Anda di halaman 1dari 22

KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI

Disusun oleh :
1. Dewi Ngatinah Uswatun Hasanah (21681016)
2. Sine Winanda (21681045)

Dosen pengampu :
Ridhokimura Soderi, M.H

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan


a. Pendidikan kewarganegaraan........................................................................3
b. Bangsa...........................................................................................................3
c. Negara...........................................................................................................4
d. Warganegara.................................................................................................7
e. Hak dan kewajiban warganegara..................................................................8
B. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi...............................9
C. Nilai-nilai Pancasila Orientasi Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
1. Nilai ketuhanan.............................................................................................10
2. Nilai Kemanusiaan........................................................................................12
3. Nilai Persatuan..............................................................................................14
4. Nilai Kerakyatan...........................................................................................15
5. Nilai Keadilan...............................................................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di dalam sejarah bangsa indonesia yang telah dimulai sebelum masa


kemerdekaan dan berlanjut pada masa mempertahankan kemerdekaan sampai dengan
masa mengisi kemerdekaan yang mengaharuskan kita agar bisa mengikuti tuntutan
zaman. Kondisi bangsa yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman di
tanggapi oleh bangsa indonesia berdasarkan kesamaan nilai- nilai perjuangan bangsa.
Kesamaan nilai-nilai ini berdasar oleh jiwa, tekad dan semangat bangsa.

Semangat perjuangan bangsa merupakan kekuatan spritual yang dapat


melahirkan sikap dan prilaku yang mencerminkan rasa cinta tanah air. Semangat
perjuangan bangsa inilah yang harus dimilki oleh setiap warga negara NKRI. Nilai-
nilai perjuangan bangsa juga menjadi solusi untuk permasalah dalam bermasyaraka,
berbangsa dan bernegara.1

Namun pada era globalisasi ini nilai-nilai perjuangan bangsa mengalami


penurunan pada titik yang kritis. Hal ini disebabkan kuatnya pengaruh lembaga-
lembaga masyarakat internasional yang turut mengatur masalah internal suatu negara
baik itu mencakup bidang perpolitikan,perekonomian, sosial budaya serta pertahanan
dan keamanan global. Kondisi inilah yang menimbulkan terjadinya konflik
kepentingan, baik itu antara negara maju dan negara berkembang, antara negara
berkembang dangan lembaga internasinal, maupun antara negera berkambang lainnya.
Selain itu isu global juga memuat mokrastisasi, hak asasi manusia, dan lingkungan
hidup juga beperan dalam perubahan keadaan nasional.

Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmi pengatahuan dan


teknologi, terutama dalam bidang informasi, komunikasi dan transportasi, membuat
batasan antara negara menjadi lebih transparan. Kondisi ini berpengaruh dalam stuktur

1
Sumarsono,S dan Mansyur,H. Hamdan,PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN,( Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2005), hal 1.

1
dalam kehidupan bermasyarakat yang pada akhirnya juga mempengaruhi pola pikir,
ikap dan tindakan masyarakat indonesia.

Kalau pada zaman pra kemerdekaan kita dituntut untuk melakukan perjuangan
secara fisik maka pada era globalisasi seperti sekarang ini kita berjuang dengan non
fisik sesuai dengan profesi kita saat ini. Pada perjuangan non fisik ini un dilandasi oleh
nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia, sehingga kita tetap memiliki wawasan dan
kesadaran akan rasa cinta tanah air dan menjaga persatuan bangsa Indonesia tetap utuh
tanpa ada perpecahan di dalam negara.

Untuk memperkuat perjuangan non fisik kita sebagai kita memerlukan sarana
kegiatan pendidikan bagi setiap warga negara indonesia pada umumnya dan bagi
mahasiswa sebagai generasi mendatang khususnya, yaitu melalui Pendidikan
Kewaganegaraan.2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kewarganegaraan ?
2. Apa Latar Belakang Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi?
3. Apa tujuan dari pendidikan kewarganegaraan?
4. Apa saja Nilai-nilai Pancasila Orientasi Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar Mengetahui Apa Itu Kewarganegaraan
2. Agar Mengetahui Apa Itu Latar Belakang Dan Tujuan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi
3. Agar Mengetahui Apa itu Nilai-nilai Pancasila Orientasi Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi

