Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

INTEGRASI DAN DISINTEGRASI


Dosen Pengampu:

Disusun Oleh:

Ariyanti Rustania (E1E02310069)


Arka Rifatunnisa (E1E02310070)
Elsani Rizkina

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul "Integrasi dan Disintegrasi " dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan .
Dengan tersusunnya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu .
selaku dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membimbing
dan memberikan arahan, serta kepada teman-teman dan pihak-pihak yang telah mendukung
tersusunnya makalah ini.
Akhir kata jika ada kekurangan dalam isi makalah ini, kami mohon maaf dan kami
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah kedepannya. Kami juga berharap dengan tersusunnya makalah ini
dapat menambah pengetahuan kita di mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan ini.

Mataram, 31 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Integrasi Nasional

2.2 Dis intergrasi Nasioanl

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Integrasi merujuk pada proses penyatuan atau penggabungan individu atau kelompok menjadi
satu kesatuan yang lebih besar. Ini bisa terjadi dalam berbagai konteks, baik itu sosial,
budaya,politik, atau ekonomi. Salah satu contoh integrasi yang penting adalah integrasi sosial, di
mana individu-individu dari berbagai latar belakang sosial, etnis, atau budaya yang berbeda dapat
bersatu dan berinteraksi secara harmonis dalam masyarakat yang lebih luas. Proses integrasi ini
dapat terjadi melalui berbagai mekanisme seperti asimilasi, di mana individu atau kelompok baru
mengadopsi norma-norma, nilai-nilai, dan perilaku dari kelompok mayoritas, atau melalui
akulturasi, di mana ada pertukaran budaya antara kelompok-kelompok yang berbeda.

Dan adapun disintegrasi mengacu pada proses pemisahan, pembubaran, atau pecahnya
hubungan antarindividu atau kelompok. Disintegrasi bisa terjadi karena berbagai faktor seperti
konflik, perubahan sosial atau politik, atau faktor-faktor ekonomi. Misalnya, konflik etnis atau
politik dapat menyebabkan disintegrasi sosial di mana hubungan antarkelompok menjadi tegang
atau bahkan terputus sama sekali. Disintegrasi juga dapat terjadi dalam konteks perubahan
ekonomi yang drastis, di mana ketidaksetaraan sosial atau ekonomi dapat menyebabkan
perpecahan dan ketegangan antara kelompok-kelompok yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana dinamika integrasi dan disintegrasi mempengaruhi hubungan antarindividu dan


kelompok dalam masyarakat?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses integrasi dan disintegrasi dalam berbagai
konteks, seperti sosial, budaya, politik, dan ekonomi?

3. Apa dampak dari integrasi dan disintegrasi terhadap stabilitas sosial, perdamaian,
dan keberlanjutan?
1.3 Tujuan

1. Menganalisis konsep integrasi dan disintegrasi dari berbagai perspektif disiplin ilmu seperti
sosiologi, psikologi sosial, politik, ekonomi, dan sejarah.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses integrasi dan disintegrasi dalam


konteks sosial, budaya, politik, dan ekonomi.

3. Memahami peran integrasi dan disintegrasi dalam pembentukan struktur sosial, perubahan
budaya, dan dinamika kekuasaan dalam masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 . Integrasi Nasional

1. Pengertian Integrasi Nasional

Integrasi nasional terdiri dari 2 (dua) kata. “Integrasi” berasal dari bahasa Inggris integration
artinya pembauran. Pembauran dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan yang utuh. Kata
“Nasional” berasal dari bahasa Inggris nation artinya bangsa, rakyat, atau negara. Maka secara
etimologi integrasi nasional berarti pembauran bangsa dalam persatuan dan kesatuan yang utuh.
Pengertian ini sangat cocok untuk menyebut integrasi nasional Indonesia. Negara Indonesia
memiliki aneka ragam suku bangsa, budaya, sistem sosial, norma dan adat-istiadat. Oleh sebab itu,
perlu ada pembauran yang menyatu dengan tidak menghilangkan ciri khas keberagamannya.

