Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

INTEGRASI NASIONAL

DOSEN PENGAJAR
ERNAWATI

Disusun Oleh:
KELOMPOK 8
Erlian S ( 20190101323 )
Ridwan Naibaho ( 20190101351 )
Reta Tata Pratiwi ( 20190101035 )
Rosandinie Taracita ( 20190101015 )
Ridho Falah ( 20190801044 )
Faisal Ahmad S ( 20190801064 )

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


JAKARTA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara kesatuan yang penuh dengan kenekaragaman, yang terdiri atas
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, dan lain-
lain. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri
keberadaannya. Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara
berdampingan, saling mengisi. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan
terjalin dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal Ika” .
Namun seiring berjalannya waktu, kemajemukan masyarakat cenderung menjadi beban
bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai masalah yang sumbernya berbau
kemajemukan, saat ini makna bhineka Tunggal Ika semakin luntur. Sudah tampak
kecondongan terpecah belah. Semangat “Bhinneka Tunggal Ika” perlu untuk disosialisasikan
lagi.
Saat ini pula bangsa Indonesia, masih mengalami krisis multidimensi yang menggoncang
kehidupan kita. Sebagai salah satu masalah utama dari krisis besar itu adalah ancaman
disintegrasi bangsa yang hingga saat ini masih belum mereda. Kesadaran akan pentingnya
kerukunan antar agama, suku, ras, dan budaya harus selalu di wujudkan melalui pemahaman
integrasi nasional.
Dewasa ini masih banyak masyarakat yang belum mempunyai toleransi yang baik dengan
banyaknya perbedaaan yang ada. Mereka masih belum menerima perbedaan tersebut. Padahal
untuk menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa, masyarakat harus menempatkan dan
menerapkan sistem integrasi nasional tersebut.
Semoga dengan makalah ini, kita lebih bisa memahami tentang pentingnya integrasi nasional
dan toleransi dalam mengatasi masalah yang memicu perpecahan. kita bisa bersikap lebih
apresiatif terhadap integrasi dan mempertahankan ciri khas kebudayaan masing-masing
daerah/suku, serta berusaha untuk dapat bereksplorasi akan keilmuwan yang menunjang dalam
segala aspek pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah ada, maka rumusan permasalahan yang terkait dengan Integrasi
Nasional diantaranya :
1.2.1 Apakah definisi dari Integrasi Nasional ?
1.2.2 Pentingnya integrasi dalam masyarakat indonesia yang plural ?
1.2.3 Apa Maksud dari Pluralitas Masyarakat Indonesia ?
1.2.4 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi nasional?
1.2.5 Strategi integrasi yang tepat bagi bangsa indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian Integrasi Nasional.
2. Untuk mengetahui Pentingnya Integrasi Nasional.
3. Untuk mengetahui Maksud dari Pluralitas Masyarakat Indonesia.
4. Untuk mengetahui Proses dalam Integrasi Nasional.
5. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendorong Integrasi Nasional.
6. Untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan dalam membangun integrasi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Integrasi Nasional


Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “Integrasi” dan “Nasional”. Integrasi berasal dari
bahasa inggris, Integrate artinya menyatupadukan, menggabungkan, mempersatukan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu kesatuan
yang bulat dan utuh. Sedangkan kata Nasional berasal dari bahasa Inggris, nation yang artinya
bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan
antropologis.
a) Secara Politis
Integrasi nasional secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam
kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
b) Secara Antropologis
Integrasi nasional secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur
kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan
masyarakat
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan
ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan,hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang
melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga
dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Intergasi nasional dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi sosial akan
terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas
teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan berbagai aspek perbedaan sosial
budaya yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara
nasional dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa.. Dengan demikian Integrasi
nasional dapat diartikan penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi
suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak
jumlahnya menjadi suatu bangsa.
Tentang integrasi, Myron Weiner (1971) memberikan lima definisi mengenai integrasi yaitu:
a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budayadan sosial dalam satu
wilayah dan proses pembentukan identitas nasional,membangun rasa kebangsaan dengan cara
menghapus kesetiaan padaikatan-ikatan yang lebih sempit.
b. Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat di atas
unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakankelompok-kelompok sosial budaya
masyarakat tertentu.
c. Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintahdengan yang
diperintah. Mendekatkan perbedaan perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok elit
dan massa.
d. Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yangdiperlukan
dalam memelihara tertib sosial.
e. Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yangditerima demi
mencapai tujuan bersama.
Sejalan dengan definisi tersebut, Myron Weiner membedakan 5 (lima) tipe integrasi :
1. Integrasi nasional
2. Integrasi wilayah
3. Integrasi nilai
4. Integrasi elit-elit massa
5. Integrasi tingkah laku(tindakan integratif)
Kelima pendekatan yang selanjutnya kami sebut sebagai faktor yang menentukan tingkat
integrasi suatu negara adalah:
1) adanya ancaman dari luar
2) gaya politik kepemimpinan
3) kekuatan lembaga-lembaga politik,
4) ideologi nasional, dan
5) kesempatan pembangunan ekonomi
Hampir senada dengan pendapat di atas, Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu
kelompok masyarakat dapat terintegrasi apabila:
1) Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang dapat
dijadikan rujukan bersama
2) Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki “croos cuttingaffiliation”
sehingga menghasilkan “croos cutting loyality”
3) Masyarakat berada di atas saling ketergantungan di antara unit-unit sosial yang terhimpun
di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.

