PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
INTEGRASI NASIONAL
DOSEN PENGAMPU
Kelompok 11
1. Abelia : 23086119
2. Risma Anggraeini Febriyanti : 23004031
3. Sandra Yunita : 23003041
4. Umirul Nazif Al Asyar. NE : 23086111
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judu “ INTEGRASI NASIONAL ”.
Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna dari
Integrasi Nasional di Indonesia, kami sadar materi kuliah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi.
Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang berintegrasai nasional,
karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 4
BAB II ............................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 6
2.1 Definisi Integrasi Nasional ................................................................................................. 6
2.2 Alasan Perlunya Integrasi Nasional .................................................................................. 6
2.3 Sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Integrasi Nasional ............................... 7
2.4 Dinamika, dan tantangan Integrasi Nasional ................................................................... 9
2.5 Esensi dan urgensi Integrasi Nasional ............................................................................ 10
2.6 Contoh Praktik kewarganegaraan .................................................................................. 11
BAB III ......................................................................................................................................... 13
PENUTUP ........................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 13
3.2 Saran .................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan kita mengenai kebudayaan Indonesia sangatlah kurang, anak muda zaman
sekarang lebih megetahui tentang moderanisasi ketimbang tradisional. Pengaruh kebudayaan luar
menyebabkan kurangnya pengetahuan kita mengenai proses kebudayaan yang ada di Indonesia.
Kurangnya pengetahuan akan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara menimbulkan
hilangnya rasa persatuan kita baik terhadap sesama maupun negara. Masing-masing individu
lebih mementingkan kepentingannya sendiri, tanpa ada rasa peduli terhadap sesamanya.
Sebagai generasi penerus bangsa, marilah kita memiliki rasa tanggung jawab terhadap
keutuhan dan kesatuan bangsa. Tidak hanya sebagai generasi penerus bangsa, tetapi kita adalah
generasi pelurus bangsa dimana menjunjung tinggi sikap keadilan adalah suatu keharusan demi
terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.
Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, marilah kita memiliki rasa Integrasi
Nasional. Yaitu suatu sikap kepedulian terhadap sesame, serta memiliki rasa persatuan yang
tinggi, baik terhadap bangsa, negara, agama, social, budaya, maupun keluarga. Tidak ada kata
terlambat untuk memulai terciptanya kehidupan yang berlandaskan Pancasia, berpegang teguh
pada semboyan bangsa “Bhinneka Tunggal Ika” dan bersandar hukum pada UUD.
Dalam konteks Indonesia, maka proses integrasi nasional haruslah berjalan alamiah,
sesuai dengan keanekaragaman budayanya dan harus lepas dari hegemoni dan dominasi peran
politik etnik tertentu. Suatu integrasi nasional yang tangguh hanya akan berkembang di atau
konsensus nasional mengenai batas-batas suatu masyarakat politik dan sistem politik yang
berlaku bagi seluruh masyarakat tersebut.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi Integrasi Nasional
2. Mengetahui alasan perlunya Integrasi Nasional
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, dan politis tentang Integrasi Nasional
4. Mengetahui tentang dinamika, dan tantangan Integrasi Nasional
4
5. Mengetahui esensi dan urgensi Integrasi Nasional
6. Mengetahui Praktik kewarganegaraan
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Integrasi Nasional
Integrasi Nasional berasal dari dua kata, yakni Integrasi dan Nasional. Integrasi ini
berasal dari Bahasa Inggris (integrate) yang memiliki arti menyatupadukan, mempersatukan atau
menggabungkan.
1. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): Integrasi memiliki arti pembauran
sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.
2. Secara Politis: Integrasi Nasional secara politis ini memiliki arti bahwa penyatuan
berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk
suatu identitas nasional.
3. Secara Antropologi: Integrasi Nasional secara antropologis ini berarti bahwa proses
penyesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu
kesatuan fungsi di dalam kehidupan masyarakat.
