Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MANDIRI

KEWARGANEGARAAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan


pada Program Studi Kebidanan

Dosen Pengampu :
Drs. Anwar Budiman, M.Pd

Oleh :

Euis Susilawati
CBR0220005

JURUSAN KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas mandiri
kewarganegaraan.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan tugas mandiri kewarganegaraan
ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam penugasan mandiri ini. Oleh
karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki tugas mandiri kewarganegaraan ini.

Saya berharap semoga tugas mandiri yang saya susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Kuningan,Mei 2023

Penulis

2
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan dalam Mengembangkan
Kemampuan Utuh Sarjana atau Professional.

SOAL :
1. Tuliskan pengertian Kewarganegaraan?
2. Tuliskan pengertian Kewargaan Negara?
3. Apa perbedaan pengertian diantara Kewarganegaraan dan Kewargaan
Negara?
4. Apa perbedaan Kewarganegaraan dengan Pancasila?
5. Apa fungsi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan?

JAWABAN :
1. Kewarganegaraan secara hukum (yuridis)
Sebuah hubungan atau ikatan secara yuridis antara seorang warga
negara dengan negara terkait status seseorang tersebut sebagi warga
negara. Dengan adanya hubungan tersebut maka seorang warga negara
memiliki kewajiban untuk tunduk dan patuh terhadap hukum, undang-
undang maupun peraturan yang berlaku di negara tersebut terkait status
seseorang tersebut sebagai warga negara. Dengan adanya sebuah kartu
tanda penduduk, surat pernyataan atau bukti kewarganegaraan seseorang,
merupakan tanda dari ikatan hukum tersebut.
Kewarganegaraan secara sosiologis
Seseorang dapat disebut sebagai warga negara karena melihat dari
tingkah laku, penghayatan hidup serta ikatan emosional seseorang tersebut
pada negara. Timbulnya satu ikatan atau hubungan darah, setanah air,
senasib sepenanggungan dan juga ikatan budaya dan sejarah yang sama.
Dalam arti kata memiliki ikatan secara lahir dan batin dalam hubungannya
sebagai warga Negara.

2. Kewargaan berhubungan dengan warga atau keanggotaan didalam


kenegaraan atau juga di defnisikan sebagai salah satu anggota atau
masyarakat yang berkaitan dengan sosial dalam mendapatkan hak dan
perlindungan.

3. Kewarganegaraan
Hubungan antara seorang dengan negara terkait status seseorang
sebagai warga negara, sedangkan
Kewargaan Negara

3
warga atau keanggotaan didalam kenegaraan atau juga di
definisikan sebagai salah satu anggota atau masyarakat yang berkaitan
dengan sosial dalam mendapatkan hak dan perlindungan.

4. Kewarganegaraan
Berasal dari kata 'warga negara' yang memiliki pengertian
penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya yang mempunyai kewajiban dan hak penuh
sebagai seorang warga dari negara tersebut. Dan kata 'kewarganegaraan'
itu sendiri memiliki pengertian hal-hal yang berhubungan dengan warga
negara.
Pancasila
Ideologi dasar Negara Indonesia, yang dipakai untuk menjadi dasar
Negara Indonesia dan pandangan hidup. Pancasila berasal dari kata Panca
yang artinya Lima dan Sila yang artinya Sendi, Atas, Dasar atau peraturan
tingkah laku yang baik dan penting. Berarti pancasila merupakan lima
dasar yang mengandung pedoman atau aturan mengenai tingkah laku yang
baik dan penting. 5 sendi utama yang menyusunnya yaitu Ketuhanan yang
maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia.

5. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap
serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa,
wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon
penerus bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu
pengetahuaan dan teknologi serta seni. Selain itu juga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab,
dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Dapat memahami antara hak dan kewajiban mereka sebagai warga
negara, dapat membentuk karakter yang lebih baik dan bertanggung jawab,
ikut serta dalam upaya pembelaan sebuah Negara dan dapat menumbuhkan
rasa nasionalisme kepada NKRI.

4
Esensi dan Urgensi Identitas Nasional Sebagai Salah Satu Determinan
Pembangunan Bangsa dan Karakter.

SOAL :
1. Konsep dan integrasi nasional?
2. Mengapa diperlukan integrasi nasional?
3. Sumber historis sosiologis dan politik tentang integrasi nasional?
4. Mendeskripsikan esensi dan urgensi integrasi nasional?

JAWABAN
1. Definisi Integrasi Nasional :
 Secara Umum Integrasi nasional adalah penyatuan atau asimilasi
bangsa-bangsa sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
 Secara Politik Integrasi Nasional adalah proses mengintegrasikan
kelompok-kelompok budaya dan sosial yang berbeda ke dalam satu
kesatuan wilayah nasional, yang membentuk identitas nasional.
 Secara Antropologis Integrasi Nasional adalah proses mengadaptasi
unsur-unsur yang berbeda dari kebudayaan yang berbeda sehingga
terjadi keselarasan fungsi dalam kehidupan bermasyarakat.
Konsep Integritas Nasional :
 Konsep integrasi nasional secara vertikal melibatkan hubungan
orang-orang dengan pemerintah yang hubungannya saling terintegrasi
secara vertikal. Konsep integrasi ini juga mencakup bagaimana
pemerintah pusat dan daerah dapat terintegrasi.
 Konsep integrasi nasional secara horizontal mencakup penyatuan
bangsa Indonesia yang memiliki tingkat kemajemukan yang relatif
tinggi. Bagaimana membangun identitas nasional yang sama,
meskipun kelompok masyarakat, agama, suku, dan identitas berbeda-
beda.

