Disusun Oleh :
DWI FITRI AMALIA (30402000114)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunia-
Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan tugas makalah
dengan judul “Integrasi Nasional dan Disintegrasi di Indonesia” ini dengan tepat waktu. Tidak
lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya
akan kita nantikan kelak.
Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian makalah. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Pengertian Integrasi Nasional.........................................................................................5
B. Pentingnya Integrasi Nasional........................................................................................6
C. Mewujudkan Integrasi Nasional di Indonesia.................................................................7
D. Kasus – Kasus Disintegrasi di Indonesia........................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.......................................................................................................................11
B. Saran..................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Intergasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi sosial
akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas
teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Di Indonesia istilah integrasi masih sering disamakan dengan istilah pembauran atau
asimilasi, padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan. Integrasi diartikan dengan integrasi
kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial. Sementara pembauran dapat berarti
penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan (cultural traits)
mereka yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan
yang selaras (harmonis). Caranya adalah melalui difusi (penyebaran), dimana unsur kebudayaan
baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur
kebudayaan tradisional tertentu. Cara penanggulangan masalah konflik adalah melalui
modifikasi dan koordinasi dari unsur - unsur kebudayaan baru dan lama. Inilah yang disebut
sebagai Integrasi Sosial (Theodorson & Theodorson, 1979 dalam Danandjaja, 1999).
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang
ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti
yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun
wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang
melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga
dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Agar penulis tidak menyimpang jauh dari materi yang dibahas, maka penulis ingin
menyusun makalah ini secara sistematis. Dalam hal ini penulis ingin membahas mengenai
integrasi nasional. Agar masyarakat khusunya pelajar maupun mahasiswa dapat mengetahui
betapa pentingnya integrasi nasional bagi bangsa indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Integrasi Nasional ?
2. Apa Pentingnya Integrasi Nasional ?
3. Bagaimana Mewujudkan Integrasi Nasional di Indonesia ?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Di Indonesia istilah integrasi masih sering disamakan dengan istilah pembauran atau
asimilasi, padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan. Integrasi diartikan dengan integrasi
kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial. Sementara pembauran dapat berarti
penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan (cultural traits)
mereka yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan
yang selaras (harmonis). Caranya adalah melalui difusi (penyebaran), dimana unsur kebudayaan
baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur
kebudayaan tradisional tertentu. Cara penanggulangan masalah konflik adalah melalui
modifikasi dan koordinasi dari unsur - unsur kebudayaan baru dan lama. Inilah yang disebut
sebagai Integrasi Sosial (Theodorson & Theodorson, 1979 dalam Danandjaja, 1999).
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang
ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti
yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun
wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
Integrasi masyarakat yang sepenuhnya memang sesuatu yang tidak mungkin diwujudkan,
karena setiap masyarakat disamping membawakan potensi integrasi juga menyimpan potensi
konflik atau pertentangan. Persamaan kepentingan, kebutuhan untuk bekerja sama, serta
konsensus tentang nilai-nilai tertentu dalam masyarakat, merupakan potensi yang
mengintegrasikan. Sebaliknya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat seperti
perbedaan suku, perbedaan agama, perbedaan budaya, dan perbedaan kepentingan adalah
menyimpan potensi konflik, terlebih apabila perbedaan-pebedaan itu tidak dikelola dan disikapi
dengan cara dan sikap yang tepat. Namun apapun kondisi integrasi masyarakat merupakan
sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk membangun kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena
itu perlu senantiasa diupayakan. Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti
kegagalan untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam kelangsungan hidup
bangsa dan negara yang bersangkutan.
