Anda di halaman 1dari 8

Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak

A. Pengertian Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jamak (plural) dari kata khuluk, berasal dari
bahasa Arab yang berarti tabiat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut
istilah, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa
mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan
paksaan. Dalam KBBI, akhlak berati budi pekerti atau kelakuan. Menurut Ibnu
Maskawaih, akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Perkataan akhlak bersumber dari kalimat
dalam Alqur’an, diantaranya QS. 68 (Al-Qalam) : 4

ٍ ُ‫ك لَ َعلَ ٰى ُخل‬


‫ق َع ِظ ٍيم‬ َ َّ‫َوإِن‬
Artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) berada diatas budi pekerti yang
agung” (QS Al-Qalam : 4)

Definisi di atas menggambarkan bahwa akhlak secara substansial adalah sifat


hati (kondisi hati), bisa baik bisa buruk yang tercermin pada perilaku. Tingkah laku
yang dapat dikatakan sebagai akhlak seseorang haruslah dilakukan berulang-ulang,
tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan tersebut. Akhlak bukan hanya
perbuatan lahir, namun merupakan cermin keadaan jiwa. Perbuatan itu sudah melekat
dalam jiwanya sehingga dapat dilakukan secara spontan tanpa banyak pertimbangan.
Umat Islam senantiasa berpatokan pada akhlak Nabi Muhammad SAW. Akhlak
terpuji yang ada dalam diri Rasulullah SAW patut kita jadikan contoh dan tauladan
yang baik. Ada dua sumber yang harus dijadikan sebagai pegangan hidup yakni
Alqur’an dan Sunnah yang keduanyapun dijadikan sumber akhlak Islamiyah.

Dalam bahasan ini akhlak tidak terlepas dari akidah dan syariah, karena akhlak
merupakan pola tingkah laku yang timbul sebagai manifestasi dari aspek keyakinan
dan ketaatan kepada norma. Akhlak merupakan perilaku yang tampak terlihat jelas
dalam kata-kata maupun perbuatan yang dimotivasi oleh iman dan amaliah ibadah.
Jika iman dan praktik ibadahnya baik semestinya yang muncul adalah akhlak yang
baik (al-akhlak al-karimah). Jika iman dan ibadahnya buruk, maka yang keluar dalam
perilakunya adalah akhlak yang buruk (al-akhlak al-mazmumah).
Akhlak mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Bahkan
boleh dinyatakan bahwa tujuan seseorang beragama adalah terciptanya individu dan
masyarakat yang berakhlak mulia. Alqur’an banyak memuat secara spesifik ayat-ayat
yang berbicara masalah akhlak. Bahkan banyak ayat yang berbicara ibadahpun,
seringkali dikaitkan di ujung ayat dengan tujuan ibadah yaitu pembentukan akhlak.
Seperti perintah menjalankan shalat agar manusia dapat menghindarkan diri dari
perbuatan keji dan mungkar. (QS.29:45). Ketika Allah mewajibkan orang-orang
beriman untuk berpuasa Ramadhan (QS.2:183), maka Allah jelaskan tujuannya
supaya menjadi orang-orang yang bertakwa. Bertakwa berarti menjauhi perbuatan
buruk dan senantiasa melakukan perbuatan baik.

Pembahasan tentang nilai sikap dan perilaku, disamping istilah akhlak juga
ditemukan istilah moral dan etika. Ke-tiganya terdapat persamaan dan perbedaan.
Persamaan ketiganya adalah sama-sama membahas tentang nilai sikap dan perilaku
manusia. Sedangkan perbedaannya diantaranya adalah :

a. Akhlak bersumber pada Alqur’an dan Sunnah, moral bersumber pada


nilai-nilai yang tumbuh dan berlaku pada masyarakat tertentu,
sedangkan etika bersumber pada nilai- nilai hasil pemikiran filsafat;

b. Akhlak mengandung nilai kebenaran mutlak, sedangkan moral dan


etika mengandung nilai kebenaran relatif;

c. Akhlak bersifat tetap sekalipun aplikasinya dapat bervariasi dan


berkembang, sedangkan moral dan etika selalu berkembang sesuai
dengan perkembangan pemikiran serta budaya masyarakat;

