Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JOURNAL REVIEW

SEJARAH BUSANA
Dosen Pengampu: Dra. Hotmaria Tampubolon, M.Pd.

NAMA : BEBY LAURA GINTING

NIM : 519 – 334 - 3033

PENDIDIKAN TATA BUSANA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan pertama-tama kepada Tuhan yang maha Esa atas berkat dan
kasihnya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga Critical Journal Review ini dapat
terselesaikan dengan baik dan selesai pada waktunya.

Tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih untuk Dosen Pengampu saya Dra.
Hotmaria Tampubolon, M.Pd. yang telah memberikan saya tugas Critical Journal Review
tersebut sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan saya dalam mata kuliah Sejarah
Busana.

Saya berharap semoga makalah Critical Journal Review ini bisa menambah pengetahuan
para pembaca. Terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Terima kasih.

Jumat, 17 April 2020

Beby Laura Ginting


DAFTAR ISI

BAB I – PENDAHULUAN

 LATAR BELAKANG ……………………………………………………. 1


 TUJUAN ………………………………………………………………….. 1
 MANFAAT ……………………………………………………………….. 1

BAB II – REVIEW JURNAL

 REVIEW JURNAL I …………………………………………………… 2


 REVIEW JURNAL II ……………. ……………………………………. 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Critical Jurnal sangat penting untuk kalangan pendidikan terutama mahasiswa karena
dengan mengkritik suatu jurnal maka kita dapat membandingkan beberapa jurnal dengan tema
yang sama, dapat melihat bagian jurnal yang akan diperbaiki dan jurnal yang baik untuk
digunakan berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal tersebut.

Critical jurnal yang berbentuk makalah ini berisi tentang kesimpulan dari
perbandingan yang akan kami lakukan pada beberapa jurnal yang sudah di tentukan, kami akan
menyertakan ringkasan dari masing-masing jurnal. Semoga critical jurnal ini dapat bermanfaat
bagi pembaca umumnya dan bagi penyusun khususnya.

B. Tujuan Penulisan
CJR ini dibuat bertujuan untuk pemenuhan tugas mata kuliah Sejarah Busana
sehingga dapat menambah pengetahuan untuk melihat atau membandingkan beberapa jurnal
yang baik dan yang benar. Setelah dapat membandingkan maka akan dapat membuat suatu jurnal
karena sudah dapat membandingkan mana jurnal yang sudah baik dan mana jurnal yang masih
perlu diperbaiki dan juga sudah mengetahui langkah-langkah dari pembuatan suatu jurnal.

C. Manfaat Penulisan
CJR ini mempunyai manfaat untuk menambah wawasan pembaca agar lebih mengetahui tentang
Serajah Busana dan bagaimana perkembangan busana tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
JURNAL I

Judul Gaya Busana Siti Hartinah Seokarno Sebagai Ibu Negara Indonesia Tahun
1968 - 1996
Jurnal Jurusan Pendidikan Sejarah
Penulis Erika Yuastanti dan Yohanes Hanan Pamungkas
Tahun 2016
Volume dan Vol. 4, Hal. 563 - 577
Halaman
ISSN 2354 - 5569
Reviewer Beby Laura Ginting
Tanggal 17 April 2020