Adapun Pengertian Integrasi Menurut Para ahli

Dr. Nazardin Shamsudin

Integrasi nasional merupakan proses pemersatuaan suatu bangsa yang mencakup berbagai
aspek-aspek kehidupan, yaitu aspek politik, sosial, ekonomi, dan budaya.

Howard Wriggins

Integrasi nasional merupakan proses penyatuan beberapa bagian dari suatuindividu dalam
masyarakat menjadi satu kesatuan atau satu keutuhan yang lebih kompleks, ataupun penyatuan
dari banyaknya organisasi kecil dalam satu bangsa.

Myron Weiner

Integrasi nasional adalah berbagai tahapan kelompok sosial maupun budaya dalam satu wilayah
dalam membangun suatu identitas nasional.

J.Soedjati Djiwandono
Integrasi nasional adalah suatu proses dalam mendamaikan keberlangsungan dalam kesatuan
nasional yang sesuai dengan hak dalam menetapkan nasib sendiri.

Safari di Bahar

Integrasi nasional dapat diartikan bahwa berbagai unsur bangsa yang mulanya terpisah,
disatukan atau disempurnakan kembali.

Alfani

Integrasi nasional merupakan penciptaan suatu identitas nasional dan integrasi dari banyaknya
kelompok sosial dan budaya yang menjadi satu kesatuan wilayah.

2.Faktor-Faktor yang Memengaruhi Integrasi Nasional

Di dalam Integrasi Nasional terdapat beberapa faktor yang memengaruhinya, faktor-faktor

tersebut yaitu sebagai berikut :

a) Faktor Pendorong Integrasi Nasional

Faktor pendorong merupakan faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu proses atau tindakan
tertentu yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok. Dalam mewujudkan integrasi nasional,
terdapat beberapa faktor yang mendorong terwujudnya integrasi nasional di Indonesia. Adapun
faktor pendorong tersebut diantaranya:

1. Adanya rasa yang senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor-faktor sejarah
Indonesia telah mengalami sejarah yang kelam di masa lalu, terutama zaman dimana Indonesia
dijajah oleh bangsa lain selama bertahun-tahun. Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945, perjuangan yang dilakukan oleh setiap elemen masyarakat untuk memperoleh
kemerdekaan bukanlah sesuatu yang sifatnya main-main. Rasa senasib seperjuangan di masa lalu
yang terbawa sampai dengan masa sekarang menjadi salah satu faktor pendorong untuk
mewujudkan integrasi nasional. Jika di masa lalu rasa senasib seperjuangan digunakan untuk
memujudkan kemerdekaan Indonesia, di era sekarang ini rasa senasib seperjuangan digunakan
untuk memperkuat stabilitas nasional demi terwujudnya persatuan Indonesia dalam integrasi
nasional.

2. Adanya ideologi nasional


Ideologi nasional negara kita Indonesia adalah Pancasila. Sebagai ideologi nasional, Pancasila
tidak dapat digantikan oleh ideologi manapun. Walalupun Indonesia terdiri dari banyak
kepercayaan, arti penting dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia tidak
bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Pemaknaan ideologi nasional yaitu Pancasila
dilakukan melalui implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari untuk
mewujudkan integrasi nasional di Indonesia. Melalui pemaknaan ideologi nasional yaitu Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, integrasi nasional akan lebih mudah untuk diwujudkan.

3. Adanya sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu.

Perbedaan dan kemajemukan di Indonesia bukanlah salah satu alasan untuk dijadikan faktor
penyebab konflik sosial yang terjadi di kalangan masyarakat. Justru perbedaan inilah yang
membuat masyarakat Indonesia mempunyai keinginan untuk mempersatukan perbedaan di dalam
satu kesatuan bangsa yang utuh. Baik di dalam masyarakat tradisonal dan modern, keinginan
untuk mempersatukan perbedaan di dalam kehidupan sehari-hari tentunya ada. Dalam kehidupan
berbangsa negara dan berbangsa Indonesia, keinginan untuk mempersatukan bangsa merupakan
salah satu perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar negara.

