Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

TANTANGAN INTEGRASI NASIONAL

Disusun Oleh :

Yella Marlina Br Sirait

190810049

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS MEDAN
T.A 2021/2022
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah kewarganegaraan, dengan judul “ TANTANGAN INTEGRASI
NASIONAL”.

Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna dari
Tantangan Integrasi Nasional di Indonesia, kami sadar materi kuliah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa dan civitas akademika Universitas Katolik Santo Thomas
Medan.

Kabanjahe, Oktober 2021

Penulis

Yella Marlina Br Sirait

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II LANDASAN TEORI 3
2.1 Definisi Integrasi Nasional 3
2.2 Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Nasional 3
2.3 Faktor-Faktor Penghambat Integrasi Nasional 4
2.4 Hambatan, Ancaman Dan Tantangan Integrasi Nasional 5
2.4.1 Hambatan Integrasi Nasional 5
2.4.2 Ancaman dan Tantangan Integrasi Nasional 6
2.5 Bentuk Integrasi Nasional 9
2.6 Pentingnya Integrasi Nasional 11
2.7 Integrasi Nasional Di Ruang Lingkup Indonesia 11
BAB III PENUTUP 15
3.1 Kesimpulan 15
3.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesemputnaan atau
keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakan yang memiliki keserasian fingsi. Integrasi sosial
akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas
territorial, nilai-nilai, norma-norma, dan perintah-perintah sosial.

Dimasa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan
kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (diantaranya adalah penghormatan kepada Sang
Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia dan seterusnya).Identitas
Nasional adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri bagaimana
orang lain melihat mereka sebagai entitas sosial-budaya. Identitas dilihat dari aspek waktu
bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang
abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari
berbagai lapisan identitas. Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan,
keadaan objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran
tersebut.

Sifat masyarakat Indonesia yang inividualisme menjadi salah satu faktor penyebab
runtuhnaya jiwa persatuan dan kesatuan bangsa. Maka dari itu diperlukan pendidikan
kewarganegaraan sejak dini untuk menumbuhkan semangat jiwa berbangsa dan patriotism.
Semangat jiwa berbangsa dan patriotism di perlukan untuk tetap menjaga kebhinekaan bangsa,
sebab dengan itu akan tercipta kehidupan yang aman dan tentram di setiap lapisan masyarakat.
Sebagai wrga Negara yang baik haruslah memiliki rasa integrasi nasional. Yaitu sikap saling
peduli terhadap sesama, serta memiliki rasa persatuan yang tinggi baik terhadap bangsa, Negara,
agama, sosial, budaya maupun keluarga berlandaskan pancasila, berpegang teguh pada
semboyan bangsa “Bhineka Tunggal Ika” dan bersandar hukum pada UUD.

Di Indonesia istilah integrasi masih sering disamakan dengan istilah pembauran atau
asimilasi, padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan. Integrasi diartikan dengan integrasi
kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial. Sementara pembauran dapat berarti
penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan (cultural traits)
mereka yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan
yang selaras (harmonis). Caranya adalah melalui difusi (penyebaran), dimana unsur kebudayaan
baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur
kebudayaan tradisional tertentu.

1
Cara penanggulangan masalah konflik adalah melalui modifikasi dan koordinasi dari
unsur - unsur kebudayaan baru dan lama. Inilah yang disebut sebagai Integrasi Sosial
(Theodorson & Theodorson, 1979 dalam Danandjaja, 1999). Integrasi nasional adalah usaha dan
proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya
keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan
bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini
membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia
secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun
selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau
manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.

Agar penulis tidak menyimpang jauh dari materi yang dibahas, maka penulis ingin
menyusun makalah ini secara sistematis. Dalam hal ini penulis ingin membahas mengenai
integrasi nasional. Agar masyarakat khusunya pelajar maupun mahasiswa dapat mengetahui
betapa pentingnya integrasi nasional bagi bangsa indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Pengertian Integrasi Nasional ?

