Anda di halaman 1dari 34

INTEGRITAS NASIONAL

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu : Dr. Mariani, M.Pd

DISUSUN OLEH

AGNES THERESYA SURBAKTI 519-3343-019

AISYAH TAMARA SORMIN 519-3343-015

BEBY LAURA GINTING 519-3343-033

JULIA FABELLA 519-3343-030

FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
atas berkat dan rahmat–Nya sehingga tim penulis bisa menyelesaikan penulisan
tugas makalah ini tepat pada waktu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan.

Tim penulis mengucapkan terimakasih kepada keduaorangtua yang telah


mendukung penulis dalam penulisan makalah, tim penulis juga berterimakasih
kepada dosen pengampu Ibu Dr. Mariani M.Pd yang telah mengajarkan penulis
dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Penulis sadar bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna dan
masih perlu bimbingan agar penulisan lebih baik kedepannya, untuk itu tim
penulis bersedia menerima kritik dan saran.

Akhir kata tim penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pembaca. Terima Kasih

Medan, Maret 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan


atau keseluruhan. Intergasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara
unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki
keserasian fungsi. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar
masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai,
norma-norma, dan pranata-pranata sosial.

Di Indonesia istilah integrasi masih sering disamakan dengan istilah


pembauran atau asimilasi, padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan.
Integrasi diartikan dengan integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme
sosial. Sementara pembauran dapat berarti penyesuaian antar dua ataulebih
kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan (cultural traits) mereka yang
berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem
kebudayaan yang selaras (harmonis). Caranya adalah melalui difusi (penyebaran),
dimana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang
berada dalam keadaan konflik dengan unsur kebudayaan tradisional tertentu. Cara
penanggulangan masalah konflik adalah melalui modifikasi dan koordinasi dari
unsur -unsur kebudayaan baru dan lama. Inilah yang disebut sebagai Integrasi
Sosial (Theodorson & Theodorson, 1979 dalam Danandjaja, 1999).

Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan


perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan
keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia
merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun
wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa
karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau
mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun
selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan
masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah

1
itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula
sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.Agar penulis tidak
menyimpang jauh dari materi yang dibahas, maka penulis ingin menyusun
makalah ini secara sistematis. Dalam hal ini penulis ingin membahas
mengenai integrasi nasional.

B. Rumusan Masalah
 Apa definisi dari integritas nasional ?
 Apa pentingnya integritas nasional ?
 Bagaimana perkembangan sejarah integritas di Indonesia ?
 Bagaimana proses Integrasi Nasional di Indonesia ?
 Bagaimana strategi integritas ?
 Apa integritas nasional Indonesia ?
 Apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi integrasi nasional ?
 Apa sajakah ancaman terhadap Integrasi Nasional ?
 Bagaimana cara mengatasi ancaman Integrasi Nasional ?
 Bagaimana contoh integrasi nasional dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara ?

C. Tujuan
 Mengetahui definisi dari integritas nasional
 Mengetahui pentingnya integritas nasional
 Mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan sejarah integritas di
Indonesia
 Mengetahui bagaimana proses Integrasi Nasional di Indonesia ?
 Mengetahui bagaimana strategi integritas
 Mengetahui integritas nasional Indonesia
 Mengetahui Apa sajakah faktor-faktor yang memengaruhi integrasi
nasional ?
 Mengetahui Apa sajakah ancaman terhadap Integrasi Nasional ?
 Mengetahui Bagaimana cara mengatasi ancaman Integrasi Nasional ?
 Mengetahui Bagaimana contoh integrasi nasional dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara ?

2
D. Manfaat

Agar mahasiswa/I dapat diharapkan mampu terwujudnya menjadi warga


negara yang sadar akan hak dan kewajibannya, cerdas, terampil, dan berkarakter,
sehingga dapat diandalkan untuk membangun bangsa dan negara Indonesia
berdasarkan pancasila dan UUD 1945 sesuai dengan bidang keilmuan dan
profesinya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Integritas Nasional

Istilah integrasi nasional dalam bahasa Inggris adalah "national integration".


"ntegration" berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Kata ini berasal dari bahasa
latin "integer", yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya
itu, integrasi dapat diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang
utuh atau bulat. "Nation" artinya bangsa sebagai bentuk persekutuan dari orang-
orang yang berbeda latar belakangnya, berada dalam suatu wilayah dan di bawah
satu kekuasaan politik (Nurwardani et.al, 2016:55).

Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa


Bahar, 1998). dengan pemerintah dan wilayahnya (Saafroedin
"Mengintegrasikan" berarti membuat untuk atau menyempurnakan dengan jalan
menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-pisah. Menurut Howard Wrigins
(1996), integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan
masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa.

Tentang integrasi, (Myron Weiner (1971) dalam Ditjendikti, 2012:178)


memberikan lima definisi mengenai integrasi, yaitu:

1. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan


sosial dalam satu wilayah dan proses pembentukan identitas nasional,
membangun rasa kebangsaan dengan cara menghapus kesetiaan pada
ikatan-ikatan yang lebih sempit.
2. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan
nasional pusat di atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan
kelompok-kelompok sosial budaya masyarakat tertentu.
3. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah
dengan yang diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai
aspirasi dan nilai pada kelompok elit dan massa.

4
4. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum
at yang diperlukan dalam memelihara tertib sosial.
5. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan
yang diterima demi mencapai tujuan bersama.

Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti (2010)
membedakan 5 (lima) tipe integrasi yaitu:

1. Integrasi bangsa

Integrasi bangsa menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan
sosial dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas
nasional.

2. Integrasi wilayah

Integrasi wilayah menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan


nasional pusat di atas unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan
kelompok kelompok sosial budaya masyarakat tertentu.

3. Integrasi nilai

Integrasi nilai menunjuk pada adanya konsensus atau kesepakatan terhadap nilai
yang minimun yang diperlukan dalam memelihara tertib sosial.

4. Integrasi elit-massa

Integrasi elit massa menunjuk pada masalah penghubungan antara pemerintah


dengan yang diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi
dan nilai pada kelompok elit dan massa.

5. Integrasi tingkah laku (peilaku integratif)

Integrasi tingkah laku (perilaku integratif), menunjuk pada penciptan tingkah laku
yang terintegrasi dan yang diterima demi mencapai tujuan bersama.

