Anda di halaman 1dari 40

Proposal Skripsi

Pengembangan E-Modul Penyelesaian Tepi Pakaian untuk


meningkatkan Kompetensi Siswa Kelas X SMK Negeri 8
Medan

DISUSUN OLEH:

ANNISA HAFIZ AFIFAH 5193343012

PROGRAM STUDIS1 PENDIDIKAN TATA BUSANA


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahma dan hidayat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas project reporrt ini. Penulis juga mengucapkan banyak
terima kasih kepada dosen pengampu yang membimbing mata kuliah ini dan
memberi kesempatan untuk memaparkan hasil pemikiran (kritikan) penulis.
Sebagai manusia biasa tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna kesempurnaan tugas ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih dan semoga bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan DESEMBER 2021

ANNISA HAFIZ AFIFAH

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I..........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1

B. Identifikasi Masalah.........................................................................................................2

C. Batasan Masalah..............................................................................................................3

D. Rumusan Masalah............................................................................................................3

E. Tujuan Penelitian.............................................................................................................3

F. Manfaat Penelitian...........................................................................................................3

BAB II.........................................................................................................................................4

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERTANYAAN PENELITIAN...............4

A. Kajian Teori.....................................................................................................................4

1. Media Pembelajaran.....................................................................................................4

2. Modul...........................................................................................................................5

3. E-Modul.......................................................................................................................7

4. SIGIL............................................................................................................................9

5. Penyelesaian Tepi Pakaian.........................................................................................10

B. Kajian Penelitian............................................................................................................12

C. Kerangka Pikir...............................................................................................................13

ii
D. Pertanyaan Penelitian.....................................................................................................14

BAB III.....................................................................................................................................15

METODE PENELITIAN..........................................................................................................15

A. Model Pengembangan....................................................................................................15

B. Prosedur Pengembangan................................................................................................15

C. Subjek Penelitian...........................................................................................................20

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data.............................................................................20

a. Metode pengumpulan data.........................................................................................20

b. Alat Pengumpulan data..............................................................................................21

E. Validitas dan Realiabilitas Instrumen............................................................................26

a. Uji Validitas...............................................................................................................26

b. Uji Reliabilitas............................................................................................................28

F. Teknik Analisis Data......................................................................................................29

a. Teknik Analisis Data Hasil Dari Validasi Ahli..........................................................30

b. Teknik Analisis Data Pendapat Siswa........................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat


menyebabkan terjadinya perubahan dalam berbagai aspek kehidupan baik dalam
bidang ekonomi, politik, budaya, seni, maupun dalam dunia pendidikan. Kemampuan
dalam merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat dibutuhkan
sumber daya manusia yang mumpuni dalam bidang IPTEK. Oleh karena itu,
perkembangan didunia pendidikan semakin mendorong pemanfaatan hasil-hasil
teknologi dalam proses belajar mengajar.
Proses belajar mengejar pada hakikatnya adalah sebuah proses interaksi dan
komunikasi antara guru dan juga siswa. Pada saat melakukan proses komunikasi
antara siswa dan guru seringkali terjadi kesalahan atau mispersepsi sehingga
komunikasi menjadi kurang efektif dan efisien. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
berbagi macam factor, salah satunya karena kurangnya minat dan kurangnya motivasi
siswa dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi keadaan itu dengan menggunakan
media pembelajaran secara efektif dalam proses belajar mengajar, karena fungsi dari
media pembelajaran untuk menstimulasi informasi dan untuk meningkatkan
keserasian dalam menerima informasi yang disampaikan guru kepada siswa sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional pada tahun 2013 sebagai bentuk pengembangan kurikulum 2006
atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dalam pembelajaran kurikulum
2013 siswa lebih dituntut untuk, aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan
masalah dalam proses belajar mengajar. Proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa membuat guru lebih kreatif dalam mengembangkan metode dan media
pembelajaran untuk siswa agar lebih bervariasi.
Dasar teknologi menjahit adalah salah satu mata pelajaran dengan ulasan
materi tentang gambaran dan sajian pengetahuan serta keterampilan teknologi dalam
dasar menjahit. Dasar teknologi menjahit diajarkan agar siswa memiliki kecakapan
dan keterampilan dalam dasar menjahit. Meteri penyelesaian tepi pakaian berdasarkan
silabus merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum SMK
yang dilaksanakan di kelas X, yang terdiri dari penyelesaian rompok, serip, dan depun.
Salah satunya adanya faktor penunjang untuk mempermudah proses pembelajaran
adalah adanya media pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
peneliti di SMK N 8 MEDAN terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM) pada 2021,
didapatkan hasil bahwa media pembelajaran yang digunakan diantaranya jobsheet,
powerpoint, dan buku teks. Pembelajaran menggunakan metode klasik berupa metode
ceramah dan memberikan contoh frahmen untuk pembelajaran dasar teknologi
menjahit. Media-media itu kurang praktis karena tidak bisa digunakan siswa sewaktu-
waktu dan juga dengan berbagai buku referensi yang berada diperpustakaan siswa
cenderung kurang minat untuk datang dan membaca disana
Media pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran praktik di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berupa modul. Namun penggunaan modul
memiliki beberapa kelemahan antara lain kurang praktis dan menggunakan kertas
1
yang persediaannya semakin terbatas. Dalam pembuatan media pembelajaran harus
dikemas semenarik mungkin dan juga mengikuti perkembangan masyarakat di era
digital ini, agar siswa dapat lebih termotivasi untuk mempelajari suatu materi. Hal ini
dapat diterapkan dengan menggunakan media interaktif melalui smartphone atau
laptop.
Teknologi mobile telah berkembang secara pesat, salah satunya perangkat
mobile yang umum diguanakan adalah telepon seluler. Kurang lebih 90% siswa
mempunyai satu handphone ada juga yang memiliki lebih dari satu handphone. Dalam
perkembangan teknologi telekomunikasi dengan sistem high class technology
meluncurkan produk berupa smartphone. Smartphone mempunyai beberapa fitur
canggih yang mempermudah orang yang menggunakanya untuk berkomunikasi dan
juga mempermudah sesorang untuk bekerja. Terciptanya smartphone bertujuan untuk
mengikuti perkembangan manusia agar memudahkan pekerjaan ataupun masalah yang
lainnya tanpa harus bertatap muka langsung dengan orang lain. Menurut hasil
observasi yang dilakukan di SMK N 8 MEDAN lebih dari 90% siswa memiliki
smartphone
Kebanyakan siswa menggunakan smartphone sebagai media social untuk
mencari teman sebanyak-banyaknya didunia maya, bahkan banyak yang membuka
konten-konten yang tidak layak untuk dilihat. Daripada penggunaan smartphone yang
salah kaprah dan dapat merusak generasi bangsa. Lebih baik smartphone tersebut
diberi konten yang lebihh edukatif dan sebagi sumber belajar melalui sea digital
learning dalam perkembangan saat ini. Penerapan media pembelajaran dengan
pembuatan modul digital ini selain dapat mengurangi efek buruk media social, juga
menjadi solusi bagi siswa yang kurangnya minat untuk membaca. Pada penelitian ini,
penerapan media pembelajaran khususnya bagi siswa kelas X SMK Negeri 8 MEDAN
pada mata pelajaran Dasar Teknologi Menjahit dapat mengurangi dampak buruk dunia
maya menjadi pembelajaran berbasisi sea digital learning.

