Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin canggihnya ilmu pengetahuan, zaman semakin moderen dan


manusiapun hidup beragam dengan kemudahan-kemudahan yang di sajikan oleh
moderenisasi dunia. Peradaban di era globalisasi saat ini membuat kodrat manusia
sebagai hamba ALLAH SWT yang semata-mata hanya di wajibkan patuh dan hanya
menyembah satu kepadanya, kini menjadi sedikit terasingkan dan tersingkirkan dari
kehidupan sehari-hari manusia itu sendiri. yang mana di karenakan merosotnya Iman-
iman manusia itu sendiri “subhanallah”. Kini Tindakan mereka semakin tidak
terkontrol lagi, kemerosotan ahlak dan moral yang seharusnya menjadi hal yang di
prioritaska dalam melakoni kehidupan sosial mereka di dunia yang hanya sementara
ini kini hanya menjadi kata-kata khiasan saja dalam kehidupan mereka tanpa
mengetahui maknanya. Kemerosotan moral dan ahlak manusia itu semakin hari
semakin bertambah parah, yang dalam artian perilaku dan tindakan mereka semakin
tidak terkontrol dengan ketidak tauanya dan ketidak adanya pelakon yang
menggambarkan bagaimana semestinya contoh manusia yang beriman kepada
ALLAH SWT.

Oleh karena itu marilah kita bersama-sama berusaha sekeras dan semaksimal
mungkin demi tercapainya keimanan yang hakiki kepada ALLAH SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Akhlak, dan etika?


2. Apa persamaan Akhlak, etika, budi pekerti dan moral?

C. Tujuan Penulisan

Sebagai bahan pembelajaran dan pertimbangan mengenai baik buruknya ahlak, moral
serta etika seseorang dalam islam, yang menyasar pada perebaikan dan kemajuan
penegetahuan ahlak, moral etika dan budi pekerti seorang manusia di masa yang akan
datang nantinya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak, Etika, Moral Dan Budi Pekerti

1. Pengertian Akhlak

Akhlaq secara etimologi merupakan bentuk jamak dari khulq artinya perangai,
tabiat, pekerti. Sedang secara terminologi akhlak adalah kemampuan /kondisi jiwa
yang merupakan sumber dari segala kegiatan manusia yang dilakukan secara spontan
tanpa pemikiran. Akhlaq terbentuk dari latihan dan praktek berulang (pembiasaan).
Sehingga jika sudah menjadi akhlaq tidak mudah dihapus.1

Akhlaq memiliki kedudukan utama, bahkan menjadi puncak kesempurnaan


manusia. Ibn Miskawaih mengatakan bahwa akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerluka pemikiran
dan pertimbangan. Imam Al Ghazali mendefinisikan akhlaq sebagai sifat yang
tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Mu’jam al Wasith,
Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

Dalam kitab Dairatul Ma’arif secara singkat akhlaq diartikan sifat-sifat


manusia yang terdidik. Akhlaq memiliki cakupan yang luas, yaitu mencakup
hubungan kepada Sang Pencipta (Allah), sesama manusia, terhadap diri sendiri,
maupun dengan lingkungan atau sesama makhluk Tuhan yang lain. Akhlaq dalam
Islam tidak lepas dan terkait erat dengan aqidah dan syariah, ia merupakan buah dan
sekaligus puncak dari keduanya. Akhlaq menekankan keutamaan, nilai-nilai,
kemulian dan kesucian (hati dan perilaku), Akhlaq Islami harus diupayakan agar
menjadi sistem nilai (etika/moral) yang mendasari budaya masyarakat. Akhlaq yang
baik berpangkal dari ketaqwaan kepada Allah dimanapun berada. Selain itu akhlaq
yang baik merupakan manifestasi dari kemampuan menahan hawa nafsu dan adanya
1
Syekh Abu Bakar Al-Jaizari. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera: Jakarta
2003 hlm 20
rasa malu. Agar kitasenantiasa berakhlaq baik maka harus selalu menimbang
perbuatan dengan hati nurani yang bersih. Salah satu tanda atau ciri akhlaq yang baik
yaitu mendatangkan ketenangan jiwa dan kebahagiaan pelakunya. Tapi sebaliknya
jika mendatangkan keraguan, kecemasan dan “ingin tidak diketahui orang lain”
merupakan isyarat akhlaq yang buruk. Banyak sekali akhlaq mulia (akhlaqul
karimah) yang harus menjadi hiasan seorang muslim, demikian juga banyak akhlaq
buruk (akhlaqul madzmumah) yang harus dihindari.