Sunyono Usman (1998) menyatakan, bahwa suatu kelompok masyarakat


dapat terintegrasi apabila : 1) masyarakat dapat menemukan dan menyepakati

5
nilai-nilai fundamental yang dapat dijadikan rujukan bersama, 2) masyarakat
terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki “croos cutting affiliation"
(anggota dari berbagai kesatuan sosial), sehingga menghasilkan "croos cutting
loyality" (loyalitas ganda) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan
sosial dan 3) masyarakat berada di atas saling ketergantungan di antara unit- unit
sosial yang terhimpun di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.

Menurut Nurwardani et.al (2016:60-62), đalam realitas nasional integrasi


nasional dapat dilihat dari tiga aspek yakni aspek politik, ekonomi, dan sosial
budaya. Dari aspek politik, lazim disebut integrasi politik, aspek ekonomi
(integrasi ekonomi), yakni saling ketergantungan ekonomi antar daerah yang
bekerjasama secara sinergi, dan aspek sosial budaya (integrasi sosial budaya)
yakni hubungan antara suku, lapisan dan golongan.

1. Integrasi Politik

Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal dan horisontal. Dimensi
yang bersifat vertikal menyangkut hubungan elit dan massa, baik antara elit
politik dengan massa pengikut, atau antara penguasa dan rakyat guna
menjembatani celah perbedaan dalam rangka pengembangan proses politik yang
partisipatif. Dimensi horisontal menyangkut hubungan yang berkaitan dengan
masalah teritorial, antar daerah, antar suku, umat beragama dan golongan
masyarakat Indonesia.

2. Integrasi Ekonomi

Integrasi ekonomi berarti terjadinya saling ketergantungan antar daerah dalam


upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Adanya saling ketergantungan
menjadikan wilayah dan orang-orang dari berbagai latar akan mengadakan
kerjasama yang saling menguntungkan dan sinergis. Di sisi lain, integrasi
ekonomi adalah penghapusan (pencabutan) hambatan-hambatan antar daerah yang
memungkinkan ketidaklancaran hubungan antar keduanya misal peraturan, norma
dan prosedur dan pembuatan aturan bersama yang mampu menciptakan
keterpaduan di bidang ekonomi.

6
3. Integrasi sosial budaya

Integrasi ini merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam


masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbed tersebur
dapat meliputi ras, etnis, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan lain
sebagainya. Integrasi sosial budaya juga berarti kesediaan bersatu haei kelompok-
kelompok sosial budaya di masyarakat, misal suku, agama dan ras.

B. Pentingnya Integritas Nasional

Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap


negara. Sebab integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi
negara untuk membangun kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang
diharapkan. Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak
mungkin diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping membawakan potensi
integrasi juga menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Persamaan
kepentingan, kebutuhan untuk bekerjasama, serta konsensus tentang nilai-nilai
tertentu dalam masyarakat, merupan potensi yang mengintegrasikan. Sebaliknya
perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti perbedaan suku,
perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan kepentingan adalah
menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-perbedaan itu tidak
dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apapun kondisinya
integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangan dibutuhkan untuk
membangun kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena itu perlu senantiasa
diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti
kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.

Sejarah Indonesia adalah sejarah yang merupakan proses dari bersatunya


suku-suku bangsa menjadi sebuah bangsa. Ada semacam proses konvergensi, baik
yang disengaja atau tak disengaja, ke arah menyatunya suku-suku tersebut
menjadi satu kesatuan negara dan bangsa (Sumartana et al, 2001:100).

Negara-bangsa baru, seperti halnya Indonesia setelah tahun 1945, membangun


integrasi juga menjadi tugas penting. Ada dua hal yang dapat menjelaskan hal ini.

7
Pertama, pemerintah kolonial Belanda tidak pernah memikirkan tentang perlunya
membangun kesetiaan nasional dan sema kebangsaan pada rakyat Indonesia.
Penjajah lebih mengutamakan membangun kesetiaan kepada penjajah itu sendiri
dan guna kepentingan integrasi pribadi kolonial. Jadi, setelah merdeka, kita perlu
menumbuhkan kesetiaan nasional melalui pembangunan integrasi bangsa. Kedua,
bagi negara-negara baru, tuntutan integrasi ini juga menjadi masalah pelik bukan
saja karena perilaku pemerintah kolonial sebelumnya, tetapi juga latar belakang
bangsa yang bersangkutan. Negara bangsa (nation state) merupakan negara yang
di dalamnya terdiri dari banyak bangsa (suku) yang selanjutnya bersepakat bersatu
dalam sebuah bangsa yang besar. Suku- suku itu memiliki pertalian primordial
yang merupakan unsur negara dan telah menjelma menjadi kesatuan etnik yang
selanjutnya menuntut pengakuan dan perhatian pada tingkat kenegaraan. Ikatan
dan kesetiaan etnik adalah sesuatu yang alami, bersifat primer. Adapun kesetiaan
nasional bersifat sekunder. Bila ikatan etnik ini tidak diperhatikan atau terganggu,
mereka akan mudah dan akan segera kembali kepada kesatuan asalnya. Sebagai
akibatnya mereka akan melepaskan ikatan komitmennya sebagai satu bangsa
(Nurwardani et.al, 2016:63).

Al Hakim (2001) mengemukana ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan


untuk membangun wawasan kebangsaan Indonesia yang solid dan integrasi yang
mantap serta kokoh. (1) Kemampuan dan kesadaran bangsa dalam mengelola
perbedaan-perbedaan suku, agama, ras, dan golongan (SARA) dan
keanekaragaman budaya dari adat istiadat yang tumbuh dan berkembang di
wilayah nusantara. Perbedaan-perbedaan itu bukanlah sebagai suatu hal yang
harus dipertentangkan, akan tetapi harus diartikan sebagai kekayaan dan potensi
bangsa. (2) Kemampuan mereaksi penyebaran ideologi asing, dominasi ekonomi
asing serta penyebaran globalisasi dalam berbagai aspeknya dunia memang selalu
berubah seirama dengan perubahan masyarakat dunia.

Sebagai contoh, disintegrasi bangsa yang dialami pada masa-masa awal


bernegara misalnya yang terjadi di India dan Pakistan pada tahun 1947 bisa
dikatakan bukan semata akibat politik pecah belah kolonial namun akibat
perebutan dominasi kelompok-kelompok primordial dan perbedaan agama untuk

8
memerintah negara, Hal ini menunjukkan bahwa setelah lepas dari kolonial,
mereka berlomba saling mendapatkan dominasinya dalam pemerintahan negara.
Mereka berebut agar identitasnya diangkat dan disepakati sebagai identitas
nasional.

