Makalah Kewarganegaraan
Makalah Kewarganegaraan
DISUSUN OLEH
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pentingnya Memahami Perbedaan Dalam Rangka
Mewujudkan Integrasi Nasional.
Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi kriteria penilaian dari Dosen Drs.
Purnomo. MM matakuliah kewarganegaran.
Akhir kata, kami berharap, semoga makalah ini dapat menambah wawasan penulis mengenai
Integrasi Nasional, diharapkan juga dapat melatih penulis agar dapat berpikir kristis dalam menghadapi
suatu permasalahan di dunia nyata dan dapat menambah wawasan para pembaca.
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
ABSTRAK...............................................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Makalah ……….......................................................................................1
2. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
3. Tujuan Penulisan................................................................................................................1
4. Manfaat...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Integrasi Nasional.............................................................................................2
2.2 Pentingnya Integrasi Nasional............................................................................................2
2.3 Pluralitas Masyarakat Indonesia.........................................................................................3
2.4 Potensi Konflik Dalam Masyarakat Indonesia...................................................................4
2.5 Penyebab Konflik Kedaerahan...........................................................................................5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................7
3.2 Saran....................................................................................................................................7
Daftar Pustaka.........................................................................................................................8
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Integrasi nasional adalah upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan
pemerintah dan wilayahnya (Saafroedin Bahar,1998). “Mengintegrasikan” berarti membuat
untuk atau menyempurnakan dengan jalan menyatukan unsur-unsur yang semula terpisah-
pisah. Menurut Howard Wrigins (1996), integrasi berarti penyatuan bangsa-bangsa yang
berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan
masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Jadi menurutnya, integrasi
bangsa dilihatnya sebagai peralihan dari banyak masyarakat kecil menjadi satu masyarakat
besar.
Masyarakat yang terintegrasi dengan baik merupakan harapan bagi setiap negara. Sebab
integrasi masyarakat merupakan kondisi yang diperlukan bagi negara untuk membangun
kejayaan nasional demi mencapai tujuan yang diharapkan. Ketika masyarakat suatu negara
senantiasa diwarnai oleh pertentangan atau konflik, maka akan banyak kerugian yang
diderita, baik kerugian berupa fisik materiil seperti kerusakan sarana dan prasarana yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maupun kerugian mental spiritual seperti perasaan
kekawatiran, cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang berkepanjangan. Di sisi lain
banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara, yang mestinya dapat digunakan
untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat, harus dikorbankan untuk
menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian negara yang senantiasa diwarnai konflik di
dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan,
karena setiap masyarakat di samping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi
konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerjasama, serta
konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupan potensi yang
mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti
perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan kepentingan adalah
menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola dan
disikapi dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apapun kondisinya integrasi masyarakat
2
merupakan sesuatu yang sangan dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara,
dan oleh karena itu perlu senantiasa diupayakan.
Dalam dimensi horizontal kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dilihat dari adanya
berbagai macam suku bangsa seperti suku bangsa Jawa, suku bangsa Sunda, suku bangsa
Batak, suku bangsa Minangkabau, suku bangsa Dayak, dan masih banyak yang lain. Tentang
berapa jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia, ternyata terdapat perbedaan yang cukup
signifikan di antara para ahli tentang indonesia. Hildred Geertz misalnya menyebutkan
adanya lebih dari 300 suku bangsa di Indonesia dengan bahasa dan identitas kulturalnya
masing-masing. Sedangkan Skinner menyebutkan lebih dari 35 suku bangsa di Indonesia
dengan bahasa dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Perbedaan yang mencolok dari
jumlah suku bangsa yang disebutkan di atas bisa terjadi karena perbedaan dalam melihat
unsur-unsur keragaman pada masing- masing suku bangsa tersebut. Namun seberapa jumlah
suku bangsa yang disebutkan oleh masing-masing, cukup rasanya untuk mengatakan bahwa
masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk.
Sebelum kita menanggapi diri kita ini sebagai bangsa Indonesia, suku-suku bangsa ini
biasa dinamakan bangsa, seperti bangsa Melayu, bangsa Jawa, bangsa Bugis, dan sebagainya.