B. Identifikasi Masalah

1. Penggunaan smartphone di Indonesia tidak dimiliki oleh orang dewasa saja akan
tetapi juga dimiliki oleh siswa.
2. Hampir dari 90% siswa menggunakan smartphone untuk keperluan pribadi (sosial
media) sisanya untuk menyelesaikan tugas.
3. Pemanfaatan teknologi dalam hasil pembelajaran masih kurang.
4. Terjadi kejenuhan pada pembelajaran konvensional sehingga nilai siswa
mengalami penurunan.
5. Media pembelajaran yang digunakan pada saat pembelajaran penyelesaian tepi
pakaian kurang menarik
6. Kebanyakan siswa masih kesulitan memahami modul konvensional pembelajaarn
penyelesian tepi pakaian.
7. Belum tersedianya media pembelajaran interaktif, salah satunya e-modul pada
pembelajaran penyelesaian tepi pakaian.

2
C. Batasan Masalah

Masalah yang akan diteliti dibatasi pada pengembangan media pembelajaran


penyelesaian tepi pakaian yang meliputi rompok, serip, dan depun melalui aplikasi
SIGIL yang berupa e-modul.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di muka, dapat


dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana mengembangkan e-modul menggunakan aplikasi SIGIL untuk
pembelajaran penyelesaian tepi pakaian siswa kelas X SMK N 8 MEDAN?
2. Bagaimana kelayakan e-modul berdasarkan ahli materi, ahli media, dan pendapat
dari siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan , maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan e-modul penyelesaian tepi pakaian yang layak digunakan untuk
pembelajaran dasar teknologi menjahit.
2. Mengetahui kelayakaan e-modul digital dengan aplikasi Sea Digital Learning
(Sigil).

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan proses pembelajaran dari segi


teoritis maupun segi praktis.
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
atau bahkan kajian dalam pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diaharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Penulis, dapat memberikan pengalaman untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang di dapat di bangku kuliah ke dalam suatu karya atau penelitian.
b. Guru pengajar, penelitian ini dapat memberikan media pembelajaran baru
untuk meningkatkan prestasi siswa.
c. Sekolah khususnya penyelenggara pendidikan, dapat memberikan masukkan
dalam merumuskan kebijakan penyelenggaraan pendidikan.

3
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PERTANYAAN
PENELITIAN

A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Pembelajaran Media pembelajaran merupakan bentuk alat yang disediakan guru
untuk merangsang atau mendorong siswa untuk mempermudah belajar. Bentuk dari
alat pembelajaran ini dapat berupa media audio, visual, maupun audio visual.
Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Bridds
(1970) berpendapat bahawa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah
contoh-contohnya (Arief S. Sadiman, 2014:6). Menurut Asosiasi Teknologi
Komunikasi Pendidikan dalam Aristo Rahardi (2003:9) mengemukakan media
pembelejaran merupakan segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan. Sedangkan menurut Yusuf Hadi Miarso dalam Rohman (2013: 156)
mengemukakan media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat
merangsang terjadinya proses belajar mengajar. Berdasarkan beberapa uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu yang
digunakan untukmenyalurkan pesan atau informasi (materi pembelajaran) serta
sebagai perangsang peserta didik dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
b. Fungsi Media
Pembelajaran Media pembelajaran memiliki fungsi sebagai pembawa
informasi dari guru (sumber) menuju siswa (penerima). Fungsi media dapat diketahui
berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbuldalam
proses pembelajaran.

Menurut Arief Sadiman (2014:17) bahwa kegunaan media pembelajaran


secara umum sebagai berikut a) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbalistis; b) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dam daya indera; c)
media yang tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif anak didik; d) membantu
siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar.

Levie dan lentz dalam Azhar Arsyad (2011:16) mengemukakan 4 fungsi media
pembelajaran yaitu a) fungsi atensi menarik dan mengarahkan perhatian siswa; b)
fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkatan kenikmatan siswa ketika
belajar; c) fungsi kognitif; d) fungsi kompensatoris media pembelajaran membantu
siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks
dan mengingatnya kembali.

Menurut pendapat ahli yang diatas dapat disimpulakan bahwa media


pembelajaran harus dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran, karena
media sebagai alat komunikasi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

4
c. Macam-Macam Media

Pembelajaran Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh


terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga media pembelajaran yang
digunakan harus mengikuti kebutuhan proses pembelajaran.

Azhar Arsyad (2014:31-34) menyatakan bahwa media pembelajaran dapat


dikelompokan ke dalam empat kelompok, yaitu a) media hasil teknologi cetak; b)
media hasil teknologi audio-visual; c) media hasil teknologi yang berdasarkan
komputer; d) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Yudi munadi (2013:55) menyatakan bahwa “Macam-macam media


pembelajaran yaitu media audio (radio, alat-alat perekam, dan audio tape), media
visual (majalah, koran, modul, komik, poster, atlas), media audio visual (film, vidio,
televisi) dan multimedia”.

Berdasrkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran


dapat dikategorikan dalam empat bagian yaitu media visual, media audio, media
audio visual, dan media interaktif. Media pembelajaran yang dibuat dalam penelitian
ini merupakan media pembelajaran interaktif yang mengacu pada layanan digital
pada sistem berbasis komputer yang menyajikan konten teks, gambar, dan video

2. Modul
Media pembelajaran merupakan bentuk untuk menyalurkan pesan kepada
penerima atau siswa supaya dapat merangsang fikiran, perhatian dan minat siswa.
Media pembelajaran sangatlah bermanfaat bagi guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar karena untuk mempermudah penyampaian materi dalam berbagai bentuk
media seperti media cetak, elektronik, dan lainlain.
a. Pengertian Modul
Modul pembelajaran merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang
dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada
dirinya sendiri (selfinstructional) (Winkel, 2009:472).
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (2007:132) mengatakan bahwa Modul
didefinisikan sebagai satu unit program belajar-mengajar terkecil yang secara rinci
menggariskan: Tujuan instruksional yang akan dicapai, topik yang akan dijadikan dasar
proses belajar-mengajar, pokokpokok materi yang dipelajari, kedudukan dan fungsi
modul dalam kesatuan program yang lebih luas, peranan guru dalam proses
belajarmengajar, alat-alat dan sumber yang akan dipergunakan, kegiatankegiatan
belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan, lembaran kerja yang
harus diisi oleh siswa, dan program evaluasi yang akan dilaksanakan
Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas maka dapat disimpulkan
bahwa modul pembelajaran adalah salah satu bentuk media pembelajaran yang
dikemas secara sistematis dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara
mandiri.
Modul pembelajaran merupakan salah satu media yang dapat dimanfaatkan
oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik,
dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan
siswa.

