MATA KULIAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
INTEGRASI NASIONAL
Disusun oleh:
(UMC)
2022
1
BAHAN AJAR
1. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat, manfaat dan relevan
2
D. Petunjuk Belajar
Untuk dapat memahami materi tentang Integrasi Nasional ikuti langkah-
langkah pembelajaran berikut:
a) Cermatilah dengan seksama materi yang disajikan dalam bahan ajar ini.
b) Lakukanlah diskusi bersama teman sejawat dalam menyelesaikan masalah
yang disajikan.
c) Selesaikanlah materi jika terdapat latihan soal dengan interaksi melalui E-
learning UMC apabila terdapat materi yang belum dipahami.
II. PENYAJIAN
INTEGRASI NASIONAL
PENDAHULUAN
Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampir semua
negara, terutama negara-negara yang usianya masih relatif muda, termasuk
Indonesia. Hal ini disebabkan karena mendirikan negara berarti menyatukan
orang-orang dengan segala perbedaan yang ada menjadi satu entitas kebangsaan
yang baru menyertai berdirinya negara tersebut. Begitu juga negara Indonesia
yang usianya masih relatif muda. Sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang
negara Indonesia masih menghadapi persoalan bagaimana menyatukan
penduduk Indonesia yang di dalamnya terdiri dari berbagai macam suku, memeluk
agama yang berbeda-beda, berbahasa dengan bahasa daerah yang
beranekaragam, serta memiliki kebudayaan daerah yang berbeda satu sama lain,
untuk menjadi satu entitas baru yang dinamakan bangsa Indonesia.
Pengalaman menunjukkan bahwa dalam perjalanan membangun kehidupan
bernegara ini, kita masih sering dihadapkan pada kenyataan adanya konflik atar
kelompok dalam masyarakat, baik konflik yang berlatarbelakang kesukuan, konflik
3
antar pemeluk agama, konflik karena kesalahpahaman budaya, dan semacamnya.
Hal itu menunjukkan bahwa persoalan integrasi nasional Indonesia sejauh ini
masih belum tuntas perlu terus dilakukan pembinaan. Walaupun harus juga
disadari bahwa integrasi nasional dalam arti sepenuhnya tidak mungkin
diwujudkan, dan konflik di antara sesama warga bangsa tidak dapat dihilangkan
sama sekali. Tulisan ini akan memaparkan kondisi masyarakat Indonesia yang
diwarnai oleh berbagai macam perbedaan dan upaya mewujudkan integrasi
nasional dengan tetap menghargai terdapatnya perbedaan-perbedaan tersebut
1. PENGERTIAN INTEGRASI NASIONAL
Secara etimologi, integrasi berasal dari kata latin integrare yang artinya
memberi tempat bagi suatu unsur demi suatu keseluruhan. Kemudian dari bentuk
kata kerja itu dibentuk kata benda integritas yang artinya keutuhan atau kebulatan
selanjutnya, dari kata-kata integritas dibentuk kata sifat integer, artinya utuh.
Oleh sebab itu, istilah integrasi berarti membuat unsur-unsur tertentu menjadi
satu kesatuan yang bulat dan utuh1. Menurut Widjaja2 integrasi adalah keserasian
satuan-satuan yang terdapat dalam suatu sistem, dan bukan penyeragaman,
namun merupakan hubungan satuan-satuan yang sedemikian rupa serta tidak
merugikan masing-masing satuan. Yang baik saling mendukung satuan serta
masih memiliki identitas masing-masing dan saling menguntungkan.
Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yakni Integrasi dan Nasional.
Integrasi ini berasal dari Bahasa Inggris (integrate) yang memiliki arti
menyatupadukan, mempersatukan atau menggabungkan, beberapa pengertian
yakni:
b. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Integrasi memiliki arti pembauran sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat
dan utuh.
c. Secara Politis.
1
Hendropuspito dalam Kemendikbud, (1997). Integrasi Nasioanal: Suatu Pendekatan Budaya di Daerah
IstimewaYogyakarta. Yogyakarta: Kemendikbud, Hlm. 24
2
Ibid
4
Integrasi Nasional secara politis ini memiliki arti bahwa penyatuan berbagai
kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang
membentuk suatu identitas nasional.
d. Secara Antropologi
Integrasi Nasional secara antropologis ini berarti bahwa proses penyesuaian
diantara unsur- unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu
kesatuan fungsi di dalam kehidupan masyarakat.