2. Integrasi nasional sangat penting untuk dibangun dan diwujudkan oleh suatu
negara, terutama negara yang memiliki keragaman luar biasa seperti
Indonesia. Karena dengan adanya integrasi nasional akan membuat seluruh
masyarakat menyatu dan membentuk satu kesatuan yang utuh dalam rangka
untuk memajukan bangsa.sehingga tidak adanya konflik perpecahan yang
terjadi dikarenakan perbedaan semata.

3. Mengintegrasikan bangsa umumnya menjadi tugas pertama bagi negara yang


baru merdeka. Hal ini dikarenakan negara baru tersebut tetap menginginkan

5
agar semua warga yang ada di dalam wilayah negara bersatu untuk negara
yang bersangkutan.
a) Perkembangan sejarah integrasi di Indonesia
Menurut Suroyo (2002), ternyata sejarah menjelaskan bangsa kita sudah
mengalami pembangunan integrasi sebelum bernegara Indonesia yang
merdeka. Menurutnya, ada tiga model integrasi dalam sejarah perkembangan
integrasi di Indonesia, yakni :
i) Model integrasi imperium Majapahit
Model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (imperium)
Majapahit. Struktur kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur
konsentris. Dimulai dengan konsentris pertama yaitu wilayah inti
kerajaan (nagaragung): pulau Jawa dan Madura yang diperintah
langsung oleh raja dan saudara-saudaranya. Konsentris kedua adalah
wilayah di luar Jawa (mancanegara dan pasisiran) yang merupakan
kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris ketiga (tanah sabrang) adalah
negara-negara sahabat di mana Majapahit menjalin hubungan
diplomatik dan hubungan dagang, antara lain dengan Champa,
Kamboja, Ayudyapura (Thailand).
ii) Model integrasi colonial
Model integrasi kedua atau lebih tepat disebut dengan integrasi
atas wilayah Hindia Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad
XX dengan wilayah yang terentang dari Sabang sampai Merauke.
Pemerintah kolonial mampu membangun integrasi wilayah juga
dengan menguasai maritim, sedang integrasi vertikal antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah dibina melalui jaringan birokrasi kolonial
yang terdiri dari ambtenaar-ambtenaar (pegawai) Belanda dan pribumi
yang tidak memiliki jaringan dengan massa rakyat. Dengan kata lain
pemerintah tidak memiliki dukungan massa yang berarti. Integrasi
model kolonial ini tidak mampu menyatukan segenap keragaman
bangsa Indonesia tetapihanya untuk maksud menciptakan kesetiaan
tunggal pada penguasa colonial.
iii) Model integrasi nasional Indonesia
Model integrasi ketiga ini merupakan proses berintegrasinya
bangsa Indonesia sejak bernegara merdeka tahun 1945. Meskipun
sebelumnya ada integrasi kolonial, namun integrasi model ketiga ini
berbeda dengan model kedua. Integrasi model kedua lebih
dimaksudkan agar rakyat jajahan (Hindia Belanda) mendukung
pemerintahan kolonial melalui penguatan birokrasi kolonial dan
penguasaan wilayah. Integrasi model ketiga dimaksudkan untuk
membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa Indonesia yang merdeka,
memiliki semangat kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau
kesadaran kebangsaan yang baru.
Model integrasi nasional ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran
berbangsa khususnya pada diri orang-orang Indonesia yang mengalami
proses pendidikan sebagai dampak dari politik etis pemerintah kolonial
Belanda. Mereka mendirikan organisasi-organisasi pergerakan baik

6
yang bersifat keagamaan, kepemudaan, kedaerahan, politik, ekonomi
perdagangan dan kelompok perempuan. Para kaum terpelajar ini mulai
menyadari bahwa bangsa mereka adalah bangsa jajahan yang harus
berjuang meraih kemerdekaan jika ingin menjadi bangsa merdeka dan
sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Mereka berasal dari berbagai
daerah dan suku bangsa yang merasa sebagai satu nasib dan
penderitaan sehingga bersatu menggalang kekuatan bersama.
Misalnya, Sukarno berasal dari Jawa, Mohammad Hatta berasal dari
Sumatera, AA Maramis dari Sulawesi, Tengku Mohammad Hasan dari
Aceh. Dalam sejarahnya, penumbuhan kesadaran berbangsa tersebut
dilalui dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
(1) Masa Perintis
Masa perintis adalah masa mulai dirintisnya semangat
kebangsaan melalui pembentukan organisasi-organisasi
pergerakan. Masa ini ditandai dengan munculnya pergerakan Budi
Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Kelahiran Budi Utomo
diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional
2) Masa Penegas
Masa penegas adalah masa mulai ditegaskannya semangat
kebangsaan pada diri bangsa Indonesia yang ditandai dengan
peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Dengan
Sumpah Pemuda, masyarakat Indonesia yang beraneka ragam
tersebut menyatakan diri sebagai satu bangsa yang memiliki satu
Tanah Air, satu bangsa, dan bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia.
3) Masa Percobaan
Bangsa Indonesia melalui organisasi pergerakan mencoba
meminta kemerdekaan dari Belanda. Organisasi-organisasi
pergerakan yang tergabung dalam GAPI (Gabungan Politik
Indonesia) tahun 1938 mengusulkan Indonesia Berparlemen.
Namun, perjuangan menuntut Indonesla merdeka tersebut tidak
berhasil.
4) Masa Pendobrak
Pada masa tersebut semangat dan gerakan kebangsaan
Indonesia telah berhasil mendobrak belenggu penjajahan dan
menghasilkan kemerdekaan. Kemerdekaan bangsa Indonesia
diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu
bangsa Indonesia menjadi bangsa merdeka, bebas, dan sederajat
dengan bangsa lain. Nasionalisme telah mendasari bagi
pembentukan negara kebangsaan Indonesia modern.
Dari sisi politik, proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945
merupakan pernyatan bangsa Indonesia baik ke dalam maupun ke
luar bahwa bangsa ini telah merdeka, bebas dari belenggu
penjajahan, dan sederajat dengan bangsa lain di dunia. Dari sisi
sosial budaya, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
merupakan "revolusi integratifnya" bangsa Indonesia, dari bangsa