2.2 Pentingnya Integrasi


Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara, salah satunya
Indonesia. Sebab masyarakat yang terintegrasi diperlukan bagi negara untuk membangun
kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Hal tersebut dapat terjadi
dikarenakan belum terupaya dengan baik untuk mengintegrasikan masyarakat. Seperti halnya
pada era reformasi tahun 1998, berbagai macam perbedaan suku,budaya dan agama bahkan
kepentingan pribadi membuat Indonesia tidak dapat mencapai tujuannya sehingga dengan
adanya integrasi usaha untuk menyatukan berbagai macam perbedaan dapat dilakukan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan,
karena setiap masyarakat disamping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi
konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja sama, serta
konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan potensi yang
mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti
perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan kepentingan adalah
menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-pebedaan itu tidak dikelola dan
disikapi dengan cara dan sikap yang tepat.
Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku,budaya dan agama. Oleh sebab itu,
adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia lebih
memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud.
Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik bagi
masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia bertindak atas
wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi dimana-mana seperti
pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya. Konflik
tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah diwujudkan. Upaya integrasi terus
dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya
bhinneka tunggal ika.
Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat Indonesia
dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau dapat dikatakan negara
yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat penting untuk diwujudkan
karena integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam
perbedaan yang ada di Indonesia.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Integrasi Nasional


Di dalam Integrasi Nasional memiliki berbagai faktor yang dapat mempengaruhi Integrasi
Nasional itu sendiri, berikut faktor-faktor integrasi nasional :
1. Faktor Pendorong Integrasi
Ada beberapa faktor pendorong integrasi nasional yaitu sebagai berikut:
a)Adanya rasa senasib seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor-faktor sejarah
b)Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam
Sumpah Pemuda Tanggal 28 Oktober 1928
c)Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan
merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
d)Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh
banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
e) Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,
Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa
kesatuan bahasa Indonesia.
f)Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika
g)Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa
Indonesia secara turun temurun.
h)Adanya ideologi nasional yang tercermin di dalam simbol negara yakni Garuda Pancasila
dan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
i)Adanya sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu di dalam kalangan Bangsa
Indonesia seperti yang telah dinyatakan di dalam Sumpah Pemuda.
j)Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan adanyadan munculnya semangat nasionalisme
dalam kalangan Bangsa Indonesia

2. Faktor Penghambat Integrasi


Ada beberapa faktor penghambat integrasi nasional yaitu sebagai berikut:
a)Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan
dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan
sebagainya
b)Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan
luas.
c)Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong
keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
d)Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA
(Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan) , gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi
dan unjuk rasa.
e)Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
f)Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun kontak tidak langsung.
g)Kurangnya toleransi antargolongan
2. Faktor Pendukung Integrasi
Ada beberapa faktor pendukung integrasi nasional yaitu sebagai berikut:
a)Penggunaan bahasa Indonesia.
b)Semangat persatuan serta kesatuan di dalam Bangsa, Bahasa dan Tanah Air Indonesia.
c)Adanya Kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama yakni Pancasila.
d)Adanya jiwa dan rasa semangat dalam bergotong royong, solidaritas serta toleransi
keagamaan yang sangat kuat.

2.4 Problematika dan Solusi dalam integrasi nasional


1 Problematika
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Disintegrasi
bangsa dapat terjadi karena adanya konflik vertikal dan horizontal sebagai akibat tuntutan
demokrasi yang melampaui batas, konflik antara elite politik, lambatnya pemulihan ekonomi,
lemahnya penegakan hukum dan HAM serta kesiapan pelaksanaan Otonomi Daerah
Problematika dalam integrasi nasional dapat dilihat dari berbagai aspek sebagai berikut :
a) Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah
yang paling jauh dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau
daerah perbatasan, daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata,
atau daerah yang memiliki kakayaan alam yang berlimpah.
b) Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran
penduduk yang tidak merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain masih
rendahnya tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.
c) Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan
penyebarannya yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi
bangsa, karena hal ini meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan
apabila terjadi kerusakan akibat dari pengelolaan.
d) Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik
di negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut
dan agama lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat
menimbulkan terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya
penanganan khusus dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah agama dan
komunikasi antar pimpinan umat beragama secara berkesinambungan.
e) Politik. Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai
ketidak nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering mengakibatkan
konflik antar masyarakat yang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan
menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-
kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering
menimbulkan perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada
ketidak adilan didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan
pemerintah daerah yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan bantuan dari
pemerintah pusat, konflik antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan nasional
dan kondisi yang tidak pasti dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum
f) Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar
penduduk hidup dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang
semakin lebar antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk
mendapatkan kekayaan dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
g) Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik
apabila tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak
selalu sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik
antara kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.
h) Pertahanan Keamanan. Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini
menjadi bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal
ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,informasi dan
komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung didalam pengamanan bentuk ancaman
yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya.

2 Solusi
Untuk mewujudkan integrasi nasional diperlukan keadilan kebijakan yang diterapkan oleh
pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa, gender, dan sebagainya.
Sebenarnya upaya membangun keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian
dari upaya membangun dan membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya
keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen.
Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya integrasi nasional adalah
sebagai berikut :
a)Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan, agar
tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.
b)Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya tindakan KKN.
c)Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha pemecahbelahan dari
ancaman luar.
d)Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir
Pancasila, dalam rangka mele starikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
e)Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.
f)Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam
memerangi separatis.

2.5 Strategi Integrasi


Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami oleh semuanegara, terutama
adalah negara-negara berkembang. Dalam usianya yang masih relatif muda dalam membangun
negara bangsa (nation state), ikatan antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam negara
masih rentan dan mudah tersulut untuk terjadinya pertentangan antar kelompok. Di samping
itu masyarakat di negara berkembang umumnya memiliki ikatan primordial yang masih kuat.
Kuatnya ikatan primordial menjadikan masyarakat lebih terpancang pada ikatan-ikatan primer
yang lebih sempit seperti ikatan keluarga, ikatan kesukuan, ikatan sesama pemeluk agama, dan
sebagainya. Dengan demikian upaya mewujudkan integrasi nasional yang notabene
mendasarkan pada ikatan yang lebih luas dan melawati batas-batas kekelua rgaan, kesukuan,
dan keagamaan menjadi sulit untuk diwujudkan.
Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi nasional yang mantap ada beberapa
strategi yang mungkin ditempuh,yaitu:
1. Stategi Asilmilasi
2. Strategi Akulturasi
3. Strategi Pluralis

Ketiga strategi tersebut terkait dengan seberapa jauh penghargaan yang diberikan atas unsur-
unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat.Strategi asimilasi, akulturasi, dan pluralisme
masing-masing menunjukkan penghargaan yang secara gradual berbeda dari yang paling
kurang, yang lebih, dan yang paling besar penghargaannya terhadap unsur-unsur perbedaan
dalam masyarakat, di dalam upaya mewujudkan integrasi nasional tersebut.
1. Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi satu
kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka masing-masing unsur
budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak lagi
identitas masing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi
integrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur
menjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal.
Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasinasional dilakukan
tanpa menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal dalam masyarakat negara
yang bersangkutan. Dalam konteks perubahan budaya, asimilasi memang bisa saja terjadi
dengan sendirinya oleh adanya kondisi tertentu dalam masyarakat. Namun bisa juga hal itu
merupakan bagian dari strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya,
yaitu dengan cara melakukan rekayasa budaya agar integrasi nasional dapat diwujudkan.
Dilihat dari perspektif demokrasi, apabila upaya yang demikian itu dilakukan dapat dikatakan
sebagai cara yang kurang demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional.

2. Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih sehingga
memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih
tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian berarti bahwa kebudayaan baru
yang terbentuk tidak “melumat” semua unsur budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini
menjadi strategi integrasi yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara, berarti bahwa negara
mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan adanya identitas budaya bersama
namun tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok atau budaya lokal. Dengan
strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional dilakukan dengan
tetap menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal, walaupun penghargaan
tersebut dalam kadaryang tidak terlalu besar. Sebagaimana asimilasi, proses akulturasi juga
bisa terjadi dengan sendirinya tanpa sengaja dikendalikan oleh negara. Namun bisa juga
akulturasi menjadi bagian dari strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan
masyarakatnya. Dihat dari perspektif demokrasi, strategi integrasi nasional melalui upaya
akulturasi dapat dikatakan sebagai cara yang demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional
karena masih menunjukan pengharhaan terhadap unsur kelompok budaya lokal

3.Strategi Pluralis
Paham Pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam masyarakat.
Paham Pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan memberi kesempatran
pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk hidup dan berkembang. Ini
berarti bahwa dnegan strategi pluralis dalam mewujudkan integrasi nasional negara memberi
kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam negara. Baik suku, agama, buaya daerah,
dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan berkembang serta hidup berdampingan
secara damai. Jadi Integrasi nasional diwujudkan dengan tetap ,menghargai terdapatnya
perbvedaan-perbedaan dalam msyarakat. Hal ini sejalan dengan pandangan multikulturalisme
bahwa setiap unsur perbedaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama, sehingga masing-
masing berhak mendapatkan kesempatan untuk berkembang.

2.6 Pluralitas Masyarakat Indonesia


Masyarakar indonesia merupakan masyarakat pluralis atau masyarakat majemuk merupakan
suatu hal yang sudah sama-sama di mengerti.
Menurut Clifford Geertz,masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam
sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri,dalam mana masing-masing sub
sistem terkait ke dalam oleh ikatan-ikatan yang bersifat primordial
Sedangkan menurut Pierre L.Van den Berghe memiliki karakteristik:
a) Terjadinya sigmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali memiliki sub-
kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
b) Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non
komplementer.
c) Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotannya terhadap nilai-nilai yang
bersifat dasar.
d) Secara relatif sering kali mengalami konflik di antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain.
e) Secara relatif integrasi sosial tumbh di atas paksaan(coercion) dan saling ketergantungan
dalam bidang ekonomi
f) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok-kelompok yang lain
Dalam dimensi horizontal kemajemukan masyarakat indonesia dapat dilihat dari adanya
berbagai macam suku bangsa seperti suku bangsa jawa, suku bangsa sunda, suku bangsa batak,
suku bangsa minangkabau, suku bangsa dayak, dll. Tentang berapa jumlah suku bangsa yang
ada di indonesia, ternyata terdapat perbedaan yang cukup signifikan diantara para ahli tentang
indonesia. Hildred geertz misalnya menyebutkan adanya lebih dari 300 suku bangsa di
indonesia dengan bahasa dan identitas kulturalnya masing-masing. Sedangkan skinner
menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa di indonesia dengan bahasa dan adat istiadat yang
berbeda satu sama lain. Perbedaan yang mencolok dari jumlah suku bangsa yang disebutkan
oleh masing-masing, dapat dikatakan bahwa masyarakat indonesia adalah masyarakat yang
majemuk.
Suku-suku bangsa ini biasa dinamakan bangsa, seperti bangsa melayu, bangsa jawa, bangsa
bugius dan sebagainya. Masing-masing suku bangsa memiliki wilayah kediaman sendiri,
daerah tempat kediaman nenek moyang suku bangsa yang bersangkutan yang pada umumnya
dinyatakan melalui mitos yang meriwayatkan asal-usul suku bangsa yang bersangkutan.
Anggota masing-masing suku bangsa cenderung memiliki identitas tersendiri sebagai anggota
suku bangsa yang bersangkutan, sehingga dalam keadaan tertentu mereka mewujudkan rasa
setiakawan, solidaritas dengan sesama suku bangsa asal. (bachtiar, 1992: 12).
Berkaitan erat dengan keragaman suku sebagaimana dikemukakan diatas adalah keragaman
adat istiadat, budaya, dan bahasa daerah. Setiap suku bangsa yang ada di indonesia masing-
masing memiliki adat istiadat, budaya, dan bahasanya yang berbeda satu sama lain, yang
sekarang dikenal sebagai adat istiadat, budaya, dan bahasa daerah. Kebudayaan suku selain
terdiri atas nilai-nilai dan aturan-aturan tertentu, juga terdiri atas kepercayaan-kepercayaan
tertentu, pengetahuan tertentu, serta sastra dan seni yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sebanyak suku bangsa yang ada di indonesia, setidak-
tidaknya sebanyak itu pula dapat dijumpai keragaman adat istiadat, budaya serta bahasa daerah
indonesia.
Disamping suku-suku bangsa tersebut, yang bisa dikatakan sebagai suku bangsa asli, di
indonesia juga terdapat kelompok-kelompok warga mayarakat yang lain yang sering dikatakan
sebagai warga peranakan. Mereka itu seperti warga cina, arab, dan india. Kelompok warga
masyarakat tersebut juga memiliki kebudayaanya sendiri, yang tidak mesti sama dengan
budaya suku-suku alsi di indonesia, sehingga muncul budaya orang-orang china, budaya orang-
orang arab, budaya orang-orang india. Dan lain-lain. Kadang-kadang mereka juga
menampakkan diri dalam kesatuan tempat tinggal, sehingga dikota-kota besar di indonesia
dijumpai adanya sebutan kampung pecinan, kampung arab, dan lain-lain.
Keberagaman suku bangsa di indonesia sebagaimana diuraikan diatas terutama disebabkan
oleh keadaan geografis indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang
sangat banyak dan letaknya yang saling berjauhan. Dalam kondisi yang demikian nenek
moyang bangsa indonesia yang kira-kira 2000 tahun SM secara bergelombang datang dari
daerah yang sekarang dikenal sebagai daerah tiongkok selatan, mereka harus tinggal menetap
di daerah yang terpisah satu sama lain. Karena ionisasi geografis antara satu pulau dengan
pulau yang lain, mengakibatkan masing-masing penghuni pulau itu dalam waktu yang cukup
lama mengembangkan kebudayaannya sendiri-sendiri terpisah satu sama lain. Disitulah secara
perlahan-lahan identitas kesukuan itu terbentuk, atas keyakinan bahwa mereka masing-masing
berasal dari satu nenek moyang, dan memiliki kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan suku
yang lain.