5
rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya
menimbulkan masalah yang baru. Wilayah dan budaya yang melimpah itu akan
menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat
mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Melalui Integrasi sebagai upaya menyatukan seluruh unsur suatu
bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya. “Mengintegrasikan” berarti membuat
untuk atau menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula
terpisah-pisah.
Howard Wrigins (1996), memberikan
pandangan mengena integrasi berarti penyatuan
bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih
utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat
kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Jadi
menurutnya, integrasi bangsa dilihatnya sebagai
peralihan dari banyak masyarakat kecil menjadi
satu masyarakat besar.
6
d. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum
yang diperlukan dalam memelihara tertib sosial.
e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang
diterima demi mencapai tujuan bersama.
Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner membedakan 5 (lima) tipe
integrasi, dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini, yaitu:
1) Integrasi nasional
2) Integrasi wilayah
3) Integrasi nilai
4) Integrasi elit-massa
5) Integrasi tingkah laku (tindakan integratif).
7
Gambar 2. Faktor Yang menentukan Tingkat Integrasi Suatu Negara
8
kekawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang
berkepanjangan. Di sisi lain banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh
negara yang mestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi
kesejahteraan masyarakat, harus dikorbankan untuk menyelesaikan konflik
tersebut.
Negara yang senantiasa diwarnai konflik di dalamnya akan sulit untuk
mewujudkan kemajuan. Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu
yang tidak mungkin diwujudkan, karena setiap masyarakat di samping
membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi konflik atau
pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerjasama, serta
konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupan potensi yang
mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat
seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan
kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-
perbedaan itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat.
Namun apapun kondisinya integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangan
dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena itu
perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat
berarti kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Sejarah Indonesia adalah sejarah yang merupakan proses dari
bersatunya suku-suku bangsa menjadi sebuah bangsa. Ada semacam proses
konvergensi, baik yang disengaja atau tak disengaja, ke arah menyatunya suku-
suku tersebut menjadi satu kesatuan negara dan bangsa.3
3
Sumartana, 2001. Pluralisme, Konflik, dan Pendidikan Agama di Indonesia. Yogyakarta: Interfidei Hlm
100
9
3. MACAM-MACAM INTEGRASI
Berdasarkan pada gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut dibawah ini:
4
Kemendikbud, 1996, Integrasi Nasional: Suatu Pendekatan Budaya. Semarang: Kemendikbud, Hlm.
17
5
Kemendikbud, 1997. Integrasi Nasioanal: Suatu Pendekatan Budaya di Daerah IstimewaYogyakarta.
Yogyakarta: Kemendikbud, Hlm . 25
10
merubah prasangka etnis atau stereotipe etnik antara warga suku bangsa yang
berlainan yang di dalam persaingannya mengejar kesempatan bekerja serta
pendidikan yang terbatas sehingga dapat menimbulkan sikap tegang dan
bermusuhan.
a. Komunikasi
Adanya komunikasi akan membuka kontak-kontak sosial yang merupakan
proses saling mempengaruhi sehingga salah satu jalan menuju integrasi antara
lain berupa faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
b. Solidaritas Kelompok
6
Suryaman dalam Kemendikbud, 1997. Integrasi Nasioanal: Suatu Pendekatan Budaya di Daerah
IstimewaYogyakarta. Yogyakarta: Kemendikbud, Hlm. 29
11
Faktor ini merupakan bentuk interaksi sosial yang intensip serta membentuk
struktur dan norma-norma kelompok, mengatur interaksi dan kegiatan
kelompok dalam merealisasikan tujuan bersama serta menumbuhkan
solidaritas antar kelompok masyarakat.
c. Budaya dan Agama
Melalui nilai-nilai budaya dan noma agama diharapkan dapat mempengaruhi
pola tingkah laku manusia yang selanjutnya akan berpengaruh pula terhadap
masyarakat, di sini, integrasi dipengaruhi oleh unsur subyektif berupa perasaan
dan pikiran terhadap kelompok lain yang wujud idealnya membuat kelompok
budaya tertentu tidak suka terhadap kelompok budaya lain karena tingkah laku
sosial yang berbeda, kecuali oleh unsur tersebut maka integrasi juga
dipengaruhi oleh pendididkan dan perbedaan bahasa.