7
yang terpisah dengan beragam identitas menuju bangsa yang satu
yakni bangsa Indonesia.

b) Pengembangan integrasi di Indonesia


Howard Wriggins dalam Muhaimin & Collin
MaxAndrews (1995) menyebut ada lima pendekatan atau cara bagaimana
para pemimpin politik mengembangkan integrasi bangsa. Kelima
pendekatan yang selanjutnya kita sebut sebagai faktor yang menentukan
tingkat integrasi suatu negara adalah :
i) Adanya ancaman dari luar
Adanya ancaman dari luar dapat menciptakan integrasi
masyarakat. Masyarakat akan bersatu, meskipun berbeda suku, agama
dan ras ketika menghadapi musuh bersama. Contoh, ketika penjajah
Belanda ingin kembali ke Indonesia, masyarakat Indonesia bersatu
padu melawannya. Suatu bangsa yang sebelumnya berseteru dengan
saudara sendiri, suatu saat dapat berintegrasi ketika ada musuh negara
yang datang atau ancaman bersama yang berasal dari luar negeri.
Adanya anggapan musuh dari luar mengancam bangsa juga mampu
mengintegrasikan masyarakat bangsa itu.
ii) Gaya politik kepemimpinan
Gaya politik para pemimpin bangsa dapat menyatukan
atau mengintegrasikan masyarakat bangsa tersebut. Pemimpin yang
karismatik, dicintai rakyatnya dan memiliki jasa-jasa besar umumnya
mampu menyatukan bangsanya yang sebelumya tercerai berai.
iii) Kekuatan lembaga- lembaga politik
Lembaga politik, misalnya birokrasi, juga dapat menjadi
sarana pemersatu masyarakat bangsa. Birokrasi yang satu dan padu
dapat menciptakan sistem pelayanan yang sama, baik, dan diterima
oleh masyarakat yang beragam. Pada akhirnya masyarakat bersatu
dalam satu sistem pelayanan.
iv) Ideologi nasional : Ideologi merupakan seperangkat nilai-nilai yang
diterima dan disepakati. Ideologi juga memberikan visi dan beberapa
panduan bagaimana cara menuju visi atau tujuan itu. Jika suatu
masyarakat meskipun berbeda-beda tetapi menerima satu ideologi
yang sama maka memungkinkan masyarakat tersebut bersatu. Bagi
bangsa Indonesia, nilai bersama yang bisa mempersatukan masyarakat
Indonesia adalah Pancasila. Pancasila merupakan nilai sosial bersama
yang bisa diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia. Nilai-nilai
bersama tidak harus berlaku secara nasional. Di beberapa daerah di
Indonesia terdapat nilai-nilai bersama. Dengan nilai itu kelompok-
kelompok masyarakat di daerah itu bersedia bersatu.

8
v) Kesempatan pembangunan ekonomi
Jika pembangunan ekonomi berhasil dan menciptakan
keadilan, maka masyarakat bangsa tersebut bisa menerima sebagai satu
kesatuan. Namun jika ekonomi menghasilkan ketidakadilan maka
muncul kesenjangan atau ketimpangan. Orang-orang yang dirugikan
dan miskin sulit untuk mau bersatu atau merasa satu bangsa dengan
mereka yang diuntungkan serta yang mendapatkan kekayaan secara
tidak adil. Banyak kasus karena ketidakadilan, maka sebuah
masyarakat ingin memisahkan diri dari bangsa yang bersangkutan.
Dengan pembangunan ekonomi yang merata maka hubungan dan
integrasi antar masyarakat akan semakin mudah dicapai.

Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok


masyarakat dapat terintegrasi, apabila:
1) Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai
fundamental yang dapat dijadikan rujukan bersama.
Jika masyarakat memiliki nilai bersama yang disepakati maka
mereka dapat bersatu, namun jika sudah tidak lagi memiliki nilai
bersama maka mudah untuk berseteru
2) Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus, memiliki
"cross cutting affiliation sehingga menghasilkan "cross cutting
loyality".
Jika masyarakat yang berbeda-beda latar belakangnya menjadi
anggota organisasi yang sama, maka mereka dapat bersatu dan
menciptakan loyalitas pada organisasi tersebut, bukan lagi pada latar
belakangnya.
3) Masyarakat berada di atas memiliki sifat saling ketergantungan
di antara unit-unit sosial yang terhimpun di dalamnya dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi. Apabila masyarakat saling memiliki
ketergantungan, saling membutuhkan, saling kerjasama dalam bidang
ekonomi, maka mereka akan bersatu. Namun jika ada yang menguasai
suatu usaha atau kepemilikan maka yang lain akan merasa dirugikan
dan dapat menimbulkan perseteruan.
Pendapat lain menyebutkan, integrasi bangsa dapat dilakukan dengan
dua strategi kebijakan yaitu "policy assimilasionis" dan "policy bhinneka
tunggal ika" (Sjamsudin, 1989). Strategi pertama dengan cara
penghapusan sifat- sifat kultural utama dari komunitas kecil yang berbeda
menjadi semacam kebudayaan nasional. Asimilasi adalah pembauran dua
kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli
sehingga membentuk kebudayaan baru. Apabila asimilasi ini menjadi
sebuah strategi bagi integrasi nasional, berarti bahwa negara
mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur
budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan
tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal.
Kebijakan strategi yang sebaiknya dilakukan di Indonesia :