4. Adanya ancaman dari luar

Walupun Indonesia sudah merdeka selama 71 tahun, bukan tidak mungkin ancaman dari luar itu
masuk ke Indonesia. Ancaman-ancaman dari luar di era globalisasi sekarang ini tidak dapat
diartikan sebagai ancaman yang menjajah seperti pada masa kemerdekaan Indonesia. Oleh karena
itu, untuk mengantisipasi ancaman dari luar dalam kaitannya dengan bahaya globalisasi dan
modernisasi, integrasi nasional perlu diwujudkan di setiap lapisan masyarakat yang ada tinggal di
wilayah Indonesia.

b) Faktor Pendukung Integrasi Nasional

1. Penggunaan bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa. Jika melihat sejarah, hal ini telah
dikumandangkan sejak di gelorakan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang berbunyi “Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuaan Bahasa Indonesia”. Dengan
semangat para pemuda tersebut maka, disepakati Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu tanpa
memandang perbedaan di dalamnya.

2. Semangat persatuan serta kesatuan di dalam Bangsa

Kesadaran akan persatuan perlu dimunculkan dalam semangat persatuan dan kesatuan, hal ini
diperlukan untuk menjalin rasa kekeluargaan, persahabatan, dan sikap saling tolong-menolong
antar sesama dan bersikap nasionalisme, serta menjalin rasa kemanusiaan yang memiliki sikap
dan toleransi serta keharmonisan untuk hidup secara berdampingan.

3. Adanya Kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama yakni Pancasila

Pancasila adalah landasan idiil bangsa yang kedudukannya sangat berpengaruh bagi jalannya
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi seseorang yang di dalam jiwanya terdapat sifat
patriotisme yang tinggi, maka Ia akan selalu menerapkan butir-butir Pancasila di setiap aspek
kehidupannya.

4. Adanya jiwa dan rasa semangat dalam bergotong royong. Gotong royong berarti bekerja
bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Sikap gotong royong adalah bekerja
bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil
pekerjaan tersebut secara adil. Serta suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan
secara sukarela oleh semua komponen masyarakat menurut batas kemampuannya masing-masing.

c) Faktor Penghambat Integrasi Nasional

Faktor penghambat sendiri merupakan suatu penghalang untuk melakukan tindakan secara
individu maupun kelompok. Beberapa faktor penghambat terwujudnya integrasi nasional
diantaranya:

1. Kurangnya toleransi antar sesama golongan.

Kurangnya toleransi terhadap keberagaman dan kemajemukan yang ada di masyakat menjadi
salah satu penyebab konflik sosial. Dampak akibat konflik sosial yang terjadi di dalam masyarakat
terutama dalam hal yang berkaitan dengan toleransi akan mengurangi rasa persatuan dan kesatuan
bangsa. Selain itu, kurangnya toleransi terhadap perbedaan yang terjadi secara terus-menerus akan
membuat sebuah bangsa hancur akan sendirinya sehingga integrasi nasional tidak akan pernah
terwujud.
2. Kurangnya kesadaran di dalam diri masing-masing rakyat Indonesia

Kurangnya kesadaran diri dalam diri masyarakat untuk menjaga persatuan dan kesatuan juga
menjadi salah satu faktor yang mengambat terwujudnya integrasi nasional. Di era globalisasi,
masyarakat menjadi lebih individualistis dan cenderung tidak memperdulikan kondisi dan situasi
yang ada di sekitarnya. Jika tidak dicegah, rasa kesadaran diri yang berkurang sebagai dampak
globalisasi akan makin mempersulit terwujudnya integrasi nasional. Oleh karena itu, diperlukan
kiat-kiat untuk membangun karakter bangsa di era globalisasi untuk meningkatkan kesadaran diri
masyarakat untuk mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan demi terwujudnya integrasi nasional
bangsa.