2.7 Toleransi
1. Pengertian Toleransi
Kata toleransi dalam bahasa Belanda adalah “tolerantie” dan kata kerjanya
adalah “toleran”. Dalam bahasa Latin, “tolerare” artinya menahan diri, bersikap sabar
membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-or ang yang memiliki
pendapat berbeda.
Toleran mengandung pengertian bersikap mendiamkan, adapun toleransi adalah suatu sikap
tenggang rasa kepada sesamanya. Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku yang
mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, memeluk agama dan menganut kepercayaan yang
berbeda-beda akan tetapi mereka tetap satu bangsa memiliki satu tanah air dan memiliki bahasa
persatuan. Semboyan kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Sifat dasar bangsa Indonesia yang amat menonjol adalah sifat-sifat kekeluargaan, musyawarah,
percaya dan taat beriba dah kepada Tuhan, sifat ramah tamah, gotong royong, suka menolong,
dan toleransi adalah sifat yang harus kita miliki
Macam-macam Toleransi
Kebahagiaan dalam kehidupan manusia akan tercapai apabila didasarkan atas keselarasan dan
keseimbangan. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia sikap hormat menghormati
antarpemeluk agama perlu dikembangkan sehingga keruku nan antarumat beragama dapat
terjalin dengan baik
Macam-macam toleransi, antara lain sebagai berikut :
1.1 Toleransi dalam pluralisme beragama
Agama merupakan suatu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, diperuntukkan bagi
kemaslahatan, kebaikan, dan kesejahteraan umat beragama. Pluralitas adalah kenyataan yang
diciptakan oleh Tuhan. Namun demikian, umat manusia harus menyadari dan menerima
kenyataan ini untuk saling melengkapi dan memperkaya pengalaman kehidupan bagi umat
manusia. Oleh karena itu, hidup rukun adalah tidak bertengkar namun saling mengho rmati.
Suasana seperti ini sangat kita butuhkan dalam masyarakat dan menghindari sikap menang
sendiri
1.2 Toleransi dalam pluralisme budaya
Kebudayaan menunjuk kepada sederetan sistem pengetahuan yang dimiliki bersama,
kebiasaan, nilai-nilai, peraturan, dan simbol yang berkaitan dengan tujuan seluruh anggota
masyarakat yang berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Interaksi antara
seni dan agama sudah lama menjadi kenyataan. Agama merupakan sumber etika dan moralitas,
seni adalah salah satu wahana yang paling tepat untuk mempromosikan kehidupan beragama
1.3 Toleransi dalam pluralisme suku
Pluralisme dapat dikatakan merupakan pengejewantahan moto Bhinneka Tunggal Ika.
Mengembangkan pluralisme terbantahkan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku,
banyak pula subsuku pedalaman. Pluralisme akan tumbuh subur dan mewarnai kehidupan
bangsa Indonesia jika kedepannya prinsip-prinsip toleransi, persamaan di muka hukum dan
lain-lain ditetapkan seksama tanpa perduli asal dan warna terutama solidarita s terhadap mereka
yang lemah.
1.4 Toleransi mayoritas melindungi minoritas
Masyarakat kita sejak dulu biasa hidup dalam alam yang memiliki aneka ragam kepercayaan.
Sejak awal perkembangan peradabannya sudah tumbuh kepercayaan kepada Tuhan, secara
berturut-turut datanglah agama-agama yang sekarang banyak kita kenal. Kedatangan agama
tersebut tidak berarti kepercayaan dan agama yang sudah ada sebelumnya hilang, tapi masih
terus hidup dan berkembang. Semua agama dan kepercayaan mengajark an kebaikan supaya
mereka saling menghormati dan mencintai.
1.5 Toleransi manusia dalam hidup bermasyarakat
Manusia hanya akan mempunyai arti apabila bersama-sama dengan manusia lainnya di dalam
masyarakat. Tidak dapat dibayangkan jika manusia hidup sendiri tanpa orang lain. Secara
kodrati manusia disamping mempunyai kekuatan juga dilengkapi dengan kelemahan manusia
juga memiliki sifat yang baik dan kurang baik. Demi kelangsungan dan kesejahteraan hidupnya
manusia perlu mendapat bantuan atau kerjasama dengan orang lain. Oleh sebab itu, manusia
perlu hidup bermasyarakat.
2. Perilaku Toleran Sebagai Bentuk Nilai (Jati Diri) Kebangsaan
Perilaku toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan
kelompok lain. Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan
orang lain. Sikap toleransi dan empati ini sangat penting ditumbuhkembangkan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia multikultural. Dengan pengembangan sikap toleransi dan
empati sosial, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan keberagaman sosial budaya akan
dapat dikendalikan, sehingga tidak mengarah pada pertentangan sosial yang dapat mengancam
disintegrasi n asional
Adapun cara untuk menerima dan menghargai orang lain atau suku bangsa lain yang berbeda
latar belakang budaya dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai dari bangsa
Indonesia
2.Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai makhluk pribadi
dan makhluk sosial c iptaan Tuhan Yang Maha Esa
3.Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang
memiliki kelebihan dan keterbatasan dalam hal-hal tertentu.
4.Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang
memiliki persamaan kedudukan, harkat, martabat, dan derajat, serta hak dan kewajiban asasi.
5.Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai pemilihan dan
penghuni tanah air Indonesia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
6.Kita perlu menerima dan menghargai orang lain/suku bangsa lain sebagai manusia yang
memiliki latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda dalam ras, suku bangsa, bahasa, adat
istiadat, profesi, golongan politik dan sebagainya