Integrasi diperlukan guna menciptakan kesetiaan baru terhadap identitas-


identitas baru yang diciptakan (identitas nasional) misalnya, bahasa nasional,
simbol negara, semboyan nasional, ideologi nasional, dan sebagainya

C. Perkembangan Sejarah Integritas Di Indonesia

Menurut Suroyo (Nurwardani, 2016:67-69), ternyata sejarah menjelaskan


bangsa kita sudah mengalami pembangunan integrasi sebelum bernegara
Indonesia yang merdeka. Menurutnya, ada tiga model integrasi dalam sejarah
perkembangan integrasi di Indonesia, yakni 1) model integrasi imperium
Majapahit, 2) model integrasi kolonial, dan 3) model integrasi nasional Indonesia.

1) Model integrasi imperium Majapahit

Model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (imperium) Majapahit. Struktur


kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur konsentris. Dimulai dengan
konsentris pertama yaitu wilayah inti kerajaan (nagaragung): pulau Jawa dan
Madura yang diperintah langsung oleh raja dan saudara- saudaranya. Konsentris
kedua adalah wilayah di luar Jawa (mancanegara dan pasisiran) yang merupakan
kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris ketiga (tanah sabrang) adalah negara-
negara sahabat di mana Majapahit menjalin hubungan diplomatik dan hubungan
dagang, antara lain dengan Champa, Kamboja, Ayudyapura (Thailand).

2) Model integrasi kolonial

kedua atau lebih tepat disebut dengan integrasi atas wilavak Hindia Belanda baru
sepenuhnya dicapai pada awal abad XX dengen wilayah yang terentang dari
Sabang sampai Merauke. Pemerintalh kolonial mampu membangun integrasi
wilayah juga dengan menguasai maritim sedang integrasi vertikal antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerab dibina melalui jaringan birckrasi kolonial
yang terdiri dari ambtengar ambtenaar (pegawai) Belanda dan pribumi yang tidak

9
memiliki jaringan dengan massa rakyat. Dengan kata lain pemerintah tidak
memiliki đukumoan massa yang berarti. Integrasi model kolonial ini tidak mampu
menyatukan segenap keragaman bangsa Indonesia tetapi hanya untuk maksud
menciptakan kesetiaan tunggal pada penguasa kolonial.

3) Model integrasi nasional Indonesia

Model integrasi ketiga ini merupakan proses berintegrasinya bangsa Indonesia


sejak merdeka tahun 1945. Meskipun sebelumnya ada integrasi kolonial, namun
integrasi model ketiga ini berbeda dengan model kedua, Integrasi model kedua
lebih dimaksudkan agar rakyat jajahan (Hindia Belanda) mendukung
pemerintahan kolonial melalui penguatan birokrasi kolonial dan penguasaan
wilayah. Integrasi model ketiga dimaksudkan untuk membentuk kesatuan yang
baru yakni bangsa Indonesia yang merdeka, memiliki semangat kebangsaan
(nasionalisme) yang baru atau kesadaran kebangsaan yang baru.

Model integrasi nasional ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa


khususnya pada diri orang-orang Indonesia yang mengalamı proses pendidikan
sebagai dampak dari politik etis pemerintah kolonial Belanda. Mereka mendirikan
organisasi-organisasi pergerakan baik yang bersifat keagamaan, kepemudaan,
kedaerahan, politik, ekonomi, perdagangan dan kelompok perempuan. Para kaum
terpelajar ini mulal menyadari bahwa bangsa mereka adalah bangsa jajahan yang
harus berjuang meraih kemerdekaan jika ingin menjadi bangsa merdeka dan
sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Mereka berasal dari berbagai daerah dan
suku bangsa yang merasa sebagai satu nasib dan penderitaan sehingga bersatu
menggalang kekuatan bersama.

Dalam sejarahnya, penumbuhan kesadaran berbangsa tersebut dilalui dengan


tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Masa Perintis
Masa perintis adalah masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui
pembentukan organisasi-organisasi pergerakan. Masa ini ditandai dengan
munculnya pergerakan Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Kelahiran Boedi Oetomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

10
2. Masa Penegas
Masa penegas adalah masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan
pada diri bangsa Indonesia yang ditandai dengan peristiwa Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Dengan Sumpah Pemuda, masyarakat
Indonesia yang beraneka ragam tersebut menyatakan diri sebagai satu
bangsa yang memiliki satu tanah air, satu bangsa, dan bahasa persatuan
yaitu bahasa Indonesia.
3. Masa Percobaan
Bangsa Indonesia melalui organisasi pergerakan mencoba meminta
kemerdekaan dari Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan yang
tergabung dalam GAPI (Gabungan Politik Indonesia) tahun 1938
mengusulkan Indonesia Berparlemen. Namun, perjuangan menuntut
Indonesia merdeka tersebut tidak berhasil.
4. Masa Pendobrak
Pada masa tersebut semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia telal
berhasil mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan
Keinerdekaan bangsa Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus
1945. Sejak saat itu bangsa Indonesia menjadi bangsa merdeka, bebas, dan
sederajat dengan bangsa lain. Nasionalisme telah mendasari bagi
pembentukan negara kebangsaan Indonesia modern. Dari sisi politik,
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan pernyatan bangsa
Indonesia baik ke dalam maupun ke luar bahwa bangsa ini telah merdeka,
bebas dari belenggu penjajahan, dan sederajat dengan bangsa lain di dunia.
Dari sisi sosial budaya, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
merupakan "revolusi integratifnya" bangsa Indonesia, dari bangsa yang
terpisah dengan beragam identitas menuju bangsa yang satu yaknı bangsa
Indonesia.
D. Proses Integrasi Nasional Di Indonesia

proses Integrasi Nasional di Indonesia Untuk mencapai Integrasi Nasional


dibutuhkan suatu proses yang matang agar kelak keintegrasian tersebut tidak
terpecah belah oleh berbagai ancaman, gangguan, dan hambatan yang datangnya

11
berasal dari dalam ataupun luar negeri. Lalu bagaimanakah proses integrasi
tersebut

a. Modal awal Integrasi Nasional adalah adanya rasa senasib dan


sepenanggungan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Meski
perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah pada selang waktu
sebelum abad 20 dengan ditandai adanya sifat kedaerahan, akan tetapi, rasa
senasib sepenanggungan yang ditunjukkan oleh para pejuang dan pandahulu kita
telah mencerminkan adanya benih-benih yakni semangat kebangsaan, yang pada
gilirannya kelak akan membentuk keutuhan bangsa Indonesia.