1.2.2 Apa saja faktor-faktor pendorong Integrasi Nasional?

1.2.3 Apa saja faktor-faktor penghambat Integrasi nasional?

1.2.4 Hambatan, tantangan, dan ancaman apa saja yang dapat mempengaruhi Integrasi Nasional?

1.2.5 Apa saja bentuk Integrasi Nasional?

1.2.6 Apa pentingnya Integrasi Nasional?

1.3 Tujuan

1.3.1 Agar Mahasiswa mengetahui Apa Pengertian Integrasi Nasional

1.3.2 Agar Mahasiswa mengetahui Apa saja faktor-faktor pendorong Integrasi Nasional

1.3.3 Agar Mahasiswa mengetahui Apa saja faktor-faktor penghambat Integrasi Nasional

1.3.4 Agar Mahasiswa mengetahui Hambatan, tantangan, ancaman, dan gangguan apa saja yang
dapat mempengaruhi Integrasi Nasional.

1.3.5 Agar Mahasiswa mengetahui Apa saja bentuk Integrasi Nasional.


1.3.6 Agar Mahasiswa mengetahui Apa pentingnya Integrasi Nasional.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Integrasi Nasional

Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yakni Integrasi dan Nasional. Integrasi ini berasal
dari Bahasa Inggris (integrate) yang memiliki arti menyatupadukan, mempersatukan atau
menggabungkan.

a. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Integrasi memiliki arti pembauran sehingga
menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.

b. Secara Politis. Integrasi Nasional secara politis ini memiliki arti bahwa penyatuan berbagai
kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas
nasional.

c. Secara Antropologi Integrasi Nasional secara antropologis ini berarti bahwa proses
penyesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu kesatuan
fungsi di dalam kehidupan masyarakat.

Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada
pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang
kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun
wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang
melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga
dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.

2.2 Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Nasional

Dalam mewujudkan integrasi nasional, terdapat beberapa faktor yang mendorong


terwujudnya integrasi nasional di Indonesia. Adapun faktor pendorong tersebut diantaranya:

a. Adanya rasa yang senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor-faktor sejarah.
Indonesia telah mengalami sejarah yang kelam di masa lalu, terutama zaman dimana Indonesia
dijajah oleh bangsa lain selama bertahun-tahun. Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945, perjuangan yang dilakukan oleh setiap elemen masyarakat untuk memperoleh
kemerdekaan bukanlah sesuatu yang sifatnya main-main. Rasa senasib seperjuangan di masa lalu
yang terbawa sampai dengan masa sekarang menjadi salah satu faktor pendorong untuk
mewujudkan integrasi nasional.
3
Jika di masa lalu rasa senasib seperjuangan digunakan untuk memujudkan kemerdekaan
Indonesia, di era sekarang ini rasa senasib seperjuangan digunakan untuk memperkuat stabilitas
nasional demi terwujudnya persatuan Indonesia dalam integrasi nasional.

b. Adanya ideologi nasional deologi nasional negara kita Indonesia adalah Pancasila. Sebagai
ideologi nasional, Pancasila tidak dapat digantikan oleh ideologi manapun. Walalupun Indonesia
terdiri dari banyak kepercayaan, arti penting dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Pemaknaan ideologi
nasional yaitu Pancasila dilakukan melalui implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari untuk mewujudkan integrasi nasional di Indonesia.

c. Adanya sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu Perbedaan dan kemajemukan di
Indonesia bukanlah salah satu alasan untuk dijadikan faktor penyebab konflik sosial yang terjadi
di kalangan masyarakat. Justru perbedaan inilah yang membuat masyarakat Indonesia
mempunyai keinginan untuk mempersatukan perbedaan di dalam satu kesatuan bangsa yang
utuh. Baik di dalam masyarakat tradisonal dan modern, keinginan untuk mempersatukan
perbedaan di dalam kehidupan sehari-hari tentunya ada. Dalam kehidupan berbangsa negara dan
berbangsa 9 Indonesia, keinginan untuk mempersatukan bangsa merupakan salah satu
perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar negara.

d. Adanya ancaman dari luar Walupun Indonesia sudah merdeka selama 71 tahun, bukan
tidak mungkin ancaman dari luar itu masuk ke Indonesia. Ancaman-ancaman dari luar di era
globalisasi sekarang ini tidak dapat diartikan sebagai ancaman yang menjajah seperti pada masa
kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi ancaman dari luar dalam
kaitannya dengan bahaya globalisasi dan modernisasi, integrasi nasional perlu diwujudkan di
setiap lapisan masyarakat yang ada tinggal di wilayah Indonesia.