Pendahuluan Orde Baru merupakan perubahan dari masa yang baru, yang diharapkan
mampu memperbaiki kondisi social, politik, ekonomi, hukum, keamanan
dan budaya yang carut marut ditinggalkan rezim sebelumnya. Dunia
fashion juga terkena imbasnya, perkembangan busana yang didukung oleh
modernisasi dalam industry pakaian membawa perubahan – perubahan
dalam hal jenis busana yang akan dipakai. Baik dalam dimensi tempat
maupun waktu. Hal ini berakibat pada sebagian besar masyarakat
Indonesia menganggap busana tradisional sudah ketinggalan zaman.
Padahal cara berbusana menempati hal yang paling ekspresif untuk
menunjukkan latar kebudayaan si pemakai.melihat hal tersebut Siti
Hartinah sebagai Ibu Negara Indonesia menyadari akan pentingnya busana
sebagai pembentuk identitas masyarakat Indonesia. Bu Tien pun
memprakarsai pemakaian kebaya, kain dan konde khas Jawa hamper papda
setiap kegiatan kenegaraan maupun social. Hal ini merupakan sebuah
bentuk perlawanan teradap arus modernisasi yang pada saat itu lebih
mengedepankan busana barat yang jauh dari kaidah berbusana Indonesia
yang sopan santun. Gaya busana Bu Tien adalah penanda yang
mempresentasikan petanda identitas kolektif dari tata nilai dan prilaku sosio
– kultural komunitas pemakainya, disamping model dan bentuk serta
fungsinya yang mencerminkan nilai – nilai identitas perempuan Indonesia.
Metode Penelitian mengenai Gaya Busana Siti Hartinah Seoharto sebagai Ibu
Negara Indonesia Tahun 1986 – 1996 menggunakan metode pendekatan
sejarah (historical approach), yang mempunyai empat tahapan proses
penelitian yakni heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Langkah awal yang dilakukan yaitu heuristic atau kegiatan mencari dan
menemukan sumber sejarah yang diperlukan. Sumber sejarah yang
dikumpulkan adalah sumber – suber yang relevan dan dapat mendukung
topic yang dibahas. Pencarian sumber sejarah dilakukan di Perpustakaan
Nasional, Perpustakaan Medan Agung dan Perpustakaan dan Kerasipan
provinsi Jawa Timur. Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah terdiri atas
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian
daripada seorang saksi dengan mata kepala sendiri dan saksi dengan panca
indra lain atau dengan alat mekanis seperti diktafon, yakni orang atau alat
yang hadir pada peristiwa yang diceritakan. Bisa berupa kumpulan arsip,
kumpulan pidato atau surat kabar sejaman. Sumber sekunder adalah
kesaksian daripada siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan mata,
yakni dari seseorang yang tidak hadir pada saat peristiwa yang
dikisahkannya, bisa merupakan kumpulan buku, jurnal atau artikel. Sumber
primer tersebut memuat dokumentasi foto – foto Bu Tien pada setiap
kegiatan serta terdapat pula artikel dari surat kabar dan majalah tersebut
yang memuat mengenai gaya busana Bu Tien. Sumber sekundernya yaitu
buku, jurnal dan skripsi yang sesuai dengan tema penelitian.
Langkah kedua adalah melakukan sebuah kritik. Pada tahap ini duji
keabsahan dan keahlian sumber (otentik) yang dilakukan melalui kritik
ekstern dan kredibilitas sumber ditelusuri dengan kritik intern. Dalam
penelitian ini, penulis melakukan pengujian terhadap isi sumber – sumber
sejarah yang terlah dikumpulkan dengan memilah informasi sesuai tema.
Langkah ketiga yaitu Interpretasi atau sering disebut analisis mempunyai
pengertian menguraikan dan secara terminology berbeda dengan sintesis