3. Adanya sikap ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka sebagian wewenang dan tanggungjawab


pemerintah pusat telah dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Dengan begitu akan semakin
nampak ketimpangan baik sosial maupun ekonomi antar daerah. Untuk menyeimbangkan
ketimpangan tersebut diperlukan kesadaran diri akan rasa keadilan sosial yang merata di berbagai
daerah di Indonesia.

3. Masalah integrasi nasional

Beberapa contoh perbedaan yang menjadi masalah Integrasi Nasional di dalam kehidupan
berbangsa serta bernegara:

a. Adanya kepentingan yang berbeda : Kepentingan ada karena adanya dasar dari munculnya sikap
Suatu individu. Seorang individu bersikap karena memiliki dorongan dalam mencukupi
kepentingannya, begitu juga halnya dengan konflik. Konflik biasanya ada dikarenakan terciptanya
perbedaan yang sesuai dengan individu di dalam suatu interaksi sosial. Perbedaan- perbedaan
tersebut mencakup hal-hal yang berkaitan dengan ciri fisik, kepintaran, ilmu pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan, dan lain-lain. Dengan tingkah yang dimiliki seorang individual dalam
berinteraksi sosial, konflik merupakan hal yang wajar dalam kehidupan masyarakat dan setiap
individu pasti pernah mengalami konflik dengan setiap orang baik dengan antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik bisa hilang jika masyarakat itu sendiri yang juga
menghilang. Tetapi sering juga secara terioristis, adanya perbedaan kepentingan juga menciptakan
permasalahan yang begitu pelik bagi orang yang melakukannya. Dilihat darisudut pandang
perilaku, konflik berupa bentuk minteraktif yang kejadiannya ada pada tingkatan individual,
interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik ini ada terutama di tingkatan
individual yang mudah stres.

b. Konflik Sosial : Kepentingan ini menjadi dasar dari munculnya tingkah laku seorang individu.
Individu bertingkah laku dikarenakan munculnya dorongan dalam memenuhi kepentingan
dirinya. Dengan berpedoman pada prinsip bahwa tingkah laku seorang individu adalah suatu cara
atau alat untuk mencukupi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan
tersebut. Jadi, individu mempunyai arti bahwa tiada dua orang yang mirip dalam pribadinya, jadi
dengan sendirinya muncul adanya perbedaan individu dalam hal kebutuhannya. Diskriminasi
ialah kejadian yang umumnya ada di dalam masyarakat, yang menjadi penyebabnya ialah karena
kecondongan individa dalam membeda- bedakan dengan individu lain. Etnosentrisme merupakan
suatu kecondongan dalam melihat dunia yang hanya dari sudut pandang budaya sendiri.
Maksudnya etnosentrisme merupakan suatu kecondongan yang mengamati nilai-nilai dan norma-
norma budaya sendiri sebagai suatu hal yang prima, terbaik, mutlak, dan digunakan sebagai tolak
ukur dalam menilai dan membedakan dengan budaya lain. Permasalahan yang dihadapi Indonesia
setelah merdeka ialah integrasi antara masyarakat majemuk. Integrasi bukanlah penyatuan tetapi
kesamaan dalam persatuan. Masyarakat majemuk tetap ada pada kemajemukkannya, mereka
hidup selaras dan berdampingan (Bhinneka Tunggal Ika), berbeda-beda tetapi
merupakan kesatuan.

4. Ancaman terhadap Integrasi Nasional

Ancaman tersebut biasanya berupa ancaman militer dan non-militer. Berikut ini diuaraikan
secara singkat ancaman yang dihadapi Bangsa Indonesia baik yang berupa ancaman militer
maupun non-milter.

a. Ancaman Militer

Ancaman militer adalah ancarnan yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang
dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah
negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berbentuk agresi, pelanggaran
wilayah, spionase, sabotase, aksi teror bersenjata, pemberontakan, dan perang saudara. Ancaman
militer ini dibagi menjadi dua yaitu:

1. Ancaman Militer Dalam Negeri

• Disintegrasi bangsa, melalui macam-macam gerakan separatis beradasarkan sebuah sentimen


kesukuan atau pemberontakan akibat ketidak puasan daerah terhadap kebijakan pemerintahan
pusat.

• Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran hak asasi manusia
yang pada gilirannya dapat mengakibatkan suatu kerusuhan masal.

• Upaya penggantian ideologi pancasila dengan ideologi yang lain ekstrem atau tidak sesuai
dengan kebiasan dari masyarakat indonesia.

• Makar dan penggulingan pemerintahan yang sah dan konstitusional

2. Ancaman Militer Luar Negeri

• Pelanggaram batas negara yang dilakukan oleh negara lain.

• pemberontakan senjata yang dilakukan oleh negara lain.

• Aksi teror yang dilakukan oleh terorisme internasional.

Berikut ini beberapa contoh dari ancaman militer terhadap negara :

1. Agresi, pengertian dari agresi adalah ancaman militer yang menggunakan kekuatan bersenjata
oleh negara lain terhadap suatu negara yang dapat membahayakan kedaulatan dan keutuhan
wilayah negara tersebut, dan juga membahayakan keselamatan segenap bangsa tersebut.

2. Invasi, cara.bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang pertama

adalah invasi yaitu suatu serangan yang dilakukan oleh kekuatan bersenjata negara lain terhadap
wilayah NKRI
3. Bombardemen, cara/bentuk dalam melakukan agresi terhadap suatu negara yang kedua adalah
bombardemen yang mempunyai pengertian suatu penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh
angkatan bersenjata negara lain terhadap NKRI

4. Blokade, cara/bentuk dalam melakukan agresi yang terhakshir adalah blokade, yang dilakukan
di daerah pelabuhan atau pantai atau wilayah udara NKRI yang dilakukan oleh angkatan
bersenjata negara lain, dan lain-lain.

5. Spionase adalah ancaman militer yang dilakukan terhadap suatu negara yang kegiatannya
berupa mata-mata dan dilakukan oleh negara lain yang bertujuan untuk mencari dan mendapatkan
dokumen rahasia militer suatu negara.

6. Sabotase, adalah ancaman militer yang dilakukan oleh suatu negara yang kegiatannya
mempunyai tujuan untuk merusak instalasi militer dan obyek vital nasional. Tentunya sabotase
ini dapat membahayakan keselamatan suatu bangsa.

7. Ancaman militer yang berupa aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh suatu jaringan terorisme
yang luas (internasional) atau ancaman yang dilakukan oleh teroris internasional yang
bekerjasama dengan terorisme lokal (dalam negeri).

8. Ancaman militer terhadap suatu negara dapat juga berbentuk suatu pemberontakan yang mana
pemberontakan tersebut juga menggunakan senjata.Selain pemberontakan, terjadinya perang
saudara yang menggunakan senjata juga termasuk ancaman militer.

9. Selain pemberontakan, terjadinya perang saudara yang menggunakan senjata juga termasuk
ancaman militer. Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan komponen utama yang
dipersiapkan untuk menghadapi ancaman militer, yang dilaksanakan melalui tugas Operasi Militer

Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

b. Ancaman Non Militer

Ancaman non militer atau nin-niliter memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman
militer, yaitu tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat sepeni ancaman militer. Ancaman
nonmiliter berbentuk ancaman terhadap ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, penahanan dan
keamanan. Berikut ini adalah beberapa contoh ancaman yang berbentuk non militer :
1. Ancaman Berdimensi Ideologi

Sistem politik internasional mengalami perubahan semenjak Uni Soviet runtuh, sehingga paham
komunis tidak populer lagi, akan tetapi, potensi ancaman berbasis ideologi masih tetap
diperhitungkan. Ancaman berbasis ideologi ini bisa juga dalam bentuk penetrasi nilai-nilai
kebebasan (liberalisme) sehingga bisa memicu terjadinya proses disintegrasi bangsa.

