap saudaranya, karena sombong adalah
pakaian kebesaran Allah. Sebaliknya seorang muslim harus tawadhu, rendah hati dan kasih
sayang sesama manusia apalagi sesama muslim.Terdapat pada surah Al – Lukman : 18 ;

“janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong lagi membanggakan diri“(QS Lukman:18)21

4. Lemah lembut dan kasih sayang


Lemah lembut dan kasih sayang adalah ciri umat Rasulullah, tercermin didalam surat
Al Fath ayat 29 :

“ Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat
mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka
tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam
Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang
mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus
di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah
menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka,
ampunan dan pahala yang besar”. (QS Al Fath : 29)

5. Tidak mendiamkannya lebih dari 3 hari

21
Muhammad Ali al-hasyimi, “The Ideal Muslim”, Mitra Pustaka,1, Januari 2000. Hl.310.
Seorang muslim tidak boleh memendam dendam, apalagi mendiamkan saudaranya
labih dari 3 hari. Hindari kata-kata "Tiada maaf bagi mu", hendaknya seorang muslim saling
memaafkan.

6. Memberi nasihat apabila diminta


"Apabila salah seorang dimintai nasehat saudaranya maka berilah ia nasehat"
Muttafaqun Alaih.
Surat An Nahl:125, mengajarkan kita untuk menyeru dengan hikmah, dan mendebat
dangan cara yang baik.

“Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmah kebijaksanaan dan


nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu)
dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih mengetahui akan
orang yang sesat dari jalanNya, dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang
mendapat hidayah petunjuk." (Al-Nahl: 125)

7. Besemangat dalam tolong menolong dan beramar ma'ruf nahi mungkar


Tolong menolong tidak membedakan suku, bangsa, warna kulit, tetapi dengan satu
kesatuan Akidah. Surah Al – Maidah 2 ;

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian


Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu
(hewan-hewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan
(pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka mencari karunia
dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah
kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka
menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada
mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,
sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”(QS.Al-Maidah:2)22

22
Muhammad, “The Ideal Muslim”, Mitra Pustaka, 1, Januari 2000. Hl. 271.
8. Menutupi aib saudaranya
Aib disini adalah aib individual, bukan aib yang bersifat umum. Siapa saja yang
menutupi aib saudaranya di dunia maka Allah akan menutupi aibnya di akhirat. Suatu ketika
seorang lelaki menemui Umar bin Khattab Radiallahu Anhu. Maksudnya menyampaikan satu
berita dengan harapan ia mendapat pujian dari Khalifah kedua ini. Dihadapan Umar ia
berkata: "Wahai Amirul Mukminin, saya melihat si Fulan dengan si Fulanah berpelukan di
balik pohon kurma." Lalu bagaimana reaksi Umar? Lelaki ini malah dijambak jubahnya oleh
Umar. Beliau sambil mengacungkan cambuk kepadanya seraya berkata: "Kenapa tidak kamu
tutupi kesalahannya dan harapkan kesadaran serta taubat mereka? Bukankah Rasulullah
Shallallahu 'alayhi wasallam telah mengatakan, 'Barangsiapa menutupi aib atau kesalahan
saudaranya, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia maupun akhirat." (Al Hadis).
9. Tidak su'udhon/ berburuk sangka
Terdapat dalam Surah Al-Hujurat:12

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),


karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. (QS Al Hujurat:12)

10. Berkata-kata yang baik dan saling memaafkan


Kata-kata yang baik adalah sedekah. Hendaknya apabila pembicaraan sudah tidak lagi
bernilai, maka lebih baik diam. Seorang muslim harus membuka lebar2 pintu maaf, Putusnya
silaturahim adalah salah satu sebab terbukanya pintu su'ul kothimah. (QS Al Maidah:13)

Artinya “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan
Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari
tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada
mereka. ... Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.23
23
Muhammad Ali al-hasyim, “The Ideal Muslim”, Mitra Pustaka, 1, Januari 2000.Hl. 288.
BAB XII
AKHLAK MUSLIM TERHADAP NON MUSLIM