2
Ibid,hal.2-3

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Latar belakang lahirnya pendidikan Kewarganegaraan berawal dari perjalanan


sejarah panjang bangsa Indonesia yang dimulai sejak dari perebutan dan
mempertahankan kemerdekaan sampai pada pengisian kemerdekaan, bahkan terus
berlangsung hingga zaman reformasi.3 Sebagai generasi penerus bangsa di masa
mendatang mahasiswa diharapkan akan mampu mengatasi permaslahan di masa depan
yang senantiasa berubah sesuai perkembangan zaman baik itu terkait dalam nidang
budaya, bangsa negara dan internasional. Menurut Henry Randall Waite ( 1986) Ilmu
tentang kewarganegaraan, adalah hubungan antara seseorang dengan orang lain dalam
suatu kolompok yang terorganisir, serta hubungan seseorang individu dengan negara 4.
Menurut Edmodon (1958) menerangkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah
studi tentang pemerintah dan kewarganegaraan yang terkait dengan kewajiban, hak ,
dan hak-hak istimewa warganegara. ICCE (2001) menjelaskan ciri dari pendidikan
kewarganegaraan yaitu: kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah,berbagai
macam kegiatan mengajar yang berperan dalam menumbukjan sikap masyarakat yang
demokratis dan menyangkut pengalaman , kepentingan masyarakat, probadi dan
syarat- syarat objektif suatu negara.5

1. Bangsa

Bangsa adalah orang-orang yang memilki kesamaan asal keturunan adat,


bahasa dan sejarah serta berperintah sendiri. Bangsa adalah kumpulan manusia yang
biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu di muka bumi 6.
3
Rahman, Abdul, Baso Madiong, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi,(Makassar:Celebes Media
Perkasa, 2017), hal 3.
4
Somantri Muhammad Numan, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS , Bandung : Ramadja Rosda Karya,
2001,hal.5
5
Kurniawan, Civic Education, Pendidikan Kewarganegaraan, (Rejang Lebomg – Bengkulu: LP2 STAIN
CURUP,2016), hal 4.
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia ,Edisi Kedua,Deodikbud, hal.89

3
Menurut hukum, bangsa adalah rakyat atau orang-orang yang berada dalam suatu
masyarakat hukum yang teroganisir. Kelompok orang-orang satu bangsa umumnya
menempati bagian atau wilayah tertentu, berbicara dalam bahasa yang sama,
memiliki sejarah, kbiasaan dan kebudayaanyang sama, dan terorganisir dalam suatu
pemerintahan yang berdaulat.

Sedangkan pengertian bangsa indonesia di definisikan sebagai kelompok


manusia yang mempunya kepentingan sama dan menyatakan dirinya sebagai satu
bangsa serta berproses di dalam suatu wilayah di Nusantara/Indonesia7.

Dari definisi diatas diperoleh kesimpulan tentang pengertian bangsa, yaitu:

a) Memiliki cita-cita bersama yang mengikat mereka menjadi satu kesatuan


b) Memiliki sejarah hidup bersama, sehingga tercipta rasa senasib
sepenanggungan.
c) Memiliki adat, budaya  dan kebiasaan sebagai aku akibat Pengalaman
hidup bersama.
d) Memiliki Karakter atau Perangai yang sama, yang menjadi pribadi dan jati
dirinya
e) Menempati Suatu wilayah tertentu yang merupakan satu kesatuan wilayah
f) Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat, sehingga Mereka
terikat dalam suatu masyarakat hukum

2. Negara

Secara etimologi kata state di ambil dari bahasa latin yaitu status/statum ,
artinya kedaan yang tegak atau tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang
tegak dan tetap.kata status/ statum diartikan sebagai standing atau station
( kedudukan), yang dihubungkan dengan kedudukan persekutuan hidup manusia,
sebagaimana diartikan dalam istilah status civitalis atau status replicae .8

Negara adalah suatu organisasi Dari sekelompok atau beberapa kelompok


manusia yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya
7
Supriyo Priyanto,PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN,(Semarang: FASINDO PRESS, 2006),hal.16
8
M. Solly Lubis, Asas- asas Hukum Tata Negara, ( Bandung : Alumni,1982) hal.

4
suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia tersebut.

 Negara adalah Suatu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan


melalui yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa untuk
ketertiban sosial. masyarakat ini berada Dalam suatu wilayah tertentu yang
membedakannya dari kondisi masyarakat lain diluarnya.9

Maka dapat disimpulkan bahwa negara adalah suatu negara teritorial yang
rakyatnya di perintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari
warganegaranya, ketatanan pada peraturan perundang- undanganya melaui
penguasa monopolistis dari kekuatan yang sah10.

a. Sifat- sifat Negara

1) Sifat memaksa

Agar peraturan- peraturan yang telah diciptakan bisa di taati dan


tercapainya ketertiban dan kedamaian serta mencegah anarki dan
kriminlitas ,maka negara harus bersifat memaksa. Adapun sarana pengawas
dari aturan-aturan tersbut adalah Polisi , tentara dan sebagainya. Peraturan
negara bersifat memgikat.