2.8 Ancaman, Tantangan, dan Gangguan


1. Ancaman
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Ancaman dibedakan menjadi ancaman militer dan ancaman nonmiliter
1.Ancaman militer =>ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata serta terorganisir dan
sangat berbahaya.
. Bentuk ancaman militer
1. perang saudara
2. agresi wilayah
3.sabotase untuk merusak instalasi militer
4. pemberontakan militer
5. pelanggaran wilayah oleh negara lain

2.Ancaman nonmiliter => ancaman yang tidak bersenjata tetapi jika dibiarkan itu akan
membahayakan bangsa.
Bentuk ancaman nonmiliter :
1. penyalahgunaan narkoba
2. korupsi, kolusi, nepotisme (KKN)
3. perusakan lingkungan
4. kemiskinan
5. kebodohan
6. lunturnya kesatuan dan persatuan bangsa

3.Selain itu ancaman juga dibedakan menjadi ancaman yang berasal dari dalam negeri dan dari
luar negeri
Ancaman dari dalam negeri berupa
1. kerusuhan
2. pemaksaan kehendak
3. pemberontakan bersenjata
4. keinginan untuk mengubah ideologi

2. Ancaman dari luar negeri berupa


1.penguasaan wilayah indonesia
2.pencurian kelayaan alam
3. penyelundupan barang
4.masuknya pesawat asing ke wilayah indonesia

2. Tantangan Dalam Menjaga Keutuhan NKRI


Tantangan di lingkungan internal Indonesia adalah mengawal NKRI agar tetap utuh dan
bersatu. Di sisi lain, ancaman terhadap kedaulatan masih berpotensi terutama yang berbentuk
konflik perbatasan, pelanggaran wilayah, gangguan keamanan maritim dan dirgantara,
gangguan keamanan di wilayah perbatasan berupa pelintas batas secara illegal, kegiatan
penyelundupan senjata dan bahan peledak, masalah separatisme, pengawasan pulau-pulau
kecil terluar, ancaman terorisme dalam negeri dan sebagainya.
Dengan demikian, berdasar tantangan tersebut di atas, maka sebagai masyarakat yang berada
dalam NKRI wajiblah menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan
bangsa. Sedangkan dalam perumusannya, kebijakan umum pertahanan negara dilaksanakan
oleh Menteri Pertahanan Negara dan proses penetapannya dilaksanakan di tingkat Dewan
Keamanan Nasional selaku Penasehat Presiden RI.
Tujuan nasional merupakan kepentingan nasional yang abadi dan menjadi acuan dalam
merumuskan tujuan pertahanan negara, yang ditempuh dengan tiga strata pendekatan yaitu
pertama, strata mutlak, dilakukan dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara
dan keselamatan bangsa Indonesia ; kedua, strata penting, dilakukan dalam menjaga kehidupan
demokrasi politik dan ekonomi, keharmonisan hubungan antar suku, agama, ras dan golongan
(SARA), penghormatan hak asasi manusia dan pembangunan yang berwawasan lingkungan
hidup ; dan ketiga, strata pendukung, dilakukan dalam upaya turut memelihara ketertiban
dunia. Untuk mencapai tujuan pertahanan negara tersebut, salah satunya diperlukan input
sumberdaya TNI yang bagus dan optimal. Masyarakat menuntut TNI untuk menjaga dan
memelihara stabilitas keamanan nasional tetapi jika input SDM secara intelektual, moral dan
mental lemah akan sangat kesulitan untuk mewujudkannya.
Kita kesulitan merekrut para sarjana muda untuk menjadi anggota TNI, yang dibutuhkan misal
10 orang, terkadang yang mendaftar dua pun sudah syukur. Kemudian kalau para sarjana sudah
menjadi anggota TNI hendaknya berperilaku disiplin dan bekerja dengan baik, khususnya
sebagian dokter muda yang menjadi anggota TNI terkadang tidak disiplin bekerja. Hal inilah
yang menjadi kajian khusus TNI di masa depan, perlunya perekrutan SDM yang unggul untuk
mencapai hasil maksimal. TNI tidak bisa berjalan sendirian dalam mewujudkan visi dan misi
pertahanan negara. Saat ini, sedang dalam pembahasan DPR RI, RUU Keamanan Nasional dan
RUU Komponen Cadangan agar diperlukan partisipasi dan peran serta masyarakat sebagai
komponen cadangan dan turut serta dalam mewujudkan keamanan nasional bersama. Semoga
input SDM yang baik bisa menyelesaikan masalah keamanan nasional dan pertahanan NKRI
lebih baik dan mengawalnya agar tetap utuh dan bersatu.

3. Gangguan Integrasi Nasional


1. Geografi.
Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh
dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan,
daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang
memiliki kakayaan alam yang berlimpah.
2. Demografi.
Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran penduduk yang tidak
merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya tingkat
pendidikan dan kemampuan SDM.
3. Kekayaan Alam.
Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya yang tidak
merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini
meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi
kerusakan akibat dari pengelolaan.
4. Ideologi.
Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di negara
ini, hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama
lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan
terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus
dari para tokoh agama mengenai pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan
umat beragama secara berkesinambungan.
5. Politik.
Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak
nyamanan atau ketidak tenangan dalam
bermasyarakat dan sering mengakibatkan konflik antar masyarakat yang berbeda faham
apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan menyebabkan konflik sosial di dalam
masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang
diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan perbedaan kepentingan yang
akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan didalam pengelolaan dan
pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan pemerintah daerah yang sudah mampu
mandiri dan tidak lagi membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar partai,
kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak
adil akibat ketidak pastian hukum.
6.Ekonomi.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk hidup
dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara
masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan
dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
7. Sosial Budaya.
Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila tidak
ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu sama
dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara
kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.
8.Pertahanan Keamanan.
Kemungkinan disintegrasi bangsa dilihat dari aspek pertahanan keamanan dapat terjadi dari
seluruh permasalahan aspek asta gatra itu sendiri. Dilain pihak turunnya wibawa TNI dan
Polri akibat kesalahan dimasa lalu dimana TNI dan Polri digunakan oleh penguasa sebagai alat
untuk mempertahankan kekuasaannya bukan sebagai alat pertahanan dan keamanan negara.

