Anda di halaman 1dari 11

PROSES BERBANGSA

Disusun oleh :

1. Abdul Aziz Asyiddiqi (422021521001)


2. Muhammad Aqib Setiawan (422021521037)
3. Muhammad Sahil Habibi (422021521043)
4. Muhammad Ramsa Irsa Ukasa (422021521041)
5. Badri Ali Ripai Harahap (422021521009)

Gontor Siman Ponorogo


1442/2021
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Setiap kali mendengar kata kewarganegaraan, secara tidak langsung otak
merespon dan mengaitkan kewarganegaraan dengan pelajaran kewarganegaraan pada saat
sekolah, dan mata kuliah kewarganegaraan pada saat  kuliah. Kata kewarganegaraan di
dalam memori otak tersimpan kuat karena setiap tahun dari sekolah dasar hingga sekolah
menengah atas ada pelajaran kewarganegaraan yang harus dipelajari, dan ternyata saat
kuliah juga ada. Dan di dalam bangku perkuliahan mahasiswa mempelajari lebih dalam
seberapa pentingnya pendidikan kewarganegaraan bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia,
pendidikan kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap
menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu
mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan dalam kerangka identitas nasional. Identitas
nasional itu sangat berhubungan erat dengan proses berbangsa dan bernegara. Baik
masyarakat termasuk di dalamnya mahasiswa dituntut untuk memahami dan mengerti
proses berbangsa dan bernegara karena dengan mengerti proses itu maka setiap warga
negara akan merasa memiliki tanggung jawab untuk selalu menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa. Apabila warga negara tidak memahami dan mengerti proses berbangsa
dan bernegara maka  negara Indonesia dapat pecah dan runtuh.

2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Kewarganegaraan?
2. Apakah yang dimaksud dengan bangsa dan negara?
3. Bagaimana proses berbangsa dan bernegara di Indonesia?
4. Apakah yang menjadi kerangka dasar proses berbangsa dan bernegara?
BAB II
Pembahasan

1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural,
bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis
Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah
yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004
berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya
bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan
sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. 
Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum
Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan
Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional-Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat
Pendidikan Menengah Umum.

2. Pengertian Bangsa dan Negara


Bangsa adalah kumpulan dari banyaknya orang yang mempunyai persamaan tujuan,
asal, adat istiadat, bahasa, dan sejarah. Jadi Bangsa Indonesia adalah sekelompok
manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya sebagai satu
bangsa serta berproses di dalam satu wilayah Nusantara/Indonesia.
Secara etimologis, negara berasal dari kata belanda staat, atau inggris state, yang
berasal dari bahasa latin yaitu Status atau statum yang berarti “menempatkan dalam
keadaan berdiri” jadi organisasi diantara sekelompok/beberapa kelompok manusia yang
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya pemerintahan
yang mengurus tata tertib atau bisa diartikan sebagai satu perserikatan yang
melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan
kekuasaan untuk memaksa bagi ketertiban sosial.
Unsur-unsur Negara adalah:
2.1 Memiliki Wilayah
Untuk mendirikan suatu negara dengan kedaulatan penuh diperlukan wilayah
yang terdiri atas darat, laut dan udara sebagai satu kesatuan. Untuk wilayah yang
jauh dari laut tidak memerlukan wilayah lautan. Di wilayah negara itulah rakyat
akan menjalani kehidupannya sebagai warga negara dan pemerintah akan
melaksanakan fungsinya.
2.2 Memiliki Rakyat
Diperlukan adanya kumpulan orang-orang yang tinggal di negara tersebut dan
dipersatukan oleh suatu perasaan. Tanpa adanya orang sebagai rakyat pada suatu
ngara maka pemerintahan tidak akan berjalan. Rakyat juga berfungsi sebagai sumber
daya manusia untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.
2.3 Pemerintahan Yang Berdaulat
Pemerintahan yang baik terdiri atas susunan penyelengara negara seperti lembaga
yudikatif, lembaga legislatif, lembaga eksekutif, dan lain sebagainya untuk
menyelengarakan kegiatan pemerintahan yang berkedaulatan.