7
(Depdikbud, 1997: 27
12
menjadikan masalah dalam mewujudkan integrasi nasional. Sekarang, yang
menjadi persoalan adalah bagaimana menyatukan unsur-unsur yang berbeda
yang dimiliki oleh masing- masing suku bangsa tersebut. Untuk itu agar dapat
mewujudkan integrasi nasional diperlukan adanya unsur-unsur pendukung yang
dapat diterima oleh setiap suku bangsa yang ada. Unsur-unsur pendukung
tersebut dapat melalui pembinaan kesadaran nasional, perwujudan keadilan
sosial, adanya pengawasan sosial, adanya tekanan dari luar,bahasa kesatuan,
lambang kesatuan dan sebagainya.
13
nasional yaitu Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, integrasi nasional akan
lebih mudah untuk diwujudkan.
14
Gotong royong berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang
didambakan. Sikap gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam
menyelesaikan
8
Kemendikbud, 1996, Integrasi Nasional: Suatu Pendekatan Budaya. Semarang: Kemendikbud, Hlm.
19
9
Ibid, Hlm. 21
15
membangun kehendak berintegrasi ke dalam satu kesatuan bangsa, dan bercita-
cita membangun satu kehidupan kebangsaan, dalam satu negara kesatuan
Republik Indonesia.10
Bagi negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa seperti Indonesia,
konsep integrasi sering digunakan dalam rangka penyatuan wilayah Indonesia
dalam satu wawasan yang disebut dengan wawasan nusantara. Adanya beberapa
suku-bangsa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, di satu pihak merupakan
kebangsaan tersendiri karena memiliki kekayaan kebudayaan yang sangat tinggi
harganya. Namun, di sisi lain dengan banyaknya jumlah suku- bangsa yang ada
merupakan sumber timbulnya konflik11
Dalam kehidupan suatu suku-bangsa tertentu, seringkali dijumpai
gambaran subyektif mengenai suku bangsa lain, baik yang bersifat positif maupun
negatif. Akan tetapi tidak selamanya gambaran subyektif atau stereotipe etnik ini
selalu merupakan gambaran yang negatif saja, melainkan ada kalanya berupa
stereotipe etnik yang positif. Namun, dalam kenyataannya justru steorotipe etnik
yang negatiflah yang hal ini yang akan menghambat terwujudnya integrasi
nasional12
Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa beruntung
mempunyai bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang dilkrarkan oleh
para pemuda Indonesia pada tahun 1928. Hingga kini, bahasa Indonesia
dipergunakan sebagai bahasa persatuan oleh seluruh warga negara Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia asli dengan
cirinya tersendiri, dan berbeda dengan bahasa Melayu yang digunakan oleh
masyarakat Riau. Tercapainya kesepakatan penggunaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan bukan sesuatu yang dipahami dan diinterpretasikan
secara sederhana. Kesepakatan itu mempunyai nilai hakiki menuju kesatuan
bangsa yang benar-benar utuh dan mumi. Kesepakatan tersebut tidak boleh
diartikan bahwa bahasa-bahasa daerah harus dihapuskan karena eksistensi dan
pemeliharaan bahasa-bahasa daerah tersebut dijamin sepenuhnya di
10
Mattulada dalam, Op.Cit. 1997, hlm. 24
11
Ibid
12
Ibid, Hlm. 28
16
dalam UUD 1945,13 Oleh sebab itu gagasan ataupun ide yang dikemukakan oleh
para pemuda pada saat itu (1928) yang telah memikirkan masalah penyatuan
bahasa yang digunakan oleh seluruh suku bangsa harus dihargai dan dihormati.
Gambaran integrasi nasionalpun secara tidak langsung juga telah dilakukan oleh
para pemuda pencetus Sumpah Pemuda 1928.
