Anda di halaman 1dari 11

BHINEKA TUNGGAL IKA

SEBAGAI DASAR INTEGRASI NASIONAL INDONESIA


Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan
Pendidikan Kewarganegaraan
Pengampu: I Gusti Bagus Wirya Agung S.Psi.,MBA

NAMA KELOMPOK
1.
2.
3.
4.
5.
6.

NI KADEK SUGIARTINI
NI KADEK EMA YUNITA
NI PUTU EKA CAHYA SETYAWATI
NI WAYAN NOVITA DIAH LESTARI
I GUSTI AYU PUTU ARIKA PUTRI
NI LUH LARAS WITRISANTI B.

1506205007
1506205008
1506205015
1506205031
1506205077
1506305131

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2016

BAB I
1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang penuh dengan keragaman. Oleh karena
itu bangsa Indonesia disebut juga bangsa yang multikultural. Indonesia terdiri atas beraneka
ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Kondisi bangsa
Indonesia yang multikultural tersebut menganut semboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagai
lambang pemersatu bangsa Indonesia. Keadaan tersebut menjadikan sebuah identitas atau jati
diri bangsa Indonesia yang harus diwujudkan demi tercapainya persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang
ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari
kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa
karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya
budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah
keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan
wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia
yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu kita sebagai bangsa Indonesia perlu meningkatkan rasa nasionalisme
yang kita miliki agar dapat mempertahankan persatuan dan kesatuan NKRI. Hal ini dapat
dilakukan melalui kesadaran masing-masing warga Negara dalam bernegara. Sebagai warga
Negara yang baik, sudah seharusnya kita menjaga dan mempertahankan makna dari kata
Bhineka Tunggal Ika yang menjadi semboyan Negara Indonesia ini. Berdasarkan hal tersebut
penulis tertarik untuk mengangkat judul karya tulis yaitu Bhineka Tunggal Ika sebagai Dasar
Integrasi Nasional.
Dalam hal ini penulis menggunakan metode deskritif dan metode penelitian
kepustakaan. Sebagaimana ditunjukan oleh namanya, metode deskritif pembahasan ini
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang
tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.
Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan, mengumpulkan

data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada hubungannya
dengan masalah-masalah yang diteliti.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, penulis dapat merumuskan
beberpa rumusan masalah untuk karya tulis ini yaitu :
1.2.1 Apa saja contoh pendorong Integrasi Nasional di Indonesia?
1.2.2 Bagaimana peran Bhineka Tunggal Ika agar tercapai Integrasi Nasional?
1.2.3 Bagaimana contoh pelanggaran makna dari kata Bhineka Tunggal Ika sebagai
semboyan persatuan bangsa?
1.3

Manfaat Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun manfaat yang didapat yaitu sebagai

berikut :
1.3.1

Untuk dapat mengetahui dan mengerti tentang contoh pendorong Integrasi Nasional di

1.3.2

Indonesia.
Untuk dapat mengetahui dan mengerti tentang peran Bhineka Tunggal Ika agar

1.3.3

tercapainya Integrasi Nasional.


Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang contoh pelangggaran makna dari kata
Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan persatuan bangsa.

1.4 Batasan Permasalahan


Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan tujuan
dalam hal ini pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun membatasi masalah hanya
pada ruang lingkup Integrasi Nasional Indonesia yang berlandaskan Bhineka Tunggal Ika
sebagai semboyan persatuan bangsa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
3

A. Pengertian Integrasi Nasional


Integrasi berasal dari bahasa inggris integration yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Intergasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi sosial
akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas
teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Di Indonesia istilah integrasi masih sering disamakan dengan istilah pembauran atau
asimilasi, padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan. Integrasi diartikan dengan
integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial. Sementara pembauran dapat
berarti penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan
(cultural traits) mereka yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu
sistem kebudayaan yang selaras (harmonis). Caranya adalah melalui difusi (penyebaran),
dimana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang berada dalam
keadaan konflik dengan unsur kebudayaan tradisional tertentu. Cara penanggulangan masalah
konflik adalah melalui modifikasi dan koordinasi dari unsur - unsur kebudayaan baru dan
lama. Inilah yang disebut sebagai Integrasi Sosial (Theodorson & Theodorson, 1979 dalam
Danandjaja, 1999).
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang
ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari
kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa
karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya
budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah
keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
B. Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Nasional sebagai berikut:
1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan
perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana
dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi
Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan
Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
C. Faktor-Faktor Penghambat Integrasi Nasional sebagai berikut:
4