Integrasi Nasional adalah usaha dan proses mempersatukan setiap perbedaan yang ada
pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti
yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar wilayahnya dan
beragam kebudayaannya. Di sisi lain, ini membawa dampak posistif bagi bangsa karena kita
bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak dan mengelola budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat. Namun, hal ini juga dapat menimbulkan masalah yang
baru. Dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau
manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku, budaya, dan agama. Oleh karena
itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia lebih
6
memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak terwujud.
Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik bagi
masyarakat Indonesia.
Model Integrasi Imperium Majapahit: model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan
(imperium) Majapahit. Struktur kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur konsentris.
Terdapat tiga konsentris Kerajaan Majapahit. Konsentris pertama disebut wilayah inti
kerajaan, yaitu meliputi pulau Jawa dan Madura yang diperintah langsung oleh raja dan
saudara-saudaranya. Konsentris kedua adalah wilayah di luar Jawa (Mancanegara dan
pasisiran) yang merupakan kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris ketiga (tanah sabrang)
adalah negara-negara sahabat dimana Majapahit menjalin hubungan diplomatik dan
hubungan dagang, antara lain dengan Champa, Kambija, dan Ayudyapura (Thailand).
Model Integrasi Kolonial: model integrasi kedua ini lebih tepat disebut dengan integrasi
atas wilayah Hindia-Belanda yang baru sepenuhnya dicapai pada awal abad ke-XX
dengan wilayah yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah kolonial
mampu membangun integrasi wilayah dengan menguasai maritim, sedangkan integrasi
vertikal antara pemerintah pusat dan daerah dibina melalui jaringan birokrasi kolonial
yang terdiri dari ambtenaar-ambtenaar (pegawai) Belanda dan pribumi yang tidak
mempunyai jaringan dengan massa rakyat. Dapat dikatakan bahwa pemerintah kolonial
tidak mempunyai dukungan yang berarti dari rakyat Indonesia. Integrasi model kolonial
ini tidak mampu menyatukan segenap keragaman bangsa Indonesia, tetapi hanya untuk
maksud menciptakan kesetiaan tunggal pada penguasa kolonial.
7
Model Integrasi Nasional Indonesia: model integrasi ketiga ini merupakan proses
berintegrasinya bangsa Indonesia sejak bernegara merdeka pada tahun 1945. Integrasi
model ini berbeda dengan integrasi model kedua. Integrasi model kedua dimaksudkan
agar rakyat jajahan mendukung pemerintah kolonial melalui penguatan birokrasi kolonial
dan penguasaan wilayah. Sedangkan integrasi model ketiga ini dimaksudkan untuk
membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa Indonesia yang merdeka, memiliki
semangat kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau kesadaran kebangsaan yang baru.
Model integrasi nasional ini diawali dengan tumbuhnya kesadaran berbangsa, khususnya
pada diri orang-orang Indonesia yang mengalami proses pendidikan sebagai dampak dari
politik etis pemerintah kolonial Belanda. Para kaum terpelajar mulai menyadari bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa jajahan yang harus berjuan meraih kemerdekaan jika
ingin menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur yang sederajat
dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Sehingga mereka yang berasal dari berbagai
daerah berkumpul dan bersatu untuk mendirikan organisasi-organisasi pergerakan
nasional, baik yang bersifat keagamaan, kepemudaan, kedaerahan, politik, ekonomi,
perdagangan, dan kelompok perempuan. Misalnya, Sukarno yang berasal dari Jawa,
Muhammad Hatta yang berasal daari Sumatra, AA. Maramis dari Sulawesi, dan Tengku
Muhammad Hasan dari Aceh.