yang berarti menyatukan. Dalam kerangka metode ini, peneliti akan
memberikan intepretasi terhadap fakta – fakta yang diperloh dari symber
yang telah didapatkan. Penafksiran dilakukan dan dipergunakan oleh
peneliti untuk menentukan fakta dengan tema penelitian yang dihasilkan
dari proses interpretasi yaitu: (a) Adanya makna yang ingin disampaikan
dari penggunaan gaya bersama Bu Tien yang selalu memakai kebaya kutu
baru, kain dan selendang. (b) Adanya pengaruh dari gaya busana Siti
Hartinah terhadap masyarakat Indonesia. Kegiatan Interpretasi ini
dilakukan peneliti agar fakta yang diperoleh terdpaat kejelasan yang
objektif.
Langkah terakhir dari penelitian sejarah adalah menyajikan hasil
pengolahan data yang dikumpulkan dalam sebuah tulisan ilmiah. Dalam hal
ini, penulis berusaha menghubungkan peristiwa satu dengan peristiwa
lainnya sehingga menjadi sebuah sistematis, dipaparkan dalam beberapa
bab yang saling melengkapi agar mudah dipahami.
Hasil dan A. Siti Hartinah Sebagai Ibu Negara dan Pribadi Perempuan Jawa
Pembahasan Hj. RA Fatimah Siti Hrtinah adalah istri Presiden Indonesia kedua, Jenderal
Purnawirawan Seoharto. Akrab dipanggil Bu Tien Seoharto lahir di Desa
Jaten, Surakarta, pada 23 Agustus 1923. Bu Tien dan Seoharto menikah
pada tanggal 26 Desember 1947 secara sederhana karena memang kondisi
saat itu sedang tegang setelah kependudukan pejajah. Pada tanggal 27
Maret 1968 berlangsungnya pelantikan Jenderal Seoharto sebagai Presiden
Republik Indonesia.
Siti Hartinah merupakan sosok perempuan jawa dengan garis keturunan
Mangkunegoro III dan dibesarkan dengan tata cara Jawa. Setiap pemikiran,
perkataan dan perilaku yang ditampakkan Bu Tien merupakan
implementasi dari nilai – nilai leluhur nenek moyang dan falsafah hidup
yang bersifat keibuan. Bu Tien yang merupakan keturunan
Mangkunegaraan mempunyai aturan sendiri dalam berpakaian.
Dikarenakan aturan adat itulah Bu Tien senantiasa berpenampilan anggun,
mengenakan kebaya, selendang dan berkonde dalam setiap kegiatannya.
Dalam menjalankan tugasnya, Bu Tien sebagai Ibu Negara berbusana
menurut beberapa aturan khusus, diantaranya Peraturan Pemerintah No. 62
Tahun 1990 tentang protocol yang salah satunya mengatur penataan busana
yang harus dipakai pada acara kenegaraan atau acara resmi.
B. Gaya Busana Siti Hartinah Sebagai Ibu Negara
Busana merupakan fenomena komunikatif dan kultural yang digunakan
oleh suatu individu atau kelompok untuk mengonstruksikan dan
mengomunikasikan identitasnya, karena busana mempunyai cara nonverbal
untuk memproduksi serta menukarkan makna dan nilai – nilai. Sebagai ibu
Negara tentu harus bisa memberikan contoh teladan bagi rakyat di
negaranya sendiri. Selain tuntutan protokoler, dalam gaya busana Bu Tien
melekat pula peran ibu Negara sebagai sosok istimewa yang mempunyai
kekuatan, antara lain untuk menggerakkan ekonomi kreatif. Dalam
menjalankan tugasnya Bu Tien memilih mengenakan Busana Nasional
Indonesia yaitu Kebaya. Berikut merupakan ciri khas gaya busana yang
dipakai Bu Tien:
a. Kebaya
Bagi seorang wanita Jawa, Kebaya bukaan hanya sebagai sebatas
pakaian. Lebih dari itu kebaya juga menyimpan sebuah filosofi
tersendiri. Keberadaan kebaya di Indonesia bukan hanya sebagai
menjadi salah satu jenis pakaian . kebaya memiliki makna dan fungsi
lebih dari itu. Nilai fisolofi dari kebaya adalah kepatuhan, kehalusan,
dan tindak tanduk wanita yang harus serba lembut. Kebaya yang selalu