2. Ancaman Berdimensi Politik

Politik merupakan instrumen utama dalam menggerakkan perang. Hal ini membuktikan jika
ancaman politik bisa menumbangkan suatu rezim pemerintahan, bahkan juga bisa menghancurkan
suatu negara. Masyarakat internasional mengintervensi suatu negara melalui politik seperti
contohnya Hak Asasi Manusia (HAM), demokratisasi, penanganan lingkungan hidup, serta
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih serta

akuntabel.

3. Ancaman Berdimensi Ekonomi

Ekonomi merupakan salah satu penentu posisi tawar dari setiap negara dalam pergaulan
internasional. Kondisi ekonomi tentu sangat menentukan dalam pertahanan negara

4. Ancaman Berdimensi Sosial Budaya

Ancaman sosial budaya bisa berupa isu-isu mengenai kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan,
serta ketidakadilan yang menjadi dasar timbulnya konflik vertikal, antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, beserta dengan konflik horizontal yakni suku, agama, ras, dan antar golongan
(SARA). Di tahun 1994 saja misalnya, 18 peperangan dari 23 peperangan yang terjadi di dunia
ini diakibatkan oleh sentimen-sentimen budaya, agama, serta etnis. Sementara itu, 75% dari
pengungsi dunia yang mengalir ke berbagai negara lain didorong dengan alasan yang sama, tidak
berbeda. Sementara itu, 8 dari 13 operasi pasukan perdamaian yang dijalankan oleh PBB ditujukan
guna mengupayakan terciptanya perdamaian dalam berbagai konflik antar etnis di dunia.

5. Ancaman Berdimensi Teknologi Informasi


Kemajuan akan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan sangat pesat serta
memberikan manfaat yang sangat besar bagi seluruh masyarakat, namun, kejahatan juga terus
mengikuti perkembangan tersebut, seperti contohnya kejahatan cyber dan kejahatan perbankan.

2.2 . Disintegrasi

1. Pengertian Disintegrasi

Disintegrasi berarti tidak bersatunya (independensi) berbagai komponen atau struktur dalam
suatu sistem sosial atau masyarakat.Menurut Hasan disintegrasi secara harfiah dipahami sebagai
perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang saling terpisah. Bila dicermati adanya
gerakan pemisahan diri sebenarnya sering tidak berangkat dari idealisme untuk berdiri sendiri
akibat dari ketidak puasan yang mendasar dari perlakuan pemerintah terhadap wilayah atau
kelompok minoritas seperti masalah otonomi daerah, keadilan sosial, keseimbangan
pembangunan, pemerataan dan hal-hal yang sejenis. Kekhawatiran tentang perpecahan
(disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini yang dapat digambarkan sebagai penuh konflik dan
pertikaian, gelombang reformasi yang tengah berjalan menimbulkan berbagai kecenderungan dan
realitas baru. Segala hal yang terkait dengan Orde Baru termasuk format politik dan paradigmanya
dihujat dan dibongkar. Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan
menjamurnya partai-partai politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan daerah-daerah
diluar Jawa agar mendapatkan otonomi yang lebih luas atau merdeka yang dengan sendirinya
makin menambah problem, manakala diwarnai terjadinya konflik dan benturan antar etnik dengan
segala permasalahannya. Dalam hal ini hukum formal itu haruslah dicermati oleh para ahli dan
professional agar benar dalam kedudukannya dan benar dalam keberlakuannya supaya dapat
menjamin HAM ketika terjadi berbagai konflik.

