“INTEGRASI NASIONAL”
Dosen pengampu : Agus Bambang Nugroho
Disusun oleh:
SALATIGA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Pada makalah ini kami
mengambil beberapa sumber dari buku dan internet sebagai referensi dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang diberikan untuk kami sebagai penulis makalah ini sangatlah berguna
untuk kedepannya.
Akhir kata kami mengucapkan banyaktterima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang berkepentingan.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan kami membuat makalah ini Antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian integrasi nasinal.
2. Untuk memahami pentingnya integrasi nasional.
3. Untuk mengetahui maksud dari pluralitas masyarakat Indonesia.
4. Untuk mengidentifikasifakto-faktor penghambat dan pendorong integrasi
nasional.
5
BAB II
INTEGRASI NASIONAL
Integrasi nasional adalah suatu proses menyatunya warga Negara menjadi satu kesatuan.
Dalam proses integrasi nasional terdapat penyesuaian pandangan maupun pikiran serta
tindakan yang menyatu walaupun berasal dari berbagai suku bangsa, ras, dan lain lain.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), integrasi adalah pembauran hingga menjadi
kesatuan yang utuh atau bulat. Sementara definisi Integrasi nasional adalah penyatuan
berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan suatu
identitas nasional.1 Sementara itu, James J. Coleman dan Carl G. Rosberg berpendapat bahwa
integrasi nasional memiliki dimensi vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal dalam integrasi
nasional bertujuan mengintegrasikan persepsi dan perilaku elite dan massa dengan cara
menghilangkan, mengurangi perbedaan kesenjangan Antara kelompok yang berpengaruh
dengan yang memengaruhi. Dimensi horizontal mengintegrasikan Antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat, dengan cara menjembatani perbedaan-perbedaan yang
ditimbulkan oleh faktor-faktor territorial/kultur dengan mengurangi kesenjangan yang
ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut.2
6
yang menjadi daya mempersatukan adalah Pesaruan Indonesia atau sila Ketiga Pancasil
karena dalam integrasi nasional melekat nilai kemanusiaan yaitu manusia adalah sederajat
dan di dalam persatuan ada pengakuan kesamasederajatan dan hidup bersama sebagai satu
kesatuan yang saling tolong menolong tanpa menghapuskan kemerdekaan individu.
Konflik merupakan satu sisi yang tidak mendapatkan perhatian dari pendekatan integrasi.
Pendekatan konflik dibahas karena kenyataan menunjukkan bahwa integrasi nasional yang
diuayakan tidak selalu berjalan mulus melainkan ada kendala yang berupa pertentangan yang
bersifat semu maupun yang nyata. Pendekatan konflik layak mendapatkan perhatian untuk
dipahami dengan harapan agar integrasi nasional menjadi kenyataan.
7
f) Dominasi politik oleh satu kelompok kepada kelompok yang lain.
Indonesia sendiri secara fisik memiliki pulau-pulau besar dan kecil yang berumlah 13.667
dan menjadi negara kepulauan. Hal itu merupakan faktor geografis yang juga nantinya
berujung pada pluralitas etnis dan kebudayaan. Setiap penduduk yang menempati masing-
masing pulai nantinya disebut sebagai suku bangsa yang memiliki karakteristiknya sendiri
yang membedakannya dari suku bangsa yang lain. Pluralitas suku bangsa yang disusul
dengan pluralitas kebudayaan tersebut menjadi kebanggan Indonesia yang dipersatukan
dalam “Bhinneka Tunggal Ika”, namun dapat menjadi bumerang bagi bangsa Indonesua
sendiri apabila pluralitas tersebut menjadi sumber konflik. Oleh sebab itu 5 poin dalam
Pancasila menjadi satu hal yang sangat diharapkan untuk dipengang teguh oleh segenap
masyarakat Indonesia yang majemuk ini. Selain keragaman etnis dan budaya, pluralitas di
Indonesia juga berupa keragaman agama atau kepercayaan.
Menurut Winer dalam Muhaimin (1982) ada dua strategi kebijaksanaan pemerintah
untuk mencapai integrasi nasional yaitu penghapusan sifat-sifat cultural dari komunitas-
komunitas minoritas yang berbeda menjadi semacam kebudayaan nasional biasnya dari
kebudayaan yang dominan yang disebut asimilatif, yang kedua penciptaan kesediaan nasional
tanpa menghapus kebudayaan kecil yaitu kebijaksaan Bhineka Tunggal Ika secara politik
ditandai dengan penjumlahan etnis.
Bagi bangsa Indonesia strategi integrasi yang perlu dilaksanakan adalah pembangunan
yang menekankan pada keadilan sosial dan pemerataan, tidak semata-mata untuk
pertumbuhan ekonomi. Pembanguna yang sedang dan akan dilaksanakan harus diarahkan
untuk menghindari polarisasi dalam masyarakat yang pada gilirannya akan dapat mengancam
integrasi nasional. Demikian pula pembangunan yang berkeadilan sosial dimaksudkan untuk
mewujudkan masyarakat berkeadilan yang mampu mendukung integrasi nasional.
Meningkatkan displin nasional adalah strategi untuk meningkatkan integrasi nasional.
Displin adalah sikap dan perilaku yang taat terhadap norma-norma sosial yang berlaku dalam
kehidupan dengan bersikap dan berperilaku menggunakan acuan, norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu perlu membudayakan displin nasional,
lebih-lebih diantara para pemimpin yang dijadikan teladan bagi masyarakat. Hal ini penting
karena masyarakat berorientasi vertical ke atas.
Dengan mengembangkan sikap plurarisme adalah strategi dalam integrasi nasional yang
berlatar belakang kemajemukan sehingga pertentangan atau kerusuhan yang terjadi karena
perbedaan akan dapat diredam sehingga integrasi nasional dapat terwujud.