Negara sebagai organisasi dalam masyarakat memilki sifat – sifat tertentu yang tidak
dimiliki oleh organisasi lainnya. Sifat – sifat itu adalah
2.1 Memaksa
Memaksa dalam arti bahwa negara dapat memaksakan segala aturan yang
diterapkan untuk ditaati oleh semua orang yang ada di negara itu. Begitu aturan
dibuat, setiap orang harus tunduk pada aturan tersebut. Tanpa memiliki sifat aeperti
itu negara tidak dapat mempertahankan keberadaannya, karena setiap orang di
dalamnya akan bertindak menurut keinginannya masing – masing, tanpa adanya
kaidah yang mengaturnya.
2.2 Monopoli
Monopoli, dalam arti bahwa negara sebagai penyelenggara kepentingan umum
memilki hak monopoli dalam pengelolaan urusan – urusan tertentu. Monopoli itu
antara lain adalah monopoli penentuan tujuan negara yang bersangkutan, dengan
konsekuensi bahwa negara berhak melarang berkembangnya aliran / faham yang
dianggap mengganggu pencapaian tujuan negara. Begitu juga monopoli kekayaan
alam yang menguasai hajat hidup orang banyak.
2.3 Mencakup semua
Mencakup semua, dalam arti bahwa kekuasaan negara berlaku bagi setiap orang
yang ada di wilayah negara itu tanpa kecuali. Tidak ada seseorang di wilayah suatu
negara dapat mengecualikan dirinya dari jangkauan kekuasaan negara yang
bersangkutan.

3. Proses Berbangsa
Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam proses meraih kemerdekaan dan
begitu pula dalam proses berbangsa, tentu saja disebabkan sejarahnya yang panjang
membuat proses berbangsa di Indonesia terbagi menjadi dua:
3.1 Masa sebelum kemerdekaan
 Proses berbangsa dan bernegara pada zaman sebelum kemerdekaan lebih
berorientasi pada perjuangan dalam melawan penjajah. Dari tinjauan sejarah zaman
Sriwijaya pada abad VII dan Kerajaan Majapahit abad XIII telah ada upaya untuk
menyatukan nusantara. Namun para penguasa belum memiliki kemampuan yang
cukup untuk mempertahankan kejayaan yang telah dicapai yang menyebabkan
kehancuran. Di samping itu kehancuran juga disebabkan karena kerajaan tradisional
tersebut belum memahami konsep kebangsaan dalam arti luas.
Proses kehidupan berbangsa dan bernegara mulai berkembang sejak Sumpah
Pemuda dikumandangkan ke seluruh nusantara. Dalam periode selanjutnya secara
nyata mulai dipersiapkan kemerdekaan Indonesia pada masa pendudukan Jepang,
yaitu dengan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha – usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia. Dan puncaknya adalah ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.
3.2 Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang
Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang erat kaitannya dengan
hakikat pendidikan kewarganegaraan, yaitu upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri
dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela
negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Sehingga
dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu tentang tata negara,
menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa, maka
takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia dalam
proses berbangsa dan bernegara.
Negara Indonesia merupakan negara yang berkembang dan negara yang akan
melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat, membutuhkan
tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat loyalitas yang tinggi. Negara
didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan dan
kesatuan serta rasa turut memiliki. Masyarakat harus disadarkan untuk segera
mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu padu dalam rasa yang sama untuk
menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain. Negara harus
menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan keinginan
untuk melindungi serta mempertahankan negara itu sendiri. Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana yang tepat untuk memberikan gambaran
secara langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan pada
masyarakat sehingga proses berbangsa dan bernegara dapat berlangsung dengan
efektif dan efisien.
Dalam upaya untuk memahami proses berbangsa dan bernegara, merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahakan dengan perkembangan kehidupan masyarakat.
Kesadaran terhadap sejarah menjadi penting ketika suatu masyarakat mulai
menyadari bagaimana posisinya sekarang dan seperti apa jatidiri atau identitasnya
serta apa yang dilakukan ke depan. Penciptaan suatu identitas bersama berkisar pada
perkembangan keyakinan dan nilai – nilai yang dianut bersama yang dapat memberi
suatu perasaan solidaritas sosial pada suatu masyarakat suatu wilayah tertentu. Suatu
identitas bersama menunjukkan bahwa individu – individu tersebut setuju atas
pendefinisian diri mereka yang saling diakui, yakni suatu kesadaran mengenai
perbedaan dengan orang lain, dan suatu perasaan akan harga diri.
Dalam proses berbangsa dan bernegara itu juga diperlukan penciptaan identitas
bersama. Identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat dilihat pada
• Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
• Lambang negara yaitu Garuda Pancasila
• Slogan / semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika
• Sarana komunikasi / bahasa negara yaitu Bahasa Indonesia
• Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
• Pahlawan – pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Pattimura,
Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain – lain.
Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia
dapat mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan
negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan dihargai dan
sejajar dengan bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan
jatidiri serta kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok
dapat mendukung upaya mengisi kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga
dapat memberikan motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa
depan.