2.3 Faktor Penghambat Integrasi Nasional

Faktor penghambat sendiri merupakan suatu penghalang untuk melakukan tindakan secara
individu maupun kelompok. Beberapa faktor penghambat terwujudnya integrasi nasional
diantaranya:

a. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan Indonesia adalah negara yang memiliki


jumlah suku dan kebudayaan terbanyak di dunia. Namun sayangnya, ada beberapa pandangan
masyarakat terhadap pemerintah tentang keberagaman ini. Ada beberapa kemajemukan yang
terdapat di dalam masyarakat yang kurang diperhatikan oleh pemerintah terutama yang berkaitan
dengan kebudayaan setempat. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang dilakukan
oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia sendiri membuat kemajemukan itu terkikis secara
perlahan-lahan.

4
b. Kurangnya toleransi antar sesama golongan. Kurangnya toleransi terhadap keberagaman
dan kemajemukan yang ada di masyakat menjadi salah satu penyebab konflik sosial. Dampak
akibat konflik sosial yang terjadi di dalam masyarakat terutama dalam hal yang berkaitan dengan
toleransi akan mengurangi rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu, kurangnya toleransi
terhadap perbedaan yang terjadi secara terus-menerus akan membuat sebuah bangsa hancur akan
sendirinya sehingga integrasi nasional tidak akan pernah terwujud.

c. Kurangnya kesadaran di dalam diri masing-masing rakyat Indonesia Kurangnya kesadaran


diri dalam diri masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan juga menjadi salah satu faktor
yang mengambat terwujudnya integrasi nasional. Di era globalisasi, masyarakat menjadi lebih
individualistis dan cenderung tidak memperdulikan kondisi dan situasi yang ada di sekitarnya.
Jika tidak dicegah, rasa kesadaran diri yang berkurang sebagai dampak globalisasi akan makin
mempersulit terwujudnya integrasi nasional. Oleh karena itu, diperlukan kiat-kiat untuk
membangun karakter bangsa di era globalisasi untuk meningkatkan kesadaran diri masyarakat
untuk mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan demi terwujudnya integrasi nasional bangsa.

d. Adanya sikap ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan.


Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka sebagian wewenang dan tanggungjawab
pemerintah pusat telah dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Dengan begitu akan semakin
nampak ketimpangan baik sosial maupun ekonomi antar daerah. Untuk menyeimbangkan
ketimpangan tersebut diperlukan kesadaran diri akan rasa keadilan sosial yang merata di
berbagai daerah di Indonesia.

2.4 Hambatan , Tantangan , dan Ancaman Integrasi Nasional

2.4.1 Hambatan Integrasi Nasional

Hambatan merupakan usaha yang berasal dari dalam diri sendiri yang bersifat atau bertujuan
untuk melemahkan ataau menghalangi secara konsepsional keinginan atau kemajuan yang ingin
dicapai. Ada beberapa Faktor yang menjadi Penghambat Integrasi Nasional di Indonesia adalah
sebagai berikut:

a. Masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam (heterogen) dalm faktorfaktor


kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya,bahasa daerah,agama yang
dianut ras,dan sebagainya.

b. Wilayah yang begitu luas,terdiri dari ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.

c. Besarnya ancaman,tantangan,halangan dan gangguan yang menrongrong


keutuhan,kesatuan dan persatuan bangsa,baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri.

5
d. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan menimbulkan berbagai
rasa tidak puas dan keputusasaan di kalangan masyarakat.dampaknya akan timbul dalam
berbagai gejalah seperti SARA,gerakan separatisme dan kedaerahan,atau demontrasi dan unjuk
rasa.

e. Adanya paham "etnosentrisme" di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan


kelebihan-kelebihan budayanya dan sebaliknya menganggap rendah budaya suku bangsa yang
lainnya.

f. Lemahnya nila-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa,baik melewati kontak langsung maupun tak langsung.Kontak
langsung antara lain melalui unsur-unsur pariwisata,sedangkan kontak tak langsung antara lain
melalui media cetak (majalah dan tabloid) atau media elektronika (televisi,tape
recorder,film,radio).hal itu akan berdampak adanya westernisasi atau gaya hidup kebarat-
baratan,pergaulan bebas,penyalahgunaan narkotika dan lain sebagainya.