9
 Memperkuat nilai bersama
 Membangun fasilitas
 Menciptakan musuh bersama
 Memperkokoh lembaga politik
 Membuat organisasi untuk bersama
 Menciptakan ketergantungan ekonomi antar kelompok Mewujudkan
kepemimpinan yang kuat
 Menghapuskan identitas-identitas lokal Membaurkan antar tradisi dan
budaya lokal
 Menguatkan identitas nasional
Membangun fasilitas infrastruktur seperti jalan, gedung pertemuan,
lapangan olahraga, dan pasar merupakan contoh kebijakan penyelenggara
negara yang memungkinkan mampu mengintegrasikan masyarakatnya.
Hal ini dikarenakan masyarakat dari berbagai latar belakang akan bertemu,
berinteraksi dan bekerja sama. Pembangunan berbagai fasilitas itu bisa
dilakukan apabila memiliki sumber pembiayaan yang cukup. Di negara
yang sedang membangun, salah satu sumber utama pembiayaan negara
tersebut adalah pajak yang dipungut dari warga negara.
Pajak sebagai instrumen memperkokoh Integrasi Nasional Salah
satu tujuan negara Republik Indonesia sebagaimana tersebut dalam alenia
ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah "memajukan
kesejahteraan umum". Kesejahteraan umum akan dapat dicapai atau akan
lebih cepat dicapai, apabila keuangan negara sehat, atau dengan kata lain
negara memiliki dana yang cukup untuk membiayai seluruh kegiatan yang
diperlukan untuk menunjang tujuan negara "memajukan kesejahteraan
umum" tersebut.
Berbicara tentang keuangan negara yang sehat, tidak bisa dilepaskan
dari sumber-sumber penerimaan negara. Salah satu sumber keuangan
negara adalah penerimaan dari sektor pajak. Dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun terakhir Penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan negara
yang utama. Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2016,
pemerintah menargetkan pendapatan yang bersumber dari
penerimaanpajak adalah sebesar 1.360 triliun atau sebesar 74,63 % dari
penerimaan negara secara keseluruhan.

10
Nilai dan Norma Konstitusional UUD NRI 1945 dan Konstitusional
Ketentuan Perundang-Undangan dibawah UUD .

SOAL :
1. Pengertian dan devinisi isi konstitusi
2. Hakekat dan fungsi konstitusi
3. Sons-in-law pelaksanaan konsitusi uud 1945
4. I'm at it is I dan mekanisme pembuatan konstitusi UUD 1945, UU, PERPU,
PP dan PERDA
5. Pengertian rule of law, latar belakang rule of law, fungsi rule of law
6. Dinamika pelaksanaan rule of law

JAWABAN :
1. Pengertian Konstitusi :
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Prancis (constituer) yang berarti
membentuk. Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksud ialah pembentukan
suatu negara atau menyusun dan menyatakan aturan suatu negara. Sedangkan
istilah undang-undang dasar (UUD) merupakan terjemahan istilah dari bahasa
Belanda Gronwet. Perkataan wet diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
undang-undang dasar, dan grond berarti tanah atau dasar. Di negara-negara
yang menggunakan bahasa Inggris dipakai istilah Constitution yang
diindonesiakan menjadi konstitusi. Pengertian konstitusi dalam praktik dapat
diartikan lebih luas daripada pengertian undang-undang dasar. Dalam ilmu
politik, Constitution merupakan suatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan dari
peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan
dalam suatu masyarakat. Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan
gabungan dari dua kata, yaitu cume dan statuere. Cume adalah sebuah
presposisi yang berarti ‘bersama-sama dengan./sedangkan statuere mempunyai
arti berdiri. Atas dasar itu, kata statuere mempunyai arti “membuat sesuatu
agar berdiri atau mendirikan/menetapkan.” Dengan demikian bentuk tunggal
dari konstitusi adalah menetapkan sesuatu secara bersama-sama dan bentuk
jamak dari konstitusi berarti segala yang ditetapkan.
Definisi Konstitusi (UUD)
Para ahli hukum ada yang membedakan arti konstitusi dengan undang-
undang dasar dan ada juga yang menyamakan arti keduanya. Persamaan dan
perbedaannya adalah sebagai berikut :
a. L J. Van Apetdoorn membedakan konstitusi dengan UUD.
Menurutnya Konstitusi adalah memuat peraturan tertulis dan peraturan
tidak tertulis, sedangkan undang-undang dasar (gronwet) adalah bagian
tertulis dari konstitusi.
b. Sri Sumantri menyamakan arti keduanya sesuai dengan praktik
ketatanegaraan di sebagian besar negara-negara dunia termasuk
Indonesia .
c. E.C.S Wade mengartikan undang-undang dasar adalah naskah yang
memberikan rangka dan tugas pokok dari badan-badan pemerintah,