1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor


kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah,
agama yang dianut, ras dan sebagainya.
2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi
oleh lautan luas.
3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang
merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari
dalam maupun luar negeri.
4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di
masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme
dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
5. Adanya paham etnosentrisme di antara beberapa suku bangsa yang
menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya
suku bangsa lain.
Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat dapat
terintegrasi apabila :
1. Masyarakat dapat menentukan dan menyepapakati nilai-nilai fundamental yang
dapat dijadikan rujukan bersama.
2. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki croos cutting loyality.
3. Masyarakat berada saling ketergantungan diantara unit-unit sosial yang terhimpun di
dalamnya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.
Bhinneka Tunggal Ika seperti kita pahami sebagai motto Negara, yang diangkat dari
penggalan kakawin Sutasoma karya besar Mpu Tantular pada jaman Keprabonan Majapahit
(abad 14) secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu. Motto ini digunakan
sebagai ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural, dan sosial-kultural
dibangun diatas keanekaragaman.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin
diwujudkan, karena setiap masyarakat disamping membawakan potensi integrasi juga
menyimpan potensi konflik atau pertentangan. Perbedaan-perbedaan yang ada dalam
masyarakat seperti perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan
kepentingan adalah menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-pebedaan itu
tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Maka dari itu, sangat penting
untuk menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan agar makna Bhineka Tunggal Ika dapat
dipahami dan tidak dijadikan seruan semboyan semata.

2.2 Pembahasan
1. Contoh-Contoh Pendorong Integrasi Nasional Indonesia
Integrasi dapat berjalan dikarenakan adanya pendorong-pendorong positif yang
mengacu pada persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan adanya beberapa pendorong tersebut,
tujuan Integrasi Nasioanl Indonesia lebih mudah untuk dicapai. Berikut ini beberapa contohcontoh pendorong Integrasi Nasional :
a. Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan
tangguh di masa yang akan datang.
b. Rasa cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia
c. Adanya rasa untuk tidak ingin terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan
itu adalah hal yang sangat sulit.
d. Adanya sikap kedewasaan di sebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan
pihak ini lebih baik mengalah agar tidak terjadi perpecahan bangsa.
e. Adanya rasa senasib dan sepenanggungan
f. Adanya rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi
terciptanya kedamaian
Selain itu, ada beberapa contoh dari Wujud Integrasi Nasional Indonesia, antara lain
sebagai berikut:
1. Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah
Republik Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini
Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua propinsi di Indonesia (waktu itu ada
27 provinsi). Setiap anjungan menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil
budaya di provinsi itu, misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan
sebagainya.
2. Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman,
tetangga atau saudara, kita harus saling menghormati.
3. Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayaan daerah lain, bahkan mau
mempelajari budaya daerah lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar
menari legong yang merupakan salah satu tarian adat Bali. Selain anjungan dari
semua propinsi di Indonesia, di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga
terdapat bangunan tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu
masjid (untuk agama Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk
agama Hindu) dan wihara (untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu
agama resmi di Indonesia baru 5 (lima) macam.
2. Peran Bhineka Tunggal Ika Agar Tercapainya Integrasi Nasional

Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu, mengandung makna
yang sangat dalam. Semboyan singkat tersebut dapat menyatukan berbagai perbedaan suku,
ras, agama, bahasa, serta budaya di Indonesia. Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
inilah diharapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berhasil mewujudkan integrasi
nasional di tengah masyarakatnya yang majemuk. Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
tersebut juga diharapkan sebagai landasan atau dasar perjuangan untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar dikenal di mata dunia sebagai bangsa yang
multikulturalisme. Dengan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an itu berarti masyarakat Indonesia
adalah plural (majemuk).
Oleh karena itu, masyarakat majemuk menjadikan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan
sosial, demokrasi, nasionalisme, kekeluargaan, ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sebagai ideologi nasional, sedangkan nilai-nilai lain seperti individualisme, komunisme,
fasisme, dan teokrasi tidak mereka jadikan sebagai ideologi nasional karena dipandang tidak
tepat dan tidak sesuai dengan karakteristik masyarakat. Selain itu, masyarakat yang majemuk
juga dipandang sebagai masyarakat yang rentan dengan konflik yang bisa menyebabkan
disintegrasi bangsa, maka dari itu nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, demokrasi,
nasionalisme, kekeluargaan yang diwujudkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang
menjadi dasar perjuangan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia

3. Contoh Pelanggaran Makna dari Kata Bhineka Tunggal Ika sebagai Semboyan
Persatuan Bangsa
Bangsa ini dibentuk dengan berbagai macam suku, budaya, kepercayaan, etnis.
Sehingga keberagaman itu menjadikan Indonesia menjadi negara yang unik di mata dunia.
Teks Sumpah Pemuda merupakan sebuah tekad dari keberagaman masyarakat yang ingin
bersatu, membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menjunjung tinggi nilainilai kesatuan. Dan implementasinya, muncul semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang
berarti berbeda-beda (etnis, suku, kepercayan, kelompok, budaya, dsb) tetapi tetap satu
kesatuan. Namun, dengan serentetan berita yang terjadi di negara kita akhir-akhir ini,
masihkah kita percaya akan makna Bhinneka Tunggal Ika?
Banyak sekali fenomena-fenomena di negeri ini yang menunjukkan bahwa segala
perbedaan tidak malah memperkuat dan menyatukan bangsa ini. Kita ambil saja kasus yang
7