5
b. Karakteristik Modul Anwar (2010;136), menyatakan bahwa karakteristik modul
pembelajaran sebagai berikut :
1. Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung
pada pihak lain.
2. Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang
dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.
3. Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau
tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
4. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi
5. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab
bersahabat/akrab dengan pemakainya.
6. Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
c. Fungsi dan Tujuan Modul
Menurut Andi Parstowo (2015; 107) fungsi modul adalah:
a) Bahan ajar mandiri. Maksudnya, penggunaan modul dalam proses
pembelajaran berfungsi meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
belajar sendiri tanpa tergantungan kepada kehadiran pendidik.
b) Pengganti fungsi pendidik. Maksudnya, modul sebagai bahan ajar yang
harus mampu menjelaskan materi pembelajaran dengan baik dan mudah
dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka.
Sementara fungsi penjelasan sesuatu tersebut dapat melekat pada
pendidik. Maka dari itu, penggunaan modul bisa berfungsi sebagai
pengganti fungsi atau peran fasilitator/pendidik.
c) Sebagai alat evaluasi. Maksudnya, dengan modul, peserta didik dituntut
untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya
terhadap materi yang telah dipelajari. Dengan demikian, modul juga
sebagai alat evaluasi
d) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Maksudnya, karena modul
mengandung berbagi materi yang harus dipelajari oleh peserta didik, maka
modul juga memiliki fungsi sebagai bahan rujukan bagi peserta didik.

d. Struktur Modul
Struktur modul menurut Surahman (2010;2) modul dapat disusun dalam struktur
sebagai berikut:
a. Judul Modul. Bagian ini berisi tentang nama modul dari suatu mata kuliah
tertentu.
b. Petunjuk umum. Bagian ini memuat penjelasan tentang langkahlangkah yang
akan ditempuh dalam perkuliahan, meliputi:
i. Kompetensi dasar
ii. Pokok bahasan
iii. Indikator pencapaian
iv. Referansi (diisi petunjuk dosen tentang buku-buku referensi yang
digunakan)
v. Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode, langkah yang
dipergunakan dalam proses pembelajaran)
vi. Lembar kegiatan pembelajaran

6
vii. Petunjuk bagi mahasiswa untk memahami langkah-langkah dan materi
perkuliahan
viii. evaluasi

c. Materi modul
Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang materi yang dikuliahkan pada
setiap pertemuan.

d. Evaluasi semester.
Evaluasi ini terdiri atas evaluasi tengah semester dan akhir semester dengan tujuan
untuk mengukur kompetensi mahasiswa sesuai materi kuliah yang diberikan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa modul harus
berisikan unsur-unsur setruktur antara lain judul, petunjuk belajar, kompetensi
yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja atau
lembar kerja, dan evaluasi

3. E-Modul
a. Pengertian E-Modul

Perkembangan teknologi dan informasi perlahan mulai mengalami masa


transisi dari media cetak berangsur beralih menjadi media digital. Informasi dan
publikasi awalnya hanya didokumentasikan melalui media cetak dan beralih kemedia
elektronik sebagai alternatif penggantinya antara lain media elektronik seperti buku
elektronik, modul elektronik (e-modul). Istilah modul elektronik merupakan
penggabungan istilah modul dalam bentuk bahan ajar elektronik (e-book). Penyajian
media pembelajaran dalam bentuk elektronik ini akan menjadi lebih menarik dan
memberikan berbagai kemudahan.

Menurut Haritz C.N (2013:3) Buku digital atau disebut juga e-book
merupakan sebuah publikasi yang terdiri dari teks, gambar, maupun suara dan
dipublikasikan dalam bentuk digital yang dapat dibaca dikomputer maupun
perangkat elektronik lainnya

Media pembelajaran cetak modul dapat ditransformasikan penyajiannya


dalam bentuk elektronik, sehingga melahirkan istilah modul elektronik atau e-modul.
Tidak tedapat definisi pasti mengenai e-modul sampai sejauh ini. Mengacu dari
berbagai istilah yang berhubungan tersebut dapat diidentifikasi bahwa modul
elektronik merupakan penggabungan istilah modul dengan media pembelajaran
elektronik (e-book). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa e-modul
merupakan seperangkat media pembelajaran digital atau non cetak yang disusun
secara sistematis yang digunakan untuk keperluan belajar mandiri, sehingga
memudahkan siswa untuk belajar mandiri dan memecahkan masalah dengan
caranya sendiri. E-modul dapat diimplementasikan sebagai sumber belajar mandiri
yang membantu siswa meningkatkan pemahaman secara kognitif dengan tidak
bergantung pada satu-satunya sumber informasi.

b. Karakteristik E-Modul

7
Karakteristik e-modul tidak jauh berbeda dengan karakteristik yang dimiliki
modul cetak sehingga karakteristik modul cetak dapat diadaptasikan
kedalam e-modul, berikut merupakan beberapa ciri
menurut Anwar (2010;136), menyatakan bahwa karakteristik modul
pembelajaran sebagai berikut :
1. Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak
tergantung pada pihak lain.
2. Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi
yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.
3. Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media
lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
4. Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.
5. User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab
bersahabat/akrab dengan pemakainya.
6. Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
c. Kelebihan dan Kekurangan E-Modul
Menurut S. Nasution (2008) modul yang disusun dengan baik dapat
memberikan banyak kelebihan bagi siswa, antara lain:
a. Balikan (feedback), siswa dapat mengetahui taraf hasil belajar melalui
umpan balik yang diberikan oleh modul secara langsung
b. Penguasaan tuntas (mastery), siswa dapat mencapai hasil belajar tinggi
dengan menguasai materi pelajaran secara tuntas
c. Tujuan, peserta didik dapat mencapai hasil belajar tinggi sebab modul
memiliki tujuan jelas, spesifik dan terarah
d. Motivasi, pembelajaran yang membimbing siswa untuk mencapai
sukses melalui langkah-langkah teratur
e. Fleksibilitas, modul dapat digunakan oleh peserta didik sesuai dengan
kemampuan memahami materi masing-masing individu
f. Kerjasama, modul dapat mengurangi rasa persaingan dikalangan siswa
g. Pengajaran remedial, modul memberikan kesempatan bagi peserta
didik untuk memperbaiki kelemahan, kesalahan, dan kekurangan
secara langsung
h. Rasa kepuasan, modul disusun untuk memudahkan peserta didik
belajar sesuai metode masing-masing
i. Bantuan individual, waktu dan kesempatan yang dimiliki siswa untuk
belajar tidak terbatas dengan menggunakan modul sehingga siswa
dapat mandiri
j. Mencegah kemubaziran, modul terdiri dari satuan pembelajaran yang
berdiri sendiri
k. Evaluasi formatif, bahan pelajaran terbatas dan diuji coba pada
peserta didik dalam jumlah kecil dapat menilai taraf hasil belajar
peserta didik
d. Cara Membuat E-Modul
E-modul merupakan adaptasi dari modul cetak yang dikembangkan
menggunakan media elektronik. Dalam membuat e- 23 modul kita dapat