Sejarah indonesia adalah sejarah yang merupakan proses dari bersatunya suku-suku
bangsa menjadi sebuah bangsa. Ada semacam proses konvergensi, baik yang desengaja maupun
tidak disengaja, ke arah menyatunya suku-suku tersebut menjadi satu kesatuan negara dan
bangsa. (sumartana dkk, 2001:100)
Salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang termasuk indonesia
dalam mewujudkan integrasi nasional adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik
pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah
(kesukuan), jenis bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan. Di era globalisasi,
tantangan itu bertambah oleh adanya tarikan global dimana keberadaan negara dan bangsa sering
dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntunan dan kecenderungan global. Dengan demikian
keberadaan negara berada dalam dua tarikan sekaligus, yaitu tarikan dari luar berupa globalisasi
yang cenderung mengabaikan batas-batas negara-bangsa, dan tarikan dari dalam berupa
kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan yang sempit seperti ikatan etnis, kesukuan, atau
kedaerahan. Disitulah nasionalisme dan keberadaan negara nasional mengalami tantangan yang
semakin berat.
Namun demikian harus tetap diyakini bahwa nasionalisme sebagai karakter bangsa tetap
diperlukan di era indonesia merdeka sebagai kekuatan untuk menjaga eksistensi, sekaligus
mewujudkan taraf peradaban yang luhur, kekuatan yang tangguh, dan mencapai negara-bangsa
yang besar. Nasionalisme sebagai karakter semakin diperlukan dalam menjaga harkat dan
martabat bangsa di era globalisasi karena gelombang “peradaban kesejagatan” ditandai oleh
semakin kaburnya batas-batas teritorial negara akibat gempuran informasi dan komunikasi.
Dengan kondisi masyarakat indonesia yang diwarnai oleh berbagai keanekaragaman, harus
disadari bahwa masyarakat indonesia menyimpan potensi konflik yang sangat besar, baik konflik
yang bersifat vertikal maupun bersifat horizontal. Dalam dimensi vertikal, sepanjang sejarah
sejak proklamasi indonesia hampir tidak pernah lepas dari gejolak kedaerahan berupa tuntutan
untuk memisahkan diri. Sedangkan dalam dimensi horizontal, sering pula dijumpai adanya
gejolak atau pertentangan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat, baik konflik yang
bernuansa ras, kesukuan, keagamaan, atau antar golongan. Disamping itu juga konflik yang
bernuansa kecemburuan sosial.
Dalam skala nasional, kasus aceh, papua, ambon, merupakan konflik yang bersifat
vertikal dengan target untuk memisahkan diri dari negara republik indonesia. Kasus-kasus
tersebut dapat dilihat sebagai konflik antara masyarakat daerah dengan otoritas kekuasaan yang
ada di pusat. Disamping masuknya kepentingan-kepentingan tertentu dari masyarakat yang ada
di daerah, munculnya konflik tersebut merupakan ekspresi ketidakpuasan terhadap kebijakan
pemerintah pusat yang diberlakukan di daerah. Kebijakan pemerintah pusat dianggap
memunculkan kesenjangan antar daerah, sehingga ada daerah-daerah tertentu yang sangat maju
pembangunannya, sementara ada daerah-daerah yang masih terbelakang. Dalam hubungan ini isu
dikhotomi jawa dan luar jawa sangat menonjol, dimana jawa dianggap mempresentasikan pusat
kekuasaan yang kondisinya sangat maju, sementara hanya daerah-daerah di luar jawa yang
merasa menyumbangkan pendapatan yang besar pada negara, kondisinya masih terbelakang.
Dengan mengacu pada faktor-faktor terjadinya konflik kedaerahan sebagaimana disebutkan
diatas, konflik kedaerahan di indonesia terkait secara akumulatif dengan berbagai faktor tersebut.