bisa dikatakan masih hangat saat ini, yaitu penyerangan jamaah Ahmadiyah di Pandeglang,
Banten yang memakan korban tewas dan perusakan tempat peribadatan serta larangan adanya
keberadaan rumah ibadah Gereja Kristen Indonesia (GKI) Taman Yasmin. Kasus ini
menunjukkan bahwa konsep tentang Bhinneka Tunggal Ika hanya benar di atas kertas,
namun tidak bisa berlaku sepenuhnya dilapangan. Masyarakat cenderung tidak toleran
terhadap perbedaan, apalagi menyangkut agama maupun kepercayaan. Perbedaan itu malah
tidak menjadikan bangsa ini menjadi satu, namun malah membuatnya semakin terkotak-kotak
dan terpecah belah. Di manakah letak persatuan atas dasar keberagaman itu?.
Jaminan HAM untuk memeluk agamanya masing-masing masih sering terjadi
penyelewengan sampai saat ini. Bahkan sering kita dengar cemoohan dari orang orang di
Indonesia/Pemimpin di Indonesia sendiri saling mengejek agama yang dianut satu sama lain.
Itu tidak mencerminkan bahwa mereka menghormati dan mengamalkan Bhineka Tunggal Ika
yang artinya berbeda beda tetapi tetap satu. Bahkan mereka menganggap agama yang
dianutnya adalah agama yang paling benar.
Para founding fathers kita sudah susah payah membentuk sebuah dasar negara yang
bisa mencakup seluruh kepentingan masyarakat yang berbeda-beda ini, namun kita malah
tidak bisa memaknainya. Penulis ingin menekankan kembali bahwa negara ini dibentuk atas
dasar perbedaan yang kemudian menjadi sebuah kesatuan. Apakah Bhinneka itu sudah
hanya menjadi konsep belaka?. Apakah Bhinneka itu sudah tidak Tunggal Ika?
Membina

bangsa

Indonesia

yang

multicultural

memerlukan

upaya

yang

berkesinambungan serta berkaitan dengan berbagai aspek agar tercapai Integrasi nasional
melalui semboyan Bhinneka Tunggal Ika yaitu dengan mengadakan proses pendidikan sejak
dini dalam lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan formal dan in-formal tentang Prinsip
bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) karena individu dalam masyarakat majemuk
haruslah memiliki kesetiaan ganda (multi loyalities) terhadap bangsa-negaranya, mereka juga
tetap memiliki keterikatan terhadap identitas kelompoknya, namun mereka menunjukan
kesetiaan yang lebih besar pada bangsa Indonesia.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multi dimensional. Untuk
mewujudkannya diperlukan keadilan, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan
tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun
keadilan, kesatuan dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan
membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan pemerintah
dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen. Dengan demikian upaya integrasi
nasional dengan strategi yang mantap perlu terus dilakukan agar terwujud integrasi bangsa
Indonesia yang diinginkan.

Di Indonesia Integrasi nasional di jadikan sebagai salah satu identitas nasional dimana
konsep Bhineka Tunggal Ika yang merupakan hasil dari integrasi nasional dijadikan sebagai
identitas nasional, semboyan ini tidak akan pernah ada di negara lain, semboyan ini hanya
ada di Indonesia dan menjadi identitas bangsa yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa yang lainnya. Maka dari itu, makna dari semboyan ini sangatlah penting untuk
diterapkan dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Hal tersebut bertujuan agar
Integrasi Nasional dapat tercipta dengan baik dan mengurangi adanya perdebatan serta
konflik-konflik yang diakibatkan dari adanya perbedaan masyarakat Indonesia yang sangat
majemuk.

DAFTAR PUSTAKA
Kristian

Putra,

Bhineka

Tunggal

Ika

sebagai

Wujud

Integrasi

Nasional

https://www.academia.edu/5594914/Bhinneka_Tunggal_Ika_sebagai_Wujud_Integrasi_Nasio
nal (Diakses pada tanggal 21 Februari 2016)
http://www.kompasiana.com/kapa/potret-pelanggaran-kebebasanberagama_54f5d95ea333111f1f8b470e (Diakses pada tanggal 19 Februari 2016)
BeritaSatu

Jakarta

Globe,

(2011).Kasus

GKI

Taman

Yasmin.

http://sp.beritasatu.com/home/kasus-gki-taman-yasmin-pelarangan-ibadah-tidak-bolehdilakukan/5784 (Diakses pada tanggal 21 Februari 2016)

10

Nikolas,

(2007).

Pentingnya

integrasi

nasional

indonesia.

(http://www.education-

penteingnya-integrasi-nasional.org/wiki) (Diakses pada tanggal 19 Februari 2016)

11

Anda mungkin juga menyukai