2. Penyebab Timbulnya Disintegrasi

Menurut Santoso (2010), penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dapat terjadi karena
perlakuan yang tidak adil dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada daerah-
daerah yang memiliki potensi sumber daya/kekayaan alamnya berlimpah/ berlebih, sehingga
daerah tersebut mampu menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang tinggi. Selain itu, Isnanta & Rahman (2018) juga berpendapat bahwa disintegrasi
bangsa juga dipengaruhi oleh perkembangan politik dewasa ini. Dalam kehidupan politik sangat
terasa adanya pengaruh dari statemen politik para elit maupun pimpinan nasional, yang sering
mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bangsa, sebagai akibat masih kentalnya bentuk-bentuk
primodialisme sempit dari kelompok, golongan, kedaerahan bahkan agama. Sairin (2012)
mengatakan bahwa bangsa ini masih terlalu lemah untuk mengikat tali persatuan dan kesatuan dari
Sabang sampai Merauke. Apalagi sekarang ini memasuki era globalisasi, dimana jalinan informasi
dan komunikasi sudah saling terbukadi seluruh dunia. Kehadiran globalisasi memang membawa
dampak yang baik juga terhadap kehidupan kita, karena kita sekarang lebih bisa berinteraksi dan
mendapat lebih banyak ilmu pengetahuan dari bangsa lain sehingga kita tidak terpuruk dalam
keterbelakangan. Namun dampak negatif yang ditimbulkan juga besar sekali untuk memicu
terjadinya disintegrasi suatu bangsa.

3. Ancaman Disintegrasi

Menurut DR. M. Din Syamsudin, ada tiga macam fanatisme yang dapat mengancam disintegrasi
bangsa.

1. land (tanah) dan blood (darah) keduanya sering digabung menjadi “tanah tumpah darah”. Dua
sumber fanatisme ini melahirkan solidaritas kesukuan di antara suku-suku bangsa di Indonesia.
Masing-masing dari kedua hal tersebut acapkali melahirkan fanatisme yang kuat dalam kehidupan
umat manusia. Kesamaan “tanah kelahiran” menimbulkan kesadaran kolektif sebagai satu daerah
yang melahirkan sukuisme, sedangkan kesamaan “darah” menimbulkan kesadaran kolektif
sebagai satu keturunan yang kemudian membentuk margaisma.

2. Komitmen kultural yang merupakan manifestasi dari dua sumber fanatisme di atas, pada giliran
berikutnya, dapat menampilkan sentimen kultural, yaitu rasa keberkelompokan yang cenderung
eksklusif. Hal ini, menimbulkan perasaan “orang kita” (in droup feeling) dan “orang lain” (out
group feeling). Perasaan demikian dapat menimbulkan suatu sentrisme, yaitu menganggap
kelompok sendiri lebih baik dan menganggap kelompok orang lain lebih rendah. Sentimen
kultural inilah yang sering menimbulkan konflik kultural dan konflik sosial. Pada suku-suku
primitif, konflik demikian sering kali mengambil bentuk peperangan.

3. agama merupakan sumber fanatisme yang baru setelah masuk dan berkembangnya agama-
agama di Indonesia. Dibandingkan denga sumber fanatisme terdahulu, yaitu tanah dan darah,
agama dapat merupakan sumber fanatisme dan basis solidaritas yang lebih kuat. Hal ini disebabkan
karena komitmen keagamaan berhubungan dengan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
diyakini sebagai pencipta manusia dan sumber kebenaran mutlak.

4. Upaya Penanggulangan Disintegrasi

Alfian (2021) berpendapat bahwa disintegrasi nasional sebetulnya tidak hanya menadi tanggung
jawab pemerintah saja, tetapi menjadi tanggungjawab seluruh masyarakat. Peran serta warga
masyarakat dalam menjaga keutuhan bangsa ini adalah kewajiban yang jelas tertera dalam UUD
1945. Masyarakat memiliki peranan penting untuk berupaya menjaga keutuhan bangsa Indonesia
ini dengan sebaik-baiknya.