Sejak awal berdirinya negara indonesia, para pendiri negara menghendaki persatuan di
negara ini diwujudkan dengan menghargai terdapatnya perbedaan di dalamnya. Artinya bahwa
upaya mewujudkan integrasi nasional indonesia dilakukan dengan tetap memberi kesempatan
kepada unsur-unsur perbedaan yang ada untuk dapat tumbuh dan berkembang secara bersama-
sama. Proses pengesahan pembukaan UUD 1945 oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang
bahannya diambil dari naskah piagam jakarta, dan didalamnya terdapat rumusan dasar-dasar
negara pancasila, menunjukkan pada kjita betapa tokoh-tokoh pendiri negara (the founding
fathers) pada waaktu itu menghargai perbedaan-perbadaan yang terdapat dalam kehidupan
masyarakat indonesia. Para pendiri negara rela mengesampingkan persoalan perbedaan-
perbedaan yang ada demi membangun sebuah negara yang dapat melindungi seluruh rakyat
indonesia.
Sejalan dengan itu dipakailah semboyan bhineka tunggal ika, yang artinya walaupun
berbeda-beda tetapi tetap satu adanya. Semboyan tersebut sama maknanya dengan istilah “unity
in diversity:”, yang artinya bersatu dalam keanekaragaman, sebuah ungkapan yang
menggambarkan cara menyatukan secara demokratis suatu masyarakat yang didalamnya
diwarnai oleh adanya berbagai perbedaan. Dengan semboyan bhineka tunggal ika tersebut segala
perbedaan dalam masyarakat ditanggapi bukan sebagai keadaan yang menghambat persatuan dan
kesatuan bangsa, melainkan sebagai kekayaan budaya yang dapat dijadikan sumber pengayaan
kebudayaan nasional kita.
Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mencuat setelah dokter Rica Tri Handayani
menghilang dan diduga pernah mengikuti organisasi ini. Dokter Rica bersama anaknya
dilaporkan hilang sejak 30 Desember 2015 dan ditemukan di Kabupaten Mempawah,
Kalimantan Barat, Senin (11/1/2016).
Menurut Syaifuddin, konflik di Tanah Rencong yang telah menahun tak hanya
mengancam kehidupan masyarakat, tapi juga telah mengancam integrasi bangsa. Perlu waktu
lama untuk bisa menormalkan kembali kehidupan masyarakat Aceh yang aman dan damai. Jalan
terbaik yang harus dilakukan pemerintah adalah melakukan pendekatan sosial kultural secara
bersamaan [baca: Widodo A.S: Aceh Harus Ditangani Secara Menyeluruh].
Organisasi Papua Merdeka (OPM) merupakan gerakan separatis yang dibentuk pada
tahun 1965 dengan tujuan memisahkan diri dari kedaulatan NKRI pada saat itu. Organisasi ini
terbentuk akibat perasaan bahwa Papua sama sekali tidak memiliki hubungan sejarah dengan
Indonesia. Gerakan ini mengklaim bahwa Papua adalah wilayah otonom yang seharusnya
menjadi sebuah negara berdaulat dengan pemerintahan sendiri. Dalam tinta emas sejarah
Indonesia, pembebasan Irian Barat yang kemudian menjadi wilayah kedaulatan NKRI pada
tahun 1963 merupakan otentifikasi kerasnya perjuangan bangsa Indonesia atas kemerdekaan.
Namun ironisnya, dua tahun berselang, gerakan separatis Papua muncul dan ini mengancam
integrasi wilayah NKRI. Selain perihal perasaan tidak adanya hubungan historis dengan NKRI,
kasus-kasus pelanggaran HAM oleh TNI/ABRI di Papua, kesenjangan sosial, diskriminasi
ekonomi dan politik, serta perampasan alam mereka oleh Freeport Sulphur menjadi variabel
pendorong sehingga Free West Papua Campaign ini semakin responsif ingin memisahkan diri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan
ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru.
B. Saran
Integrasi nasional sangat diperlukan oleh negara indonesia karena dari integrasi nasional
dapat mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada di indonesia, sehingga tidak adanya
konflik perpecahan yang terjadi dikarenakan perbedaan semata. Walaupun indonesia ini berbeda-
beda suku, ras, agama, dan budaya, tetapi tetap indonesia adalah negara yang satu yang
mempunyai satu tujuan untuk memakmurkan negara indonesia.
DAFTAR PUSTAKA