2.9 Potensi Konflik Dalam Masyarakat Indonesia


Dalam kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai oleh berbagai keanekaragaman, harus
disadari bahwa masyarakat indonesia menyimpan potensi konflik yang cukup besar yaitu
konflik yang bersifat vertikal maupun bersifat horizontal.Konflik vertikal dimaksudkan sebagai
konflik antara pemerintah dengan rakyat termasuk konflik antara pemerintah daerah dengan
pemerintah pusat.
Sedangkan konflik horizontal adalah konflik antar warga masyarakat atau antar kelompok yang
terdapat dalam masyarakat.
Menurut Hans Kelse, 2007 dalam buku General Theory of law and State,penyebab konflik
kedaerahan adalah :
1. Krisis pemerintahan nasional,baik karena persoalan suksesi maupun jatuh bangunnya
pemerintahan karena lemahnya konstitusi.
2. Kegagalan lmbaga-lembaga negara menengahi konflik,baik yang melibatkan unsur-unsur
masyarakat mauoun lembaga-lembaga negara.
3. Pembatasan partisipasi politik warga negara di daerah-daerah.
4. Ketidakakadilan distribusi sumber daya ekonomi nasional dan sulitnya akses masyarakat di
daerah terhadap sumber daya tersebut.
5. Rezim yang tidak responsif terhadap tuntutan warga negara dan tidak bertanggung jawab
terhadap rakyat.
2.10 Upaya Pembangunan Integrasi Sosial
Menurut Liddle, suatu integrasi nasional yang tangguh hanya dapat berkembang apabila :
1.Sebagian besar anggota Masyarakat bangsa bersepakat tentang batas – batas territorial dari
Negara sebagai suatu kehidupan politik dimana mereka menjadi warganya.
2.Sebagian anggota masyarakat bangsa bersepakat mengenai struktur pemerintahan dan aturan-
aturan dari pada proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat diatas wilayah Negara.
1.Kesadaran dari sejumlah orang bahwa mereka bersama-sama merupakan warga dari suatu
bangsa.
2.konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus
diwujudkan atau diselenggarakan.
Konsensus nasional mengenai bagaimana kehidupan bangsa harus diwujudkan atau
diselenggarakan untuk sebagian harus kita temukan dalam proses pertumbuhan
pancasila sebagai dasar falsafah atau ideology Negara. Secara yuridis-formal, pancasila
sebagai dasar falsafah Negara. Pada tingkat yang sangat umum telah diterima sebagai
kesepakatan nasional serta lahir bersamaan dengan kelahiran Negara republic Indonesia
sebagai Negara yang merdeka, bebas dari penjajahan bangsa lain. Di dalam kenyataan,
pancasila menjadi akar dalam sejarah pertumbuhan gerakan nasionalisme.
Bangsa Indonesia sebetulnya dapat belajar dari pengalaman negara-negara lain dan dari negara
kita sendiri tentang akibat menguatnya primordialisme, sehingga keberadaan dan penguatan
lembaga-lembaga integrative seperti sistem pendidikan nasional, birokrasi sipil dan militer,
partai-partai politik (ideology nasionalisme yang dapat menjembatani perbedaan etnik yang
tajam, Sedangkan partai etnik tidak berhasil) harus tetap dilaksanakan dengan mengingat
bahwa hal ini adalah sebagai konsekuensi dari masyarakat kita yang majemuk.
Perlunya lembaga-lembaga pemersatu melalui state building. Adapun uraian secara singkat
tentang lembaga pemersatu yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :
1.Birokrasi Sipil dan Militer
Lembaga integrative yang paling dominant dan paling penting yang mutlak diperlukan adalah
kekuatan militer (TNI), yang jika diperlukan dapat memakai penguasaan dan monopolinya atas
alat-alat kekerasan (alat peralatan perang – alat utama sistem persenjataan) untuk
mempertahankan dan bahkan untuk membangun negara bangsa. Dalam kerangka pemikiran
tradisional bahkan gejala universal kaum militer di dunia, peranan militer sebagai benteng
terakhir (mean of the last resort) mempertahankan kebutuhan negara bangsa. Hal ini dapat
dilihat sikap keras dari militer terhadap gerakan-gerakan separatis maupun kedaerahan
(primodialisme).
Selain birokrasi militer, proses state building juga mencakup birokrasi sipil yang mempunyai
tugas utama menarik pajak dan menyediakan bahan Pokok khususnya bahan Makanan
(aparatur pajak sebagai bentuk yang paling tradisional dari demokrasi). Penyediaan bahan
Makanan harus tersedia dengan cukup untuk mencegah terjadinya “huruhara kelaparan
pangan” atau food riots. Indonesia juga pernah mengalami food riots yang menyebabkan
runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat krisis moneter Sejak tahun 1997. Krisis
pangan dan moneter juga meruntuhkan pemerintahan di Muangthai dan Korea Selatan,
Sedangkan yang selamat hanya Malaysia di bawah PM Mahathir Mohammad.
Birokrasi militer dan sipil di Indonesia sudah berkembang pesat dan mengalami kemajuan baik
dari segi jumlah, kualitas, jenjang pangkat maupun penempatan jabatan eselon Pimpinan serta
sumber etnik rekrutmen. Dari segi etnik, baik TNI maupun Polri dan PNS baik Pusat maupun
daerah sudah meliputi semua etnik group yang ada, sehingga melambangkan Bhineka Tunggal
Ika.
2.Partai Politik.
Dalam sejarahnya Partai Politik merupakan alat mobilisasi vertical yang lebih cepat
dibandingkan dengan birokrasi nasional baik birokrasi sipil maupun militer. Dengan sistem
Pemilu di Indonesia sekarang merupakan gabungan dari sistem distrik dan sistem proposional,
sehingga perwakilan daerah dan etnik terwakili. Maka partai politik mampu menjadi alat
integrasi bangsa untuk menekan perlawanan etnik yang minoritas).