2) Sifat Monopoli

Negara bersifat memonopoli agar bisa mewujudkan tujuan bersama,


dalam rangka mencegah dan melarang adanya aliran kepercayaan atau politik
yang dapat menghalangi tujuan negara.

3) Sifat Mencakup Semua


9
Supriyo Priyanto, Op.Cit,hal.40
10
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim , Hukum dan Tata Negara Indonesia, Jakarta: FHUI dan Sinar Bakti,
1983,hal.74

5
Semua peraturan Perundang- undang yang telah di buat dan disepakati
akan berlaku kesemua prang tanpa kecuali. 11

b. Unsur- unsur Negara

a) Bersifat Konsitutif

Meliputi udara, darat dan perairan ( khusus perairan tidak mutlak), rakyat atau
masyarakat dan pemerintah yang berdaulat.

b) Bersifat Deklaratif

Memiliki tujuan, Undang – undang pengakuan dari negara lain baik secara de
facto atau de jure , dan masuknya negara ke dalam PBB.

c. Tujuan dan Fungsi Negara

Negara dapat dipandang sebagai asosiasi yang hidup dan bekerjasama serta
mengejar beberapa tujuan negara. Tujuan akhir dari negara adalah menciptakan
kebahagian bagi rakyatnya ( bonum publicum, cammon goood, cammon weal) 12
.
Sedangkan tujuan dari negara Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 pada
alenia ke 4 yaitu, “Untuk membentuk suatu pemerintahan negara indonesia yang
melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk
memajukan kesehjatraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial dengan berdasarkan kepada: ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab,persatuan indonesia dan kerakyatan yang di
pimpin oleh hikmah kebijakanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluuruh rakyat indonesia”.

d. Bentuk Negara

11
Kurniawan,Op.Cit,hal.17-18
12
Isjwara , Ilmu Politik,Bandung: Bina Cipta,1982, Hal.101-103.

6
Bentuk sebuah negara dapat dibagi menjadi dua yaitu: negara berbentuk kesatuan
( unitary state) dan negara serikat (federation ) 13 . Negara berbentuk kesatuan dapat
berbentuk:

a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, yaitu suatu sistem negara yang
diatur oleh pemerintah pusat dan daerah-daerah tinggal mengikutinya.
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralis, yaitu suatu sistem berdasarkan
otonom daerah masing-masing.

Sedangkan yang di makasud dengan negara serikat yaitu suatu negara yang
terdiri dari berbagai negara bagian. Negara bagian adalah negara yang merdeka dan
berdaulat serta berdiri sendiri.

3. Warga Negara

Warga negara adalah orang- orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang
menjadi unsur suatu negara, dahulu biasa disebut hamba atau kawula negara. Tetapi
sekarang ini lazim disebut warga negara. Ini sesuai dengan kedudukannya sebagai
orang merdeka. Ia bukan hamba raja, melainkan peserta, anggota atau warga negara
dari suatu negara. Peserta dari suatu persekutuan yang didirakan dari kekuatan
bersama.

Dalam pasal 26 ayat (1) mengatur siapa saja yang termasuk kedalam warga
negara. Adapun isi nya adalah “ yang menjadi warganegara adalah orang- orang
bangsa indonesia asli dan orang- orang bangsa lain yang disahkan oleh undang-
undang sebagai Warga negara”.14

Unsur- unsur kewarganegaraan adalah sebagai berikut :

a) Unsur darah keturunan (ius sanguinis)

13
Sumarsono,S dan Mansyur,H. Hamdan, Op. Cit,hal.9
14
Ibid,hal.14

7
Kewarganegaraan dari orang tua yang menurunkannya menentukan
kewarganegaraan seseorang. Artinya kalau dilahirkan dari orang tua yang
berwarganegara Indonesia, maka otomatis menjadi warga negara Indonesia.

b) Unsur daerah tempat kelahiran ( ius solis)

Kewarganegaraan dapat juga ditentukan berdasarkan daerah kelahirannya ,


tetapi hal ini tidak berlaku untuk angggota-anggota korps diploma dan anggota
tentara asing yang masih dalam ikatan dinas.

c) Unsur Pewarganegaraan ( Naturalisasi)

Seseorang dapat memiliki kewarganegaraan melaui naturalisai apabila


orang tersebut tidak dapat memenuhi kedua unsur diatas. Adapun syarat-syarat
naturalisasi di setiap negara akan berbeda tergantung pada kondisi dan kebijakan
di setiap negara.15

4. Hak dan kewajiban warga negara

Dalam undang-undang 1945 ada beberapa hak dengan tegas dinyatakan dalam
satu pasalnya ada juga beberapa hak yang akan diatur lagi dengan undang-undang

a) Pasal 23 ayat 1( segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam


hukum dan pemerintahan)
b) Pasal 27 ayat 2 ( tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan)
c)  Pasal 28 (Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan UU.)
d)  Pasal 29 ayat 2 ( negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu)
e)  Pasal 30 (tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara)16.