8
mengacu dalam struktur yang terdapat dalam modul cetak seperti yang
diutarakan oleh beberapa ahli berikut ini:
1. Struktur modul menurut Surahman (2010;2) modul dapat disusun
dalam struktur sebagai berikut:

a. Judul Modul. Bagian ini berisi tentang nama modul dari suatu mata
kuliah tertentu.

b. Petunjuk umum. Bagian ini memuat penjelasan tentang lngkahlangkah yang


akan ditempuh dalam perkuliahan, meliputi:

i. Kompetensi dasar
ii. Pokok bahasan
iii. Indikator pencapaian
iv. Referansi (diisi petunjuk dosen tentang buku-buku referensi
yang digunakan)
v. Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode,
langkah yang dipergunakan dalam proses pembelajaran)
vi. Lembar kegiatan pembelajaran
vii. Petunjuk bagi mahasiswa untk memahami langkah-langkah
dan materi perkuliahan
viii. evaluasi

c.Materi modul. Bagian ini berisi penjelasan secara rinci tentang materi yang
dikuliahkan pada setiap pertemuan

d. Evaluasi semester. Evaluasi ini terdiri atas evaluasi tengah semester dan akhir
semester dengan tujuan untuk mengukur kompetensi mahasiswa sesuai
materi kuliah yang diberikan.

4. SIGIL
eBook merupakan salah satu alternative yang dapat dipilih untuk
membudayakan minat membaca masyarakat tidak hanya dari kalangan
pelajar saja. eBook ini lebih bersifat modern dan menarik minat baca karena
didalam eBook ini terdapat fitur-fitur yang lebih menarik seperti teks,
gambar dan juga dapat di isi dengan suara untuk membantu memudahkan
penyampaian isi buku. eBook dipublikasikan dalam bentuk digital sehingga
mempermudah penulis dalam mempublikasikan bukunya. Sigil merupakan
software editor untuk epub yang bersifat open source. Epub (electronic
publication) merupakan salah satu format digital yang merupakan format
standarisasi bentuk yang diperkenalkan oleh International Digital Publishing
Forum (IDPF) pada tahun 2011. Epub merupakan software pengganti Open
eBook yang bertugas sebagai format buku terbuka. Epub dapat diakses dari
file yang bertipe html, xhtml, xml, css yang dijadiakan satu file dengan
ekstensi .epub. Epub juga bersifat friendly karena dapat support dengan
banyak perangkat seperti komputer (diakses di googlechrome, plugin
firefox), android (dengan menggunakan Ideal reader, FBreader0, IOS,
Blackberry playbook, dan berbagai perangkat lainnya).

9
Berbagai macam software yang memiliki utilitas tinggi didapat hasil
bahwa software Sigil memiliki fitur yang lebih lengkap dibandingkan dengan
software sejenis, dimana selain fitur yang lengkap software Sigil dapat
diperoleh secara geratis. Hal inilah yang dipandang sebagai sisi plus dari Sigil
dibandingkan software lain.

5. Penyelesaian Tepi Pakaian


Dasar teknologi menjahit yang terdapat pada silabus di SMK N 8
MEDAN terdapat materi pokok teknik penyambungan kampuh, pembuatan
lajur, pembuatan lipit, pembutan kerutan, menyelesaikan sudut,
penyelesaian tepi kain/kampuh (rompok, depun, serip), pembuatan macam-
macam saku (saku tempel, saku sisi).

Untuk penyelesaian tepi pakaian dapat berupa jahitan rompok,


depun, dan serip. Biasanya penyelesaian tepi pakaian digunakan untuk
menyelesaikan jahitan pada bagian kerung leher maupun ujung lengan

a. Pengertian Penyelesaian Tepi Pakaian Menurut Nanie Asri Yuliati (1993 :


16) tepi pakaian adalah bagian pakaian yang bertiras dan memerlukan
penyelesaian, seperti kerung leher, lingkar bawah lengan tengah
muka/tengah belakang. Penyelesaian tepi merupakan salah satu cara
untuk menyelesaiakan lenan rumah tangga atau jahitan pakaian dengan
menyelesaikan tepi kain/kampuh dengan cara menjahit sepotong kain
sepanjang tanda jahitan.
b. Alat dan Bahan yang digunakan
Untuk memulai menjahit penyelesaian tepi pakaian hal pertama yang harus
di lakukan adalah mengenal dan menyiapkan beberapa alat dan bahan
yang diperlukan agar menunjang keberhasilan dalam menjahit.
Berikut adalah alat dan bahan yang diperlukan:
a. Alat :
1. Gunting Kain Untuk menggunting kain atau bahan utama
2. Gunting Benang Untuk menggunting benang atau sisa-sisa
benang
3. Pendedel Untuk mendedel/melepas jahitan yang salah
4. Mesin Jahit Untuk menyambungkan bagian-bagian pola yang
telah dibuat sesuai disain
5. Jarum tangan Untuk menjelujur dan mengesum
6. Bantalan Jarum Untuk menyimpan jarum tangan dan jarum
pentul
7. Pita ukur Untuk menentukan ukuran
8. Jarum pentul Untuk menggabungkan atau menyemat kain
yang akan dijahit
9. Karbon Jahit dan rader Untuk memberikan tanda pola pada
kain
10. Kapur jahit dan pensil jahit Untuk memberikan tanda jahitan
pada kain
b. Bahan :
1. Kain Merupakan bahan utama yang digunakan untuk menjahit

10
2. Benang Untuk menjahit, menjelujur, dan mengesum
3. Viselin Untuk melapisi bahan utama
c. Macam-macam langkah penyelesaian tepi pakaian
1. Rompok
Menurut Ernawati, dkk (2008:114) rompok adalah
penyelesaian pinggir pakaian dengan menggunakan kumai serong.
Rompok sering digunakan untuk menyelesaikan lingkar kerung
lengan, garis leher, dan sebagaianya.
Husna Widyani (2015:59) menjelaskan rompok adalah
penyelesaian tepi leher dengan cara dibalutkan ke sekeliling garis
leher.
Cara membuat rompok :
a. Siapkan kain kumai serong dengan lebar 2,5 cm atau menyiapkan bisban.
b. Kumai serong atau bisban yang telah dipotong dijelujurkan pada bagian baik
kain utama. Dimana bagian baik kain saling berhadapan, kemudian dijahit 0,5
cm dari tiras kain.
c. Kumai serong atau bisban dilipat kedalam pinggiran tiras dan diselesaikan
dengan dikelim atau disum sebagai penyelesaiannya.
d. Hasil jahit untuk rompok 0,5 cm e) Setrika supaya hasilnya rapi
2. Serip
Menurut Ernawati, dkk (2008:114) serip adalah lapisan
menurut bentuk yang hasil lapisannya menghadap keluar sebagai
hiasan.Serip berfungsi untuk penyelesaian pinggiran busana,
disamping itu serip juga berfungsi sebagai hiasan atau variasi bagian
busana.
Husna Widyani, (2015:59) serip adalah penyelesaian tepi
leher dengan cara dilapisi keluar.
Cara membuat serip :
a. Gunting kain sesuai dengan bentuk garis leher, adapun lebar
serip kurang lebih 3 cm panjang kain sesuai dengan bagian yang
akan diserip ditambah 1 cm utuk kampuh.
b. Gunting viselin sesuai dengan bentuk serip 3 cm tanpa
menggunakan kampuh.
c. Tempelkan dan pressing viselin pada bahan utama kain yang
akan digunakan untuk serip pada bagian buruk kain.
d. Letakkan lapisan dengan bagian buruk kain dan bagian baik serip
berhadapan kemudian dijahit.
e. Lapisan dilipat kebagian baik dan di pres dengan setrika agar rapi
f. Penyelesaian serip dilipat kebagian dalam lebih kurang 0,5 cm
kemudian dijahit pada pinggir serip yang telah dilipat.
g. Setrika supaya hasilnya rapi
3. Depun
Menurut Ernawati, dkk (2008:113) depun adalah lapisan
menurut bentuk yang letaknya kedalam kelim. Depun dapat
diartikan melapis/ mengelim pinggiran kain dengan menggunakan
kain lain yang sama bentuknya. Depun tidak boleh terlihat dari
bagian luar sehingga ketika membalik depun kedalan , lipatan