Islam sejak awal mempunyai ibadah-ibadah tertentu yang wajib dilaksanakan oleh
kaum muslimin ( penganutnya ). Karena hal tersebut telah sama diakui dan telah di tetapkan
menjadi kewajiban mereka. Dan kaum muslimin tidak ada hubungan dengan pemeluk agama-
agama lainnya dalam masalah ibadah-ibada tersebut.
Namun demikian ajaran-ajaran ahlak tidak dilihat dari segi ini, umat islam
diperintahkan saling kenal mengenal dan saling berhubungan satu sama lain dengan seluruh
penghuni jagatraya ini dalam aspek-aspek kebaikan dan keutamaan yang tidak diragukan lagi.
Setiap muslim wajib melaksanakan perbuatan jujur, baik antar sesama maupun muslim
dengan non muslim. Demikian pula berbuat toleransi,menepati janji,sportip,kerja
sama,pemura dan lain sebagainya.
Allah telah memerintah agar kita kaum muslimin jangan terperangkap oleh kaum
yahudi dan nasrani didalam perdebatan yang membawa akibat permusuhan dan sedikitpun
tidak ada kebaikannya bagi agama.
Firman allah swt:

۞ ‫ ِم ْنهُ ْم‬c‫ب اِاَّل ِبالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۖ ُن اِاَّل الَّ ِذي َْن ظَلَ ُم ْوا‬ ِ ‫ اَ ْه َل ْال ِك ٰت‬c‫َواَل تُ َجا ِدلُ ْٓوا‬
ِ ‫ي اُ ْن ِز َل اِلَ ْينَا َواُ ْن ِز َل اِلَ ْي ُك ْم َواِ ٰلهُنَا َواِ ٰلهُ ُك ْم َو‬
ٗ‫اح ٌد َّونَحْ ُن لَه‬ ْٓ ‫َوقُ ْولُ ْٓوا ٰا َمنَّا بِالَّ ِذ‬
‫ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
Artinya:
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik,
kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah, ”Kami telah
beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu;
Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.”( QS. Al-
ankabut, ayat:46 )
Kaumnya nabi musa as dan nabi isa as dianggap aneh, mengapa mereka selalu berdebat
dengan tajam dengan kaum muslimim tentang allah. Sebagaimana firman allah dalam al-
quran:
ٗ‫قُلْ اَتُ َح ۤاجُّ ْونَنَا فِى هّٰللا ِ َوهُ َو َربُّنَا َو َربُّ ُك ۚ ْم َولَنَٓا اَ ْع َمالُنَا َولَ ُك ْم اَ ْع َمالُ ُك ۚ ْم َونَحْ ُن لَه‬
‫ۙ ُم ْخلِص ُْو َن‬
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang
Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan kami, bagi kamu
amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan diri.”(QS. Al-
baqarah,ayat:139)
Dalam suatu riwayat, pada suatu ketika terjadilah peristiwa berikut:
seorang yahudi mempunyai piutang pada nabi Muhammad saw. Ia menagihnya sambil
berkata: “hai bani mutalib. Kalian orang-orang yang sulit membayar hutang”. umar bin
khatab merasa perlu menghajar(memukul) orang yahudi yang tidak sopan terhadap
(kedudukan) rasulullah. Dan ketika umar bin khatab hendak mengambil pedang untuk
membunuhnya, rasulullah saw. Menenangkan saiyidina umar r.a dengan sabdanya:
“ saya dan dia lebih utama yakni lebih berhak dari pada kamu. Kalua kamu mau,
perintahkanlah dia agar mengambilnya dengan cara baik. Dan kamu juga perintah
kepadaku agar aku membayar dengan baik pula”. ( H.R. AHMAD)
Allah telah memerintahkan kaum muslimin untuk berbuat adil sekalipun kepadaorang
jahat atau kafir.
Sabda rasulullah:
“doa orang-orang yang teraniaya itu mustajab dan jika ia berbuat jahat (ma’siat dengan
zina), maka kejahatanya menjadi tanggungan sendiri”.( H.R. thalami dari bin abi Hurairah b)
Dengan dalil-dalil al-quran dan hadits diatas,jelas bahwa islam telah menekannkan agar
jangan ada orangh islam yang berbuat seenaknya sendiri,melainkan segala langkah itu harus
dengan baik dan tidak menyalahi ajaran dan tutunan akhlak.
Suatu contoh dari akhlak yang baik ialah,melakukan sesuatu perbuatan serta sikap yang
baik kepada pemeluk agama dilur islam,sebagaimana diceritakan oleh ibnu umar sebagai
berikut.
pada waktu kambingnya sendiri yang dirumah disembelih oleh keluargannya,kemudian
beliau kembali dari berpergian, beliau tahu bahwa kambingnya sudah dipotong,maka ia
berkata “Hadiakan sebagian daging nya kepada tentangga kita yahudi.” Beliau berbicara
demikian sampai dua kali. Sebab saya mendengar nabi saw bersabda:
“ jibril berulang kali memberikan wasiat kepadaku tentang jiran tentangga seolah-
olah aku mengira bahwa jira itu mewarisi.” (H.R. Bukhari )
Islam memerintahkan manusiamelakukan silahturahim (menyambung tali
persaudaraan) terhadap kerabat-kerabatnya. Kendati mereka ingkat terhadap agama yang
dipeluknya. Karena kalu ia setia kepada kebenaran, tentu ia tidak akan membangkang kepada
keluarganya.
Sebagaimana firman allah dalam al-quran:
Firman allah swt:
‫اح ْبهُ َما‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ك ِب ٖه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما َو‬ َ َ‫ْس ل‬ َ ‫ك بِ ْي َما لَي‬ َ ‫ك َع ٰلٓى اَ ْن تُ ْش ِر‬ َ ‫َواِ ْن َجاهَ ٰد‬
‫ي َمرْ ِج ُع ُك ْم فَاُنَبُِّئ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم‬
َّ َ‫ي ثُ َّم اِل‬َّ ۚ َ‫اب اِل‬
َ َ‫فِى ال ُّد ْنيَا َم ْعر ُْوفًا ۖ َّواتَّبِ ْع َسبِي َْل َم ْن اَن‬
‫تَ ْع َملُ ْو َن‬
Artinya:
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang
engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-
Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.”( QS. Lukman ayat :15 )
Masalah tersebut kita tinjau dari segi perseorangan. Adapun dari segi umum isam telah
menentapkan, bahwa kekal(eksis)-nya kekuatan dan kejayaan serta kegemilangan
kebudayaan suatu bangsa,hanya bias dijamin dengan terjaminnya kehidupan moral pada
bangsa itu. Apabila moral bangsa itu telah runtuh, maka runtuh pulah negara dan bangsa itu.
Sebuah syair berkata:
” sesunggunya bangsa itu tergantung moralnya;bila rusak moral maka binasalah
bangsa itu.”
Syair ini sejalan dengan hadits nabi saw yang ditunjuk kepada kaum keluarganya yang
kebetulan karena kedudukannya yang mulia mereka berperan memimpin umat di jazirah arab
dan mengendalikan pemerintahan yang kuat. Rasulullah saw berpesan kepada mereka. Bahwa
kekuasaan tidak akan kuat kecuali disertai dengan kekuatan moral yang baik.
Dari annas bin malik r.a. pada waktu kami disebuah rumah yang kebetulan disitu ada
beberapa orang muhajirin dan ansar,tiba-tiba rasulullah saw dating dan kita semua
memberikan tempat untuk beliau; lalu rasulullah saw berdiri didekat pintu sambal memegang
tanganya dan bersabda:
“pemimpin-pemimpin dari orang-orang quraisy,aku mempunyai hak atasmuyang
sangat besar,dan merekapun juga mempunyai hak seperti itu,sepanjang mereka
melaksanakan tiga hal: (1) apabila diminta untuk membertikan kasih saying, mereka
berkasih sayag, (2) apabilah mereka menghakimi, mereka berbuat adil,(3) dan apabila
mereka berjanji mereka menunaikan janjinya.Maka barang siapa tidak mampu
melaksanakan tiga hal itu, baginya akan mendapat laknat allah dan malaikat serta manusia
semua”.