15
Kurniawan, Op.Cit, hal.24
16
Ibid, hal.25

8
B. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Pendidikan kewarganegaraan bertujuan agar kita memiliki wawasan kesadaran


bernegara untuk bela negara dan berpikir secara kritis serta memiliki rasa cinta tanah
air yang berlandaskan Pancasila.17 Pendidikan kewarganegaraan diselenggarakan
untuk membekali para mahasiswa selaku calon pemimpin dimasa depan dengan
kesadaran bela negara serta kemampuan berpikir komprehensif integral dalam rangka
ketahanan nasional.18 Kesadaran bela negara mengandung arti :

1) Kecintaan kepada tanah air.


2) Kesadaran berbangsa dan bernegara.
3) Keyakinan akan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
4) Kerelaan berkorban bagi bangsa dan negara.
5) Sikap dan perilaku awal bela negara.

Selain itu pendidikan kewarganegaraan menjadi wadah dan instrumen dalam


mewujudkan pendidikan nasional, yaitu :

1) Mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang


beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa , berakhlak dan
berilmu serta memiliki kecakapan dalam berkreasi, mandiri juga menjadi
warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
2) Membentuk karakteristik warganegara yang bermartabat dan cerdas.19

Menurut Henry Randall Waite ( 1986) Ilmu tentang kewarganegaraan, adalah


hubungan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu kolompok yang
terorganisir, serta hubungan seseorang individu dengan negara20. Menurut Edmodon
(1958) menerangkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah studi tentang
pemerintah dan kewarganegaraan yang terkait dengan kewajiban, hak , dan hak-hak

17
Sumarsono,S dan Mansyur,H. Hamdan,PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN,( Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama,2005), hal.3.
18
Abdul, Op.Cit.,4.
19
Kurniawan, Civic Education, Pendidikan Kewarganegaraan, (Rejang Lebomg – Bengkulu: LP2 STAIN
CURUP,2016), hal 1.
20
Somantri Muhammad Numan, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS , Bandung : Ramadja Rosda
Karya,2001,hal.5

9
istimewa warganegara. ICCE (2001) menjelaskan ciri dari pendidikan
kewarganegaraan yaitu: kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah,berbagai
macam kegiatan mengajar yang berperan dalam menumbukjan sikap masyarakat
yang demokratis dan menyangkut pengalaman , kepentingan masyarakat, probadi dan
syarat- syarat objektif suatu negara.

C. Nilai-nilai Pancasila Orientasi Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


1. Nilai ketuhanan

Menurut Burhanuddin Salam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung


pengertian dan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam semesta
beserta isinya. Keyakinan ini bukanlah suatu dogma (kepercayaan yang tidak dapat
dibuktikan kebenaran nya melalui akal pikiran) melainkan sesuatu kepercayaan
yang berakar pada pengetahuan yang benar, yang dapat diuji (dibuktikan) melalui
kaidah-kaidah logika. Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sumber pokok nilai
kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai dan mendasari serta membimbing
perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, menggalang persatuan Indonesia
yang telah mencipta kan Negara Republik Indonesia yang berdaulat penuh, yang
bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia21.

Istiah Ketuhanan menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi berasal dari pokok
kata Tuhan, yaitu suatu Dzat Yang Maha Kuasa pencipta segala yang ada di alam
semesta ini, yang biasa disebut Penyebab Pertama atau Kausa Prima. Sedang istilah
Ketuhanan berarti keyakinan dan pengakuan yang diekspresikan dalam bentuk
perbuatan terhadap Dzat Yang Maha Kuasa sebagai Pencipta8 Yang Maha Esa
berarti yang Maha Tunggal, tiada tersusun, tiada duanya, tunggal dalam dzat-Nya,
tunggal dalam sifat-Nya dan tunggal dalam perbuatan-Nya.22

21
Burhanuddin Salam, 1987, Filsafat Pancasilaisme”, Jakarta : Rineka Cipta, 1987, hlm.28-29.
22
Noor MS.Bakry,”Orientasi Filsafat Pancasila”, Yogyakarta: Liberty, 1990, hlm.81-82

10
Berdasarkan hal di atas maka yang dimaksud dengan Ketuhanan Yang Maha
Esa adalah: Keyakinan dan pengakuan yang direalisasikan dalam bentuk perbuatan
terhadap suatu dzat Yang Maha Tunggal tiada duanya, yang Sempurna sebagai
Penyebab Pertama23.