2. Pengertian Etika

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlaq (moral). Secara terminologi, etika mempunyai banyak ungkapan yang
semuanya itu tergantung pada sudut pandang masing-masing ahli. Ahmad Amin
mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan
apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Soegarda
Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai, kesusilaan tentang baik-buruk,
serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan merupakan juga nilai-nilai itu sendiri Ki
Hajar Dewantara menjelaskan etika merupakan ilmu yang mempelajari soal kebaikan
(dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang mengenai
gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan perasaan
sampai mengenai tujuan yang dapat merupakan perbuatan. Austin Fogothey (seperti
yang dikutip Ahmad Charris Zubair) mengatakan bahwa etika berhubungan dengan
seluruh ilmu pengetahuan tentang manusia dan masyarakat sebagi antropologi,
psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu politik dan hukum2.

Frankena (seperti juga dikutip Ahmad Charris Zubair) menyatakan bahwa


etika sebagi cabang filsafat, yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang
moralitas, problem moral, dan pertimbangan moral. Dalam Encyclopedia Britanica,
etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sistematik mengenai sifat
dasar dan konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya. Dari
beberapa definisi tersebut, etika berhubungan erat dengan empat hal:

Dilihat dari obyek formal (pembahasannya), etika berupaya membahas


perbuatan yang dilakukan manusia. Dan sebagai obyek materialnya adalah manusia.

2
ibid
Dilihat dari sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.
Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut, dan universal.
Akan tetapi terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan, dan sebagainya.

Dilihat dari fungsinya, etika berfungsi sebagi penilai, penentu dan penetap
terhadap suatu perbuatan yang dilakukan manusia, yaitu apakah perbuatan itu akan
dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. dengan demikian etika
lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilakukan
manusia.

Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah
sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, etika lebih
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk.

3. Pengertian Moral

Dari segi bahasa moral berasal dari bahasa Latin, mores (jamak dari kata mos)
yang berarti adat kebiasaan. Dalam KBBI dikatakan bahwa moral adalah penentuan
baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Secara istilah moral merupakan istilah
yang digunakan uantuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau
buruk. Di dalam buku The Advanced Leaner's Dictionary of Current English moral
mengandung pengertian:

Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik danburuk.

Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.

Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika dalam kehidupan sehari-hari
dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang dimaksudkan adalah bahwa
orang tersebut tingkah lakunya baik.

4. Pengertian Budi Pekerti


Budi pekerti berasal dari bahasa jawa yakni budi dan pakarti, budi yang
berarti baik, terpuji, dan pakarti yang berarti perilaku, tata krama atau perangai. Budi
pekerti berarti perilaku atau tata krama atau perangai yang baik atau terpuji.

Budi pekerti selanjutnya digunakan sebagai sikap hidup yang baik, yang perlu
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berbudi pekerti adalah orang
yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang tidak berbudi pekerti adalah orang
yang berkelakuan buruk.

Selanjutnya budi pekerti dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi
bahasanya. Dan berbudi sama dengan kesopanan. Dengan demikian, budi pekerti
lebih mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan,
dan memasyarakatan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Budi pekerti menggambarkan keadaan dimana orang selalu
menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.