b. Memasuki pada abad 20, gejala semangat kebangsaan semakin membara dan
terlihat, dengan munculnya berbagai organisasi atau pergerakan yang menjadi
salah satu titik awal kebangkitan nasional. Perjuangan melalui berbagai organisasi
seperti contohnya Budi Utomo, Serikat Dagang Islam yang kemudian akhirnya
menjadi Serikat Islam. Perhimpunan Indonesia dan lain sebagainya mencitrakan
bahwa adanya Integrasi Sosial dan Kultural.

c. Pada dekade 1920an, para pemuda tampil di dalam panggung sejarah Indonesia
dengan menyongsong tema persatuan dan kesatuan untuk menuju Indonesia yang
merdeka. Melalui peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, para pemuda
menunjukkan segala peran serta dalam pembentukan integrasi nasional.

d. Pasca proklamasi kemerdekaan, perjalanan bangsa Indonesia di dalam


bernegara harus ditempuh dengan berbagai peristiwa. Berbagai cobaan yang
mengguncang keutuhan bangsa juga dialami, ancaman dan bahaya terhadap suatu
negara yang tengah membangung keutuhan bangsa harus bisa dihadapi.

E. Strategi Integritas

Dijelaskan oleh Ditjendikti (2012:190) dalam rangka mengupayakan


terwujudnya integrasi nasional yang mantap ada beberapa strategi yang mungkin
ditempuh, yaitu: (1) strategi asimilasi, (2) strategi akulturasi, dan (3) strategi
pluralis. Ketiga strategi tersebut terkait dengan seberapa jauh penghargaan yang
diberikan atas unsur-unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat. Strategi

12
asimilasi, akulturasi, dan pluralis masing-masing menunjukkan penghargaan yang
secara gradual berbeda dari yang paling kurang, yang lebih, dan yang paling besar
penghargaannya terhadap unsur-unsur perbedaan dalam masyarakat, di dalam
upaya mewujudkan integrasi nasional tersebut.

1) Strategi Asimilasi

Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih


menjadi satu kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka
masing-masing unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan
yang baru itu tidak tampak lagi identitas masing-masing budaya pembentuknya.
Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi integrasi nasional, berarti bahwa
negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur
budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak
lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal. Dengan strategi
yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional dilakukan
tanpa menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal dalam
masyarakat negara yang bersangkutan. Dalam konteks perubahan budaya,
asimilasi memang bisa saja terjadi dengan sendirinya oleh adanya kondisi tertentu
dalam masyarakat. Namun bisa juga hal itu merupakan bagian dari strategi
pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu dengan cara
melakukan rekayasa budaya agar integrasi nasional dapat diwujudkan.

2) Strategi Akulturasi

Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih


sehingga memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli
pembentuknya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian
berarti bahwa kebudayaan baru yang terbentuk tidak melumat semua unsur
budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini menjadi strategi integrasi yang
diterapkan oleh pemerintah suatu negara, berarti bahwa negara mengintegrasikan
masyarakatnya dengan mengupayakan adanya identitas budaya bersama namun
tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompot mewujudkan integrasi
nasional dilakukan dengan tetap menghargai unsur unsur budaya kelompok atau

13
budaya lokal, walaupun penghargaan tersebut dalam kadar yang tidak terlalu
besar. Sebagaimana asimilasi, proses akulturasi atau budaya lokal. Dengan
strategi yang demikian tampak bahwa upava juga bisa terjadi dengan sendirinya
tanpa sengaja dikendalikan oleh negara Namun bisa juga akulturasi menjadi
bagian dari strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya.
Dihat dari perspektif demokrasi. strategi integrasi nasional melalui upaya
akulturasi dapat dikatakan sebagai cara yang cukup demokratis dalam
mewujudkan integrasi nasional, karena masih menunjukkan penghargaan terhadap
unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal.

3) Strategi Pluralis Paham pluralis merupakan paham yang menghargai


terdapatnya perbedaan dalam masyarakat. Paham pluralis pada prinsipnya
mewujudkan integrasi nasional dengan memberi kesempatan pada segala unsur
perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk hidup dan berkembang. Ini berarti
bahwa dengan strategi pluralis, dalam mewujudkan integrasi nasional negara
memberi kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam negara, baik suku,
agama, budaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan
berkembang, serta hidup berdampingan secara damai. Jadi integrasi nasional
diwujudkan dengan tetap menghargai terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam
masyarakat. Hal ini sejalan dengan pandangan multikulturalisme, bahwa setiap
unsur perbedaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama, sehingga masing-
masing berhak mendapatkan kesempatan untuk berkembang.

F. Integritas Nasional Indonesia

Integrasi nasional dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan
dimensi horisontal. Dimensi vertikal dari integrasi adalah dimensi yang berkenaan
dengan upaya menyatukan persepsi, keinginan, dan harapan yang ada antara elite
dan massa atau antara pemerintah dengan rakyat. Jadi integrasi vertikal
merupakan upaya mewujudkan integrasi dengan menjebatani

perbedaan-perbedaan antara pemerintah dan rakyat. Integrasi nasional dalam


dimensi yang demikian biasa disebut dengan integrasi politik. Sedangkan dimensi
horisontal dari integrasi adalah dimensi yang berkenaan dengan upaya

14
mewujudkan persatuan di antara perbedaan-perbedaan yang ada dalam
masyarakat itu sendiri, baik perbedaan wilayah tempat tinggal, perbedaan suku,
perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jadi
integrasi horisontal merupakan upaya mewujudkan integrasi dengan
menjembatani perbedaan antar kelompok dalam masyarakat. Integrasi nasional
dalam dimensi ini biasa disebut dengan integrasi teritorial (Ditjendikti, 2012:192-
193).

Pengertian integrasi nasional mecakup baik dimensi vertikal maupun dimensi


horisontal. Dengan demikian persoalan integrasi nasional menyangkut keserasian
hubungan antara pemerintah dan rakyat, serta keserasian hubungan di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat dengan latar belakang perbedaan di
dalamnya.

Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang


dihadapi datang dari keduanya. Dalam dimensi horizontal tantangan yang ada
berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku,
agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal tantangan yang ada
adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di mana latar belakang
pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa yang cenderung
berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih
sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal, sehingga
memberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia dimensi horizontał lebih
menonjol daripada dimensi vertikalnya (Sjamsuddin, 1989: 11)

Salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk


Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme
yang masih kuat. Titik pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada
beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras),
bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan (Geertz, dalam Sudarsono, 1982: 5-7).