dipakai Bu Tien adalah kebaya Kutu Baru. Karakteristik kebaya yang
baru muncul di akhir abad ke – 18 ini adalah secarik kain yang
menghubungkan lipatan kebaya sisi kiri dan kanan dibagian dada, hal
ini berarti keseimbangan dn focus pusat pada jiwa. Bu Tien lebih sering
memakai kebaya dengan motif bunga – bunga. Motif bunga – bunga
dalam filosofi jawa pada kain kebaya Bu Tien menggambarkan
kebahagiaan. Warna yang sering digunakan Bu Tien adalah ungu, biru,
hijau dan kuning.
b. Kain/Jarik
Kain/jarik ini berfungssi sebagai bawahan pada saat memakai kebaya.
Dimaknai dengan symbol bahwa perempuan harus bisa menjaga
kesucian dan martabat dirinya serta membatasi gerak langkah
perempuan agar selalu gemulai. Kain sebagai bawahan dari busana
yang digunakan Bu Tien merupakan kain yang sederhana bukan
sulaman dengan benang emas, bukan sarung sutera dari bugis
melainkan kain tenun sarung bisa.
c. Aksesoris
Atribut busana yang menjadi ciri khas Bu Tien dalam memakai kebaya
adalah selendang. Selendang ini juga memiliki nilai fisolofi akni
tanggung jawab, kerja keras, pemaaf pelindung. Selendang yang
dikenakan Bu Tien yakni bermotif batik dan polos tanpa motif. Pada
acara kenegaraan Bu Tien lebih sering memakai selendang polos, dalam
pemilihan warna selendang yang dipakai Bu Tien sering kali
memadukan dengan warna kebaya yang dipakainya , misalnya pada
saat Bu Tien memakai baju kebaya biru selendang yang dipilih
berwarna senada.
d. Konde
Tata rias rambut yang dikenakan Bu Tien adalah konde jawa yang
selalu dikenakan lengkap dengan melati dan tusuk konde jawa. Konde
bagi wanita jawa adalah merupakan suatu keharusan. Karena setiap
memakai busana kain dan kebaya maka rambut merekapun selalu di
konde. Cara membuat konde rambut wanita yang digulung dan di ikat
berbentuk bulatan, hal ini menggambarkan bahwa rasa wanita yang
selalu berputar – putar dengan rasa yang dalam atau bisa di
simbolisasikan untuk kelamin wanita dalam posisi dapat digelar dan di
gulung.
e. Tata Rias
Pelengkap lain yaitu tata rias wajah sangatlah penting untuk menunjang
penampilan dalam menambah daya tarik dari kecantikan berbusana
kebaya. Dalam hal make up Ibu Tien juga menggunakannya namun
tidak berlebihan, beliau tidak menggunakan make up yang berat dengan
eye shadow, lipstick tebal.
C. Dampak Gaya Busana Siti Hartinah Seoharto
a. Dampak Bidang Busana
Pertama, terjadinya nasionalisasi kebudayaan Jawa. Jawa dan Indonesia
merupakan kontruksi sejarah dan budaya orde baru. Kebaya yang
berasal dari budaya Jawa tersebut digunakan sebagai control Negara
terhadap warganya melalui busana. Disini terjadi konsep asimilasi
budaya yaitu adanya ideology budaya kaum mayoritas dipaksakan
kepada minoritas supaya minoritas mengenakan identitas budaya
mayoritas yang harus digaris bawahi disini adalah mayoritas yang
dimaksud bukan secara kuantitas sumber daya manusia akan tetapi
dominasi peran dalam struktur pemerintahan.
b. Dampak bidang ekonomi
Bertujuan untuk peningkatan penggunaan produk dalam negeri, serta
mencanangkan kampanye yang kemudian menjadi sangat popular yaitu
Aku Cinta Produk Indonesia (ACI). Hal ini dikarenakan memudarkanya
jiwa nasionalisme semakin dirasakan yang dicirikan dengan semakin
lunturnya penghargaan terhadap karya bangsa Indonesia sendiri, seperti
modernisasi busana yang terjadi di Indonesia, masyarakat lebih senang
memakai busana produk asing karena terlihat lebih modern dan pakaian
tradisional dianggap ketinggalan jaman.