2.4.2. Ancaman dan Tantangan Integrasi Nasional

Ancaman bagi integrasi nasional tersebut datang dari luar maupun dari dalam negeri
Indonesia sendiri dalam berbagai dimensi kehidupan. Ancaman tersebut biasanya berupa
ancaman militer dan nonmiliter. Berikut ini diuaraikan secara singkat ancaman yang dihadapi
Bangsa Indonesia baik yang berupa ancaman militer maupun non-milter.

a. Ancaman Militer

Ancaman militer adalah ancarnan yang menggunakan kekuatan bersenjata yang


terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berbentuk
agresi, pelanggaran wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan, dan
perang saudara. Ancaman militer ini dibagi menjadi dua yaitu:

1. Ancaman Militer Dalam Negeri

• Disintegrasi bangsa, melalui macam-macam gerakan separatis beradasarkan sebuah


sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidak puasan daerah terhadap kebijakan
pemerintahan pusat.

• Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran hak asasi
manusia yang pada gilirannya dapat mengakibatkan suatu kerusuhan masal. • Upaya penggantian
ideologi pancasila dengan ideologi yang lain ekstrem atau tidak sesuai dengan kebiasan dari
masyarakat indonesia.

• Makar dan penggulingan pemerintahan yang sah dan konstitusional

6
2. Ancaman Militer Luar Negeri

• Pelanggaram batas negara yang dilakukan oleh negara lain.

• pemberontakan senjata yang dilakukan oleh negara lain.

• Aksi teror yang dilakukan oleh terorisme internasional.

Berikut ini beberapa contoh dari ancaman militer terhadap negara :

1. Agresi, pengertian dari agresi adalah ancaman militer yang menggunakan kekuatan
bersenjata oleh negara lain terhadap suatu negara yang dapat membahayakan kedaulatan dan
keutuhan wilayah negara tersebut, dan juga membahayakan keselamatan segenap bangsa
tersebut.

2. Invasi, cara.bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang pertama adalah
invasi yaitu suatu serangan yang dilakukan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap
wilayah NKRI.

3. Bombardemen, cara/bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang kedua
adalah bombardemen yang mempunyai pengertian suatu penggunaan senjata lainnya yang
dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain terhadap NKRI.

4. Blokade, cara/bentuk dalam melakukan agresi yang terhakshir adalah blokade, yang
dilakukan di daerah pelabuhan atau pantai atau wilayah udara NKRI yang dilakukan oleh
angkatan bersenjata negara lain, dan lain-lain.

5. Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan terhadap suatu negara yang kegiatannya
berupa mata-mata dan dilakukan oleh negara lain yang bertujuan untuk mencari dan
mendapatkan dokumen rahasia militer suatu negara.

6. Sabotase, adalah ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara yang kegiatannya
mempunyai tujuan untuk merusak instalasi militer dan obyek vital nasional. Tentunya sabotase
ini dapat membahayakan keselamatan suatu bangsa.

7. Ancaman militer yang berupa aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh suatu jaringan
terorisme yang luas (internasional) atau ancaman yang dilakukan oleh teroris internasional yang
bekerjasama dengan terorisme lokal (dalam negeri).

8. Ancaman militer terhadap suatu negara dapat juga berbentuk suatu pemberontakan yang
mana pemberontakan tersebut juga menggunakan senjata.Selain pemberontakan, terjadinya
perang saudara yang menggunakan senjata juga termasuk ancaman militer.
7
9. Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang menggunakan senjata juga
termasuk ancaman militer. 16 Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan komponen utama
yang dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer, yang dilaksanakan melalui tugas Operasi
Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

b. Ancaman Non Militer

Ancaman non militer atau nin-militer memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman
militer, yaitu tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat sepeni ancaman militer. Ancaman
nonmiliter berbentuk ancaman terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, penahanan dan
keamanan. Berikut ini adalah beberapa contoh ancaman yang berbentuk non militer :

1. Ancaman Berdimensi Ideologi

Sistem politik internasional mengalami perubahan semenjak Uni Soviet runtuh, sehingga
paham komunis tidak populer lagi, akan tetapi, potensi ancaman berbasis ideologi masih tetap
diperhitungkan. Ancaman berbasis ideologi ini bisa juga dalam bentuk penetrasi nilai-nilai
kebebasan (liberalisme) sehingga bisa memicu terjadinya proses disintegrasi bangsa.

2. Ancaman Berdimensi Politik

Politik merupakan instrumen utama dalam menggerakkan perang. Hal ini membuktikan jika
ancaman politik bisa menumbangkan suatu rezim pemerintahan, bahkan juga bisa
menghancurkan suatu negara. Masyarakat internasional mengintervensi suatu negara melalui
politik seperti contohnya Hak Asasi Manusia (HAM), demokratisasi, penanganan lingkungan
hidup, serta penyelenggaraan pemerintahan yang bersih serta akuntabel.