Di era globalisasi, tantangan itu bertambah oleh adanya tarikan global di mana
keberadaan negara-bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntutan
dan kecenderungan global. Dengan demikian keberadaan negara berada dalam

15
dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan dari luar berupa globalisasi yang cenderung
mangabaikan batas-batas negara-bangsa, dan tarikan dari dalam berupa
kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan yang sempit seperti ikatan etnis,
kesukuan, atau kedaerahan. Di situlah nasionalisme dan keberadaan negara
nasional mengalami tantangan yang semakin berat (Ditjendikti, 2012:195).

Namun demikian harus tetap diyakini bahwa nasionalisme sebagai karakter


bangsa tetap diperlukan di era Indonesia merdeka sebagai kekuatan untuk
menjaga eksistensi, sekaligus mewujudkan taraf peradaban yang luhur, kekuatan
yang tangguh, dan mencapai negara-bangsa yang besar. Nasionalisme sebagai
karakter semakin diperlukan dalam menjaga harkat dan martabat bangsa di era
globalisasi karena gelombang "peradaban kesejagatan" ditandai oleh semakin
kaburnya batas-batas teritorial negara akibat gempuran informasi global yang
nyaris tanpa hambatan yang dihadirkan oleh jaringan teknologi informasi dan
komunikasi (Budimansyah dan Suryadi, 2008:164

G. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Integrasi Nasional

Di dalam Integrasi Nasional terdapat beberapa faktor yang memengaruhinya,


faktor-faktor tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Pendorong Integrasi Nasional

Faktor pendorong merupakan faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu


proses atau tindakan tertentu yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok.
Dalam mewujudkan integrasi nasional, terdapat beberapa faktor yang mendorong
terwujudnya integrasi nasional di Indonesia. Adapun faktor pendorong tersebut
diantaranya:

a. Adanya rasa yang senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor-
faktor sejarah Indonesia telah mengalami sejarah yang kelam di masa lalu,
terutama zaman dimana Indonesia dijajah oleh bangsa lain selama
bertahun-tahun. Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945,
perjuangan yang dilakukan oleh setiap elemen masyarakat untuk
memperoleh kemerdekaan bukanlah sesuatu yang sifatnya main-main.

16
Rasa senasib seperjuangan di masa lalu yang terbawa sampai dengan masa
sekarang menjadi salah satu faktor pendorong untuk mewujudkan integrasi
nasional. Jika di masa lalu rasa senasib seperjuangan digunakan untuk
memujudkan kemerdekaan Indonesia, di era sekarang ini rasa senasib
seperjuangan digunakan untuk memperkuat stabilitas nasional demi
terwujudnya persatuan Indonesia dalam integrasi nasional.
b. Adanya ideologi nasional deologi nasional negara kita Indonesia adalah
Pancasila. Sebagai ideologi nasional, Pancasila tidak dapat digantikan oleh
ideologi manapun. Walalupun Indonesia terdiri dari banyak kepercayaan,
arti penting dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Indonesia tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Pemaknaan ideologi nasional yaitu Pancasila dilakukan melalui
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari untuk
mewujudkan integrasi nasional di Indonesia. Melalui pemaknaan ideologi
nasional yaitu Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, integrasi nasional
akan lebih mudah untuk diwujudkan.
c. Adanya sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu Perbedaan dan
kemajemukan di Indonesia bukanlah salah satu alasan untuk dijadikan
faktor penyebab konflik sosial yang terjadi di kalangan masyarakat. Justru
perbedaan inilah yang membuat masyarakat Indonesia mempunyai
keinginan untuk mempersatukan perbedaan di dalam satu kesatuan bangsa
yang utuh. Baik di dalam masyarakat tradisonal dan modern, keinginan
untuk mempersatukan perbedaan di dalam kehidupan sehari-hari tentunya
ada. Dalam kehidupan berbangsa negara dan berbangsa Indonesia,
keinginan untuk mempersatukan bangsa merupakan salah satu perwujudan
nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar negara.
d. Adanya ancaman dari luar Walupun Indonesia sudah merdeka selama 71
tahun, bukan tidak mungkin ancaman dari luar itu masuk ke Indonesia.
Ancaman-ancaman dari luar di era globalisasi sekarang ini tidak dapat
diartikan sebagai ancaman yang menjajah seperti pada masa kemerdekaan
Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi ancaman dari luar dalam
kaitannya dengan bahaya globalisasi dan modernisasi, integrasi nasional

17
perlu diwujudkan di setiap lapisan masyarakat yang ada tinggal di wilayah
Indonesia.
2. Faktor Pendukung Integrasi Nasional
a. Penggunaan bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa. Jika melihat sejarah, hal ini
telah dikumandangkan sejak di gelorakan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928
yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa
persatuaan Bahasa Indonesia”. Dengan semangat para pemuda tersebut maka,
disepakati Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu tanpa memandang
perbedaan di dalamnya.

b. Semangat persatuan serta kesatuan di dalam Bangsa

Kesadaran akan persatuan perlu dimunculkan dalam semangat persatuan dan


kesatuan, hal ini diperlukan untuk menjalin rasa kekeluargaan, persahabatan, dan
sikap saling tolong-menolong antar sesama dan bersikap nasionalisme, serta
menjalin rasa kemanusiaan yang memiliki sikap dan toleransi serta keharmonisan
untuk hidup secara berdampingan.

c. Adanya Kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama yakni


Pancasila

Pancasila adalah landasan idiil bangsa yang kedudukannya sangat berpengaruh


bagi jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi seseorang yang di dalam
jiwanya terdapat sifat patriotisme yang tinggi, maka Ia akan selalu menerapkan
butir-butir Pancasila di setiap aspek kehidupannya.

d. Adanya jiwa dan rasa semangat dalam bergotong royong

Gotong royong berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang
didambakan. Sikap gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam
menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan
tersebut secara adil. Serta suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih
dan secara sukarela oleh semua komponen masyarakat menurut batas
kemampuannya masing-masing.