3.Sistem Pendidikan Nasional


Sistem pendidikan nasional menjadi alat integrasi nasional terutama karena sifatnya yang
menciptakan elite nasional yang kohesif. Pendidikan nasional mulai dari SD sampai Perguruan
Tinggi, menjadi alat pemersatu baik melalui kurikulum nasiional, bahasa pengantar maupun
sistem rekrutmen siswa, mahasiswa maupun tenaga pengajar yang bersifat nasional. Dalam
suasana otonomi daerah sekarang ini diusahakan adanya ujian lokal tetapi yang berstandar
nasional, demikian juga walaupun ada ide untuk menambah muatan kurikulum
lokal/kedaerahan, namun tetap kurikulum inti mengajarkan ilmu sosial dan humaniora yang
bersifat integratif dan nasional.
Sifat integratif lainnya adalah pemakaian bahasa pengantar yakni bahasa Indonesia sebaga
bahasa nasional disamping penggunaan bahasa lokal/daerah yang diberlakukan untuk
pendidikan tingkat SD/SLTP. Cara ini akan memudahkan integrasi ke dalam sistem nasional
dan sosialisasi yang sama untuk seluruh warga negara.
Sedangkan alat integrasi yang lain adalah rekrutmen siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar
yang bersifat nasional dan multi etnik, sehingga terjadi proses komunikasi, sosialisasi, asimilasi
dan kulturasi dari berbagai etnik di kalangan siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar.
4.Kemajuan Komunikasi dan Transportasi.
Peranan media masa nasional seperti koran, majalah, TVRI, RRI cukup penting di Indonesia
sebagai alat integrasi nasional. Banyak koran maupun media masa lainnya yang terbit di Jakarta
tetapi penyebarannya menjangkau sampai ke seluruh kabupaten-kabupaten, begitu juga koran
lokal yang mampu menembus pasar ke daerah lainnya. Alat komunikasi lainnya adalah telepon,
yang mengalami perkembangan pesat sejak pemerintahan orde baru sampai sekarang.
Perkembangan yang cepat dalam bidang transportasi mengakibatkan terjadinya mobilitas
geografis penduduk dapat lebih cepat, aman, nyaman, dan murah. Bentuk mobilitas penduduk
dapat transmigrasi, migrasi maupun turisme baik antar daerah, nasional, regional bahkan
global. Meningkatnya kegiatan mobilitas penduduk dan turisme nasional maupun lokal
membawa dampak memperkuat rasa kesatuan dan kebangsaan.

2.11 Upaya yang Dapat Dilakukan Untuk Memperkukuh Integrasi Bangsa


a) Membangun dan menghidupkan komitmen yang menjadikan perjalanan panjang Indonesia
untuk menyatukan dirinya. Dimulai dari Kebangkitan Nasional pada 1908, Sumpah Pemuda
1928, Proklamasi Kemerdekaan 1945 harus terus dihadirkan hakikat dan maknanya dalam hati
sanubari dan alam pikiran bangsa Indonesia.
b) Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk membangun konsensus. Kompromi dan
kesepakatan adalah jiwa demokrasi. Penghormatan dan pengakuan terhadap mayoritas
diperlukan, tetapi perlindungan terhadap minoritas tetap tidak boleh diabaikan.
c) Membangun kelembagaan (Pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang menyuburkan
persatuan dan kesatuan bangsa. Kelembagaan itu diharapkan mampu membangun mekanisme
peleraian konflik untuk mencegah kecenderungan tindakan represif dalam menyelesaikan
konflik.
d)Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret. Tegas dan tepat dalam segala aspek
kehidupan dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, juga
semua wilayah.
e) Pentingnya memiliki kepemimpinan yang arif dan efektif dalam pembinaan integrasi
nasional.
2.12 Kebhinekaan Bangsa Indonesia
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam buku Sutasoma, karangan Mpu Tantular pada
masa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Dalam buku Sutasoma (Purudasanta), pengertian
Bhinneka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga
keanekaragam agama dan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit.
Secara harfiah, Bhinneka Tunggal Ika Adalah Berbeda-Beda Tetapi Satu Jua. Adapun makna
Bhinneka Tunggal Ika adalah meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa
Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan
persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas
beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kata Bhineka Tunggal Ika dapat pula dimakna bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia
terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang
bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia namun
keseluruhannya itu merupakan suatu persatuan yaitu bangsa dan negara Indonesia.
Keanekaragaman tersebut bukanlah merupakan perbedaan yang bertentangan namun justru
keanekaragaman itu bersatu dalam satu sintesa yang pada gilirannya justru memperkaya sifat
dan makna persatuan bangsa dan negara Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia semboyan Bhineka Tunggal Ika merupakan dasar untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan Indonesia. Perwujudan semboyan Bhineka Tunggal Ika dalam
kehidupan sehari-hari dilakukan dengan cara hidup saling menghargai antara masyarakat yang
satu dengan yang lainnya tanpa memandang suku bangsa,agama,bahasa,adat istiadat, warna
kulit dan lain-lain. Seperti di ketahui Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari
beribu-ribu pulau dimana setiap daerah memiliki adat istiadat,bahasa,aturan,kebiasaan dan
lain-lain yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya tanpa adanya kesadaran sikap
untuk menjaga Bhineka tunggal Ika pastinya akan terjadi berbagai kekacauan di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika kita harus
membuang jauh-jauh sikap mementingkan dirinya sendiri atau daerahnya sendiri tanpa perduli
kepentngan bersama. Bila hal tersebut terjadi pastinya negara kita ini akan terpecah belah. Oleh
sebab itu marilah kita jaga bhineka tunggal ika dengan sebaik-baiknya agar persatuan bangsa
dan negara Indonesia tetap terjaga.