Dalam hal keberagaman yang plural, maka prinsip-prinsip kebabasan


beragama harus ditekankan. Dalam keyakinan keagamaan, keyakinan kepada Tuhan
itu sendiri merupakan rahmat bagi manusia dari Tuhan, karenanya Tuhan mengakui
hak manusia sendiri dalam menentukan jalan hidupnya. Meski demikian, setiap
pilihan keyakinan dan praksisnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab manusia.
Dengan pengertian semacam ini dapat digarisbawahi bahwa pluralisme agama harus
dipahami sebagai suatu pertemuaan sejati dari keberagaman dalam ikatan-ikatan
keadaban (bond of civility).24

Dalam konteks pembangunan bangsa yang selalu dikonotasikan oleh negara


sebagai pembangunan fisik, maka peran agama dalam konteks ini sebagai fungsi
kontrol. Penghambaan agama atas kekuasaan di saat kekuasaan menyeleweng justru
mereduksi agama yang mempunyai jiwa pembebas. Ingat, semua agama yang
diturunkan di mukan bumi mempunyai fungsi pembebasan, pembebas dari
ketidakadilan structural oleh rezim atau penguasa di masa itu, ataupun sebagai
pembabasan manusia dari suatu bentuk ‘penghambaan’ pada materi semata. Di sisi
lain, agama juga sangat mungkin diperankan sebagai ‘etos’ untuk pembangunan itu
sendiri. Etos, spirit atau ruh untuk membangun secara berkeadilan, baik
pembangunan manusia secara utuh, maupun pembangunan dalam bentuk yang lain.
Inilah sebuah gerakan agama non-ideologis yang kultural, disebut demikian karena
gerakan agama ini menekankan pada ‘idea moral’ agama itu sendiri, bukan agama
dalam bentuk formal, apalagi ritual yang ditampakkan.25

23
Sri Endah Wahyuningsih, URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA MATERIEL INDONESIA
BERDASARKAN NILAI–NILAI KETUHANAN YANG MAHA ESA, Jurnal Pembaharuan Hukum Vol.1
no.1,2014,hal.19
24
Mohamad Anas dkk,KEWARGANEGARAAN Identitas,Kebangsaan,dan Nilai Keindonesian,Malang:
Madani,2017,hal.
25
Ibid,hal.

11
2. Nilai Kemanusian

Inti yang menjadi pembahasan dari sila kedua adalah manusia, kata ‘manusia’
merupakan akar kata kemanusiaan, manusia merupakan subjek pendukung utama.
Manusia adalah subjek pendukung pokok negara. Oleh karena itu, manusia sebagai
atau menjadi subjek pendukung sila-sila dalam Pancasila. Pancasila menjadi dasar
filsafat daan asas kerokhanian bangsa dan negara Indonesia, karena bangsa sebagai
rakyat adalah terdiri atas manusia-manusia. Unsur hakikat manusia adalah sebagai
berikut:

1. Susunan Kodrat manusia terdiri atas:

a) Raga yang terdiri atas, unsur benda mati, unsur binatang dan unsur tumbuhan

b) Jiwa yang terdiri atas unsur akal, rasa dan kehendak

2. Sifat-sifat kodrat manusia terdiri atas:

a) Makhluk individu

b) Makhluk sosial

3. Kedudukan kodrat manusia terdiri atas:

a) Makhluk berdiri sendiri

b) Makhluk Tuhan

Susunan kodrat manusia terdiri atas dua unsur yaitu raga dan jiwa yang
merupakan suatu susunan (monodualis, kedua-tunggalan). Manusia adalah makhluk
yang berbadan, yang terdiri dari unsur air mani dan tanah. Sebagaimana makhluk
lain yang terbentuk dari unsur materi, manusia mempunyai sifat dan ciri-ciri
makhluk materi yang terikat dengan hukum-hukum alamiah, seperti kemampuan
untuk tumbuh, berkembang, bergerak, mempunyai nafsu, instink dan seterusnya.
Badan manusia bertumbuh mulai dari kecil menjadi besar, dan ia hanya bisa
berkembang sebagai manusia jika badannya memungkinkan. Menjadi manusia
karena memang terbangun dari badan, ia merupakan suatu struktur hidup, berproses
menurut hukum-hukum biologis. Struktur badan tersebut terdiri dari beberapa sub-

12
struktur yang tak terhingga jumlahnya, yang nampak sebagai bangunan dari sel-sel,
dan mempunyai diferensiasi yang berbentuk organ-organ yang mempunyai fungsi
yang berbeda-beda pula. Setelah ditiupkan ruh ke dalam jasad manusia, maka
terjadilah persatuan antara materi dan ruh ini yang membuat perubahan yang
mendasar bagi diri manusia.