Didalam hadits ini dengan tandas dikemukakan bahwa sesungguhnya suatu bangsa
negara atau keluarga tidak mempunyai arti da kedudukan apa-ap, kecualai memiliki sifat-sifat
mulia yang dipertahankannya didunia/masyarakat dan mampu mencapai prestasi karya-
karyanya yang berguna.
Suatu gambaran seorang hakim yang membawah nama islam dalam al-quran, tapi
kemudian ternyata hakim tersebut tidak adil dalam mengadili suatu kasus/perkara, tidak
mempunyai tenggang rasa dalam kebutuhan da menepati janji,maka hakim tersebut,atas nama
islam dan al-quran,sesungguny telah melepaskan diri dari factor-faktor kemanusiaanya yang
utama. Dan jadilah ia orang yang berhak mendapat kutukan seluruh mahluk didunia.
“ apabila allah menghendaki kebaikan bagi suatu kam,maka dia mengangkat orang-
orang yang bijaksana (cendikiawan) sebagai pejabat yang mengelolah urusan mereka, dan
dia memberikan harta kepadaorang-orang yang pemurah. Dan apabila allah menghendaki
kejelekan bagi suatu bangsa/kaum, maka ia mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai
pejabat yang mengurus urusanmereka,dan dia menyerahkan hrta kekayaan kepada orang
yang kikit”.(H.R. Abu dawud)
Menurut imam ibnu taimiah:
“allah menghargai negara yang adil, kendati negara itu negara kafir. Dan allah
tidak menghargai negara dzolim, kendati negara itu negara islam.” 24