d. Akhlak berlaku secara universal, sedangkan moral dan etika berlaku


secara lokal dan sektoral;

e. Materi ajaran akhlak hanya satu, sedangkan materi moral dan etika bisa
saja lebih dari satu atau banyak;

f. Pengalaman ajaran akhlak selalu berimplikasi pada nilai ibadah,


sedangkan pengalaman moral dan etika dapat berimplikasi pada nilai
ibadah atau tidak. Hal tersebut bergantung pada materi ajaran moral
dan etika, apakah sesuai atau tidak dengan ajaran akhlak.
B. Persamaan dan Perbedaan Akhlak, Moral, dan Etika
Secara bahasa terdapat perbedaan antara akhlak, moral, dan etika. Menurut
Bertens (1993: 4-5), kata moral berasal dari kata mores, etika berasal dari ethos, dan
akhlak berasal dari kata khuluq. Meskipun asal katanya berbeda, tetapi ketiga kata
tersebut secara etimologis memiliki makna yang sama yaitu adat kebiasaan, perangai,
dan watak.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, akhlak berarti
budi pekerti; moral merupakan ajaran tentang baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; sedangkan etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Baik
akhlak, moral, maupun etika sama-sama membicarakan baik-buruk dan benar-salah
dari sebuah tindakan manusia. Dilihat dari fungsi dan perannya pun, akhlak, moral
dan etika memiliki persamaan, yaitu sama-sama berorientasi kepada baik-buruknya
tingkah laku seseorang dan sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat
yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan
lahiriahnya.
Selain perbedaan dari segi bahasa dan pengertiannya, terdapat pula perbedaan
lain antara akhlak, moral, dan etika, seperti:
1) Akhlak bersumber dari Al-Qur’an dan hadits nabi, lain halnya dengan
moral yang bersumber dari adat istiadat, aturan-aturan, atau norma-
norma yang diterapkan di lingkungan masyarakat, sedangkan etika
bersumber dari nilai-nilai hasil pemikiran filsafat.
2) Akhlak bersifat mutlak, sedangkan moral dan etika bersifat relatif.
Namun jika moral bersifat cenderung relatif praktis, maka etika
cenderung bersifat teoritis.
3) Meskipun akhlak dalam pengaplikasiannya dapat bervariasi dan
berkembang, tetapi akhlak bersifat tetap. Sedangkan moral dan etika
bersifat temporer dan akan terus berkembang sesuai dengan
perkembangan pemikiran dan budaya dalam masyarakat.
4) Dalam pengaplikasiannya akhlak berlaku secara universal, sedangkan
moral dan etika berlaku secara lokal dan sektoral.
5) Dalam akhlak hanya ada satu materi ajaran, sedangkan dalam moral
dan etika ada banyak materi ajaran.
6) Ajaran akhlak biasanya selalu berhubungan dengan nilai ibadah,
sedangkan pada moral dan etika bisa berhubungan maupun tidak
berhubungan dengan nilai ibadah. Sedangkan moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia
dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
C. Ruang Lingkup Akhlak Islam
1. Akhlak Kepada Allah
a. Pengertian Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan manusia sebagai makhluk
kepada Allah. Titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan
kesasdaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Banyak cara yang dapat
dilakukan dalam berakhlak kepada Allah, di antaranya dengan cara
men-tauhidkan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan
ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya, mensyukuri segala nikmat-Nya,
bertasbih, beristigfar, bertaubat, beribadah kepada-Nya, dan selalu
berdoa serta mencari keridhoan-Nya.
b. Alasan Mengapa Manusia Harus Berakhlak kepada Allah
1) Allah telah menciptakan manusia,
2) Allah telah memberikan panca indra berupa pendengaran,
penglihatan, akal pikiran dan qalbu di samping anggota tubuh
yang kooh dan sempurna kepada manusia,
3) Allah telah menyediakan berbagai sarana dan wadah yang
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan
makanan, air, ternak, udara, dan sebagainya,
4) Allah telah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan menguasai daratan dan lautan.