Menurut al-Razi, manusia lalu menjadi sosok makhluk yang bersifat materi
dan makhluk ruhani (spiritual) sekaligus. Persatuan antara materi dan ruh ini tidak
terpisah satu sama lain, kecuali telah dipisahkan oleh kematian. Dengan demikian,
dari sisi pertumbuhan materi/fisik, manusia tumbuh dan berkembang sebagaimana
layaknya makhluk lain. Perbedaannya justru terletak pada aspek ruh yang telah
ditiupkannya ke dalam materi tersebut. Inilah hakekat manusia yang sebetulnya, ia
terbentuk dari dua aspek sekaligus, yakni aspek materi dan ruhani/jiwa. Dalam jiwa
manusia terkandung akal-budi yang berfungsi menciptakan atau melahirkan ilmu
dan pengetahuan, serta teknologi, sementara rasa mengantarkan manusia mampu
meciptakan karya-karya estetika, keindahan dan keutamaan. Potensi kehendak pada
diri manusia mengantarkannya untuk mampu bertindak dan berperilaku secara
baik/bermoral. Atas dasar kemampuan inilah, manusia mempunyai berbagai potensi
sekaligus kemampuan yang bisa difungsikan dalam menjalani hidup sebagai hamba
Allah dan khalifah-Nya. Karenanya, hanya dengan jalan menggunakan potensi
kemanusiaan secara integral, manusia akan mampu membangun hubungan sosial
(lingkungan sekitar, baik dengan alam dan manusia) dengan baik, juga akan mampu
membangun hubungan dengan yang transendan, yakni Tuhan, secara terus menerus.

Hakikat manusia yang komplek monopluralis tersebut menjadi dasar


berjalannya Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, keyakinan bahwa manusia
secara kodrat adalah makhluk ciptaan Tuhan maka implikasi dari pandangan
tersebut hak asasi itu disamping melekat pada diri manusia sejak lahir, juga
meyakini bahwa Tuhan adalah pemberi hak asasi tersebut. Prinsip mendasar tentang
manusia (filsafat manusia) yang menyangkut keyakinan Tuhan sebagai pemberi hak
bagi manusia inilah yang membedakannya dengan HAM di dunia Barat. Hak asasi

13
yang melekat pada manusia tidak boleh dicabut oleh siapapun dan dengan cara
apapun, ketika negara belum ada-pun hak asasi lebih dahulu ada. Maka seharusnya,
realisasi kemanusiaan yang beradab semestinya memperhatikan hak-hak asasi
manusia yang telah lama ada. Singkatnya, negara harus melindungi HAM dan
kemanusiaan sebab pada prinsipnya hak asasi telah ada lebih dahulu, Negara tidak
boleh mendiskriminasi hak-hak telah dimiliki oleh warga Negara. Prinsip anti
diskrimatif yang ditekankan pada sila kedua ini melahirkan sikap egaliter,
memandang sederajat, sama sebagai manusia seutuhnya tanpa membedakan
manusia lain berdasarkan agama, suku, ras, bahasa, etnis dan lain sebagainya. Inilah
prinsip mendasar kemanusiaan yang adil dan beradab yang kemudian oleh negara
dibentuk perangkat peraturan untuk mengaturnya26.

3. Nilai Persatuan
a. CintaTanah Air

Rasa cinta tanah air tercermin dari adanya kebanggaan memiliki sumber –
sumber kekayaan, kesuburan dan keindahan alam, sehingga senantiasa menjaga
dan memeliharanya sepanjang masa. Kecintaan kepada tanah air ini diharapkan
setiap warga negara akan mengenal dan memahami tentang :

1) Wilayah Nusantara yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau
Miangas sampai Pulau Rote dengan baik. Ada sekitar 17.500 pulau yang
terbentang dari sumatera sampai papua, ada ratusan suku bangsa dan bahasa
daerah di wilayah nusantara.
2) Memelihara lingkungannya,melestarikan dan mencintainya.
3) Senantiasa menjaga nama baik dan mengharumkan Negara Indonesia dimata
dunia dan setiap saat siap berkorban untuk membelanya.

4. Nilai Kerakyatan

Kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia di era globlalisasi,


mengharuskan kita untuk melestarikan nilai-nilai Pancasila. Itu agar generasi
penerus bangsa tetap dapat menghayati dan mengamalkannya dan agar intisari
26
Ibid,hal.

