INTEGRASI NASIONAL
OLEH
KELOMPOK 2
KUPANG
2021
Nama anggota kelompok 2:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Integrasi
Naional”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena adanya
keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh Karena itu, semua kritik
dan saran yang bersifat menbangun akan kami terima dengan senang hati. Kami
berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak yang
membutuhkan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………. i
DAFTAR ISI………………………………………………………… ii
BAB I………………………………………………………………… 1
1.3 Tujuan………………………………………………………… 2
BAB II……………………………………………………………….. 3
BAB III………………………………………………………………. 15
3.1 Kesimpulan…………………………………………………… 15
3.2 Saran…………………………………………………………... 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
6. Apa saja dimensi integrasi dan bagaimana sikap yang perlu ditanamkan
dalam berintegrasi
1.3. Tujuan
1. Untuk memperoleh nilai tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan
2. Untuk lebih memahami pentinganya berbagai upaya saling menghargai
dalam perbedaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
5. Safroedin Bhar
Integrasi nasional mempunyai arti membuat atau menyempurnakan
dengan jalan menyatukan bermacam unsur-unsur bangsa yang awalnya
terpisah-pisah.
4
2.3. Pluralitas Masyarakat Indonesia
A. Perbedaan Agama
5
B. Perbedaan Budaya
Pluralitas di Indonesia bisa ditemui juga dalam kebudayaan. Budaya sendiri bisa
diartikan sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku dan pengetahuan atau
keterampilan yang diwariskan secara turun temurun dan dimiliki oleh sekelompok
masyarakat tertentu. Melalui budaya itu sendiri akan menimbulkan kekhasan yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Menurut sosiolog J.J Hoenigman
terdapat 3 wujud budaya yaitu gagasan, tindakan, dan karya.
Gagasan
Gagasan di dalam budaya dapat berupa ide, nilai, peraturan, maupun norma yang
bersifat tidak dapat disentuh atau diraba, dimana gagasan tersebut terdapat pada
pikiran manusia itu sendiri. Kebudayaan yang berwujud gagasan contohnya
adalah norma yang berlaku di lingkungan sekitar, tidak tertulis tetapi ditaati oleh
masyarakat.
Tindakan/ Aktivitas
Tindakan/ Aktivitas kebudayaan dapat berupa perayaan rutin masyarakat
tertentu.Aktivitas kebudayaan bersifat nyata, terjadi di kehidupan sehari-hari dan
dapat diamati oleh manusia.Contohnya, dalam masyarakat Jawa ada kegiatan
mitoni atau selamatan 7 bulan kehamilan dari anak pertama.
Karya
6
melakukan transmigrasi ke pulau di Nusantara serta bahkan tidak sedikit juga
yang tersebar di luar negeri.
D. Perbedaan Pekerjaan
Mohammad Shofan
Pluralisme adalah upaya untuk membangun kesadaran normatif teologis dan
kesadaran sosial.
Syamsul Maa’arif
Menurut Syamsul Maa’rif, pluralisme merupakan suatu sikap saling
memahami, dan menghormati adanya perbedaan demi
tercapainyakerukunan antar umat beragama.
7
Webster
Pluralisme adalah keadaan sosial yang hadir dalam beragam etnis, agama,
ras dan etnis yang mempertahankan tradisi berpartisipasi dalam masyarakat.
Keadaan seperti ini kemudian menciptakan sebuah pola masyarakat yang
hidup saling berdampingan dalam keberagaman yang ada.
Anton M. Moeliono
Pluralisme merupakan suatu hal yang memberikan makna jamak dari segi
kebudayaan yang berbeda-beda dalam suatu masyarakat. Rasa hormat akan
nilai kebudayaan lainnya dan sikap saling menghargai merupakan dasar
landasan terciptanya plurarisme.
Santrock
Santrock menyatakan bahwa Santrock adalah penerimaan tiap individu
yang berpendapat bahwa perbedaan budaya haruslah dipertahankan dan
dihargai keberadaannya
1. Sikap pluralitas
8
2. Contoh dari sikap pluaralitas
Contoh dari penerapan sikap pluralitas dalam dilakukan seperti hal berikut ini.
Akibat secara langsung dan tidak langsung dari adanya sikap pluralitas akan
memberi manfaat antara lain sebagai berikut:
Toleransi dimana-mana.
9
konflik antarapemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Sedangkan konflik
horizontaladalah konflik antarwarga masyarakat atau antarkelompok yang
terdapatdalam masyarakat.Dalam dimensi vertikal sepanjang sejarah sejak
proklamasiIndonesia hampir tidak pernah lepas dari gejolak kedaerahan berupa
tuntutanuntuk memisahkan diri. Kasus Aceh, Papun, Ambon merupakan
konflik yangbersifat vertikal yang bertujuan untuk memisahkan diri dariNegara
Kesatuan Republik Indonesia kasus-kasus tersebut merupakanPerwujudan
konflik antaramasyarakat daerah dengan otoritas kekuasaan yang ada di pusat.
Konfliktersebut merupakan ekspresi ketidakpuasan terhadap kebijakan
pemerintahpusat yang diberlakukan di daerah. Di samping itu juga adanya
kepentingankepentingan tertentu dari masyarakat yang ada di daerah.
1. Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih
menjadi satu kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut
maka masing-masing unsur budaya melebur menjadi satu sehingga dalam
kebudayaan yang baru itu tidak tampak lagi identitas masing-masing budaya
pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi integrasi nasional,
berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan
agar unsur-unsur budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur menjadi
satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal.
Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi
nasional dilakukan tanpa menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya
lokal dalam masyarakat negara yang bersangkutan. Dalam konteks perubahan
10
budaya, asimilasi memang bisa saja terjadi dengan sendirinya oleh adanya
kondisi tertentu dalam masyarakat. Namun bisa juga hal itu merupakan bagian
dari strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu
dengan cara melakukan rekayasa budaya agar integrasi nasional dapat
diwujudkan. Dilihat dari perspektif demokrasi, apabila upaya yang demikian itu
dilakukan dapat dikatakan sebagai cara yang kurang demokratis dalam
mewujudkan integrasi nasional.
2. Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih
sehingga memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli
pembentuknya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian
berarti bahwa kebudayaan baru yang terbentuk tidak “melumat” semua unsur
budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini menjadi strategi integrasi yang
diterapkan oleh pemerintah suatu negara, berarti bahwa negara mengintegrasikan
masyarakatnya dengan mengupayakan adanya identitas budaya bersama namun
tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok atau budaya lokal. Dengan
strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional
dilakukan dengan tetap menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya
lokal, walaupun penghargaan tersebut dalam kadar yang tidak terlalu besar.
Sebagaimana asimilasi, proses akulturasi juga bisa terjadi dengan sendirinya
tanpa sengaja dikendalikan oleh negara. Namun bisa juga akulturasi menjadi
bagian dari strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya.
Dihat dari perspektif demokrasi, strategi integrasi nasional melalui upaya
akulturasi dapat dikatakan sebagai cara yang cukup demokratis dalam
mewujudkan integrasi nasional, karena masih menunjukkan penghargaan
terhadap unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal.
3. Strategi Pluralis
Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan
dalam masyarakat. Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi
nasional dengan memberi kesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada
dalam masyarakat untuk hidup dan berkembang. Ini berarti bahwa dengan
strategi pluralis, dalam mewujudkan integrasi nasional negara memberi
11
kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam negara, baik suku, agama,
budaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk tumbuh dan
berkembang, serta hidup berdampingan secara damai. Jadi integrasi nasional
diwujudkan dengan tetap menghargai terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam
masyarakat. Hal ini sejalan dengan pandangan multikulturalisme, bahwa setiap
unsur perbedaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama, sehingga
masingmasing berhak mendapatkan kesempatan untuk berkembang.
12
tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di mana
latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa
yang cenderung berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan dengan
dimensi vertikal lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan
dimensi horizontal, sehingga memberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia
dimensi horizontal lebih menonjol daripada dimensi vertikalnya.
Keinginan yang kuat dari pemerintah untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat, kebijakan pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan
masyarakat, dukungan masyarakat terhadap pemerintah yang sah, dan ketaatan
warga masyarakat melaksanakan kebijakan pemerintah adalah pertanda adanya
integrasi dalam arti vertikal.Sebaliknya kebijakan demi kebijakan yang diambil
oleh pemerintah yang tidak/kurang sesuai dengan keinginan dan
harapanmasyarakat serta penolakan sebagian besar warga masyarakat terhadap
kebijakan pemerintah menggambarkan kurang adanya integrasi vertikal.Memang
tidak ada kebijakan pemerintah yang dapat melayani dan memuaskan seluruh
warga masyarakat, tetapi setidaktidaknya kebijakan pemerintah hendaknya dapat
melayani keinginan dan harapan sebagian besar warga masyarakat. Sedangkan
jalinan hubungan dan kerjasama di antara kelompokkelompok yang berbeda
dalam masyarakat, kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai dan saling
menghargai antara kelompokkelompok masyarakat dengan pembedaan yang ada
satu sama lain, merupakan pertanda adanya integrasi dalam arti horisontal. Kita
juga tidak dapat mengharapkan terwujudnya integrasi horisontal ini dalam arti
yang sepenuhnya. Pertentangan atau konflik antar kelompok dengan berbagai latar
belakang perbedaan yang ada, tidak pernah tertutup sama sekali kemungkinannya
untuk terjadi. Namun yang diharapkan bahwa konflik itu dapat dikelola dan
dicarikan solusinya dengan baik, dan terjadi dalam kadar yang tidak terlalu
mengganggu upaya pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat dan pencapaian
tujuan nasional.
13
tersebut sebagai alasan untuk berkonflik. Di samping itu perlu memandang
kebudayaan orang lain dari perspektif pemilik kebudayaan yang bersangkutan,
dan bukan memandang kebudayaan orang lain dari perspektif dirinya sendiri.
Oleh karena itu multikulturalisme menekankan pentingnya belajar tentang
kebudayaan-kebudayaan lain dan mencoba memahaminya secara penuh dan
empatik sehingga dapat menghargai kebudayaan-kebudayaan lain di samping
kebudayaannya sendiri
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16