11
suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan
tersebut. Apabila negara dipandang sebagai kekuasaan atau organise ‘
kekuasaan, maka undang-undang dasar dapat dipandang sebagai
lembga atau kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan
dibagi antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara badan
legislalatif, eksekutif, dan yudikatif. Undang-undang dasar
menetapkan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini bekerja
sama dan menyesuaikan diri satu sama lain, merekam hubungan-
hubungan kekuasaan dalam suatu negara.
d. Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi tiga, yaitu:
1) Konstitusi mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat
sebagai suatu kenyataan (mengandung arti politis dan sosiologis).
2) Konstitusi adalah suatu kesatuan kaidah yang hid up dalam masyai
kat (mengandung arti hukum atau yuridis).
3) Konstitusi adalah kesepakatan yang ditulis dalam suatu naskah :
bagai undang-undang yang tertinggi yang berlaku dalam suatu
negara
e. C.F. Strong memberikan pengertian konstitusi suatu kumpulan asas-
asas yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan (arti luas), hak-
hak dari pemerintah dan hubungan antara pemerintah dan yang
diperintah (menyangkut hak-hak asasi manusia).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
konstitusi meliputi peraturan tertulis dan tidak tertulis. Undang-undang
dasar merupakan konstitusi yang tertulis. Dengan demikian konstitusi
dapat diartikan sebagai berikut:
a. Suatu kumpulan kaidah yang memberikan pembatasan-pembatasan
kekuasaan kepada para penguasa.
b. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dari
suatu sistem politik.
c. Suatu gambaran dari lembaga-lembaga negara.
d. Suatu gambaran yang menyangkut masalah hak-hak asasi manusia.

2. Hakikat dan fungsi konstitusi


a) Hakikat Isi Konstitusi (UUD) :
Pada hakikatnya konstitusi (UUD) itu berisi tiga hal pokok, yaitu:
i) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya,
ii) Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat funda-
mental
iii) Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga
bersifat fundamental.

Sedangkan menurut Budiardjo (1996), setiap undang-undang dasar


memuat ketentuan- ketentuan mengenai:
a. Organisasi Negara
Dalam konteks organisasi negara, konstitusi (UUD) berisi hal-hal:
1) Pembagian kekuasaan antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

12
2) Pembagian kekuasan antara pemerintah pusat atau federal dengan
pemerintahan daerah atau negara bagian.
3) Prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran hukum oleh salah
satu badan pemerintah dan sebagainya.
4) Bangunan hukum dan semua organ isasi-organisasi yang ada dalam
negara.
5) Bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan dari
negara tersebut.
b. Hak dan Kewajiban Warga Negara, Hak dan Kewajiban Negara,
dan Hubungan Keduanya
Ketentuan pada butir b di atas, ditujukan untuk memberi
jaminan yang pasti kepada warga negara dan negara sehingga
kehidupan tata negara dapat berjalan tertib dan damai, dan untuk
menghindari adanya pelanggaran oleh pihak-pihak yang memegang
kekuasaan. (Hak dan kewajiban warga negara dan negara) dapat dilihat
pada uraian bab hak dan kewa¬jiban warga negara).
c. Prosedur Mengubah Undang-Undang Dasar
Konstitusi suatu negara dibuat berdasarkan pengalaman dan
kondisi sosial politik masyarakat dalam kehidupan masyarakat yang
selalu mengalami perubahan akibat dari pembangunan, modernisasi,
dan munculnya perkembangan-perkembangan baru dalam
ketatanegaraan.

b) Fungsi Konstitusi (UUD)


Konstitusi (UUD) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara memiliki arti dan makna yang sangat penting. Hal ini berarti
bahwa konstitusi (UUD) menjadi tali pengikat setiap warga negara dan
lembaga negara dalam kehidupan negara. Dalam kerangka kehidupan
negara. Konstittusi (UUD) secara umum memiliki fungsi sebagai:
i) Tata aturan dalam pendirian lembaga-lembaga yang permanen
(lembaga suprastruktur dan infrastruktur politik).
ii) Tata aturan dalam hubungan negara dengan warga negara serta dengan
negara lain.
iii) Sumber hukum dasar yang tertinggi. Artinya bahwa seluruh peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku harus mengacu pada konstitusi
(UUD).

Secara khusus, fungsi konstitusi (UUD) dalam negara demokrasi dan


negara komunis adalah :
i) Fungsi Konstitusi (UUD) dalam Negara Demokrasi Konstitusional
(1) Membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang
(absolut).
(2) Sebagai cara yang efektif dalam membagi kekuasaan.
(3) Sebagai perwujudan dari hukum yang tertinggi (supremasi hukum)
yang harus ditaati oleh rakyat dan penguasanya.

13
ii) Fungsi Konstitusi (UUD) dalam Negara Komunis
(1) Sebagai cerminan kemenangan-kemenangan yang telah dicapai
dalam perjuangan ke arah masyarakat komunis.
(2) Sebagai pencatatan formal (legal) dari perjuangan yang telah
dica¬pai.
(3) Sebagai dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-
citakan dan dapat diubah setiap kali ada pencapaian kemajuan
dalam masyarakat komunis.