3. Ancaman Berdimensi Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu penentu posisi tawar dari setiap negara dalam pergaulan
internasional. Kondisi ekonomi tentu sangat menentukan dalam pertahanan negara. Ancaman
berdimensi ekonomi ini terbagi menjadi 2, yakni internal serta eksternal.

a. Ancaman yang berasal dari internal bisa berupa inflasi, pengangguran, infrastruktur yang
tidak memadai, serta sistem ekonomi yang tak cukup jelas.

b. Ancaman yang berasal dari eksternal bisa berbentuk kinerja ekonomi yang buruk, daya
saing yang rendah, tidak siapnya dalam menghadapi era globalisasi serta tingkat ketergantungan
terhadap pihak asing.
8

4. Ancaman Berdimensi Sosial Budaya

Ancaman sosial budaya bisa berupa isu-isu mengenai kemiskinan, kebodohan,


keterbelakangan, serta ketidakadilan yang menjadi dasar timbulnya konflik vertikal, antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, beserta dengan konflik horizontal yakni suku,
agama, ras, dan antar golongan (SARA). Di tahun 1994 saja misalnya, 18 peperangan dari 23
peperangan yang terjadi di dunia ini diakibatkan oleh sentimen-sentimen budaya, agama, serta
etnis. Sementara itu, 75% dari pengungsi dunia yang mengalir ke berbagai negara lain didorong
dengan alasan yang sama, tidak berbeda. Sementara itu, 8 dari 13 operasi pasukan perdamaian
yang dijalankan oleh PBB ditujukan guna mengupayakan terciptanya perdamaian dalam berbagai
konflik antar etnis di dunia.

5. Ancaman Berdimensi Teknologi Informasi

Kemajuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan sangat pesat serta
memberikan manfaat yang sangat besar bagi seluruh masyarakat, namun, kejahatan juga terus
mengikuti perkembangan tersebut, seperti contohnya kejahatan cyber dan kejahatan perbankan.

6. Ancaman Berdimensi Keselamatan Umum

Ancaman untuk keselamatan umum bisa terjadi karena bencana alam, misal gempa bumi,
gunung meletus, dan tsunami. Ancaman yang disebabkan oleh manusia, misal penggunaan obat-
obatan dan penggunaan bahan kimia, pembuangan limbah industri, kebakaran, hingga
kecelakaan alat-alat transportasi.

2.5 Bentuk Integrasi Nasional


 Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai ciri khas kebudayaan asli.
 Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan
kebudayaan asli.

Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah
dan wilayahnya (saafroedin bahar, 1998). “mengintegrasikan berarti membuat atau
menyempurnakan dengan jalan terpusah-pisah. Menurut howard wrigins (1996), integrasi berarti
penyatuan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang
lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi suatu bangsa.
Jadi menurutnya, integrasi bangsa dilihatnya sebagai peralihan dari banyak masyarakat kecil
menjadi suatu masyarakat yang besar.

Tentang integrasi, myron weiner (1971) memberikan lima definisi mengenai integrasi yaitu :
a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam
suatu wilayah dan proses pembentukan identitas nasional, membangun rasa kebangsaan dengan
cara menghapus kesetiaan pada ikatan-ikatan yang yang lebih sempit.
9
b. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat
diatas unit-unit sosial yang lebih kecil yang betanggotakan kelompok-kelompok sosial budaya
masyarakat tertentu.

c. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah dengan yang


diperintah. Mendekatkan perbedaanperbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit
dan massa. d. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang
diperlukan dalam memelihara tertib sosial.

e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima demi
mencapai tujuan bersama.

Sejalan dengan definisi tersebut, myron weiner membedakan lima tipe integrasi nasional,
integrasi wilayah, integrasi nilai, integrasi elit massa, dan integrasi tingkah laku (tindakan
integratif). Integrasi merupakan upaya menyatukan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi satu bangsa.