11
terletak pada 1mm setelah setikan lapisan menurut bentuk untuk
depun harus sama dengan bahan pakaiannya
Cara membuat depun :
a. Gunting kain sesuai dengan bentuk garis leher, adapun lebar
depun kurang lebih 3 cm, panjang kain sesuai dengan bagian
yang akan didepun ditambah 1 cm utuk kampuh.
b. Gunting viselin sesuai dengan bentuk depun 3 cm tanpa
menggunakan kampuh.
c. Tempelkan dan pressing viselin pada bahan utama dibagian
buruk kain.
d. Letakkan lapisan depun dengan bagian baik saling berhadapan
kemudian dijahit.
e. Lapisan dilipat kebagian buruk, rapikan tiras dan digunting
dengan jarak 1-2 cm sampai batas jahitan.
f. Jahit kurang lebih 1 mm dibawah jahitan pertama, kemudian
diselesaikan dengan tusuk kelim
g. Setrika supaya hasil rapi

B. Kajian Penelitian
yang Relevan Dalam peneltian ini peneliti mengkaji beberapa pene;itan terdahulu
yang berkaiatan tentang modul antara lain:
1. Anggri Sekar Sari jurnal SCIENCE TECH Vol 3, No 1 2017 Pengembangan buku
digital melalui aplikasi sigil pada mata kuliah cookies dan candys . Meneliti
mengenai pengembangan buku digital menggunakan aplikasi sigil. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengembangkan media pembelajaran praktik
dengan aplikasi SIGIL dan mengetahui kelayakan dari buku saku digital
berdasarkan penilaian ahli, materi, ahli media, dan pendapat mahasiswa.
Jenis penelitian menggunakan penelitian R&D.
2. Ramadhani, Rahmayanti (2017) Pengembangan Modul Pembelajaran
Penyelesaian Tepi Pakaian Pada Mata Pelajaran Dasar Teknologi Menjahit
Smk Negeri 1 Sewon Bantul. S1 Skripsi, Fakultas Teknik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan modul penyelesaian tepi pakaian,
mengetahuai kelayakan dan efektifitas modul. Jenis penelitian menggunakan
penelitian R&D. Untuk hasil kelayakan dalam penelitian ini dikatan sngat
baik.
3. Nur, Ismiyati (2018) Pengembangan Modul Pembuatan Pola Rok Secara
Konstruksi Untuk Siswa Kelas X Di Smk Negeri 1 Dlingo. S1 Skripsi, Fakultas
Teknik. Penelitian ini menghasilakan media pembelajaran berupa modul
pembuatan pola rok. Jenis penelitian menggunakna penelitian R&D yang
dikembangkan dengan mengacu pengembangan Borg and Gall.
Pengembangan modul dinyatakan layak digunakan sebagai media
pembelajaran.
Hasil yang didapatkan pada pembahasan adalah terdapat efektifitas
pembelajaran menggunakan pembelajaran eBook. Penelitian yang dilakukan
oleh peneliti yaitu pengembangan e-modul (elektronik modul) penyelesaian
tepi pakaian pada mata pelajaran dasar teknologi menjahit. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah untuk mengembangakan

12
modul menjadi e-modul, pengkajian tentang kelayakan e-modul menurut
pendapat siswa kelas X di SMK Negeri 8 MEDAN
Berdasarkan penelitian yang relevan, maka peneliti mencoba untuk
mengembangkan modul menjadi e-modul atau elektronik modul
penyelesaian tepi pakaian untuk mata pelajaran dasar teknologi menjahit
kelas X tata busana di SMK Negeri 2 Gedangsari. Dengan mengembangkan
media pembelajaran ini, diharapkan dapat berguna bagi guru dan siswa
sebagai media dan referensi pembelajaran

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika dalam penyampaian

materi dari guru dapat diterima dengan jelas oleh siswa. Agar

penyampaian materi dapat tersampaikan dengan baik dibutuhkan media

pembelajaran yang menyenangkan dan mudah untuk dipahami oleh siswa

terutama untuk penyampaian materi parktik Dalam era digital ini kita

dapat mengembangkan media pembelajaran menggunakan elektronik

seperti penggunaan smartphone maupun laptop. Pengembangan media

pembelajaran menggunakan elektronik agar memberikan manfaat lebih

bagi siswa untuk memanfaatkan smartphone kearah yang lebih positif

dan juga menarik minat siswa untuk lebih giat belajar.

Proses pembelajaran di SMKN 2 Gedangsari , guru menggunakan

media jobsheet dan fragment, sehingga siswa masih merasa kesulitan

untuk mengerjakan tugas praktik penyelesaian tepi pakaian. Oleh karena

itu, pengembangan media pembelajaran dengan aplikasi sea digital

learning berupa e-modul dapat mempermudah siswa dalam memahami

isi materi.

13
Guru Pembelajaran
Siswa
Praktik

Smartphone

Inovasi Media
Pembelajaran

Pengembangan Media
Pembelajaran
pembelajaran dengan sea
Sea Digital penyelesaian tepi pada
digital learning berupa e-modul
busana

Pembelajaran efektif,
efisien dan menyenangkan

D. Pertanyaan Penelitian

B. Bagaimanan cara pengembangan e-modul melalui aplikasi SIGIL?

C. Apakah e-modul layak berdasarkan kesesuaian materi?

D. Apakah e-modul layak berdasarkan format modul?

E. Apakah e-modul layak berdasarkan pendapat dari siswa?

14
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan

(research and development) yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono 2011:297).