14
nilai-nilai yang luhur itu, tetap terjaga dan menjadi pedoman bangsa Indonesia
sepanjang masa. Globalisasi membawa perubahan-perubahan dalam tatanan dunia
internasional yang pengaruhnya langsung terhadap perubahan-perubahan di
berbagai Negara.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksaan dalam 84


Permusyaratan/Perwakilan. Nilai ; ,flosofis yan terkandung di dalamnya adalah
bahwa hakikat negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrati manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Hakikat rakyat adalah merupakan
sekelompok manusia sebagai makhluk Yang Maha Esa yang bersatu
yangbertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah
negara. Rakyat adalah merupakan subjek pendukung pokok negara. Negara
adalah dari dan oleh rakyat. Oleh karena itu, rakyat mula kekuasaan
negara.Dalam sila kerakyatan terkandunnilai demokrasi yang secara mutlak harus di
laksanakan dalam hidup negara, maka nilai-nilai demokrasi yang terkandung

dalam sila kerakyatan di antaranya adalah:


a) adanya kebebasan yang disertai dengan tanggung jawab terhadap masyarakat bangsa
maupun moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
b) menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan, dan
c) menjamin dan memperkokoh

5. Nilai Keadilan

Pembahasan yang menyangkut keadilan sosial itu berarti tidak berkaitan


dengan keadilan individual, yang dimaksudkan dengan keadilan sosial adalah
menyangkut seluk beluk hidup orang kebanyakan. Dalam konteks ekonomi,
penciptaan keadilan sosial menjadi tujuan penting menurut UUD 1945 adalah
perekonomian Indonesia. Secara ideal, keutuhan Indonesia terjamin atas dasar
keadilan secara distributive (artinya, terdapat pemerataan keadilan berbasis pada
keperluan masyarakat local atau setempat).

15
Pembicaraan ini bukan ketidakadilan individual, tetapi ketidakadilan sosial.
Ketidakadilan individual sehari-hari dapat mungkin terjadi, melainkan ketidakadilan
sosial proses-proses politik, sosial, ekonomi, dan budaya atau tentang ketidakadilan
struktural. Tuntutan pertama tentang ketidakadilan sosial adalah pembongkaran atas
struktur-struktur yang tidak adil. Dalam sebuah kelas atau kelompok buruh, petani,
nelayan dan seterusnya sangat mungkin tertimpa ketidakadilan, maka sebab
ketidakadilan itu terjadi bukan karena kebetulan ada satu-dua orang yang tidak
bersikap adil, tetapi justru mereka terperangkap dalam struktur-struktur kekuasaan
yang tidak adil. Ketidakadilan yang paling mendesak dan kasar adalah kemiskinan
dan ketergantungan struktural. Bahwa dalam sebuah masyarakat masih banyak
kelompok yang mendapat ketidakadilan, bukan karena mereka malas atau tidak
bekerja, atau kita harus dituntut untuk solider dalam melihat mereka, tetapi justru
pembagian dan keadilan distribusi kekayaan alam Indonesia ini belum
dilaksanakan.

Maka orientasi pembangunan harus diarahkan pada upaya penghapusan


kemiskinan dan ketergantungan struktural. Kebijakan ekonomi harus diarahkan
untuk masyarakat yang memang tertindas oleh sistem yang membuat mereka tidak
berdaya. Dalam konteks ini, keadilan negara harus berpihak, keperpihakan pada
kelompok-kelompok termarginalkan, dan tergerus oleh sistem kapitalis. Peran
negara sangatlah penting dalam melaksanakan keadilan distributif. Negara
melakukan pengaturan secara merata dalam porsi dan kebutuhan masing-masing,
artinya bukan berarti negara pilih kasih hanya kepada masyarakat atau kelompok
tertentu, tetapi telah menjadi tugas dan kewajiabannya sebagai amanat konstitusi.27

27
Luh Putu Swandewi Antari dan Luh De Liska, IMPLEMENTASI NILAI NILAI PANCASILA DALAM
PENGUATAN KARAKTER BANGSA, Vol. 21 No. 2 (Oktober 2020), Hal.681