Menurut Pianto (2018) upaya penanggulangan disintegrasi bangsa dalam menjaga persatuan
Indonesia diantaranya dapat dilakukan dengan cara membangun dan menghidupkan terus
komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu, menciptakan kondisi dan membiasakan diri
untuk selalu membangun consensus dan membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai
dan norma (nilai-nilai Pancasila) yang menyuburkanpersatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu juga
perlu merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek kehidupan
dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah serta
upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan yang arif dan
bijaksana, serta efektif
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

makalah tentang integrasi dan disintegrasi adalah bahwa kedua konsep tersebut merupakan
fenomena sosial yang penting dalam dinamika masyarakat. Integrasi memungkinkan untuk
pembentukan kesatuan dan stabilitas, sementara disintegrasi dapat mengakibatkan konflik dan
ketidakstabilan. Penting bagi masyarakat untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
kedua konsep ini dan upaya untuk mempromosikan integrasi serta mencegah disintegrasi dalam
rangka membangun masyarakat yang harmonis dan stabil.

3.2 Saran

Berikut adalah beberapa saran tentang bagaimana mengatasi integrasi dan menghindari
disintegrasi dalam masyarakat:

1. Pendidikan Inklusif: Memperkuat sistem pendidikan yang inklusif yang menghargai dan
mempromosikan keragaman budaya, bahasa, dan identitas, serta mengajarkan nilai-nilai toleransi
dan penghargaan terhadap perbedaan.
2. Kebijakan Multikultural: Menerapkan kebijakan multikultural yang mengakui hak-hak semua
kelompok dalam masyarakat dan mendorong partisipasi aktif mereka dalam kehidupan sosial,
politik, dan ekonomi.

3. Dialog Antarbudaya: Mendorong dialog dan pertukaran antarbudaya melalui acara-acara,


seminar, atau program pertukaran pelajar untuk memperkuat pemahaman saling dan membangun
hubungan yang lebih baik antara kelompok-kelompok yang berbeda.

4. Kesejahteraan Ekonomi: Memperhatikan masalah ketimpangan ekonomi yang dapat memicu


konflik sosial dan menciptakan kesempatan yang sama bagi semua warga masyarakat untuk meraih
kesejahteraan ekonomi.

5. Keadilan Sosial: Mempromosikan keadilan sosial dengan memperkuat sistem perlindungan


sosial, melindungi hak asasi manusia, dan mengurangi ketidaksetaraan yang bisa menyebabkan
ketegangan dalam masyarakat.

6. Penguatan Identitas Nasional: Membangun identitas nasional yang inklusif yang


mempertimbangkan keragaman budaya, bahasa, dan agama dalam masyarakat, sambil
memperkuat rasa solidaritas nasional.

7. Pola Komunikasi Positif: Mendorong komunikasi yang positif dan menghargai dalam interaksi
sehari-hari antara individu-individu dari berbagai kelompok sosial, sehingga membangun
kepercayaan dan pemahaman saling.

8. Reformasi Kebijakan: Melakukan reformasi kebijakan yang memperkuat perlindungan hak-hak


minoritas, memperbaiki sistem keadilan, dan mempromosikan inklusi sosial dalam semua aspek
kebijakan publik.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, masyarakat dapat memperkuat integrasi dan


menghindari disintegrasi, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih harmonis, stabil, dan
inklusif bagi semua warga.
DAFTAR PUSTAKA

Astawa, I. P. A., & Ari, P. (2017). Materi Kuliah Kewarganegaraan Integrasi

Nasional. Universitas Udayana, Bali.

Faisal, E. E., Jaenudin, R., Sulkipani, S., Mentari, A., & Camellia, C. (2022). Buku

Ajar Integrasi Nasional.

Ilham, T. (2007). PERAN ORMAS DALAM MEMPERTAHANKAN

INTEGRASI NASIONAL. Universum, 1(01), 69-77.

MA, S., Sailan, Z., Usop, K. M. A., Hanyi, B. M. R., Ataupah, H., Abdurrahman,

A., ... & Alqadrie, S. I. (2003). Integrasi dan disintegrasi dalam perspektif

budaya.

Santoso, A. B., & Dawwas, R. (2022). Upaya Penanggulangan Disintegrasi

Nasional Dalam Menjaga Persatuan Indonesia. Eksaminasi: Jurnal

Hukum, 1(1), 20-26.

Anda mungkin juga menyukai