Kesimpulan Busana merupakan cara yang digunakan manusia untuk berkomunikasi,


bukan hanya sesuatu seperti perasaan dan suasana hati, tetapi juga nilai,
harapan dan keyakinan individu atau kelompok. Bu Tien merupakan sosok
yang bangga sebagai seorang perempuan Indonesia. Bu Tien selalu
mengenakan busana kebaya kutu baru, kain dan sanggul pada acara
kenegaraan maupun acara social. Kebaya Bu Tien sangat rentan dengan
perubahan social politik dan pergeseran ekonomi sebuah Negara. Kebaya
Bu Tien menjadi kulit social, dan kebudayaan politik masa orde baru.
Konsep gaya busana Bu Tien merupakan sebuah kontruksi perempuan yang
diatur oleh Negara, bangsa dan pemerintahan orde baru lebih menekankan
kepada nasionalisme dan politik kedudukan perempuan sebagaimana kodrat
perempuan seharusnya menurut falsafah jawa yaitu menjadi ibu atau biasa
disebut dengan ideology ibuisme yang dipaksakan Negara Odrde Baru.
Busana Bu Tien juga memiliki dampak pada bidang busana yaitu
penasionalan budaya jawa karena pada dasarnya kebaya berasal dari jawa,
kebaya bu tien dijadikan senjata dalam menghadapi arus modernisasi,
kebaya dan batik dijadikan alat diplomasi seoharto dan bu tien. Ekonomi
yaitu memajukan perekonomian dalam produksi busana salah satunya yaitu
jarik batik. Pada bidang ekononomi yakni peningkatan industry nasional;
dalam negeri. Pada bidang social yakni pemakaian seragam kebaya oleh
organisasi wanita yang mengidentifikasikan kebaya sebagai symbol dari
kelas social menengah atas.
Kelebihan Kelebihan:
dan - Bahasa yang digunakan didalam jurnal mudah dipahami sehingga
Kekurangan pembaca mudah mengerti isi jurnal dengan mudah.
- Isi dari jurnal tersebut cukup lengkap dari berbagai informasi
sehingga pembaca dapat lebih banyak informasi yang pasti
- Jurnal terstuktur sehingga tidak tidak bertele – tele
Kekurangan:
- Isi jurnal terlalu panjang didalam satu sub judul sehingga membuat
pembaca cepat bosan dengan pembahasannya.
JURNAL II