Pemimpin maupun pemuda yang hadir pada saat itu adalah wakil-
wakil pemuda dari berbagai suku-bangsa, seperti Jong Java, Yong Sumatera, Yong
Ambon dan sebagainya. Jadi, dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dimaksudkan untuk peningkatan rasa solidaritas nasional dalam
rangka. Pembinaan hubungan yang erat serta untuk mencegah timbulnya konflik
yang dapat menghambat terwujudnya integrasi nasional, 14 karena itu dalam
masalah integrasi nasional ini ada 4 komponen yang merupakan kesatuan sebuah
sistem yang menjadi indikator untuk keberhasilan integrasi nasional dan
kerjasama golongan etnik tersebut. Keempat komponen tersebut dikenal dengan
SARA yaitu suku atau etnik, agama, ras, dan antar golongan. Empat komponen
ini sangat sensitif dan paling mudah menimbulkan perpecahan. Karena itu
kestabilan keempat komponen ini merupakan asset bangsa yang menjadikan
bangsa kita menjadi berjaya15
Gografis Nasional dianggap sebagai suatu jiwa, suatu asas spiritual, suatu
solidaritas yang besar yang tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah dibuat
oleh sejarah di masa lampau dan yang bersedia dibuat di masa yang akan datang.
Nasion dianggap mempunyai suatu masa lampau yang melanjutkan dirinya dalam
masa kini oleh suatu kenyataan yang jelas, kesepatan, keinginan yang dinyatakan
dengan jelas untuk terus hidup bersama.
Anggota nasional Indonesia adalah orang yang menganggap dirinya
sebagai orang Indonesia dalam arti yang sesungguhnya, baik jiwa maupun
raganya sehingga benar-benar meresapi dan menghayati bahwasanya benar-
benar manusia Indonesia sehingga segala sesuatu yang ingin menjatuhkan nama
bangsa dan negara dengan tulus ikhlas akan membela dan mempertahankannya.
13
Ridwan dalam Kemendikbud, 1997, hlm. 26
14
Ibid. Hlm 24
15
Ibid, Hlm, 21
17
Perlu diingat juga adalah bahwa nasional Indonesia telah ada sebelum negara
Republik Indonesia terbentuk karena solidaritas tidak sama dengan hak-hak dan
kewajban warga negara seperti yang dinyatakan oleh undang-undang yang
berlaku. Orang- orang yang bersama yang merupakan warga negara RI tidak
sepenuhnya sama dengan orang-orang yang bersama- sama merupakan anggota
nasional Indonesia.16
asca roklamasi
Kemerdekaan
Dekade an)
emuda tampil di
beberaa dalam
pangguh se arah
memasuki abad )
Semangat
Kebangsaan semakin
membara
danya asa
senasib
sepenanggungan
oleh bangsa
Indonesia
16
Bachtiar dalam, Kemendikbud, 1997, Op.Cit, Hlm. 27
18
a. Modal awal Integrasi Nasional adalah adanya rasa senasib dan
sepenanggungan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Meski
perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah pada selang waktu
sebelum abad 20 dengan ditandai adanya sifat kedaerahan, akan tetapi, rasa
senasib sepenanggungan yang ditunjukkan oleh para pejuang dan pandahulu
kita telah mencerminkan adanya benih-benih yakni semangat kebangsaan,
yang pada gilirannya kelak akan membentuk keutuhan bangsa Indonesia.
b. Memasuki pada abad 20, gejala semangat kebangsaan semakin membara dan
terlihat, dengan munculnya berbagai organisasi atau pergerakan yang menjadi
salah satu titikawal kebangkitan nasional. Perjuangan melalui berbagai
organisasi seperti contohnya Budi Utomo, Serikat Dagang Islam yang
kemudian akhirnya menjadi Serikat Islam. Perhimpunan Indonesia dan lain
sebagainya mencitrakan bahwa adanya Integrasi Sosial dan Kultural.
19
Gambar 5. Faktor Penghambat Terwujudnya Integrasi Nasional
20
globalisasi untuk meningkatkan kesadaran diri masyarakat untuk mewujudkan
rasa persatuan dan kesatuan demi terwujudnya integrasi nasional bangsa.
21
diwujudkan. Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu
kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika.
Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang
ada tetap harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang
dapat mencapai tujuannya. Selain menghargai dan mengakui berbagai macam
perbedaan di Indonesia, masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi
terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik yang berkepanjangan yang dapat
merugikan Indonesia.
Ancaman militer akan sangat berbahaya apabila tidak diatasi. Oleh karena itu,
harus diterapkan startegi yang tepat untuk mengatasi ancaman integrasi nasional
itu. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengatur strategi
pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia dalam mengatasi ancaman militer
tersebut. Pasal 30 ayat (1) sampai (5) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang menyatakan bahwa:
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara.
2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Indonesia Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama,
dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
kemanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.
5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-
22
syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang.
23