Masing-masing suku bangsa memiliki wilayah kediaman sendiri, daerah tempat kediaman
nenek moyang suku bangsa yang bersangkutan yang pada umumnya dinyatakan melalui
mitos yang meriwayatkan asal usul suku bangsa yang bersangkutan. Anggota masing-masing
suku bangsa cenderung memiliki identitas tersendiri sebagai anggota suku bangsa yang
3
bersangkutan, sehingga dalam keadaan tertentu mereka mewujudkan rasa setiakawan,
solidaritas dengan sesama suku bangsa asal. (Bachtiar, 1992: 12).
Di samping suku-suku bangsa tersebut di atas, yang bisa dikatakan sebagai suku bangsa
asli, di Indonesia juga terdapat kelompok warga masyarakat yang lain yang sering dikatakan
sebagai warga peranakan. Mereka itu seperti warga peranakan Cina, peranakan Arab,
peranakan India. Kelompok warga masyarakat tersebut juga memiliki kebudayaannya sendiri,
yang tidak mesti sama dengan budaya suku-suku asli di Indonesia, sehingga muncul budaya
orang-orang Cina, budaya orang-orang Arab, budaya orang-orang India, dan lain-lain.
Kadang-kadang mereka juga menampakkan diri dalam kesatuan tempat tinggal, sehingga di
kota-kota besar di Indonesia dijumpai adanya sebutan Kampung Pecinan, Kampung Arab,
dan mungkin masih ada yang lain.
Dalam dimensi vertikal, sepanjang sejarah sejak proklamasi Indonesia hampir tidak
pernah lepas dari gejolak kedaerahan berupa tuntutan untuk memisahkan diri. Kasus Aceh,
Papua, Ambon merupakan konflik yang bersifat vertikal yang bertujuan untuk memisahkan
diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kasus-kasus tersebut merupakan perwujudan
konflik antara masyarakat daerah dengan otoritas kekuasaan yang ada di pusat. Konflik
4
tersebut merupakan ekspresi ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat yang
diberlakukan di daerah. Di samping itu juga adanya kepentingan-kepentingan tertentu dari
masyarakat yang ada di daerah.
Konflik horizontal lainnya yang juga sering terjadi adalah konflik yang berlatar belakan
keagamaan. Konflik keagamaan sering terjadi dalam intensitas yang sangat tinggi oleh karena
agama merupakan sesuatu hal yang sifatnya sangat sensitif. Ketersinggungan yang bernuansa
keagamaan sering memunculkan pertentangan yang meruncing yang disertai dengan tindak
5
kekerasan di antara kelompok penganut suatu agama dan kelompok penganut agama lainnya.
Konflik dengan intensitas yang demikian tinggi disebabkan karena masalah yang bernuansa
keagamaan sangat mudah membangkitkan solidaritas di kalangan sesama pemeluk agama
untuk melibatkan diri ke dalam konflik yang sedang berlangsung, dengan suatu keyakinan
bahwa perang ataupun konflik membela agama adalah perjuangan yang suci.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kami menyimpulkan, dengan pluralitas yang ada di Negara Indonesia tentu hal
tersebut sangat rentan menimbulkan konflik antar daerah. Maka dari itu rakyat Indonesia
perlu mempererat hubungan untuk mewujudkan integrasi nasional. Faktor faktor yang bisa
menjadi pendukung dalam mempererat hubungan antar daerah sepeti ikatan yang muncul dari
perasaan yang lahir dari apa yang ada dalam kehidupan sosial, yang sebagian besar berasal
dari hubungan keluarga, ikatan kesukuan tertentu, keanggotaan dalam keagamaan tertentu,
budaya, bahasa atau dialek tertentu, serta kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang membawakan
ikatan yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat.
3.2 Saran
Tentu, memahami perbedaan merupakan langkah kunci untuk mewujudkan integritas
nasional. Ada beberapa faktor yang bisa dilakukan untuk mewujudkan integrasi nasional,
seperti menghormati keberagaman antar daerah, mengajarkan toleransi pada anak anak sejak
dini, bersikap adil dengan orang lain, menjauhi sikap yang membangun tembok dengan orang
lain dan masih banyak faktor lain. Dengan memahami perbedaan dan menerapkan nilai-nilai
ini dalam kehidupan sehari-hari, warga Indonesia dapat bersama-sama membangun fondasi
integritas nasional yang kokoh dan inklusif.
7
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo dan Muhammad Nurdin. 2023. Modul Kewarganegaraan. Jakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Pelayaran.