Model pengembangan media e-modul (elektronik modul) penyelesaian tepi

busana pada mata pelajaran dasar teknologi menjahit menggunakan aplikasi

Sigil ini menggunakan model Borg and Gall yang dikutip oleh tim

Puslitjaknov (2008:11) yang meliputi tahap:

1. Analisis produk yang akan dikembangkan

2. Pengembangan produk awal

3. Validasi ahli dan revisi

4. Uji coba lapangan skala kecil

5. Uji coba lapangan skala besar

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk e-modul yang

diharapkan dapat mempermudah proses belajar mengajar disekolah untuk

meningkatkan kompetesi belajar dalam penyelesaian tepi busana.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pembuatan e-modul dalam pembelajaran penyelesaian tepi

busana dalam mata pelajaran dasar teknologi menjahit akan disesuakan

dengan model pengembangan Brog dan Gall yang telah disederhanakan oleh

tim Pulijaknov melalui bagan dibawah ini:

15
Tahap 1 Analisis Produk Yang Akan
Dikembangkan

Tahap 2 Pengembangan Produk Awal

Tahap 3 Validasi Produk


Ahli Materi, Ahli Media

Uji Coba Skala Kecil


Tahap 4

Tahap 5 Uji Coba Skala Besar

Produk Akhir

Gambar 1. Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran Menurut


Tim Puslijaknov

16
Analisis Produk Yang Akan
Tahap 1 Dikembangkan

Mengkaji Kurikulum Dasar Teknologi Menjahit


Mengkaji Silabus DTM (Kompetensi Dasar Penyelesaian
Tepi Pakaian)

Tahap 2 Pengembangan Produk Awal E-Modul


Penyelesian Tepi Pakaian

Validasi Produk
Tahap 3 Ahli Materi, Ahli Media

Revisi

Tahap 4 Uji Coba Skala Kecil

Revisi

Tahap 5 Uji Coba Skala Besar

Produk E-modul Penyelesaian


Tepi Busana

Gambar 2. Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran E-Modul


Penyelesaian Tepi Pakaian

Keterangan Bagan:

1. Analisis produk yang akan dikembangkan

Analisis dilakukan sebelum mengembangkan produk untuk mengetahui


kebutuhan bahan ajar yang dikembangkan dalam pembelajaran penyelesaian
tepi pakaian kelas X Tata Busana di SMK Negeri 2 Gedangsari yang dilakukan
dengan cara :
17
a. Mengkaji Kurikulum

Tujuan dari mengkaji kurikulum pada penelitian ini yaitu untuk

mempelajari, memeriksa, maupun menelaah kurikulum yang digunakan

SMK N 8MEDAN terutama pada mata pelajaran dasar teknologi busana.

Langkah pertama menetapkan kompetensi untuk mempelajari silabus dan

RPP yang diterapkan sekolah pada mata pelajaran dasar teknologi

menjahit agar tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran pada

kompetensi yang ditetapkan.

b. Analisis Kebutuhan

Langkah kedua yakni analisis kebutuhan yang bertujuan untuk

mengidentifikasi kebutuhan dalam pengajaran seperti penggunaan media

pembelajaran dan mengetahui media pembelajaran modul pada mata

pelajaran dasar teknologi menjahit.

3. Pengembangan produk awal

Setelah dilakukan analisi langkah selanjutnya adalah membuat desain

produk yang akan dikembangkan. Produk yang dihasilkan dalam penelitian

merupakan media pembelajaran e-modul yang dikemas secara

menarik.berikut adalah langkah pengembangan e-modul pembelajaran

penyelesaian tepi pakaian:

a. Halaman sampul:Berisi judul modul, gambar ilustrasi, lembaga,


tahun modul disusun.
b. Kata pengantar :Memuat informasi tentang peran modul
dalam proses pembelajaran.
c. Daftar isi :Memuat kerangka modul dilengkapi dengan
nomor halaman.
d. Peta kedudukan modul :Diagram yang menunjukkan
kedudukan modul dalam program pembelajaran.
e. Glosarium :Memuat tentang penjelasan tentang arti dari setiap
istilah asing yang digunakan.
18
f. Pendahuluan
g. Kompetensi Dasar : berisi kompetensi dasar yang akan dipelajari
h. Deskripsi : berisi penjelasan singkat tentang nama dan ruang
lingkup modul.
i. Prasyarat : berisi kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk
mempelajari modul
j. Petunjuk penggunaan modul : berisi tentang panduan tatacara
menggunakan modul
k. Tujuan akhir : berisikan tentang tujuan yang hendak dicapai
peserta didik setelah menyelesaikan suatu modul
l. Pembelajaran
m. Evaluasi :Penilaian kognitif skill, psikomotor skill, dan afektif skil
n. Kunci Jawaban :Berisi dari jawaban pertanyaan dari tes yang
diberikan
o. Daftar Pustaka :Semua reverensi yang diacu dalam pembuatan e-
modul
4. Validasi ahli dan revisi

Validasi merupakan proses untuk menguji validitas produk yang

dikembangkan. Validasi dapat dilakukan dengan cara meminta pendapat dari

ahli diantaranya :

a. Ahli materi

Validasi ahli materi bertujuan untuk memberikan masukan atau informasi

dan mengevaluasi materi pembelajaran menggunakan bahan ajar modul

berdasarkan aspek-aspek yang diukur .validasi dilakukan oleh dosen dan

guru ahli materi

b. Ahli media

4. Validasi media bertujuan untuk memberikan masukan atau informasi dan


mengevaluasi produk modul pembelajaran berdasarkan aspek- aspek yang
akan diukur. Validasi dilakukan oleh dosen ahli media apabila produk
dinyatakan layak maka e-modul pembelajaran penyelesian tepi busana dapat
digunakan untuk ujicoba selanjutnya

5. Uji coba skala kecil

Uji kelompok kecil ini dilakukan kepada 6 siswa kelas X Tata Busana di SMK

Negeri 8 MEDAN yang bertujuan untuk mengetahui kualitas e-modul yang

dilihat dari segi pemahaman materi dan konsep penyajian sehingga dapat
19
digunakan sebagai sumber belajar yang layak. Hasil uji coba kelompok kecil

akan disajikan salah satu dasar untuk merivisi produk yang akan di ujicobakan

ketahap selanjutnya.

6. Uji coba skala besar

Uji coba lapangan termasuk uji coba kelompok besar yang mana dilakukan

pada sampel sebanyak 32 siswa kelas X Tata Busana di SMK Negeri 8

MEDAN . Uji coba kelompok besar ini dimaksudkan untuk menilai produk e-

modul penyelesaian tepi kain yang telah direvisi sehingga dapat diktahui

hasilnya. Hasil akhir dari pengembangan bahan ajar ini berupa modul

pembelajaran penyelesaian tepi pakaian sesuai dengan label yang di ujikan

dan dinyatakan layak

C. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Tata Busana di SMK

Negeri 8 MEDAN yaitu X Tata Busana 1 dengan jumlah 32 siswa. Subyek

penelitian ini dibagi menjadi subyek uji coba skala kecil dan subyek uji coba

skala besar. Subyek penelitian skala kecil mengambil 6 dari 32 siswa dan

subyek penelitian skala besar adalah seluruh siswa kelas X Tata Busana di

SMK Negeri 8 MEDAN yang berjumlah 32 siswa.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

a. Metode pengumpulan data

a. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk meneliti perilaku, proses kerja, dan


kondisi lingkungan yang ada dalam pembelajaran penyelesaian tepi
pakaian. Pelaksanaan observasi yang digunakan adalah observasi non
partisipan sehingga dalam observasi peneliti terlibat langsung

20
b. Angket

Menurut Sugiyono (2010:199) angket merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket berupa

pertanyaan tertutup yang diberikan kepada responden secara langsung

yang digunakan untuk memperoleh data tentang pendapat siswa mengenai

kelayakan e-modul pembelajaran penyelesaian tepi pakaian.

b. Alat Pengumpulan data


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu data yang

dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan

menggunakan ststistik deskriptif. Instrument yang digunakan pada

penelitian pengembangan modul penyelesaian tepi pakaian yaitu lembar

angket

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan

menggunakan pengumpulan data angket tertutup dimana responden

tinggal memberikan tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang telah

disediakan.