B. Persamaan dan Perbedaan Ahlak, Etika, Moral, Dan Budi Pekerti

1. Persamaan

Persamaan antara khlak, etika, moral, dan budi pekerti, keempatnya memiliki
sasaran yang sama yaitu hati nurani manusia. Hati nurani itu ibarat seorang sopir
mobil, manakala mobil disetir oleh orang yang bukan ahlinya, maka akan terjadi
tabrakan, masuk jurang, atau pereistiwa tragis lainnya. Begitu pula hati nurani bagi
seseorang, jika didalamnya akhlak, etika, moral, dan budi pekertinya luhur, niscaya
orang tersebut akan melahirkan perilaku yang santun, tumakninah dalam bertutur
kata, sopan dalam pergaulan, dan pandai mengendalikan diri. Jika hati nurani kita
tertanam keempat sifat tersebut, insya Allah damai, aman dalam mengarungi
kehidupan sehari-hari.

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang terbaik di antara kamu adalah orang-


orang yang terbaik akhlaknya“ (HR. BUKHARI dan MUSLIM)

2. Perbedaan

Peredaan antara akhlak, etika, moral dan budi pekerti adalah terletak pada
sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika
penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moran dan susila
berdasarkan kebiasaan yang berlaku secara umum dimasyarakat, maka pada akhlak
ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu adalah berdasarkan al-
Qur’an dan al Hadits.

Perbedaan lain antara etika, moral, dan budi pekerti terlihat pula pada sifat dan
kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral
dan budi pekerti lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku
manusia secara umum, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut
dalam bentuk perbuatan.

Namun demikian akhlak, etika, moral dan susila tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Etika, moral dan budi pekerti berasal dari manusia, sedangkan akhlak
berasal dari Tuhan.

Pada sisi lain akhlak juga berperan untuk memberikan batas-batas umum, agar
apa yang dijabarkan dalam etika, moral dan susila tidak bertentangan dengan nilai-
nilai yang luhur dan tidak membawa manusia menjadi sesat. Dengan kata lain
penjabaran etika, moral dan budi pekerti akan tetap sejalan apabila tetap
mengedepankan akhlak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi ukuran
baik dan buruknya adalah akal karena memang etika adalah bagian dari filsafat. Dan
Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku di
suatu masyarakat. Serta, Akhlak dalam kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau
disebut juga sikap hidup adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang
yang ukurannya adalah wahyu tuhan

Dari satu segi akhlak adalah buah dari tasawuf (proses pendekatan diri kepada
Tuhan), dan istiqamah dalam hati pun bagian dari bahasan ilmu tasawuf.” Indikator
manusia berakhlak (husn al-khulug) adalah tertanamnya iman dalam hati dan
teraplikasikannya takwa dalam perilaku.

Aktualisasi akhlak adalah bagaimana seseorang dapat mengimplementasikan iman


yang dimilikinya dan mengaplikasikan seluruh ajaran islam dalam setiap tingkah laku
sehari- hari. Seperti akhlak kepada tuhan, diri sendiri, dan sesama manusia.

B. Saran

Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun


penyusun dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Mudlor. Tt. Etika dalam Islam. Al-Ikhlas. Surabaya.

Al-Jazairi, Syekh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Lentera:
Jakarta.

Asmaran As. 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers

Bakry, Oemar. 1981. Akhlak Muslim. Aangkasa: Bandung

Fakhry, Majid, Etika Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996

Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Taman Siswa, 1966),


hlm.138

Masyhur, Kahar. 1986. Meninjau berbagai Ajaran; Budipekerti/Etika dengan Ajaran


Islam. Kalam Mulia. Jakarta.

Mustofa, Ahmad. 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV Pustaka Setia. Bandung.

Nata, Abuddin. 2003. Akhlak Tasawuf. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sinaga, Hasanudin dan Zaharuddin, Pengatar Studi Akhlak, Jakarta : PT Raja


Grafmdo Persada, 2004

Anda mungkin juga menyukai