Howard Wriggins (1996) menyebut adanya pendekatan atau cara bagaimana para pemimpin
politik mengembangkan integrasi bangsa. Kelima pendekatan yang selanjutnya disebut sebagai
faktor yang menentukan tingkat integrasi suatu bangsa yaitu :

1) Adanya ancaman dari luar

2) Gaya politik kepemimpinan

3) Kekuatan lembaga-lembaga politik

4) Ideologi nasional

5) Kesempatan pembangunan ekonomi

Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi
apabila :

1. Masyarakat dapat menentukan dan menyepapakati nilai-nilai fundamental yang dapat


dijadikan rujukan bersama

2. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki “croos cutting loyality”

3. Masyarakat berada saling ketergantungan diantara unit-unit sosial yang terhimpun di


dalamnya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.
10
2.6 Pentingnya Integrasi Nasional

Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara. Sebab
integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara untuk membangun
kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara
senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyak kerugian yang diderita,
baik kerugian berupa fisik materill seperti kerusakan sarana dan prasarana yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental spiritual seperti perasaan kekawatiran,
cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang berkepanjangan. Disisi lain banyak pula
potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yang mestinya dapat digunakan untuk
melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat, harus dikorbankan untuk
menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian negara yang senantiasa diwarnai konflik di
dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.

Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan,
karena setiap masyarakat disamping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi
konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja sama, serta
konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan potensi yang
mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti
perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan kepentingan adalah
menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-pebedaan itu tidak dikelola dan disikapi
dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apapun kondisi integrasi masyarakat merupakan
sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena
itu perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti
kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup
bangsa dan negara yang bersangkutan.

Sejarah indonesia adalah sejarah yang merupakan proses dari bersatunya suku-suku bangsa
menjadi sebuah bangsa. Ada semacam proses konvergensi, baik yang desengaja maupun tidak
disengaja, ke arah menyatunya suku-suku tersebut menjadi satu kesatuan negara dan bangsa.
(sumartana dkk, 2001:100)

2.7 Integrasi Nasional di Ruang Lingkup Indonesia


Integrasi nasional dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi
horizontal.
Dimensi vertikal dari integrasi adalah dimensi yang berkenaan dengan upaya menyatukan
persepsi, keinginan, dan harapan yang ada antara elite dan massa atau antara pemerintah dan
rakyat. Jadi integrasi vertikal merupakan upaya mewujudkan integrasi dengan menjebatani
perbedaanperbedaan antara pemerintah dan rakyat. Integrasi nasional dalam dimensi yang
demikian biasa disebut dengan integrasi politik.
11
Dimensi horisontal dari integrasi adalah dimensi yang berkenaan dengan upaya
mewujudkan persatuan di antara perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat itu sendiri,
baik perbedaan wilayah tempat tinggal, perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya
dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jadi integrasi horisontal merupakan upaya mewujudkan
integrasi dengan menjembatani perbedaan antar kelompok dalam masyarakat. Integrasi nasional
dalam dimensi ini biasa disebut dengan integrasi territorial.

Pengertian integrasi nasional mencakup dimensi vertikal maupun dimensi horizontal. Dengan
demikian persoalan integrasi nasional menyangkut keserasian hubungan antara pemerintah dan
rakyat, serta keserasian hubungan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat dengan latar
belakang perbedaan di dalamnya. Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional indonesia,
tantangan yang di hadapi datang dari keduanya. Dalam dimensi horizontal tantangan yang ada
berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada perbedaan suku, agama, ras, dan
geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan
antara elite dan massa, dimana latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite
berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan dengan
dimensi vertikal lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan dimensi horizontal,
sehingga memberikan kesan bahwa dalam kasus indonesia dimensi horizontal lebih menonjol
dari pada dimensi vertikalnya. (Sjamsuddin, 1989:11).

Tantangan integrasi nasional tersebut lebih menonjol ke permukaan setelah memasuki era
reformasi tahun 1998. Konflik horizontal maupun vertikal sering terjadi bersamaan dengan
melemahnya otoritas pemerintahan di pusat. Kebebasan yang digulirkan pada era reformasi
sebagai bagian dari proses demokratisasi yang telah banyak disalahgunakan oleh kelompok-
kelompok dalam masyarakat untuk bertindak seenaknya sendiri, tindakan mana kemudian
memunculkan adanya gesekan-gesekan antar kelompok dalam masyarakat dan memicu
terjadinya konflik atau kerusuhan antar kelompok. Bersamaaan dengan itu demontrasi
menentang kebijakan pemerintah juga banyak terjadi, bahkan seringkali demonstrasi itu diikuti
oleh tindakan-tindakan anarkis.

Salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia dalam
mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat
goncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah
(kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan. (geertz, dalam : sudarsono,
1982: 5-7).
12
Di era globalisasi, tantangan itu bertambah oleh adanya tarikan global dimana keberadaan
negara dan bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntunan dan kecenderungan
global. Dengan demikian keberadaan negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan
dari luar berupa globalisasi yang cenderung mengabaikan batas-batas negara-bangsa, dan tarikan
dari dalam berupa kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan yang sempit seperti ikatan
etnis,kesukuan, atau kedaerahan. Disitulah nasionalisme dan keberadaan negara nasional
mengalami tantangan yang semakin berat.
Namun demikian harus tetap diyakini bahwa nasionalisme sebagai karakter bangsa tetap
diperlukan di era indonesia merdeka sebagai kekuatan untuk menjaga eksistensi, sekaligus
mewujudkan taraf peradaban yang luhur, kekuatan yang tangguh, dan mencapai negara-bangsa
yang besar. Nasionalisme sebagai karakter semakin diperlukan dalam menjaga harkat dan
martabat bangsa di era globalisasi karena gelombang “peradaban kesejagatan” ditandai oleh
semakin kaburnya batas-batas teritorial negara akibat gempuran informasi dan komunikasi.
(budimansyah dan suryadi, 2008:164).

Dengan kondisi masyarakat indonesia yang diwarnai oleh berbagai keanekaragaman, harus
disadari bahwa masyarakat indonesia menyimpan potensi konflik yang sangat besar, baik konflik
yang bersifat vertikal maupun bersifat horizontal. Dalam dimensi vertikal, sepanjang sejarah
sejak proklamasi indonesia hampir tidak pernah lepas dari gejolak kedaerahan berupa tuntutan
untuk memisahkan diri. Sedangkan dalam dimensi horizontal, sering pula dijumpai adanya
gejolak atau pertentangan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik konflik yang
bernuansa ras, kesukuan, keagamaan, atau antar golongan. Disamping itu juga konflik yang
bernuansa kecemburuan sosial.

Sejak awal berdirinya negara indonesia, para pendiri negara menghendaki persatuan di
negara ini diwujudkan dengan menghargai terdapatnya perbedaan di dalamnya. Artinya bahwa
upaya mewujudkan integrasi nasional indonesia dilakukan dengan tetap memberi kesempatan
kepada unsur-unsur perbedaan yang ada untuk dapat tumbuh dan berkembang secara bersama-
sama. Proses pengesahan pembukaan UUD 1945 oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang
bahannya diambil dari naskah piagam jakarta, dan didalamnya terdapat rumusan dasar-dasar
negara pancasila, menunjukkan pada kjita betapa tokohtokoh pendiri negara (the founding
fathers) pada waaktu itu menghargai perbedaan-perbadaan yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat indonesia. Para pendiri negara rela mengesampingkan persoalan perbedaan-
perbedaan yang ada demi membangun sebuah negara yang dapat melindungi seluruh rakyat
indonesia.
13

Sejalan dengan itu dipakailah semboyan bhineka tunggal ika, yang artinya walaupun
berbeda-beda tetapi tetap satu adanya. Semboyan tersebut sama maknanya dengan istilah “unity
in diversity:”, yang artinya bersatu dalam keanekaragaman, sebuah ungkapan yang
menggambarkan cara menyatukan secara demokratis suatu masyarakat yang didalamnya
diwarnai oleh adanya berbagai perbedaan. Dengan semboyan bhineka tunggal ika tersebut segala
perbedaan dalam masyarakat ditanggapi bukan sebagai keadaan yang menghambat persatuan dan
kesatuan bangsa, melainkan sebagai kekayaan budaya yang dapat dijadikan sumber pengayaan
kebudayaan nasional kita.
14

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan
ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.

3.2 Saran

Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara indonesia karena dari integrasi nasional
dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di indonesia, sehingga tidak adanya
konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun indonesia ini berbeda-
beda suku, ras, agama, dan budaya, tetapi tetap indonesia adalah negara yang satu yang
mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan negara indonesia.
15
DAFTAR PUSTAKA

https://zdocs.tips/doc/makalah-kewarganegaraan-kel2b-3pler47w9j19

Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina,
gramedia, Jakarta.

Winarno. 2007, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Bumi


aksara, jakarta. Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian.

Bohlan, (2005). Integrasi nasional. (http://www.basic-integrasi-nasional.org) Diakses pada


tanggal 29 april 2017. Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi nasional indonesia.
(http://www.educationpenteingnya-integrasi-nasional.org/wiki) diakses pada tanggal 29 april
2017
16

Anda mungkin juga menyukai