Instrumen berupa angket tertutup ini ditujukan para ahli dan diberikan

pada siswa kelas X Tata Busana 1 yang dijadikan subyek penelitian

berjumlah 32 siswa.

Lembar angket yang pertama ditujukan kepada ahli media dan ahli

materi sebagai validator untuk mengetahui kelayakan e-modul

pembelajaran penyelesaaian tepi busana pada mata pelajaran dasar

teknologi menjahit. Angket untuk ahli media dan ahli materi

menggunakan angket bentuk skala Guttman dengan memberi tanda


21
checklist diantara dua jawaban yaitu “layak” atau “tidak layak”. Kisi-kisi

Instrumen dapat dilihat pada tabel.

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Kelayakan e-modul dari aspek media

Jumlah
No Indikator
Butir

Aspek Bahasa

1. Menggunakan istilah yang mudah dipahami 1

2. Bahasa yang digunakan sederhana 1

3. Materi sesuai dengan EYD 1

Aspek Efek Bagi Strategi Pembelajaran

4. Meningkatkan minat belajar siswa 1

5. Media memudahkan dalam belajar mandiri 1

6. Media memudahakan dalam transfer pengetahuan 1

7. Media meningkatkan motivasi 1

Aspek Rekayasa Perangkat Lunak

8. Kreativitas dan inovasi media pembelajaran 1

9. Fungsi touch dan drag dalam media mudah dipahami 1

10. Media mudah dioprasiakan oleh siswa 1

11. Dapat dikelola dengan mudah 1

12. Media menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK 1

Aspek Tampilan Visual

13. Kesesuaian pemilihan warna 1

14. Kesesuaian pemilihan jenis huruf 1

15. Kesesuaian pemilihan ukuran huruf 1

16. Kesesuaian pemilihan efek suara 1

17. Ketepatan penempatan tombol 1

22
18. Kesesuaian tampilan gambar 1

19. Keseimbangan proporsi gambar 1

20. Kemenarikan desain 1

7. Materi dikemas secara sistematis 1

8. Materi disampaiakan secara lengkap 1

9. Materi disusun berdasarkan tingkat kesulitan 1

10. Materi disajikan dengan jelas 1

Aspek Evaluasi/Latihan Soal

11. Evaluasi sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran 1

12. Keakuratan perumusan soal 1

13. Keakuratan kunci jawaban 1

14. Kejelasan petunjuk pengerjaan 1

Aspek Bahasa

15. Istilah yang digunakan mudah dipahami 1

16. Alur materi sesuai urutan 1

Aspek Efek Bagi Strategi Pembelajaran

17. Meningkatkan minat belajar siswa 1

18. Meningkatkan motivasi belajar siswa 1

19. Belajar mandiri 1

20. Menambah pengetahuan siswa 1

21. Menambah pemahaman belajar siswa 1

Aspek Rekayasa Perangkat Lunak

22. Menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK 1

23. Media dapat digunakan kembali 1

Aspek Tampilan Visual

24. Daya tarik desain 1

23
25. Penggunaan jenis huruf dapat dibaca 1

24
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen kelayakan e-modul dari aspek materi

Jumlah
No Indikator
Butir

Aspek Relevansi

1. Materi sesuai dengan SK dan KD 1

2. Materi sesuai dengan tujuan pembelajaran 1

3. Materi sesuai dengan indikator 1

4. Keabsahan konsep materi ditinjau dari aspek keilmuan 1

Aspek Pengorganisasian Materi

5. Materi disampaikan dengan jelas 1

6. Pembelajaran disampaiakan secara sistematis 1

7. Materi dikemas secara sistematis 1

8. Materi disampaiakan secara lengkap 1

9. Materi disusun berdasarkan tingkat kesulitan 1

10. Materi disajikan dengan jelas 1

Aspek Evaluasi/Latihan Soal

11. Evaluasi sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran 1

12. Keakuratan perumusan soal 1

13. Keakuratan kunci jawaban 1

14. Kejelasan petunjuk pengerjaan 1

Aspek Bahasa

15. Istilah yang digunakan mudah dipahami 1

16. Alur materi sesuai urutan 1

Aspek Efek Bagi Strategi Pembelajaran

25
17. Meningkatkan minat belajar siswa 1

18. Meningkatkan motivasi belajar siswa 1

19. Belajar mandiri 1

20. Menambah pengetahuan siswa 1

21. Menambah pemahaman belajar siswa 1

Aspek Rekayasa Perangkat Lunak

22. Menyesuaikan dengan perkembangan IPTEK 1

23. Media dapat digunakan kembali 1

Aspek Tampilan Visual

24. Daya tarik desain 1

25. Penggunaan jenis huruf dapat dibaca 1

Tabel 5. Pengkategorian dan pembobotan skor skala Guttman

Pertanyaan

Jawaban Skor

Layak 1

Tidak Layak 0

Angket yang kedua ditujukan untuk siswa kelas X Tata Busana yang

dijadikan subjek penelitian untuk mengetahui kelayakan dan kemenarikan

e-modul. Angket ini menggunakan skala Linkert dengan empat alternatif

jawaban sangat setuju (SS) diartikan bahwa modul tersebut sangat baik

dan menarik, setuju (S) diartikan bahwa modul tersebut baik, kurang

setuju (KS) diartikan bahwa modul tersebut kurang baik, tidak setuju (TS)

diartikan bahwa modul tersebut tidak baik dan tidak menarik dengan

memberikan tanda checklist. Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada tabel


26
04.

E. Validitas dan Realiabilitas Instrumen

Agar dapat dikatakan sebagai instrument yang baik, maka instrumen

tersebut harus memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas.

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi, 2006 :168). Suatu

instrumen yang memiliki nilai validitas tinggi, maka dapat dikatakan

instrumen tersebut valid atau sahih, sedangkan ketika suatu instrumen

nilai validitasnya kurang maka instrumen tersebut dapat dikatakan kurang

valid. Instrumen yang mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat merupakan

sebuah instrumen yang valid. Tinggi rendahnya validitas suatu instrumen

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari

gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Uji Validitas instrumen dilakukan dengan dua tahap yaitu dengan

validitas isi (Content validity) dan validitas konstrak (construct validity).

Validitas isi berkenaan dengan isi dan format dari instrumen. Validitas

konstrak sama dengan logical validity atau validity by definition (Sutrisno

Hadi , 1982). Jika suatu instrumen dapat digunakan untuk mengukur

gejala sesuai dengan yang didefinisikan dapat diartikan instrumen

tersebut memiliki validitas konstruksi.