2. Sumber Sosiologis
Masa Perintis: masa perintis adalah masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui
pembentukan organisasi-organisasi pergerakan. Masa ini ditandai dengan munculnya
organisasi pergerakan nasional Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang diperingati
sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Masa Penegas: masa penegas adalah masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan
pada diri bangsa Indonesia yang ditandai dengan peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal
28 Oktober 1928. Dengan Sumpah Pemuda, masyarakat Indonesia yang beranekaragam
menyatakan diri sebagai bangsa yang memiliki satu tanah air, satu bangsa, dan satu
bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
Masa Percobaan: bangsa Indonesia melalui organisasi pergerakan mencoba meminta
kemerdekaan dari Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan yang tergabung dalam
GAPI (Gabungan Politik Indonesia) pada tahun 1938 mengusulkan agar Indonesia
Berparlemen.Namun, perjuangan menuntut Indonesia merdeka tersebut tidak berhasil.
8
Masa Pendobrak: pada masa ini, semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia telah
berhasil mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan. Kemerdekaan
bangsa Indonesia diplokamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejak saat itu, bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, bebas, dan sederajat dengan bangsa lain.
Nasionalisme telah mendasari bagi pembentukan negara kebangsaan Indonesia modern.
3. Sumber Politis
Secara politis, hasrat untuk bersatu sebagai satu kesatuan bangsa terealisasi melalui
konsensus nasional yaitu Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Kemauan untuk bersatu disadari
benar oleh para perintis kemerdekaan sehingga bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
merupakan pilihan nyata mereka sebagai satu perwujudan integrasi nasional.
1. Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional Pada Masa Orde Lama: Sesuai dengan
tujuan dari semangat proklamasi kemerdekaan bahwabangsa Indonesia merdeka ingin
membentuk suatu negara yang berdiri diatas satu pondasi semangat persatuan dan
kesatuan, sehingga mampu mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang bersatu,
berdaulat, adil dan makmur bagi seluruh masyarakat Indonesia. Hal itu ditegaskan di
dalam Pancasila sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Artinya berangkat dari realitas
sejarah bangsa Indonesia yang sangat multikultural itulah maka bangsa Indonesia
mempunyai cita-cita bersama untuk hidup bersama didalam satu bangunan
rumah yang disebut dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Meskipun melihat kondisi kekinian sering kita jumpai banyak permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia terkait dengan masalah
multikulturalisme dalam bingkai kebhinekaan. Membangun kesadaran
multikulturalisme dalam sebuah negara-bangsa, seperti Indonesia bukanlah upaya
yang mudah. Bhinneka Tunggal Ika sebagai teksideal yang diharapkan dapat
menyelesaikan persoalan multikultural diIndonesia, ternyata mengalami
penafsiran yang berbeda-beda dalam setiap orde pemerintahan pasca kemerdekaan.
9
Keberhasilan membangun semangat kebangsaan melalui wacana perlawanan
terhadap kolonial,ternyata tidak dengan keberhasilan yang sama dalam konsolidasi
nasional
2. Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional Pada Masa Orde Baru: Integrasi
timbul melalui proses interaksi dan komunikasi yang intensif, dalam arti
kelompok-kelompok yang terhimpun menjadi satu kesatuan yang membentuk jaringan-
jaringan komunikasi dengan cara represif karena berhubungan dengan sosialisasi
dengan nilai-nilai sosial,budaya yang menjadi konsensus bersama, pemberian
prilaku sama,pemberian kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam
pembangunan disegala bidang, serta adanya ikatan fungsional dalam kelompok-
kelompok yang terhimpun dalam satu kesatuan. Dalam upaya mewujudkan intergrasi
nasional indonesia, tantangan yang dihadapi datang dari dimensi horizontal dan vertikal.
Dalam dimensi horizontal tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan
horizontalyang berakar pada perbedaan suku, agama,ras, dan geografi. Sedangkan dalam
dimensi vertikal tantangannya yang ada adalah berupa celah perbedaan antara
elit dan massa dimana latar belakang pendidikan kekotan menyebabkan elit berbeda
dengan massa yang cenderung berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan
dengan dimensi vertikal lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan
dimensi horizontal,sehingga memberikan kesan bahwa dalam kasus indonesia horizontal
menonjol dibandingkan vertikalnya.
3. Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional Pada Masa Reformasi dan Saat ini:
Tantangan dari dimensi vertikal dan horisontal dalam intregasi nasional Indonesia
tersebut semakin tampak setelah memasuki erat reformasitahun 1998. Konflik
horizontal maupun vertikal sering terjadi bersamaan dengan melemahnya otoritas
pemerintahan di pusat. Kebebasan yang digulirkan pada era reformasi sebagai
bagian dari proses demokratisasi telah banyak disalah gunakan oleh kelompok-kelompok
dalam masyarakat untuk bertindak seenaknya sendiri. Tindakan ini kemudian
memunculkan adanya gerakan-gerakan antar kelompok. Bersamaan dengan itu
demontrasi menentang kebijakan pemerintah juga banyak terjadi, bahkan seringkali
demontrasi itu diikuti oleh tindakan-tindakan anarkis. Keinginan yang kuat dari
pemerintah untuk mewujudkan aspirasimasyarakat, kebijakan pemerintah yang
sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, dukungan masyarakat terhadap
pemerintah yang sahdan ketaatan warga masyarakat melaksanakan kebijakan
pemerintah adalah pertanda adanya intregasi dalam arti vertikal.
10
sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Kerusakan mental spiritual seperti perasaan kekhawatiran,
cemas, ketakutan, bahkan juga tekanan mental yang berkepanjangan. Di sisi lain banyak pula
potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara yang semestinya dapat digunakan untuk
melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat yang akhirnya harus dikorbankan
untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dengan demikian, negara yang selalu diwarnai dengan
konflik di dalamnya akan sulit untuk mewujudkan kemajuan.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan,
karena setiap masyarakat di samping membawa potensi integrasi jjuga menyimpan potensi
konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerjasama, serta
konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat merupakan potensi yang
mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat seperti
perbedaan suku, agama, budaya, dan perbedaan kepentingan yang menyimpan konflik, terlebih
lagi apabila perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola dan disikapi dengan cara dan sikap yang
tepat. Namun apapun kondisinya, integrasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk membangun
kejayaan bangsa dan negara sehingga perlu untuk diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan
integrasi masyarakat ini berarti kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
11
4. Cinta Tanah Air: Perasaan cinta tanah air bisa ditunjukkan dengan berbagai cara dan
sesuai kemampuan masing-masing individu. Salah satu contoh sikap cinta tanah air
adalah mendukung tim nasional ketika sedang mengikuti perlombaan atau turnamen,
membeli produk dalam negeri, hingga bangga pada karya dan prestasi orang Indonesia.
5. Penggunaan seragam di sekolah:Meski terkesan sederhana dan umum ditemui setiap
hari, kesamaan seragam sekolah adalah bentuk mewujudkan integrasi nasional. Dengan
seragam yang sama enggak akan ada lagi pembeda antara satu individu dan individu
lainnya. Semuanya sama dalam balutan seragam yang sama, seragam yang sama
menyimbolkan persamaan dan kesetaraan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan
perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan
secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat
besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak
positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak
atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
3.2 Saran
Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara indonesia karena dari integrasi
nasional dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di indonesia, sehingga
tidak adanya konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun
indonesia ini berbeda-beda suku, ras, agama, dan budaya, tetapi tetap indonesia adalah
negara yang satu yang mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan negara indonesia.
Bagi pembaca diharapkan agar mengetahui apakah Integrasi Nasional serta berbagai
faktor yang mempengaruhi dan pentingnya Integrasi Nasional Bagi Bangsa Indonesia.
Dengan mengetahui pentingnya Integrasi Nasional Bagi Bangsa Indonesia., diharapkan
kita bisa menjadi warga negara yang baik dan mampu melaksanakan proses pemersatuan
perbedaan perbedaan yang ada pada negara kita sehingga terciptanya keserasian dan tidak
adanya konflik dalam negara ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Agus, A. A. (2016). Integrasi nasional sebagai salah satu parameter persatuan dan
kesatuan bangsa negara republik Indonesia. Jurnal Sosialisasi, 3(3), 19-27.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/6bfed1ab6721a7e36e217799d60
17460.pdf
14