2.13 Membangun Integrasi dalam Bhineka


Semboyan bhinneka tunggal ika dalam membangun integrasi nasional Dalam pancasila,
Bhinneka Tunggal Ika dituangkan dalam sila ketiga, yakni “persatuan indonesia” yang
merupakan landasan hukum dalam hal integrasi bangsa dan negara, serta sebagai motivasi
perbuatan baik di kehidupan masyarakat. Semangat Bhinneka Tunggal Ika sangat diperlukan
untuk memperkukuh persatuan indonesia merupakan syarat terpenting untuk menjadi
indonesia negara yang kaya akan potensi dan
Meningkatkan semangat bhinneka tunggal ika
1.Implementasi prinsip bhinneka tunggal ika dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:
2.mengakomodasi sifat pluralistik
3.tidak mencari menangnya sendiri
4.membudayakan musyawarah untuk mencapai mufakat
5.mengembangkan rasa kasih sayang dan rela berkorban
6.senantiasa toleran terhadap setiap perbedaan
7.Mengembangkan semangat kekeluargaan kebiasaan sederhana yang perlu kita lakukan setiap
hari untuk mengembangkan semangat kekeluargaan adalah membudayakan bertegur sapa
dengan teman, tetangga, atau yang lainnya.

2.14 Strategi yang Digunakan untuk Menciptakan Integrasi Bangsa Indonesia


a)Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air, dan rasa persaudaraan
supaya tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.
b)Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya primordialisme sempit pada setiap
kebijaksanaan dan kegiatan, sehingga mencegah terjadinya KKN.
c)Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha pemecah belahan dari pihak
luar dan kaki tangannya.
d)Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir- butir
Pancasila dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
e) Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi

2.15 Peran Serta Warga Negara Dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Peran serta rakyat dalam keutuhan NKRI dapat dilakukan diberbagai lingkungan kehidupan,
baik lingkungan keluarga , masyarakat dan juga sekolah dengan cara berbacam-macam dari
yang paling mudah diterapkan hingga yang paling sulit untuk diterapkan.
1. Di lingkungan keluarga
Contoh partisipasi di lingkungan keluarga antara lain sebagai berikut:
a)Melaksanakan kegiatan sehari-hari secara tertib dan teratur
b)Senantiasa rajin belajar bagi anggota keluarga yang masih bersekolah
c)Ikut menjaga harta benda keluarga
d)Patuh dan taat terhadap tata krama dan aturan keluarga
2. Di lingkungan masyarakat
Contoh partisipasi di lingkungan masyarakat antara lain sebagai berikut:
a)Melaksanakan kerja bhakti yang diadakan oleh kampung sesuai kemampuan
b)Melaksanakan kegiatan ronda malam bagi warga yang sudah dewasa
c)Membuang sampah pada tempatnya
d)Hidup rukun dengan semangat kekeluargaan dalam lingkungan keluarga
3.Di lingkungan sekolah
Contoh partisipasi di lingkungan sekolah antara lain sebagai berikut:
a)Menaati tata tertib yang berlaku di sekolah
b)Menggalang kerjasama antar teman tanpa memandang latar belakang agama, suku, ras dan
golongan
c)Hidup rukun dengan warga sekolah
d)Tidak membeda-bedakan teman dalam bergaul

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah integrasi nasional merupakan persoalan yang dialami hampir semua negara, terutama
negara-negara yang usianya masih relatifmuda, termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan karena
mendirikan negara berarti menyatukan orang-orang dengan segala perbedaan yang ada menjadi
satu entitas kebangsaan yang baru menyertai berdirinya negara tersebut. Begitu juga negara
Indonesia yang usianya masih relatif muda. Sejak proklamasi kemerdekaan sampai sekarang
negara Indonesia masih menghadapi persoalan bagaimana menyatukan penduduk Indonesia
yang didalamnya terdiri dari berbagai macam suku, memeluk agama yang berbeda-beda,
berbahasa dengan bahasa daerah yang beranekaragam, serta memiliki kebudayaan daerah yang
berbeda satu sama lain, untuk menjadi satu entitas baru yang dinamakan bangsa Indonesia.
Pengalaman menunjukkan bahwa dalam perjalanan membangun kehidupan bernegara ini, kita
masih sering dihadapkan pada kenyataan adanya konflik atar kelompok dalam masyarakat,
baik konflik yangberlatarbelakang kesukuan, konflik antar pemeluk agama, konflik
karenakesalahpahaman budaya, dan semacamnya. Hal itu menunjukkan bahwa persoalan
integrasi nasional Indonesia sejauh ini masih belum tuntas perlu terus dilakukan pembinaan.
Walaupun harus juga disadari bahwa integrasi nasional dalam arti sepenuhnya tidak mungkin
diwujudkan, dan konflik di antara sesama warga bangsa tidak dapat dihilangkan sama sekali.
Tulisan ini akan memaparkan kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai oleh berbagai
macam perbedaan dan upaya mewujudkan integrasi nasional dengan tetap menghargai
terdapatnya perbedaan- perbedaan tersebut.
Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut mempunyai peran terhadap bangsa
Indonesia yaitu agar menjadi bangsa yang berhasil mewujudkan integrasi nasional di tengah
masyarakatnya yang majemuk. Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika tersebut juga
diharapkan sebagai landasan atau dasar perjuangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia agar dikenal di mata dunia sebagai bangsa yang multikulturalisme

3.2 Saran
Bagi pembaca diharapkan agar mengetahui apakah Integrasi Nasional serta berbagai faktor
yang mempengaruhi dan pentingnya Integrasi Nasional Bagi Bangsa Indonesia. Dengan
mengetahui pentingnya Integrasi Nasional Bagi Bangsa Indonesia., diharapkan kita bisa
menjadi warga negara yang baik dan mampu melaksanakan proses pemersatuan perbedaan
perbedaan yang ada pada negara kita sehingga terciptanya keserasian dan tidak adanya konflik
dalam negara ini
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina,
gramedia, Jakarta.

Winarno. 2007, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Bumi


aksara, jakarta.

Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian.
Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi nasional indonesia. (http://www.education-penteingnya-
integrasi-nasional.org/wiki)

Wibowo, I, 2000, Negara dan Mayarakat : Berkaca dari Pengalaman Republik Rakyat Cina,
gramedia, Jakarta.

Winarno. 2007, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi. Bumi


aksara, jakarta.

Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian.

Bohlan, (2005). Integrasi nasional. (http://www.basic-integrasi-nasional.org)


Nikolas, (2007). Pentingnya integrasi nasional indonesia. (http://www.education-penteingnya-
integrasi-nasional.org/wiki)

Anda mungkin juga menyukai