18
3. Faktor Penghambat Integrasi Nasional

Faktor penghambat sendiri merupakan suatu penghalang untuk melakukan


tindakan secara individu maupun kelompok. Beberapa faktor penghambat
terwujudnya integrasi nasional diantaranya:

a. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan

Indonesia adalah negara yang memiliki jumlah suku dan kebudayaan terbanyak di
dunia. Namun sayangnya, ada beberapa pandangan masyarakat terhadap
pemerintah tentang keberagaman ini. Ada beberapa kemajemukan yang terdapat
di dalam masyarakat yang kurang diperhatikan oleh pemerintah terutama yang
berkaitan dengan kebudayaan setempat. Kurangnya penghargaan terhadap
kemajemukan yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia
sendiri membuat kemajemukan itu terkikis secara perlahan-lahan.

b. Kurangnya toleransi antar sesama golongan.

Kurangnya toleransi terhadap keberagaman dan kemajemukan yang ada di


masyakat menjadi salah satu penyebab konflik sosial. Dampak akibat konflik
sosial yang terjadi di dalam masyarakat terutama dalam hal yang berkaitan dengan
toleransi akan mengurangi rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu,
kurangnya toleransi terhadap perbedaan yang terjadi secara terus-menerus akan
membuat sebuah bangsa hancur akan sendirinya sehingga integrasi nasional tidak
akan pernah terwujud.

c. Kurangnya kesadaran di dalam diri masing-masing rakyat Indonesia

Kurangnya kesadaran diri dalam diri masyarakat untuk menjaga persatuan dan
kesatuan juga menjadi salah satu faktor yang mengambat terwujudnya integrasi
nasional. Di era globalisasi, masyarakat menjadi lebih individualistis dan
cenderung tidak memperdulikan kondisi dan situasi yang ada di sekitarnya. Jika
tidak dicegah, rasa kesadaran diri yang berkurang sebagai dampak globalisasi
akan makin mempersulit terwujudnya integrasi nasional. Oleh karena itu,
diperlukan kiat-kiat untuk membangunkarakter bangsa di era globalisasi untuk

19
meningkatkan kesadaran diri masyarakat untuk mewujudkan rasa persatuan dan
kesatuan demi terwujudnya integrasi nasional bangsa.

d. Adanya sikap ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan


pembangunan

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka sebagian wewenang dan


tanggungjawab pemerintah pusat telah dilimpahkan kepada pemerintah daerah.
Dengan begitu akan semakin nampak ketimpangan baik sosial maupun ekonomi
antar daerah. Untuk menyeimbangkan ketimpangan tersebut diperlukan kesadaran
diri akan rasa keadilan sosial yang merata di berbagai daerah di Indonesia.

H. Ancaman Terhadap Integrasi Nasional

Ancaman terhadap Integrasi Nasional Indonesia yang berada di tengah-tengah


dunia dilewati garis khatulistiwa, diapit oleh dua benua yaitu Asia dan Australia,
serta berada diantara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Pasifik. Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa wilayah Indonesia berada pada posisi silang sangat
sangat strategis.

Perlu diketahui, bahwa posisi silang negara Indonesia tidak hanya meliputi
aspek kewilayahan saja, melainkan meliputi pula aspek-apek kehidupan sosial,
antara lain:

a. Penduduk Indonesia berada diantara daerah berpenduduk padat di utara


dan daerah berpenduduk jarang di selatan.
b. Ideologi Indonesia terletak antara komunisme di utara dan liberalisme di
selatan.
c. Demokrasi Pancasila berada diantara demokrasi rakyat di utara (Asia
daratan bagian utara) dan demokrasi liberal di selatan.
d. Ekonomi Indonesia berada diantara sistem ekonomi sosialis di utara dan
sistem ekonomi kapitalis di selatan.
e. Masyarakat Indonesia berada diantara masyarakat sosialis di utara dan
masyarakat individualis di selatan.

20
f. Kebudayaan Indonesia dinatara kebuadayaan timur di utara dan
kebudayaan barat di selatan.

Sistem pertahanan dan keamanan Indonesia berada diantara sistem pertahanan


continental di utara dan sistem pertahanan maritim di barat, selatan dan timur.
Posisi silang Indonesia sebagaimana diuraikan di atas merupakan sebuah potensi
sekaligus ancaman bagi integrasi nasional bangsa Indonesia.

Apa sebenarnya yang menjadi ancaman bagi integrasi nasional negara


Indonesia? Ancaman bagi integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun dari
dalam negeri Indonesia sendiri dalam berbagai dimensi kehidupan. Ancaman
tersebut biasanya berupa ancaman militer dan nonmiliter. Berikut ini diuaraikan
secara singkat ancaman yang dihadapi Bangsa Indonesia baik yang berupa
ancaman militer maupun non-milter.

a. Ancaman Militer

Ancaman militer adalah ancarnan yang menggunakan kekuatan bersenjata yang


terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Ancaman militer dapat berbentuk agresi, pelanggaran wilayah, spionase, sabotase,
aksi teror bersenjata, pemberontakan, dan perang saudara. Ancaman militer ini
dibagi menjadi dua yaitu:

1. Ancaman Militer Dalam Negeri


• Disintegrasi bangsa, melalui macam-macam gerakan separatis
beradasarkan sebuah sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat
ketidak puasan daerah terhadap kebijakan pemerintahan pusat.
• Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan
pelanggaran hak asasi manusia yang pada gilirannya dapat mengakibatkan
suatu kerusuhan masal.
• Upaya penggantian ideologi pancasila dengan ideologi yang lain
ekstrem atau tidak sesuai dengan kebiasan dari masyarakat indonesia.
• Makar dan penggulingan pemerintahan yang sah dan konstitusiona
2. Ancaman Militer Luar Negeri

21
• Pelanggaram batas negara yang dilakukan oleh negara lain.
• pemberontakan senjata yang dilakukan oleh negara lain.
• Aksi teror yang dilakukan oleh terorisme internasional.

Berikut ini beberapa contoh dari ancaman militer terhadap negara :

1. Agresi, pengertian dari agresi adalah ancaman militer yang menggunakan


kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap suatu negara yang dapat
membahayakan kedaulatan dan keutuhan wilayah negara tersebut, dan juga
membahayakan keselamatan segenap bangsa tersebut.

2. Invasi, cara.bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang


pertama adalah invasi yaitu suatu serangan yang dilakukan oleh kekuatan
bersenjata negara lain terhadap wilayah NKRI

3. Bombardemen, cara/bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara


yang kedua adalah bombardemen yang mempunyai pengertian suatu penggunaan
senjata lainnya yang dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain terhadap
NKRI

4. Blokade, cara/bentuk dalam melakukan agresi yang terhakshir adalah blokade,


yang dilakukan di daerah pelabuhan atau pantai atau wilayah udara NKRI yang
dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain, dan lain-lain.

5. Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan terhadap suatu negara yang
kegiatannya berupa mata-mata dan dilakukan oleh negara lain yang bertujuan
untuk mencari dan mendapatkan dokumen rahasia militer suatu negara.

6. Sabotase, adalah ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara yang
kegiatannya mempunyai tujuan untuk merusak instalasi militer dan obyek vital
nasional. Tentunya sabotase ini dapat membahayakan keselamatan suatu bangsa.

7. Ancaman militer yang berupa aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh suatu
jaringan terorisme yang luas (internasional) atau ancaman yang dilakukan oleh
teroris internasional yang bekerjasama dengan terorisme lokal (dalam negeri).

22
8. Ancaman militer terhadap suatu negara dapat juga berbentuk suatu
pemberontakan yang mana pemberontakan tersebut juga menggunakan
senjata.Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang menggunakan
senjata juga termasuk ancaman militer.

9. Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang menggunakan senjata


juga termasuk ancaman militer.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan komponen utama yang dipersiapkan


untuk menghadapi ancaman militer, yang dilaksanakan melalui tugas Operasi
Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

b. Ancaman Non Militer

Ancaman non militer atau nin-niliter memiliki karakteristik yang berbeda dengan
ancaman militer, yaitu tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat sepeni
ancaman militer. Ancaman nonmiliter berbentuk ancaman terhadap ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, penahanan dan keamanan. Berikut ini adalah
beberapa contoh ancaman yang berbentuk non militer :

1. Ancaman Berdimensi Ideologi

Sistem politik internasional mengalami perubahan semenjak Uni Soviet runtuh,


sehingga paham komunis tidak populer lagi, akan tetapi, potensi ancaman berbasis
ideologi masih tetap diperhitungkan. Ancaman berbasis ideologi ini bisa juga
dalam bentuk penetrasi nilai-nilai kebebasan (liberalisme) sehingga bisa memicu
terjadinya proses disintegrasi bangsa.

2. Ancaman Berdimensi Politik

Politik merupakan instrumen utama dalam menggerakkan perang. Hal ini


membuktikan jika ancaman politik bisa menumbangkan suatu rezim
pemerintahan, bahkan juga bisa menghancurkan suatu negara. Masyarakat
internasional mengintervensi suatu negara melalui politik seperti contohnya Hak
Asasi Manusia (HAM), demokratisasi, penanganan lingkungan hidup, serta
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih serta akuntabel.

23
3. Ancaman Berdimensi Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu penentu posisi tawar dari setiap negara dalam
pergaulan internasional. Kondisi ekonomi tentu sangat menentukan dalam
pertahanan negara. Ancaman berdimensi ekonomi ini terbagi menjadi 2, yakni
internal serta eksternal.

a. Ancaman yang berasal dari internal bisa berupa inflasi, pengangguran,


infrastruktur yang tidak memadai, serta sistem ekonomi yang tak cukup jelas.

b. Ancaman yang berasal dari eksternal bisa berbentuk kinerja ekonomi yang
buruk, daya saing yang rendah, tidak siapnya dalam menghadapi era globalisasi
serta tingkat ketergantungan terhadap pihak asing.

4. Ancaman Berdimensi Sosial Budaya

Ancaman sosial budaya bisa berupa isu-isu mengenai kemiskinan, kebodohan,


keterbelakangan, serta ketidakadilan yang menjadi dasar timbulnya konflik
vertikal, antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, beserta dengan
konflik horizontal yakni suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).

Di tahun 1994 saja misalnya, 18 peperangan dari 23 peperangan yang terjadi di


dunia ini diakibatkan oleh sentimen-sentimen budaya, agama, serta etnis.
Sementara itu, 75% dari pengungsi dunia yang mengalir ke berbagai negara lain
didorong dengan alasan yang sama, tidak berbeda. Sementara itu, 8 dari 13
operasi pasukan perdamaian yang dijalankan oleh PBB ditujukan guna
mengupayakan terciptanya perdamaian dalam berbagai konflik antar etnis di
dunia.

5. Ancaman Berdimensi Teknologi Informasi

Kemajuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan sangat
pesat serta memberikan manfaat yang sangat besar bagi seluruh masyarakat,
namun, kejahatan juga terus mengikuti perkembangan tersebut, seperti contohnya
kejahatan cyber dan kejahatan perbankan.

6. Ancaman Berdimensi Keselamatan Umum

24
Ancaman untuk keselamatan umum bisa terjadi karena bencana alam, misal
gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami. Ancaman yang disebabkan oleh
manusia, misal penggunaan obat-obatan dan penggunaan bahan kimia,
pembuangan limbah industri, kebakaran, hingga kecelakaan alat-alat transportasi.

I. Cara Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional

Cara Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional Ancaman militer akan sangat


berbahaya apabila tidak diatasi. Oleh karena itu, harus diterapkan startegi yang
tepat untuk mengatasi ancaman integrasi nasional itu. UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 telah mengatur strategi pertahanan dan keamanan bangsa
Indonesia dalam mengatasi ancaman militer tersebut. Pasal 30 ayat (1) sampai (5)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa:

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.

(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem


pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Indonesia Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan
rakyat, sebagai kekuatan pendukung.

(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
kemanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum.

(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara


Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-
syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur
dengan undang-undang.

25
Ketentuan di atas menegaskan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara
Indonesia merupakan tanggungjawab seluruh Warga Negara Indonesia. Dengan
kata lain, pertahanan dan keamanan negara tidak hanya menjadi tanggung jawab
TNI dan POLRI saja; tetapi masyarakat sipil juga sangat bertanggung jawab
terhadap pertahanan dan kemanan negara; sehingga TNI dan POLRI manunggal
bersama masyarakat sipil dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

J. Contoh Integrasi Nasional dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara
1. Perbedaan Kepentingan Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya
tingkah laku individu.

Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi


kepentingannya, sama halnya dengan konflik. Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-
perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan
situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.

2. Dendam karena kekalahan dengan sekolah lain

Biasanya ini terjadi ketika adanya per tandingan bola antar sekolah. Dimana
tim sekolah yang satu kalah dengan sekolah yang lain. Hal ini menyebabkan
adanya r asa kecewa dan celakanya mereka ini biasanya melampiaskan rasa
kekecewaan nya dengan mengajak berkelahi tim sekolah lain tersebut. Hal ini
tentunya merupakan bentuk ketidak spor tifan pelajar dalam mengalami
kekalahan. Apabila seorang siswa dari suatu sekolah menengah atas dipalak atau
dirampas uang dan hartanya, dia akan melapor kepada pentolan di sekolahnya.
Kemudian pentolan itu akan mengumpulkan siswa untuk menghampiri siswa dari

26
sekolah musuh ditempat dimana biasanya mer eka menunggu bis atau kendar aan
pulang. Apabila jumlah siswa dari sekolah musuh hanya sedikit, mereka akan
balik memalak atau merampas siswa sekolah musuh tersebut. Tetapi jika jumlah
siswa sekolah musuh tersebut seimbang atau lebih banyak, mereka akan
melakukan kontak fisik.