Memelihara Silahturahmi dengan Orang Non-Muslim


Toleransi dan kemanusia islam sampai sedemikian jauh menuntun untuk
memegang teguh tali silatuhrahmi sekalipun keluarganya tidak beragama islam. Abdulah bin
AMR bin Ash berkata:
“Saya mendengan Nabi saw berbicara secara terbuka : keluarga bapaknya si fulan
bukanlah temanku, karena temanku adalah allah dan orang orang yang beriman, namun
mereka berhak atas ikatan silatuhrami denganku yang akan senantiasa kuakui dan kupegang
teguh.” (Muttafaq’alaih)
Ketika turun ayat “berikanlah peringatan kepada keluargamu yang terdekat “ (QS.asy-
Syu’ara 126;214),nabi saw memanggil orang-orang quraisy. Mereka berkumpul dan nabi
memberikan ceramah kepada mereka dengan pernyataan yang umum dan khusus ;
“wahai para keturunan Syams, wahai para keturunan ka’bin Luay, selamatkan
dirimu dari api neraka. Wahai anak cucuk manaf, selamatkan dirimu dari api neraka. Wahai
keturunan Hasyim, selamatkan dirimu dari api neraka. Wahay keturunan Abdul Muthalib,
selamatkan dirimu dari api neraka. Wahay Fatimah , selamatkan dirimu dari api neraka.
Saya tidak bisa melindungi dari siksa Allah, namun ada kaitan silatuhrami diantara kita
yang akan saya pegang teguh” (HR.Muslim)
Hati seorang muslim dipenuhi dengan rasa kemanusiaan yang mendorong untuk
berlaku baik kepada saudara-saudaranya , sekalipun mereka tidak beragama islam. Ekspresi
Nabi saw, “Namun ada ikatan silahturahmi diantara kita yang akan saya pegang teguh
24
Drs. H . MOH. RIFA’I,“Ahklak seoramh muslim”, Compering by.CV.WICAKSANA Semarang JL.Purwosari
11/15 Semarang, Januari 1986, hal 68-73
( secarah harfiah berarti berlinang atau membasahi)” merupakan contoh bahasa arab, sebuah
metafora dimana ikatan silatuhrami (rahim) disamakan dengan dunia dan “diairi” dengan
memegang teguh ikatan tersebut, sehingga ia mengeluarkan buah cinta dan ketulusan. Jika ia
diputus, ia akan menjadi gersang dan menghasilkan kebencian dan permusuhan. Seorang
muslim sejati bersikap baik kepada setiap orang dan disukai oleh setiap orang, karena mereka
melihat karakterik yang baik yang terinternalisasi pada dirinya.
Oleh karena itu, umar tidak memandang sebagai kesalahan dengan memberikan
pakaian yang diberikan Nabi kepadanya saudara tengahnya (melalui ibunya) yang musyirk.
(HR. Bukhari-muslim)
kita telah melihat bagaimana islam mendorang kita untuk memperlakukan orang tua
dengan baik dan hormat, sekalipun mereka adalah orang musyrik , dan kita skarang melihat
bagaimana islam mendorang kita untuk memperlakukan keluarga kita sama baiknya ,
sekalipun mereka juga tidak beragama islam. Ini merupakan indikasi toleransi dan
kemanusiaan islam, yang tidak mengherankan manakalah kita mengingat firman Allah
“ kami mengutusmu sebagai rahmatan lil’alamin (rahmat bagi sekalian alam)” (QS.
Al-anbiya’ 21:107),
sabda Nabi saw
“sesungguhnya saya utus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Malik
dalam al-Muwathatha’)25

Muhammad Ali al-Hasyimi, “MUSLIM EDEAL”, MITRA PUSTAKA Celeban Timur UH III/548
25

Yogyakarta, Januari 2000, hal 161-163

Anda mungkin juga menyukai