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ICCE (2001) menjelaskan ciri dari pendidikan kewarganegaraan yaitu: kegiatan
yang meliputi seluruh program sekolah,berbagai macam kegiatan mengajar yang berperan
dalam menumbukjan sikap masyarakat yang demokratis dan menyangkut pengalaman ,
kepentingan masyarakat, probadi dan syarat- syarat objektif suatu negara.
Bangsa Kelompok orang-orang satu bangsa umumnya menempati bagian atau
wilayah tertentu, berbicara dalam bahasa yang sama, memiliki sejarah, kebiasaan dan
kebudayaanyang sama, dan terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat.Ciri
suatu bangsa yaitu ,Memiliki Karakter atau Perangai yang sama, yang menjadi pribadi dan
jati dirinya Menempati Suatu wilayah tertentu yang merupakan satu kesatuan wilayah
Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat, sehingga Mereka terikat dalam
suatu masyarakat hukum.
Negara adalah suatu negara teritorial yang rakyatnya di perintah oleh sejumlah
pejabat dan yang berhasil menuntut dari warganegaranya, ketatanan pada peraturan
perundang- undanganya melaui penguasa monopolistis dari kekuatan yang sah . Negara
memiliki Sifat memaksa Agar peraturan- peraturan yang telah diciptakan bisa di taati dan
tercapainya ketertiban dan kedamaian serta mencegah anarki dan kriminlitas ,maka negara
harus bersifat memaksa.Tujuan dan Fungsi Negara, Negara dapat dipandang sebagai
asosiasi yang hidup dan bekerjasama serta mengejar beberapa tujuan negara.
Sedangkan tujuan dari negara Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
pada alenia ke 4 yaitu, “Untuk membentuk suatu pemerintahan negara indonesia yang
melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk
memajukan kesehjatraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
dengan berdasarkan kepada: ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab,persatuan indonesia dan kerakyatan yang di pimpin oleh hikmah kebijakanaan

17
dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluuruh rakyat indonesia”.
Warga Negara Warga negara adalah orang- orang sebagai bagian dari suatu
penduduk yang menjadi unsur suatu negara, dahulu biasa disebut hamba atau kawula
negara.Adapun isi nya adalah “ yang menjadi warganegara adalah orang- orang bangsa
indonesia asli dan orang- orang bangsa lain yang disahkan oleh undang-undang sebagai
Warga negara”.
Hak dan kewajiban warga negara Dalam undang-undang 1945 ada beberapa hak
dengan tegas dinyatakan dalam satu pasalnya ada juga beberapa hak yang akan diatur lagi
dengan undang-undang (Pasal 23 ayat 1) segala warga negara bersamaan kedudukannya
didalam hukum dan pemerintahan.
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah: Keyakinan dan pengakuan yang direalisasikan
dalam bentuk perbuatan terhadap suatu dzat Yang Maha Tunggal tiada duanya, yang
Sempurna sebagai Penyebab Pertama .
Hakikat manusia yang komplek monopluralis tersebut menjadi dasar berjalannya
Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, keyakinan bahwa manusia secara kodrat adalah
makhluk ciptaan Tuhan maka implikasi dari pandangan tersebut hak asasi itu disamping
melekat pada diri manusia sejak lahir, juga meyakini bahwa Tuhan adalah pemberi hak
asasi tersebut.
Dalam sila kerakyatan terkandunnilai demokrasi yang secara mutlak harus di
laksanakan dalam hidup negara, maka nilainilai demokrasi yang terkandung dalam
sila kerakyatan di antaranya adalah: adanya kebebasan yang disertai dengan
tanggungjawab terhadap masyarakat bangsa maupun moralterhadap Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan dan menjamin dan
memperkokoh

18
DAFTAR PUSTAKA

Anas ,Mohamad dkk,KEWARGANEGARAAN Identitas,Kebangsaan,dan Nilai Keindonesian,Malang:


Madani,2017.
Antari ,Luh Putu Swandewi dan Luh De Liska, IMPLEMENTASI NILAI NILAI PANCASILA
DALAM PENGUATAN KARAKTER BANGSA, Vol. 21 No. 2 (Oktober 2020)
Isjwara, Ilmu Politik, Bandung: Bina Cipta,1982.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Depdikbud.
Kurniawan, Civic Education ( Pendidikan Kewarganegaraan), Rejang Lebong- Bengkulu: LP2
STAIN CURUP,2016.
Kusnardi,Moh dan Harmaily Ibrahim, Hukum dan Tata Negara Indonesia, Jakarta: FHUI dan
Sinar Bakti,1983.
Lubis, M. Solly, Asas- asas Hukum Tata Negara, Bandung : Alumni, , 1982.
Noor ,MS.Bakry,”Orientasi Filsafat Pancasila”, Yogyakarta: Liberty, 1990.
Priyanto, Supriyo,PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN,Semarang: FASINDO PRESS, 2006.
Rahman. Abdul, Baso Madiong. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.
Makassar:Celebes Media Perkasa, 2017.
Salam ,Burhanuddin, Filsafat Pancasilaisme”, Jakarta : Rineka Cipta, 1987.
Somantri, Muhammad Numan, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS , Bandung : Ramadja
Rosda Karya, 2001.
Sumarsono,S dan Mansyur,H. Hamdan,PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN,(Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Wahyuningsih ,Sri Endah, URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA MATERIEL
INDONESIA BERDASARKAN NILAI–NILAI KETUHANAN YANG MAHA ESA, Jurnal
Pembaharuan Hukum Vol.1 no.1,2014.

19

Anda mungkin juga menyukai