2. Akhlak Kepada Manusia


Akhlak kepada manusia melingkup akhlak terhadap diri sendiri dan
orang lain. Akhlak terhadap diri sendiri merupakan bentuk mencintai dan
menjaga diri baik secara jasmaniah dan ruhaniah. Manusia harus menjaga diri
dari penyakit secara jasmaniah dapat berbentuk, bersuci, mandi untuk
menghilangkan hadas kecil dan besar, membersihkan area tubuh yang dirasa
kotor, tetap menjaga kesehatan dengan makanan bergizi seimbang dan halal,
dan berada di lingkungan yang sehat. Sedangkan bentuk menjaga diri secara
ruhaniah adalah menjaga hati dan iman kita agar tetap beriman dan bertaqwa
kepada Allah. Pun dituntut untuk selalu memiliki nilai – nilai kebaikan dalam
diri sendiri contohnya, kejujuran, kesabaran, tawadu’, serta mengendalikan
diri dari hawa nafsu.
Mengenai akhlak terhadap manusia lain, tentu akan luas cakupannya
karena tentu di dunia kita tidak hidup sendiri. Kita memerlukan orang lain
untuk menunjang kehidupan kita. Akhlak terhadap manusia lain dapat dirinci
sasarannya. Yang pertama adalah terhadap Rasulullah karena beliau
merupakan pemimpin umat Islam di bumi dan sebagai suri tauladan kita
sebagai umat muslim dalam menjalani kehidupan. Biarpun beliau telah wafat,
namun ajaran dan kebaikan beliau tetap ada dan tetap bermanfaat sampai
sekarang. Tanpa beliau, mungkin kita tidak akan bisa bertahan hidup sebagai
muslim. Lalu bagaimana akhlak kita terhadap beliau? Yakni dengan mencintai
Rasulullah dengan sepenuh hati (QS. al-Taubah (9): 24), menaatinya (QS. al-
Nisa’ (4): 59), meneladani sifat dan teladannya, mengamalkan sunahnya
dalam kehidupan, dan tetap bersalawat kepadanya (QS. al-Ahzab (33): 56).
Hubungan ini, Insya Allah akan menjadi syafa’at di hari akhir kelak.
Selanjutnya akhlak terhadap orang tua dan keluarga. Orang tua sebagai
orang pertama yang menyayangi kita dalam kehidupan sepantasnya kita
menyayangi dan menghormati mereka juga. Pun sanak keluarga yang menjadi
tempat awal kita dimana kita membangun kehidupan dan tempat kembali juga
disaat kita memerlukan dukungan lebih. Maka akhlak yang harus kita lakukan
untuk mereka yaitu dengan mencintai mereka, merendahkan diri dengan
berkata sopan santun dan lemah lembut, mendoakan keselamatan dan
ampunan dosa bagi mereka, serta menjadi anak yang berguna bagi nusa
bangsa dan agama yang dapat membanggakan mereka.
Selanjutnya adalah akhlak kepada tetangga. Tetangga merupakan
saudara dekat kita. Apabila kita berada jauh dari orang tua dan keluarga, maka
tetanggalah yang menjadi keluarga dan saudara kita. Maka dari itu, kita juga
harus beradab dan berakhlak terhadap mereka. Perwujudan akhlaknya antara
lain saling mengunjungi, saling berbagi, saling sapa menyapa, tolong
menolong, bermusyawarah, menasehati, dan menghindari permusuhan.
Dan yang terakhir akhlak terhadap masyarakat lainnya. Baik muslim
dan non muslim, apapun ras dan agamanya, kita harus tetap berbuat
kebaikan. Allah maha pengasih lagi penyayang kepada setiap hambanya
bagaimanapun kondisinya. Sudah sepatutnya kita sebagai manusia lebih
menyayangi sesama manusia agar kehidupan bisa berjalan damai dan
harmonis. Adab dan akhlak kita terhadap masyarakat lainnya dapat berupa
menghormati dan menghargai, bertoleransi, apabila ia bertamu maka sambut
dengan hangat, mendoakan mereka, menjalankan tanggung jawab dan
amanat kita terhadap mereka, memberi makan mereka bila mereka
kesusahan, bersedekah, dan menjaga kerukunan dengan mereka.