3. Dalam gerak pelaksanaannya, konstitusi (UUD 1945) banyak mengalami


perubahan mengikuti perubahan sistem politik negara Indonesia. Peristiwa
perubahan ini berlangsung dalam beberapa kali dengan periode waktu tertentu.
Perubahan tersebut secara sistematis dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. UUD 1945, Berlaku 18 Agustus 1945 Sampai 27 Desember 1949
Dalam kurun waktu di atas, pelaksanaan UUD tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, karena bangsa Indonesia sedang dalam masa
pancaroba, artinya dalam masa upaya membela dan mempertahankan
kemerdekaan yang baru diproklamasikan, sedangkan pihak kolonial
Belanda masih ingin menjajah kembali negara Indonesia.
b. Konstitusi RIS, Berlaku 27 Desember 1949 Sampai 17 Agustus 1950
Rancangan Konstitusi (UUD) ini disepakati bersama di Negara
Belan¬da antara wakil-wakil pemerintah Rl dengan wakil-wakil
pemerintah negara (Bijeenkomst Voor Federaal Overleg), yaitu negara-
negara buatan Be¬landa di luar negera Rl. Peristiwa ini terjadi di Kota
Pantai Scheveningen, tanggal 29 Oktober 1949, pada saat berlangsungnya
KMB (Konferensi Meja Bundar), Rancangan Konstitusi RIS ini disetujui
pada tanggal 14 Desember 1949 di Jakarta oleh wakil-wakil pemerintah
dan KNIP Rl dan wakil masing-masing pemerintah serta DPR negara-
negara BFO. Namun demikian, konstitusi RIS ini tidak dapat berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, melainkan hanya lebih kurang delapan
bulan (27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950). Hal ini terjadi karena
adanya tuntutan masyarakat dari berbagai daerah untuk kembali ke bentuk
negara kesatuan dan meninggalkan bentuk negara RIS sangat tinggi.
Kenyataan ini membuat negara RIS bubar dan kembali bergabung ke
bentuk negara kesatuan yang ibu kotanya di Yogyakarta. Pada tahun 1950,
negara RIS yang belum bergabung dengan NKRI adalah negara bagian
Indonesia Timur dan negara bagian Sumatra Timur, namun dalam jangka
waktu yang tidak lama dicapai kesepakatan antara NKRI dengan kedua
negara bagian tersebut. Dengan kesepakatan itu, maka pada tanggal 17
Agustus 1950, negara RIS resmi kembali bergabung dengan NKRI.

4. Mekanisme Pembuatan Konstitusi UU, PERPU, PP, dan PERDA


1) Institusi Legislasi
Institusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat konstitusi (UUD
1945) dan peraturan perundang-undangan yang ada di bawahnya meliputi
dua (2) institusi (lembaga) yaitu, Badan Legislatif (DPR) dan Badan

14
Eksekutif (presiden). Kedua institusi ini bertugas untuk membuat undang-
undang, sedangkan untuk tingkat I dan II yang bertugas adalah masing-
masing gubernur bersama DPRD tingkat I dan bupati/walikota bersama
DPRD tingkat II. Institusi lain di luar kedua institusi (lembaga) di atas,
baik yang bersifat infrastruktur maupun suprastruktur politik memiliki
tugas memberi dukungan sesuai dengan peran kompetensinya. Bentuk
produk peraturan perundang-undangan yang dihasilkan oleh institusi di
atas, adalah berupa UUD, UU, PERPU, PERDA, dan PP.
2) Mekanisme Amandemen Konstitusi (UUD), dan Pembuatan UU,
PER-PU, PP, dan PERDA
a. Amandemen Konstitusi (UUD 1945)
Usaha untuk mengembalikan kehidupan negara yang berkedaulatan
rakyat berdasarkan UUD 1945, salah satu aspirasi yang terkandung di
dalam semangat reformasi adalah melakukan amandemen terhadap
UUD 1945, maka pada awal reformasi, MPR telah mengeluarkan seper
angkat ketatapan sebagai landasan konstitusionalnya, Disahkannya
Perubahan pertama, kedua, ketiga, dan keempat UUD 1945 dalam
Sidang Umum MPR tahun 2002 menandai sebuah lompatan besar ke
depan bagi bangsa Indonesia, karena bangsa Indonesia telah
mempunyai sebuah UUD yang lebih sempurna dibandingkan de¬ngan
UUD 1945 sebelumnya. Namun demikian, MPR tetap menyadari Ri
bahwa konstitusi (UUD) yang di amandemen belum sempurna. Untuk
itu MPR membentuk Komisi Konstitusi akan bertugas untuk
menyempur-nakan perubahan konstitusi (UUD) itu. Dengan
pengesahan Perubahan UUD 1945 MPR telah menuntaskan reformasi
konstitusi sebagai suatu langkah demokrasi dalam upaya
menyempurnakan UUD 1945 menjadi konstitusi yang demokratis.
Perubahan itu merupakan suatu lembaran sejarah lanjutan setelah Bung
Karno dan Bung Hatta dan rekan-rekannya berhasil menegaskan UUD
1945 dalam rapat-rapat BPUPKI dan PPKI.
b. Mekanisme Amandemen Konstitusi (UUD) 1945
Dalam pelaksanaan Amandemen Konstitusi (UUD) 1945, MPR
menggunakan mekanisme sebagai berikut: , :
1) MPR mengadakan rapat konsultasi dengan seluruh badan
kelengkapan MPR dan anggotanya yaitu, DPR 1945 dan DPD.
2) Mendapat persetujuan 2/3 anggota DPR/MPR atas rencana
amande¬men UUD 45 tersebut.
3) MPR membentuk Panitia Perumus Badan Pekerja (BP-MPR) yang
bertugas merumuskan RUUD 1945. Dalam pembahasan panitia
perumus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing) dengan
elemen-elemen yang meliputi pemerintah, profesional, pengusaha,
partai politik, LSM, ormas, OKP, tokoh masyarakat, dan unsur-
unsur lain yang terkait.
4) Hasil perumusan Panitia Badan Pekerja MPR Rl menyerahkan
hasil perumusan RUU kepada pimpinan MPR Rl.