3. Pertentangan Sosial Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah


laku individu.

Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi


kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup
individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia
akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi
kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya. Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu
merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan
kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena individu
mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek
pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul
perbedaan individu dalam hal kepentingannya.

Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi


diantara masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian
persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukkannya, mereka
dapat hidup serasi berdampingan (Bhineka Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi
merupakan kesatuan.

4. Aksi Protes dan Demonstrasi

Aksi protes disebut juga unjuk rasa yang selalu terjadi dalam kehidupan
manusia. Hal itu terjadi karena setiap orang memiliki pendapat dan pandangan
yang mungkin berbeda. Protes dapat terjadi apabila suatu hal menimpa
kepentingan individu atau kelompok secara langsung sebagai akibat dari rasa
ketidakadilan akan hak yang harus diterima. Akibatnya, individu atau kelompok

27
tersebut tidak puas dan melakukan tindakan penyelesaian. Protes merupakan aksi
tanpa kekerasan yang dilakukan oleh individu atau masyarakat terhadap suatu
kekuasaan. Protes dapat pula terjadi secara tidak langsung sebagai rasa solidaritas
antarsesama karena kesewenang-wenangan pihak tertentu yang mengakibatkan
kesengsaraan bagi orang lain.

5. Meningkatnya Kriminalitas

Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan memberi peluang bagi setiap
orang untuk berubah, tetapi perubahan tersebut tidak membawa setiap orang ke
arah yang dicita-citakan. Hal ini berakibat terjadinya perbedaan sosial berdasarkan
kekayaan, pengetahuan, perilaku, ataupun pergaulan. Perubahan sosial tersebut
dapat membawa seseorang atau kelompok ke arah tindakan yang menyimpang
karena dipengaruhi keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi atau terpuaskan
dalam kehidupannya.

Perbuatan kriminal yang muncul di masyarakat secara khusus akan diuraikan


sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang menimbulkan kesenjangan
kehidupan atau jauhnya ketidaksamaan sosial. Akibatnya, tidak semua orang
mendapat kebahagiaan yang sama. Adanya perbedaan tersebut menyebabkan
setiap orang memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap hak dan
kewajibannya. Setiap orang harus mendapat hak disesuaikan dengan kewajiban
yang dilakukan.

6. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan disintergasi dari keutuhan suatu masyarakat.


Hal itu karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat Oleh
karena itu, kenakalan remaja disebut sebagai masalah sosial. Munculnya
kenakalan remaja merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya
perubahan-perubahan sosial di masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga
karena kedua orangtua bekerja sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi
berkurang.

28
Remaja yang bersangkutan cenderung melakukan tindakan-tindakan yang
mengarah ke kejahatan seperti mengambil barang atau hak milik orang lain tanpa
izin. Ketiga, ada yang namanya kenakalan khusus (istimewa), dalam bentuk ini
kenakalan remaja yang dimaksud sudah tingkat tinggi karena telah menyentuh
pada tindak kriminalitas.Contohnya, melakukan pemerkosaan pada anak dibawah
umur; seperti kasus Yuyun yang pernah marak menjadi perbincangan;
penyalahgunaan narkotika bahkan sampai berujung pembunuhan atau
penghilangan nyawa manusia.

7. Korupsi Membuat Kepercayaan Masyarakat Menghilang

Korupsi adalah perbuatan yang membunuh kelangsungan hidup suatu negara.


Walaupun begitu, tindak pidana korupsi seperti menjadi budaya yang dianggap
lumrah. Pada tahun 2014-2015 Mahkamah Agama telah memutuskan adanya 803
kasus tindak pidana korupsi di Indonesia (Ayuningtyas, 2016). Bahkan Indonesia
masuk dalam urutan negara ke-88 dari 168 negara di dunia menurut survei
Lembaga Transparency International (TI) dalam kategori tindak pidana korupsi
(Hafid, 2016). Hal ini sangat menyedihkan, dimana uang yang dikorupsi adalah
uang rakyat. Uang ini seharusnya digunakan untuk pembangunan dan
kesejahteraan rakyat, namun hanya segelintir orang secara individu dan kelompok
yang menikamatinya.

Dampak korupsi tidak hanya dirasakan satu sisi saja, namun saling berkaitan
satu sama lain, seperti urutan domino yang berjatuhan. Bukan hanya
pembangunan saja yang bermasalah, namun seluruh faktor pembangun bangsa
juga bermasalah. Pada tahun 2015 sejumlah 31,077 triliun merupakan jumlah
kerugian negara akibat tindak pidana korupsi, data ini diperoleh dari survei
Indonesia Corruption Watch (ICW) (Dwi, 2016). Untuk memenuhi defisit
maupun melaksanakan pembangunan, suatu negara harus berhutang.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan


atau keseluruhan. Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan
perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian
dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan
bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi
hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan
kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah
keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.

B. Saran

Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara indonesia karena dari


integrasi nasional dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di
indonesia, sehingga tidak adanya konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan
perbedaan semata. Walaupun indonesia ini berbedabeda suku, ras, agama, dan
budaya, tetapi tetap indonesia adalah negara yang satu yang mempunyai satu
tujuan untuk memakmurkan negara indonesia.

Bagi pembaca diharapkan agar mengetahui apakah Integrasi Nasional serta


berbagai faktor yang mempengaruhi dan pentingnya Integrasi Nasional Bagi
Bangsa Indonesia. Dengan mengetahui pentingnya Integrasi Nasional Bagi
Bangsa Indonesia., diharapkan kita bisa menjadi warga negara yang baik dan
mampu melaksanakan proses pemersatuan perbedaan perbedaan yang ada pada
negara kita sehingga terciptanya keserasian dan tidak adanya konflik dalam
negara ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Sinaga,Osberth dkk.2021.Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi.Harapan Cerdas

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
6bfed1ab6721a7e36e217799d6017460.pdf

31

Anda mungkin juga menyukai