3. Akhlak Kepada Alam Sekitar


Berakhlak kepada alam sekitar berarti menyikapi alam dengan cara
memelihara kelestariannya. Alam ini Allah tundukkan untuk kepentingan
manusia dan Allah memberi amanat kepada manusia untuk menjaganya.
Manusia harus memberi kesempatan kepada alam untuk merehabilitasi
keadaan alam tersebut. Pemanfaatan alam harus didasari sikap tanggung jawab
dan tidak merusaknya, sebab alam yang rusak akan merugikan manusia
sendiri.
Konsep akhlak berhubungan erat antara manusia dan lingkungan alam
semesta. Akhlak tidak hanya menyangkut perilaku manusia dengan manusia
lainnya, tetapi juga dengan Allah dan dengan alam sekitar. Akhlak yang baik
terhadap alam antara lain, sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup,
menyayangi dan menjaga kelestarian flora dan fauna, memanfaatkan alam
secara bertanggung jawab. Akhlak-akhlak tersebut dapat dirincikan menjadi:
(1) tidak melakukan penebangan pohon dan pemburuan binatang secara liar,
(2) melakukan reboisasi, (3) membuat cagar alam dan suaka margasatwa, (4)
mengendalikan erosi, (5) menetapkan tata penggunaan lahan yang sesuai, (6)
memberikan pengertian tentang lingkungan hidup kepada masyarakat, (7)
memberikan sanksi bagi pelanggar-pelanggar aturan perlindungan lingkungan
alam.
Dengan perilaku berakhlakul karimah, baik terhadap sesama manusia
maupun terhadap alam sekitar, hal tersebut merupakan bentuk penghargaan
dan ketundukan kepada ketentuan Allah. Di situlah Islam menjaga
keharmonisan manusia dengan manusia lain, manusia dengan Sang Khalik,
dan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya.

Referensi

Mujilan, dkk., 2019, Agama islam (membangun pribadi muslim moderat), Midada Rahma
Press, Jakarta.

Mahmud, A 2017, Akhlak terhadap Allah dan Rasulullah SAW., viewed 7 October 2019,
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/view/4540

Muslim, MNI 2010, Prioritas utama: akhlaq kepada Allah, viewed 7 October 2019,
https://muslim.or.id/4233-prioritas-utama-akhlaq-kepada-allah.html

Thamrin, H 2015, Akhlak terhadap lingkungan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau, dilihat 7 Oktober 2019, https://uin-suska.ac.id/2015/09/07/akhlak-terhadap-
lingkungan-dr-husni-thamrin/

Maisaroh, T 2017, Akhlak terhadap lingkungan hidup dalam al-qur’an (studi tafsir al-
mishbah), Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Raden Intan Lampung, hh. 35-37. Dilihat 7
Oktober 2019, http://repository.radenintan.ac.id/719/1/Skripsi_Full.pdf&ved=2a......8j

Kbbi.kemdikbud.go.id. (2019). Hasil Pencarian - KBBI Daring. [online] Available at:


https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/akhlak [Accessed 7 Oct. 2019].

Kbbi.kemdikbud.go.id. (2019). Hasil Pencarian - KBBI Daring. [online] Available at:


https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/moral [Accessed 7 Oct. 2019].

Kbbi.kemdikbud.go.id. (2019). Hasil Pencarian - KBBI Daring. [online] Available at:


https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/etika [Accessed 7 Oct. 2019].

Eprints.walisongo.ac.id. (2019). [online] Available at:


http://eprints.walisongo.ac.id/1487/4/115112018_Tesis_Bab2.pdf [Accessed 7 Oct. 2019].

Kerancunan Istilah Karakter, Akhlak, Moral, dan Etika. (2018). THAQÃFIYYÃT, [online]


19(1). Available at: http://file:///C:/Users/Hp/Downloads/1305-2728-1-SM.pdf [Accessed 7
Oct. 2019].

Marzuki, D. (n.d.). Pembinaan akhlak mulia dalam berhubungan antar sesama manusia


dalam perspektif islam. [online] eprints.uny.ac.id. Available at:
http://eprints.uny.ac.id/2604/1/11._Pembinaan_Akhlak_Mulia_dalam_Berhubungan_antar_S
esama_Manusia_dalam_Perspektif_Islam.pdf [Accessed 7 Oct. 2019].

Anda mungkin juga menyukai