9
2.4 INTEGRASI NASONAL INDONESIA
G.R. Logan adalah orang pertama yang pada tahun 1850 menamakan Indonesia untuk
gugusan pulau di Asia Tenggara yang pada waktu itu menjadi koloni belanda, sebagaimana
ditulis dalam buku Sir Stamford Raffles yang berjudul The History Of Java. Menurut sejarah,
Colombus sesungguhnya bermaksud untuk mencari India (Indonesia) guna memperoleh
rempah-rempah, namun karena alur pelayaran yang salah, Ia justru menemukan benua baru
Amerika yang disangkanya Indonesia, karena itu orang pribumi disana dinamakan Indian.
Selain istilah Indonesia dikenal pula istilah Nusantara yang menunjukan wilayah negara
kesatuan Indonesia, nusantara diperkenalkan pertama kali oleh Gajah Mada dan dipakai
sebagai dasar konsepsi politik Sosbudhankam (sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan)
kerajaan Majapahit. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara artinya kepulauan yang
dibatasi oleh dua benua dan dua lautan, terdiri atas pulau-pulau yang berserakan.
Oleh dari itu, untuk mendorong integrasi nasional, terdapat faktor-faktor pendukung
sebagai berikut:
• Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
• Kemauan untuk menyatukan persatuan bagi bangsa Indonesia yang dinyatakan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
• Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, seperti dalam perjuangan merebut,
menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
• Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
• Kesepakatan nasional dalam bentuk pernyataan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan
UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa
Indonesia.
10
Masalah-masalah Integrasi Nasional
Menurut Koencaraningrat paling sedikit ada 4 sub masalah integrasi yang masing-masing
memerlukan kebijaksanaan yang berbeda :
a. Masalah mempersatukan aneka warna suku bangsa.
Banyakanya suku bangsa di Indonesia masing-masing memiliki bahasa, adat istiadat,
asas organisasi sosial, kesenian, identitas cultural yang berbeda-beda. Aneka suku
bangsa dengan segala perbedaanya sudah tentu mempengaruhi interaksi diantara
mereka walaupun semuanya sebagai satu bangsa. Perbedaan kebudayaan daerah
yang dimiliki oleh suku-suku bangsa Indonesia menumbulkan gamabaran
subjektif terhadap etnis lain yang tidak selalu positif yang disebut sterotipe
misalnya orang Jawa itu lamban, orang Batak itu transparan, orang Madura itu
suka berkelahi,dll.
b. Masalah hubungan antar umat beragama.
Adanya berbagai agama yang dipeluk penduduk Indonesia memunculkan potensi
konflik di antara umat beragama. Adalah wajar jika seorang pemeluk agama
menyakini bahwa agamanya yang paling benar, namun hal tersebut akan meciptakan
kehidupan beragama yang tidak nyaman jika disertai dengan perilaku meremehkan
dan menghina agama lain.
c. Masalah Mayoritas dan Minoritas
Yang dimaksud dengan Minoritas adalah warga negara Tionghoa, jumlah orang
Tionghoa diperkirakan mencapai 2,5% (skinner). Mereka bergerak dis ektor
perdagangan dan terutama menjadi penduduk kota. Dengan P.P. 40 yang melarang
segala aktifitas perdagangan orang asing di daerah pedesaan maka semua orang
Tionghoa di Indonesia meninggalkan daerah pedesaan dan mereak tinggal di kota-
kota di Indonesia.
d. Masalah Integrasi papua
Papua merupakan bagain dari Indonesia yang paling timur. Dan baru tahun 1963
menjadi provinsi dari NKRI. Secara politik masalah Integrasi Papua sudah tercapai
karena telah menjadi bagian integrasi dari negara Indonesia, namun itegrasi
kebudayaan masih merupakan masalah. Rasa curiga, rasa benci di antara kedua belah
pihak tidak mendukung integrasi. Prasangka, dan sterotip etnis antara penduduk papua
dengan orang Indonesia lain dan sebaliknya menghambat integrasi. Adanya cita-cita
atau keinginan untuk membentuk negara sendiri, yaitu papua merdeka, dapat
mengganggu proses itegrasi papua kedalam persatuan nasional Indonesia.
11
Kendala integrasi nasional Indonesia
• Masyarakat Indonesia yang heterogen dengan masing-masing kebudayaan daerahnya,
bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.
• Luas wilayah negara yang terdiri dari ribuan kepulauan dan dikelilingi lautan.
• Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA,
gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
• Pada beberapa suku bangsa, masih menomorsatukan kelebihan budayanya dibanding
budaya suku bangsa lain. Hal ini yang disebut dengan paham “etnosentrisme”.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Integrasi nasional adalah proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke
dalam kesatuan wilayah dan pembentukan suatu identitas nasional sehingga terciptanya
keselarasan secara nasional. Indonesia merupakan sebuah bangsa yang mempunyai suku,
budaya, agama, adat-istiadat, agama, dan ras yang sangat beragam. Perbedaan tersebut
tentunya membawa dampak yang positif dan negatif bagi bangsa ini, terkhususnya bagi
permasalahan Integrasi Nasional.
Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap
harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai tujuannya.
Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia, masyarakat
Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik yang
berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.
Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat Indonesia
dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau dapat dikatakan
negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat penting untuk
diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat menyatukan berbagai
macam perbedaan yang ada di Indonesia.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://blog.ruangguru.com/pengertian-integrasi-nasional-dalam-konteks-indonesia
(diakses tanggal 28 September 2019)
Kameo Jefferson, 2014.. Pendidikan Kewarganegaraan (Integrasi Nasional),
Fakultas Hukum, Universitas Kristen Satya wacana.
14