Uji validitas dapat dilakukan dengan konsultasi kepada

pembimbing dan para ahli (Experts Judgement) tentang butir-butir

27
instrumen yang telah

28
dibuat, untuk mendapatkan penilaian apakah maksud dari kalimat dalam

instrumen dapat dipahami oleh responden dan butir-butir tersebut dapat

menggambarkan indikator-indikator variabel. Hal ini dilakukan untuk

memeriksa dan mengevaluasi instrumen secara sistematis, sehingga

instrumen penelitian ini valid dan dapat digunakan untuk menjaring data

yang dibutuhkan.

Berdasarkan uraian di atas, Uji validitas isi dan konstruk dilakukan

dengan konsultasi kepada para ahli (Experts Judgement) dalam bidang

pendidikan, yaitu Dosen Pendidikan Teknik Busana FT UNY. Hasil uji

validitas oleh experts judgement menyatakan bahwa instrumen dikatakan

valid.

Menurut Masri Singarimbun (1995), jumlah responden untuk uji

coba instrumen minimal 30 orang, agar distribusi skor (nilai) akan lebih

mendekati kurva normal.

Untuk menghitung uji validitas digunakan rumus korelasi Product

Moment dari Karl Pearson, yaitu :

N ∑ XY − (∑ X) (∑ Y)
rxy =
√{N ∑ X2 − (N ∑ X)2}{N ∑ Y2 − (N ∑ Y)2}

Keterangan :

Rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

N = Jumlah Responden

∑X = Jumlah Skor Butir Soal

∑Y = Jumlah Skor Total Soal

29
∑ X2 = Jumlah Kuadrat Skor Butir Soal

∑ Y2 = Jumlah Kuadrat Skor Total Soal

∑ XY = Jumlah Perkalian X dan Y

(Suharsimi, 2006 :170)

Butir soal dikatakan valid apabila rhitung sama atau lebih besar dari

rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Sedangkan ketika rhitung lebih kecil dari

rtabel maka butir soal dinyatakan tidak valid. Dari hasil uji validitas

diketahui bahwa rhitung > rtabel sehingga instrumen dikatakan valid hasil

penghitungan dapat dilihat pada lampiran.

b. Uji Reliabilitas

Menurut Suharsimi (2006 : 178), instrumen dikatakan reliabel

apabila instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap

data yang dapat dipercaya. Untuk mencari reliabilitas instrumen yang

skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian dapat

menggunakan rumus Alpha. Adapun rumus Alpha sebagai berikut :

k ∑ σ2b
r11 = [ ] [1 − σ2 t ]
k−1
Keterangan :

r11 = Reliabilitas Instrumen

K = Banyaknya Butir Pertanyaan

∑ σ2b = Jumlah Varians Butir

σ2 t = Varians Total

(Suharsimi Arikunto, 2006 : 196)

30
Hasil Perhitungan menggunakan rumus tersebut diinterpretasikan

dengan tingkat keandalan koefisiensi korelasi, yang menurut Sugiyono

(2007 : 231) kriteria hasil perhitungan tersebut sebagai berikut :

Tabel 8. Pedoman Reliabilitas Instrumen Penelitian

Interval Koefisien Tingkat hubungan

0,000 – 0,199 Sangat Rendah

0,200 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Sedang

0,600 – 0,799 Kuat

0,800 – 1,000 Sangat Kuat

Hasil uji reliabilitas menggunakan program excel 2010 diperoleh 0,9245%

yang berarti bahwa item atau pertanyaandiketahui reliabel dengan

interprestasi kategori sangat kuat.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan atas data awal yang diperoleh dan atas data hasil

validasi pengembangan produk awal. Teknik analisis data yang digunakan

adalah teknik analisis data secara diskriptif dengan cara mendiskripsikan atau

menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan tanpa ada maksud

membuat generalisasi dari hasil penelitian. Dengan teknik deskriptif ini maka

31
peneliti akan mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan

yang belaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010:147).

a. Teknik Analisis Data Hasil Dari Validasi Ahli

Teknik analisis data yang diperoleh dari validasi ahli, dilakukan sebagai

berikut:

1) Menentukan jumlah kelas interval

2) Menentukan rentang skor, yaitu skor maksimum dikurangi skor

minimum

3) Menentukan panjang kelas (P), yaitu rentang skor dibagi jumlah kelas

4) Menyusun kelas interval, dimulai dari skor terkecil hingga besar.

Tabel 9. Kriteria Kelayakan E-modul oleh Ahli

Nilai Kategori penilaian Interval nilai

1 Layak (S min + p) < S < S max

0 Tidak layak S min < S < (S min + p-1)

Keterangan :

S = Skor responden

S min = Skor responden terendah


S max = Skor responden tertinggi
P = Panjang interval kelas
(Widhihastuti, 2017 : 126)

32
b. Teknik Analisis Data Pendapat Siswa

Sugiyono (2015 : 134) Dengan skala pengukuran ini, maka nilai

variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam

bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.

Instrumen pada penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang

dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Penilaian (rating scale) dari item-

item instrumen dibuat dengan interval 1- 4 dengan kriteria:

Tabel 10. Skala Pengukuran Instrument Sugiyono (2015:141)

No Alternatife Jawaban Angka

1 Sangat Memahami 4

2 Memahami 3

3 Kurang Memahami 2

4 Tidak Memahami 1

Kemudian skor yang diperoleh dari data tentang instrumen validasi

materi media pembelajaran dan perangkat lunak media pembelajaran

dianalisis untuk diperoleh interval kelasnya. Berikut penjabaran rumus

menurut Eko Putro Widoyoko (2014: 144) :

33
Ji = (t-r)/Jk

Keterangan:

Ji = Jarak interval

t = Skor tertinggi ideal dalam skala

r = Skor terendah ideal dalam skala

Jk = Jumlah kelas interval

Maka: Jarak Interval = (4-1)/4 = 0,75

Sehingga klasifikasi hasil keterbacaan e-modul yang dikembangkan

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 11. Klasifiksi Keterbacaan E-modul

No Skor akhir Klasifikasi

1 1,00 - 1,75 Tidak Memahami

2 >1.75 - 2,50 Kurang Memahami

3 >2,50 - 3,25 Memahami

4 >3,25 - 4,00 Sangat Memahami

Apabila dijadikan persentase maka akan menggunakan rumus:

Skor hasil
Presentase kelayakan (%) = x 100 %
Skor maksimum

Dari rumus diatas maka interval kelas validasi keterbacaan e-modul

penyelesaian tepi pakaian secara prosentase dapat digambarkan dalam tabel

dibawah ini.

34
Tabel 12. Skala Prosentase

Presentase Skala Klasifikasi

0 - 39 % 1 Tidak Layak

40 - 55 % 2 Cukup Layak

56 - 75 % 3 Layak

76 - 100 % 4 Sangat Layak

Penelitian ini dinyatakan layak jika e-modul penyelesaian tepi pakaian ini

ditetapkan pada kriteria minimal “Memahami” dalam tabel prosentase.

35
36

Anda mungkin juga menyukai