15
5) Pimpinan MPR menyelenggarakan Sidang Umum MPR Rl
Tahunan untuk mendengarkan pandangan umum fraksi-fraksi yang
ada di MPR Rl guna menetapkan Rancangan UUD 1945
(Konstitusi).
Amandemen menjadi UUD 1945 Amandemen.
c. Mekanisme Pembuatan Undang-Undang dan PERPU Pembuatan
undang-undang dilakukan secara bersama-sama oleh Pre siden
(Eksekutif) dengan DPR Rl (Legislatif) dengan mekanisme sebagai
berikut:
1) Pemerintah mengajukan RUU melalui Menteri Sekretariat Negara
kepada Setjen DPR Rl.
2) Setjen DPR Rl mengirimkan RUU kepada pimpinan DPR Rl.
3) Pimpinan DPR Rl mengirimkan RUU tersebut kepada komisi yang
terkait.
4) Pimpinan Komisi membentuk panitia khusus (pansus) untuk
membahas RUU usulan pemerintah atau usulan inisiatif DPR Rl.
5) Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing)
dengan elemen-elemen yang meliputi, pemerintah, profesional,
pengusaha, partai politik, LSM, ormas, OKP, tokoh masyarakat,
dan unsur-unsur lain yang terkait.
6) DPR mengadakan Sidang Paripurna untuk mendengarkan
pandangan umum dari fraksi-fraksi yang selanjutnya menetapkan
RUU menjadi UU. Mekanisme Pembuatan Undang-Undang atas
Usul Inisiatif DPR Rl.
d. Mekanisme Pembuatan PERDA
Pembuatan PERDA dilakukan secara bersama-sama oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dengan DPRD Tingkat I dan II. Mekanisme
pembuatannya adalah sebagai berikut:
1) Pertama, Pemerintah daerah tingkat I atau II mengajukan
Rancangan PERDA kepada DPRD melalui Sekretaris DPRD I
atau II.
2) Kedua, Sekretaris DPRD mengirim Rancangan Perda kepada
pimpirnan DPRD tingkat I atau II. .
3) Ketiga, Pimpinan DPRD tingkat I atau II mengirimkan
Rancangan Perda tersebut kepada komisi yang terkait.
4) Keempat, Pimpinan komisi membentuk panitia khusus (pansus)
un¬tuk membahas Rancangan Perda usulan pemerintah atau
inisiatif DPRD I atau II.
5) Kelima, Panitia khusus mengadakan dengar pendapat (hearing)
dengan elemen-elemen yang meliputi, unsur pemerintah,
profesional, pengusaha, partai politik, LSM, ormas, OKP,
tokoh masyarakat, dan unsur lain yang terkait di daerah.
6) Keenam, DPRD tingkat I atau II mengadakan sidang paripuma
untuk mendengarkan pandangan umum dari fraksi-fraksi yang
selanjutnya menetapkan Rancangan Perda menjadi Perda.

16
e. Mekanisme Pembuatan Peraturan Pemerintah (PP)
Pembuatan PP adalah sepenuhnya dtlakukan oleh Pemerintah
(Eksekutif). PP berfungsi sebagai peraturan mengenai pelaksanaan
undang-undang atau PERPU (Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang).
f. Hierarki Peraturan Perundang-undangan
Menurut Ketetapan MPR Rl Nomor lll/MPR/2000, tentang sumber
hukum dan tata urutan perundang-undangan Negara Republik
Indonesia adalah:
1) Undang-Undang Dasar 1945
2) Ketetapan MPR Rl.
3) Undang-undang.
4) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU).
5) Peraturan Pemerintah (PP).
6) Keputusan Presiden (Kepres).
7) Peraturan Daerah (Perda). ^~
Banyak peristiwa pada saat ini yang menjadi dasar perlunya rule of
law atau penegakan hukum. Indonesia pada saat ini, mengalami
permasalahan yang besar dalam hal Illegal logging atau pencurian
kayu dan hasil hutan. Pencurian hasil hutan ini mengakibatkan
kerugian negara lebih Rp 100 triiiun dalam empat tahun terakhir.
Mengapa hal ini terjadi? Lemahnya penegakan hukum menjadi
jawabannya. Hutan memang dalam wewenang Departemen
Kehutanan, namun luasnya hutan tidak mungkin ditangani departemen
ini sendiri, dibutuhkan bantuan kepolisian, bahkan TNI. Pencuri hasil
hutan ini juga tidak jera, karena hukuman yang ringan, atau sulitnya
mencari bukti. Dalam hal ini peranan kejaksaan, dan lembaga
peradilan menjadi penting.