4. Kerangka Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Sejarah menunjukkan dinamika kehidupan bangsa Indonesia mengalami pasang
surut sesuai dengan tantangan zaman yang dihadapi. Segala perubahan yang terjadi
disadari sebagai konsekuensi kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan lingkungan
masyarakat internasional. Dalam rangka pelaksanaan kehidupan nasional Indonesia telah
memiliki seperangkat sarana yang dapat digunakan sebagi acuan, yaitu :
4.1 Pancasila
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia terkandung didalamnya
konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita – citakan yang terkandung dasar
pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud  kehidupan yang dianggap baik.
Pancasila tidak hanya sebagai pandangan hidup bangsa, tetapi juga sebagai dasar
negara RI. Pancasila dalam kehidupan ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau
Dasar falsafah Negara (Philosofiche Gronslag). Dalam pengertian ini Pancasila suatu
dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan kata lain
Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan
negara.
Pancasila dinilai memenuhi syarat sebagai pilar bagi negara-bangsa Indonesia
yang pluralistik dan cukup luas dan besar ini. Pancasila mampu mengakomodasi
keanekaragaman yang terdapat dalam kehidupan negara-bangsa Indonesia. Sila
pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung konsep dasar yang
terdapat pada segala agama dan keyakinan yang dipeluk atau dianut oleh rakyat
Indonesia, merupakan common denominator dari berbagai agama, sehingga dapat
diterima semua agama dan keyakinan. Demikian juga dengan sila kedua,
kemanusiaan yang adil dan beradab, merupakan penghormatan terhadap hak asasi
manusia. Manusia didudukkan sesuai dengan harkat dan martabatnya, tidak hanya
setara, tetapi juga secara adil dan beradab. Pancasila menjunjung tinggi kedaulatan
rakyat, namun dalam implementasinya dilaksanakan dengan bersendi pada hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan Sedang kehidupan berbangsa dan
bernegara ini adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, bukan untuk kesejahteraan perorangan atau golongan. Nampak bahwa
Pancasila sangat tepat sebagai pilar bagi negara-bangsa yang pluralistik.
Pancasila sebagai salah satu pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
memiliki konsep, prinsip dan nilai yang merupakan kristalisasi dari belief system
yang terdapat di seantero wilayah Indonesia, sehingga memberikan jaminan kokoh
kuatnya Pancasila sebagai pilar kehidupan berbangsa dan bernegara.

4.2 UUD 1945


Undang  Undang Dasar 1945 adalah hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum,
maka UUD 1945 bersifat mengikat bagi pemerintah lembaga negara, lembaga
masyarakat, setiap warga negara Indonesia di mana saja dan setiap penduduk yang
ada di wilayah negara Indonesia. Sebagai hukum, UUD 1945 berisi norma – norma,
aturan – aturan atau ketentuan – ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.
Undang  Undang Dasar bukanlah hukum biasa. Sebagai hukum dasar, undang –
undang dasar itu sendiri merupakan sumber hukum. Setiap produk hukum seperti
undang – undang, peraturan atau keputusan pemerintah, dan juga setiap tindakan
kebijakan pemerintah haruslah berdasarkan dan bersumberkan pada peraturan yang
lebih tinggi yang pada akhirnya dipertanggungjawabkan pada ketentuan  - ketentuan
UUD 1945. UUD 1945 dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu Pembukaan UUD
1945 dan Pasal – pasal UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan sebagai pokok kaidah
fundamental negara RI. Dengan demikian pembukaan memiliki kedudukan yang
lebih tinggi dari pasal – pasal UUD 1945. Dalam kaitannya dengan pembukaan UUD
1945 ini berhubungan dengan Pancasila. Dalam alinea 4 Pembukaan UUD 1945
dengan jelas menunjukkan bahwa Pancasila merupakan dasar negara RI. Oleh karena
kedudukan Pembukaan sebagai pokok kaidah fundamental negara RI, mempunyai
kedudukan yang sangat kuat, tetap, dan tidak dapat diubah oleh siapapun, maka
perumusan Pancasila yang terkandung di dalam pembukaan bersifat kuat, tetap dan
tidak dapat diubah oleh siapapun. Dengan kata lain, perumusan Pancasila yang sah
adalah seperti yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945.

4.3 Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional


Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional Indonesia merupakan cara
pandang bangsa Indonesia untuk menyamakan persepsi, visi dan motivasi dalam
rangka menjamin persatuan dan kesatuan serta kepentingan nasional dalam rangka
pencapaian cita – cita nasional Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Dalam kehidupannya secara umum manusia dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu keturunan dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan wawasan nasional,
manusia Indonesia yang telah bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sangat
diwarnai oleh faktor lingkungan baik internal maupun eksternal, dekat maupun jauh.
Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional Indonesia merupakan penjabaran
dari falsafah bangsa Indonesia Pancasila sesuai dengan kondisi atau keadaan
geografis negara serta sejarah yang dialaminya. Melalui wawasan tersebut bangsa
Indonesia menentukan cara – cara pemanfaatan kondisi geografis, kondisi sosial
budaya dan lingkungannya dalam rangka menjamin kepentingan nasional dan
mencapai cita – cita nasional.

4.4 Ketahanan Nasional sebagai Pendekatan Konsepsional


Setiap bangsa mempunyai cita – cita luhur yang ingin dicapai. Perjuangan untuk
mencapai cita – cita tersebut mempunyai fungsi sebagai penentu tujuan nasionalnya.
Dalam perjuangan mencapai tujuan nasional setiap bangsa akan menghadapi
berbagai macam tantangan. Untuk itu, setiap bangsa harus memiliki harus memiliki
ketahanan nasional.
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamik bangsa, meliputi segenap aspek
kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi
dan mengatsi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang
dari luar maupun dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung untuk
menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta
perjuangan mencapai tujuan nasional. Pada hakikatnya ketahanan nasional adalah
keuletan dan menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan nasional yang tangguh
akan lebih mendorong pembangunan nasional, dan berhasilnya pembangunan
nasional akan meningkatkan ketahanan nasional.
BAB III
Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari paparan di atas adalah


1. Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari
2.  Proses berbangsa dan bernegara pada masa sebelum kemerdekaan lebih mengacu pada
perjuangan melawan penjajah, sedangkan pada masa sekarang mengacu pada upaya bela
negara melalui pendidikan, penciptaan identitas bersama, dan memiliki hubungan
internasional dengan negara lain.
3. Dalam upaya untuk memahami proses berbangsa dan bernegara, merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahakan dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Kesadaran
terhadap sejarah menjadi penting ketika suatu masyarakat mulai menyadari bagaimana
posisinya sekarang dan seperti apa jatidiri atau identitasnya.
4. Kerangka dasar proses berbangsa dan bernegara meliputi Pancasila, UUD 1945,
Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Sunarto. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Semarang : Unnes


Press
Wikipedia Bahasa Indonesia. http://wikipedia.org
http://azisgr.blogspot.com/2010/05/pendidikan-kewarganegaraan-pkn.html

Anda mungkin juga menyukai