Judul Kebaya Sebagai Busana Ke Pura Dalam Representasi Perempaun


Komtemporer Di Kota Denpasar
Jurnal Jurnal Seni Budaya
Penulis I Dewi Ayu Sri Suasmini
Tahun 2017
Volume dan Vol. 32, Hal. 141 – 148.
Halaman
ISSN 2541 - 0407
Reviewer Beby Laura Ginting
Tanggal 17 April 2020

Pendahuluan Kebaya adalah salah satu bagian dari busana yang merupakan baju
tradisional Bali. Dilihat dari sejarahnya, kebaya bukan merupakan busana
yang berasal dari bali. Bentuk kebaya terus berubah seiring perubahan
zaman dan perkembangan penggunaan kebaya mulai mengubah tata cara
berpakaian perempuan bali.
Kebaya bukan merupakan busana yang berasal dari bali. Kebaya
merupakan busana hasil dari perpaduan busana yang berasal dari bangsa
lain diantaranya Tiongkok, India, Arab, Portugis yang pernah singgah dan
tinggal di Indonesia dalam hubungan dagang. Bentuk kebaya terus berubah
seiring perkembangan zaman, perubahan terjadi pada panjang kebaya yang
awalnya mencapai mata kaki, kemudian memendek mencapai tengah paha,
sampai akhirnya di bawah panggul. Hal ini menyebabkan masyarakat akan
terus membeli kebaya yang ditawarkan, karena hasrat untuk diproduksi
dalam bentuk yang lebih tinggi sehingga tidak akan pernah dipenuhi oleh
mesin hasrat tersebut. Komoditas kebaya sebagai representasi gaya hidup
dapat dilihat dari pemakainya, para perempuan kontemporer di Kota
Denpasar mengenakan kebaya ke pura dengan desain modifasi lengan
pendek dan bahan dan bahan transparan untuk sembayang ke pura sehingga
menjadi popular dan ngetren.
Masyarakat kontemporer adalah hilangnya konsep diri dalam hutan rimba
citraan masyarakat informasi, dimana masyarakat informasi global
menawarkan berbagai konsep diri melalui fashion show, iklan, teknologi
kecantikan yang seolah – olah konsep diri ini dapat dibeli sebagai
komoditas. Selain itu representasi kebaya ke pura sekarang ini lebih
memperhatikan segi estetika daripada fungsinya. Dimana para perempuan
mengenakan kebaya untuk ke pura dengan bahan yang transparan dan
model yang lagi ngetren sehingga kurang pantas dikenakan ke pura.
Melihat fenomena perkembangan penggunaan kebaya ke pura yang kurang
memperhatikan etika dan lebih mengutamakan status dan penampilan.
Materi Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan mengungkap
Penelitian permasalahan yang sebenarnya dari gejala – gejala yang tampak di
permukaan berdasarkan kerangka berpikir, kajian budaya. Kajian budaya
masalah yang dianalisis adalah manusia dalam aspek rohani dan prilaku.
Metoda Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk
Penelitian mengungkapkan fakta dan objek material. Penggunaan metode deskriptif
kualitatif, pada dasarnya didorong oleh adanya kesadaran akan sifat unik dn
realitas social dan dunia tingkah laku manusia itu sendiri dan untuk
mengetahui dan memperoleh gambaran dan perkembangan penggunaan
kebaya sekarang ini dalam kehidupan masyarakat di Kota Denpasar.
Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar, lokasi ini dipilih mengingat
Penelitian masyarakat kota Denpasar adalah masyarakat yang heterogen atau
majemuk sehingga pengaruh globalisasi cepat terjadi.
Jenis dan Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh melalui dua jenis sumber
Sumber data yaitu sumber data primer dan sekunder. Informan terdiri atas sulinggih,
pengurus pura, pakar dan praktisi busana adat bali, desainer kebaya,
pemilik butik dan pengguna kebaya merupakan kategori sumber data
primer. Sumber data sekunder terdiri atas buku bacaan dan dokumentasi
yang berkaitan yang berkatian dengan busana kebaya sebagai representasi
perempuan kontemporer. Data yang diperoleh dari informan ini adalah
beruoa kata – kata, kalimat dan tindakan melalui wawancara yang
dilakukan secara mendalam.
Penentuan Informan ydipilih pada penelitian ini adalah sulinggih, pengurus pura, pafra
Informan pakar dan praktisi yang memiliki wawasan tentang busana kebaya atau adat
bali.
Instrumen Adapun alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pedoman
Penelitian wawancara yang merupakan alat untuk berkomunikasi dengan informan
yang berbentuk seumlah pertanyaan lisan yang dijawab secara lisan oleh
informan. Selain pedoman wawancara, isntrumen lain yang juga diperlukan
adalah berupa alat perekam suara atau tape recorder, alat perekam gambar
atau kamera agar daa yang diperoleh bisa disimpan.
Teknik a. Observasi
Pengumpulan Pengamatan langsung dan mendalam khusus dilakukan pada busana kebaya
Data yaitu busana yang dikenakan para perempuan pada saat melakukan
persembahyangan mulai dari kepala sampai alas kaki. Untuk memperlancar
dan memperoleh gambaran yang lengkap, data yang diperoleh juga
dilengkapi dengan visualisasi.
b. Wawancara
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara langsung dengan informan
untuk memperoleh informasi yang menyeluruh dan mendalam mengenai
fenomena fesyen kebaya ke pura yang berkaitan dengan social – budaya,
politik dan ekonomi. Wawancara dilakukan secara mendalam dengan
langkah pertama, yaitu membuat daftar pertanyaan, yang sebelumnya
dikonfirmasikan kepada narasumber atau informan.
c. Studi Dokumentasi
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dari berbagai
dokumen yang ada kaitannya dengan busana kebaya yang representasi
perempuan kontemporer di kota Denpasar. Dokumen berupa foto dan video
dilakukan selama peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh
gambaran perempuan kontemporer dengan bsuana kebayanya, pengamatan
juga dilakukan pada butik – butik kebaya untuk mengamati prilaku
konsumen pada saat menentukan kebaya dan asesoris untuk menunjang
penampilan agar fashionable.
d. Studi Pustaka
Studi pustaka yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh data sekunder yang berasal dari sumber – sumber tertulis
seperti buku, majalah ilmiah, tesis.
e. Teknik Analisis Data
Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses analisis yang dilakukan
secara intensif setelah berakhirnya kegiatan pegumpulan data lapangan.
Proses analisis diawali dengan menyeleksi seluruh seluruh data yang telah
diperoleh dari berbagai sumber kemudian disusun dan digolong –
golongkan ke dalam kategori – kategori tertentu yang disesuaika dengan
pertanyaan – pertanyaan yang telah dirumuskan dalam penelitian busana
kebaya.
f. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Tahap akhir dari penelitian deskriptif kualitatif yysitu penyajian hasil
analisis data. Penyajian hasil analisis data lebih banyak disajikan dalam
bentuk deskriptif – naratif atau uraian kata – kata dengan cara dirangkum
dan disusun sesuai dengan format penulisan disertai kajian budaya.
Hasil dan a. Representasi Kebaya Wanita Kontemporer di Kota Denpasar
Pembahasan Istilah representasi soasial mengacu pada produk yang menandai pemikiran
pada masyarakat awam, suatu bentuk pemikiran praktis, secara social
dielaborasi, ditandai oleh suatu gaya dan logika khas, dan dianut oleh para
anggota sebuah kelompok social atau budaya. Barker (2006:9) menyatakan
bahwa representasi berkaitan dengan bagaimana dunia dikontruksi dan
disajikan secara social kepada kita dan oleh diri kita. Bahkan kajian budaya
bisa dipahami sebagai kajian tentang budaya sebagai praktik – praktik
pemaknaan dan representasi. Representasi menurut Piliang (2003:18)
merupakan tindakan menghadirkan atau mempresentasikan sesuatu lewat
sesuatu yang lain diluar dirinya. Hubungan antara symbol, tanda, dan dunia
realitas bersifat refensial karena tanda merujuk pada realitas yang
direpresentasikan. Representasi merupakan tindakan menghadirkan atau
mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang lain di luar dirinya.
Perkembangan informasi yang bergitu pesat baik melalui media televise
maupun internet telah merubah pola kehidupan manusia. Segala sesuatu
bisa berubah dengan cepat pada zaman ini, jarak yang jauh dapat terasa
dekat dengan teknologi informasi ini. Sebagai manusia yang
berkebudayaan pakaian merupakan wujud budaya suatu individu dan
bangsa. Pakaian memberikan nilai dan warna dari budaya, sebagai manusia
yang memiliki pikiran cerdas pakaian merupakan buah pikiran yang
matang untuk dapat memperlihatkan prestis atau harga diri ditengah –
tengah orang lain yang membenahi diri dalam mencari jati diri. Dilihat dari
cara berpakaian, cara menata rambut dan aksesoris yang dikenakan mulai
berubah dari fesyen kebaya di tahun 1900. Dimana pada tahun 1970 cara
berbusana masih memperhatikan etika dalam melakukan
persembahyangan, demikian juga dengan warna kebaya tidak
mengharuskan berwarna putih, karena pada tahun 1970 pakaian kebaya
putih hanya dikenakan oleh para sulinggih dan para pemangku.
b. Dampak Kebaya Sebagai Busana Ke Pura Dalam Representasi
Kaum Perempuan Di Kota Denpasar
Konsumerisme sebagai representasi identitas merupakan suatu cara
memaknai barang – barang atau komoditi secara simbolik yaitu sebuah
sikap konsumsi yang merujuk pada cara orang – orang berusaha
menampilkan individualis mereka dan cita rasa mereka melalui pemilihan
barang – barang tertentu dengan personalisasi barang – barang tertentu.
Konsumerisme disini mengekspresikan keinginan untuk menjadi orang
lain, keinginan menempati starata social yang lebih tinggi dan keinginan
menjadi ‘berbeda’. Saat keinginan – keinginan tersebut diwujudkan dengan
aksi konsumsi, saat itulah terjadi proses pelabelan identitas. Konsumerisme
sebgaai representasi identitas merupakan suatu cara memaknai barang –
barang atau komoditi secara simbolik yaitu sebuah sikap konsumsi yang
merujuk pada cara orang – orang berusaha menampilkan individualitaas
mereka dan cita rasa mereka melalui pemilihan barang – barang budaya
seperti music, film dan seni dengan cara – cara yang menunjukkan selera
atau cita rasa pribadi. Kaum perempuan selaalu ingin tampil berbeda
sehingga dalam setiap kegiatan upacara yang mengenakan kebaya selalu
ingin tampil baru supaya tidak dianggap ketinggalan jaman. Desain –
desain kebaya yang ditawarkan dirancang sebagus mungkin dan selalu
berbeda dari kebaya yang ada sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan
kaum perempuan selalu ingin mencoba busana kebaya yang ditawarkan,
meskipun mereka masih mempunyai kebaya.
Simpulan Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah pengumpulan data
yaitu:
1. Kaum perempuan kontemporer tidak mau ketinggalan dalam
mempresentasikan kebaya ke pura yang dewasa ini sedang tren.
Kaun perempuan selalu ingin berpenampilan mengikuti
perkembangan kebaya ke pura tanpa memperhatikan etika
persembahyangan ke pura.
2. Kaum perempuan dalam mengenakan kebaya ke pura lebih
memperhatikan estetika penampilan sehingga melupa etika busana
ke pura.
Kelebihan Kelebihan:
dan - Penjelasannya sangat detail
Kekurangan - Susunan jurnal terstruktur dengan baik’
Kekurangan:
- Menggunakan bahasa – bahasa yang baku dan sulit untuk
dimengerti.

Anda mungkin juga menyukai