5. Berikut pengertian, latar belakang dan fungsi rule of law


a) Pengertian Rule Of Law :
Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada
abad ke 19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi.
Ia lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya
peran parlemen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi
terhadap negara absolut yang berkembang sebelumnya. Rule of law adalah
prinsip hukum yang menyatakan bahwa negara harus diperintah oleh
hukum dan bukan sekadar keputusan pejabat-pejabat secara individual.
Prinsip tersebut biasanya merujuk kepada pengaruh dan wewenang hukum
dalam masyarakat, terutama sebagai pengatur perilaku, termasuk perilaku
para pejabat pemerintah.
Berdasarkan pengertiannya, Friedman (1959) membedakan rule of
law menjadi 2 (dua), yaitu pengertian secara formal (in the formal sense)
dan pengertian hakiki /materiil (ideological sense). Suatu formal, rule of
law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi (organized
publie power), hal ini dapat diartikan bahwa setiap negara mempunyai

17
aparat penegak hukum. Sedangkan secara hakiki, rule of law terkait
dengan penegakan hukum yang menyangkut ukuran hukum yaitu : baik
dam buruk (fust and unjust law).
b) Latar Belakang Rule Of Law :
Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada
abad ke-19, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi.
la lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya
peran parlemen dalam penyelenggaraan negara dan sebagai reaksi
terhadap negara absolut yang berkembang sebelumnya. Rule of law
merupakan konsep tentang common law, di mana segenap lapisan
masyarakat dan negara beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun di atas prinsip keadilan dan egalitarian.
Rule of law adalah rule by the law dan bukan rule by the man. la lahir
mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum gereja, ningrat, dan
kerajaan, menggeser negara kerajaan dan memunculkan negara konstitusi
yang pada gilirannya melahirkan doktrin rule of law.
Paham rule of law di Inggris diletakkan pada hubungan antara hukum dan
keadilan, di Amerika diletakkan pada hak-hak asasi manusia, dan di
Belanda paham rule of law lahir dari paham kedaulatan negara, melalui
paham kedaulatan hukum untuk mengawasi pelaksanaan tugas kekuatan
pemerintah.
Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan
bagi masyarakatnya, khususnya keadilan sosial. Pembukaan UUD 1945
memuat prinsip-prinsip rule of law, yang pada hakikatnya merupakan
jaminan secara formal terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia.
Dengan kata lain, pembukaan UUD 1945 memberi jaminan adanya rule of
law dan sekaligus rule of justice. Prinsip-prinsip rule of law di dalam
pembukaan UUD 1945 bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggara
negara, karena pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah
fundamental Negara Kesatuan Repu-blik Indonesia.
c) Fungsi Rule Of Law :
Fungsi rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara
formal terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia dan juga ‘’keadilan
sosial’’, sehingga diatur pada pembukaan UUD 1945, bersifat tetap dan
instruktif bagi penyelenggaraan negara.
Dengan demikian, inti dari rule of law adalah jaminan adanya
keadilan bagi masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip di atas
merupakan dasar hukum pengambilan kebijakan bagi penyelenggara
negara/pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun (daerah, yang
berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan, terutama keadilan siosial.

6. Pelaksanaan the rule of law mengandung keinginan untuk terciptanya negara


hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Penegakan rule of law
harus diartikan seeara hakiki (materiil), yaitu dalam arti “pelaksanaan dari just
law.” Prinsip-prinsip rule of law seeara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya
dengan “the enforcement of the rules of law” dalam penyelenggaraan

18
pemerintahan terutama dalam hal penegakan hukum dan implementasi
prinsip-prinsip rule of law.
Berdasarkan pengalaman berbagai negara dan hasil kajian menunjukkan
bahwa keberhasilan “the enforcement of the rules of law” tergantung kepada
kepribadian nasional masing-masing bangsa (Sunarjati Hartono, 1982). Hal ini
didukung oleh kenyataan bahwa rule of law merupakan inti situasi sosial yang
memiliki struktur sosiologis yang khas dan mempunyai akar budayanya yang
khas pula. Rule of law ini juga merupakan legalisme, suatu aliran pemikiran
hukum yang di dalamnya terkandung wawasan sosial, gagasan tentang
hubungan antarmanusia, masyarakat, dan negara, yang dengan demikian
memuat nilai-nilai tertentu dan memiliki struktur sosiologisnya sendiri.
Legalisme tersebut mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani
melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat
objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom. Seeara kuantitatif,
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rule of law telah banyak
dihasilkan di negara kita, namun implementasi/penegakannya belum mencapai
hasil yang optimal, sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan
rule of law bejum dirasakan sebagian besar masyarakat.

19
DAFTAR RUJUKAN

Asshiddiqie, Jimly. 2004. Kekuasaan Kehakiman di Masa Depan. Makalah.

Fokus Media. 2004. Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah Agung.


Fokus Media. Bandung.
Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jurnal Dephan. Jakarta.

ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi Manus/a,


Masyara/cat Madani. UIN dan Prenada Media. Jakarta.

Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Pradnya


Paramita. Jakarta.

Kusnardi, M. dan Bintan Saragih. 2000. llmu Negara. Gaya Media Pratama. Jakarta.

Manan, Bagir. 2005. DPR, DPD, dan MPR dalam UUD1945 Baru. Ull Press. Yogyakarta.

Oesman O., dan Alfian. 1993. Pancasila Sebagai Ideologi. BP-7 Pusat. Jakarta.

Sinar Grafika. 2005. UUD 1945 Hask Amandemen. Sinar Grafika. Jakarta

Syarbaini, Syahrial (Editor). 2005. Mater; Perkuliahan Pendidikan Pewarganegaraan


(PKn). Suscadoswar, Dikti. Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai