Anda di halaman 1dari 16

BEST PRACTICE

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN


PRODUKTIF DASAR-DASAR KONSTRUKSI BANGUNAN
DENGAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA SAMBUNGAN KAYU
PADA SISWA KELAS X DPIB SMK NEGERI 1 PAGERWOJO
TULUNGAGUNG

OLEH :
HANDRI WIYONO, S.Pd
NIP. 19751115 201001 1 011

DINAS PENDIDIKAN PROPINSI JAWA TIMUR


SMK NEGERI 1 PAGERWOJO TULUNGAGUNG
TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT pencipta alam semesta beserta isinya, yang telah
menganugerahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya kepada kita sehingga
menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Terlebih bagi
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Best Practice dengan judul
“Peningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif Dasar-Dasar Konstruksi
Bangunan Dengan Penggunaan Alat Peraga Sambungan Kayu Pada Siswa Kelas X
DPIB SMK Negeri 1 Pagerwojo Tulungagung” tanpa menemui halangan yang berarti.
Proses penyusunan laporan ini tidak lepas dari peran serta bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis hendak
menghaturkan ungkapan terima kasih kepada:
1. Drs. Masrur Hanafi, M.M selaku Kepala SMKN 1 Pagerwojo
2. Seluruh rekan-rekan guru produktif Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan
dan guru-guru SMKN 1 Pagerwojo yang telah membantu suksesnya kegiatan
ini.
3. Siswa- siswi kelas X DPIB SMKN 1 Pagerwojo
Semoga Bapak dan Ibu guru yang telah membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan
ini mendapat balasan yang setimpal dari Alloh SWT.
Harapan penulis semoga best practice yang sifatnya sederhana ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan segenap pembaca pada umumnya.

Pagerwojo, September 2018

Penyusun,

ii
ABSTRAK

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN


PRODUKTIF DASAR-DASAR KONSTRUKSI BANGUNAN
DENGAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA SAMBUNGAN KAYU
PADA SISWA KELAS X DPIB SMK NEGERI 1 PAGERWOJO
TULUNGAGUNG

Kata Kunci : Alat Peraga, Hasil Belajar

Perkembangan zaman yang semakin cepat dan pesat berpengaruh terhadap dunia
pendidikan. Dunia pendidikan mengalami perubahan dan perombakan. Guru adalah
subyek utama pelaku pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu
pendidikan. Seiring dengan tugas pokok guru yaitu mengajar, dalam proses belajar
mengajar yang berlangsung di sekolah guru tidak hanya dituntut untuk dapat
menyampaikan materi pelajaran, namun dituntut untuk mampu membimbing dan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Oleh karena itu guru harus mampu mengusai
bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa beserta metode penyampaiannya.
Rumusan masalah yang ingin disajikan sebagai bahan kajian adalah: Apakah
metode menggunakan alat peraga sambungan kayu bisa meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran produktif pada siswa kelas X Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan
SMK Negeri 1 Pagerwojo Tulungagung
Dari hasil best practice dapat disimpulkan bahwa menggunakan alat peraga
sambungan kayu dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran produktif pada siswa
kelas X Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 1 Pagerwojo Tulungagung. Saran yang
diberikan oleh penulis adalah untuk memotivasi siswa dalam belajar, diharapkan kepada
para guru untuk menerapkan pembelajaran yang menekankan pada kreatifitas dan
kemandirian dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkarya.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 3
C. TUJUAN ...................................................................................................... 3
D. MANFAAT ................................................................................................. 3
BAB II PELAKSANAAN ........................................................................................ 5
A. ALASAN PEMILIHAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH .......... 4
B. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN ............................................... 5
C. HASIL YANG DICAPAI ............................................................................. 6
D. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG ........................................................... 7
E. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT ........................................................ 7
F. ALTERNATIF PENGEMBANGAN (TINDAK LANJUT) ........................ 7
BAB III SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 8
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 8
B. SARAN ......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 9

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Dokumentasi Kegiatan Best Practice ....................................................................... 10

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab,
serta memiliki rasa kemasyarakatan dan kebangsaan. (UU no. 20 tahun 2003 –
SisDikNas).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berdasarkan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 2003 pasal 15 merupakan pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu. Penjelasan pasal 15 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) tahun 2003 mejabarkan tujuan khusus Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), yaitu pertama menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara
mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di Dunia Usaha/Dunia Industri
(DU/DI) sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan
program keahlian yang diminati. Kedua membekali peserta didik agar mampu
memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetisi dan mampu mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.Ketiga membekali peserta
didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu mengembangkan diri
melalui jenjang pendidikanyang lebih tinggi. Untuk itu SMK Negeri 1 Pagerwojo
sebagai salah satu Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan untuk dapat memenuhi
tujuan tersebut melalui kegiatan pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan studi awal di SMK Negeri 1 Pagerwojo, sebagian kelas dalam proses
pembelajaran belum menunjukkan interaksi peserta didik dan materi ajar yang
disampaikan. Kelas hanya merupakan ruang dengan tradisi dimana para peserta didik
duduk diam, menikmati materi ajar tanpa adanya interaksi seperti tanya jawab, dan

1
pulang. Belum terciptanya kegiatan kelas yang kondusif antara siswa, guru, dan materi
ajar.
Model pembelajaran yang diterapkan berkutat pada model konvensional, dengan
ciri khas pembelajaran berpusat pada guru (teacher’s centered). Disini guru berperan
mentransfer materi namun terkadang kurang melibatkan keaktifan siswa yang akhirnya
siswa menerima secara verbalisme dan sibuk mencatat materi yang disampaikan guru.
Pembelajaran yang hanya menggunakan komunikasi satu arah dan kurang inovatif dapat
mengurangi keaktifan siswa dalam membangun pengetahuan dalam dirinya. Banyak
siswa yang merasa bingung dan sulit mendalami materi yang telah disampaikan guru,
khususnya dalam mata pelajaran konstruksi bangunan. Akibatnya siswa cenderung
malas untuk mencari informasi dari luar atau dari berbagai sumber referensi. Hal ini bisa
mempengaruhi pada kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang
diajarkan dan prestasi belajar siswa.
Kurangnya pemahaman siswa ini dapat dilihat dari pembelajaran yang erat
kaitannya dengan pembelajaran gambar bangunan. Salah satunya bisa dilihat dari ketika
pembelajaran menggambar dasar dan menggunakan perangkat lunak (autocad) yakni
siswa kebanyakan masih belum mengetahui dan memahami apa yang harus mereka
gambar dan bagaimana mereka memulai penggambaran. Walaupun jika dilihat dari nilai
yang mereka dapatkan dari pelajaran gambar bangunan ini sudah memenuhi kriteria
ketuntasan minimum (KKM) yang ada yaitu 75, tetapi melihat fenomena yang ada dapat
ditarik kesimpulan bahwa siswa masih kurang memahami tentang materi sambungan
kayu.
Memperhatikan masalah-masalah yang telah diuraikan diatas, diperoleh fakta
bahwa masih rendahnya aktifitas dan pemahaman belajar siswa. Maka dalam best
practice ini penulis memberikan alternatif tindakan dalam upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran yang akan bermuara pada peningkatkan untuk memperbaiki
kinerja sebagai guru sehingga pemahaman belajar siswa dapat lebih meningkat.
Dalam penulisan best practice ini penulis dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran dasar-dasar konstruksi bangunan di SMK Negeri 1
Pagerwojo Tulungagung dengan menggunakan alat peraga pemodelan sebagai alat bantu
dalam pembelajaran. Penggunaan alat peraga pemodelan ini cukup potensial untuk
membangkitkan gairah belajar siswa yang diharapkan dapat berbanding lurus dengan

2
pemahaman siswa. Alat peraga pemodelan membantu siswa dalam belajar pengetahuan
dan keterampilan yang kokoh dan membantu guru agar bisa memaparkan langsung
materi dalam bentuk tiga dimensi yakni berupa model replika yang disajikan.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana penerapan Alat Peraga Sambungan Kayu pada kelas X DPIB di
SMKN 1 Pagerwojo dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
mudah dipahami oleh siswa.

D. TUJUAN
Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dilihat dari respon siswa terhadap
pembelajaran Gambar Bangunan dengan menggunakan penerapan Alat Peraga
Sambungan Kayu pada kelas X DPIB di SMKN 1 Pagerwojo.

E. MANFAAT
1. Best practice ini dapat memberikan wawasan pada penulis tentang cara
menerapkan metode belajar mengajar dengan menggunakan respon siswa
terhadap pembelajaran dikelas teknik gambar bangunan dengan menggunakan
penerapan alat peraga sambungan kayu.
2. Hasil best practice dapat digunakan oleh guru sebagai bahan perbandingan dalam
memilih alternatif metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
belajar mengajar.
3. Bagi siswa, melalui alat peraga sambungan kayu ini diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang materi ajar yang disampaikan.
4. Hasil best practice ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
pengembang pendidikan.

3
BAB II
PELAKSANAAN

A. ALASAN PEMILIHAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

Salah satu indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah terjadinya


perubahan yang positif pada diri peserta didik. Perubahan tersebut mencakup perubahan
aspek pengetahuannya, aspek sikap, dan aspek keterampilannya.
Pada proses pembelajaran, baik ketika pelaksanaan pembelajaran teori di kelas
maupun kegiatan praktek di bengkelakan ditemukan berbagai permasalahan.
Permasalahan selanjutnya menjadi penghambat dalam keberhasilan proses
pembelajaran.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan penulis, permasalahan yang muncul
pada proses pembelajaran baik pembelajaran teori di kelas maupun praktek di lab
komputer berkaitan dengan kedisiplinan dan penguasaan kompetensi. Untuk itu perlu
duwujudkan tingkat kedisiplinan dan penguasaan kompetensi yang tinggi. Untuk
mewujudkan tingkat kedisiplinan siswa yang tinggi dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi harus diupayakan adanya strategi
yang tepat.
Pengawasan kedisiplinan adalah strategi yang tepat untuk meningkatkan disiplin
pada diri siswa. Karena dengan kedisiplinan yang tinggi akan dapat menghasilkan
kualitas siswa yang tinggi dan hasil belajar yang lebih baik, sedangkan siswa yang
tingkat kedisiplinannya rendah maka hasil belajarnyapun rendah. Hal ini sejalan dengan
pendapat Bloom (1976) dalam (Harun dan Mansur, 2008: 13) tentang hasil belajar yang
mengatakan bahwa hasil belajar ditentukan oleh kualitas peroses pembelajaran.
Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik masukannya, yaitu karakteristik siswanya.
Kualitas pembelajaran akan mempengaruhi hasil. Hasil yang berkualitas akan
mempengaruhi masukan pada proses pembelajaran berikutnya.
Untuk meningkatkan disiplin siswa dan minat menggambar siswa, penulis
membuat strategi melalui penggunaan media sambungan kayu dalam menggambar
sehingga minat siswa untuk menggambar lebih besar dan membuat siswa lebih
bersemangat untuk menyelesaikan tugas menggambar.

4
B. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

Sebelum siswa menggambar sambungan kayu guru wajib memberikan modul


materi, sebagai bahan materi sambungan kayu untuk proses menggambar dan siswa
memilih sambunga kayu yang akan digunakan. Sebelum siswa melakukan proses
pemilihan sambungan kayu perlu dilaksanakan semacam pengkondisian sesuai dengan
yang ada di dalam RPP. Mulai dari menyanyikan lagu Indonesia Raya di depan kelas
masing-masing kemdian memasuki kelas, membersihkan kelas dan berdoa. Proses ini
wajib dilakukan setiap pertemuan tatap muka. Pengkondisian semacam ini merupakan
bentuk penanaman kebiasaan siswa, agar siswa selalu siap sebelum pelajaran dimulai.
Pelaksanaan menggambar sambungan kayu yang dilakukan dapat diuraikan
sebagai berikut.
1) Sebelumnya guru sudah memberikan modul/materi tentang sambungan kayu pada
siswa.
2) Guru sudah membuat desain sambungan kayu sebelum pelajaran dasar-dasar
konstruksi bangunan.
3) Pada proses pembelajaran di kelas diawali dengan dengan kuis tentang apa yang
diketahui tentang sambungan kayu selama 15 sampai 20 menit. Tujuan utama kuis
adalah mengekplorasi siswa apakah sudah membaca, sudah mempunyai
pemahaman awal terhadap materi yang akan disampaikan atau belum.
4) Guru meminta siswa untuk mengikuti instruksi guru dengan meneriakkan yel-yel,
Guru (Kekuatan) siswa menjawab (55), Guru (SMK) siswa menjawab (Bisa), Guru
(SMK Super) siswa menjawab (Lebih Bisa). Yel-yel dimaksudkan untuk
membangkitkan semangat siswa. Setelah Yel-yel Siswa diberikan permainan
Energizer untuk membangkitkan semangat yang lebih kepada siswa.
5) Guru memberikan materi sambungan kayu dan fungsinya, sekaligus menunjukkan
contoh sambungan kayunya.
6) Siswa diberikan pertanyaan tentang sambungan kayu dan macam-macamnya.
Apabila ada siswa yang bisa menjawab siswa diperkenankan memilih sambungan
kayu yang akan digambarnya.
7) Apabila masih ada siswa yang tidak bisa menjawab maka guru akan memberikan
contoh sambungan kayu yang akan digambar siswa tanpa siswa memilih jenis
sambungan kayu tersebut.

5
8) Sebelum menggambar guru memberikan instruksi untuk ukuran kayu yang akan
digambar sesuai dengan jenis sambungan kayu yang telah dipegang.
9) Pada akhir pembelajaran guru meminta siswa untuk membersihkan ruangan
sebelum siswa keluar dari ruangan lab DPIB.

C. HASIL YANG DICAPAI

Penggunaan alat peraga sambungan kayu sudah diterapkan oleh penulis mulai
tahun pelajaran 2017/2018 semester 1 pada kelas X DPIB . Selama penggunaan alat
peraga ini diterapkan, mampu membentuk disiplin dan semangat menggambar pada
diri siswa khususnya siswa jurusan DPIB dalam melaksanakan proses pembelajaran
produktif dasar-dasar konstruksi bangunan.
Dengan menerapkan penggunaan alat peraga ini siswa terkontrol untuk tidak
masuk pelajaran, semangat dalam menggambar dan berupaya untuk terus meningkatkan
kualitasnya..
Meningkatnya disiplin siswa, proses pembelajaran berjalan berjalan dengan
baik yang menghasilkan peningkatan kualitas siswa dan hasil belajar membuktikan
bahwa alat peraga ini dapat membentuk disiplin siswa untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Adapun hasil atau dampak dari penggunaan alat peraga sambungan kayu ini
dapat dilihat dari indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Sebelum menggunakan alat peraga sambungan kayu di kelas X DPIB jumlah siswa
yang alpa, izin dan sakit cukup tinggi, setelah diterapkan alat peraga sambungan
jumlah siswa yang alpa, izin dan sakit menurun .
2. Sebelum menggunakan alat peraga sambungan kayu siswa kelas X DPIB yang
terlambat masuk lab. DPIB cukup tinggi, sedangkan setelah menggunakan alat
peraga jumlah siswa yang terlambat masuk laboratorium berubah menjadi sedikit
dan mereka lebih bersemangat.
3. Sebelum menggunakan alat peraga sambungan kayu hasil karya siswa kurang
berkualitas, sedangkan setelah menerapkan alat peraga sambungan kayu kualitas
hasil karya siswa meningkat cukup tinggi dari sebelumnya.

6
D. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG
Adapun faktor- faktor pendukung dari kegiatan ini adalah; dengan adanya
MGMP di Kab. Tulungagung sehingga penulis mendapatkan informasi tentang
pengembangan media pembelajaran, dan bantuan dari sesama guru DPIB serta Kepala
Sekolah di SMKN Pagerwojo yang telah memberikan suport untuk membantu
pelaksanaan pembuatan dan pemanfaatan alat peraga ini kepada siswa-siswi SMKN 1
dalam rangka meningkatkan disiplin pada diri siswa.

E. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT

Adapun faktor-faktor penghambat yang dihadapi saat melaksanakan program ini


adalah:
1. Dari segi waktu, dalam proses menggambar sambungan kayu kecepatan
menyelesaikan antar siswa berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat ini juga
berpengaruh terhadap materi pembelajaran yang berikutnya.
2. Dari segi Peralatan, dalam penggunaan sambungan kayu peneliti kesulitan untuk
mengumpulkan dan membuat sambungan kayu sehingga dibantu oleh tukang kayu.
Selain itu juga kebutuhan pengajaran seperti infokus (LCD Projector) yang kurang
sehingga harus bergantian dengan guru yang lain.
3. Masih ada siswa yang tidak mampu mengikuti program ini dan pasrah dengan
keadaan.

F. ALTERNATIF PENGEMBANGAN (TINDAK LANJUT)

Adapun alternatif pengembangan model yang akan dilakukan adalah dengan


membuat alat peraga yang lain, misal batu bata, batako landscape taman. Sehingga
diharapkan siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran dan diharapkan
siswa akan selalu berusaha untuk meningkatkan prestasi. Sehingga melalui alternatif
pengembangan ini disamping membentuk disiplin pada diri siswa akan terbentuk pula
pada diri siswa komitmen untuk berprestasi.

7
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil dari kegiatan best practice dapat kesimpulan yang dapat
diambil dalam best practice ini adalah penggunaan alat peraga dapat meningkatkan
prestasi belajar dalam pembelajaran produktif gambar bangunan pada siswa kelas X
DPIB SMKN 1 Pagerwojo. Peningkatan terlihat dari pemahaman siswa dalam
menggambar dasar konstruksi bangunan dan beberapa bentuk sambungan kayu.

B. SARAN
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Kepala sekolah hendaknya menfasilitasi guru untuk membuat alat peraga
agar membantu belajar lebih mudah dan menarik. Karena sumber belajar
tidak hanya terpaku pada guru dan buku saja
b. Kepala sekolah sebaiknya memberi pengarahan kepada guru-guru untuk
membuat alat peraga dan media pembelajaran agar digunakan dalam proses
pembelajaran.
2. Bagi guru
a. Disarankan kepada Guru Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan di SMKN 1
Pagerwojo agar dapat mencobakan pembelajaran menggunakan alat peraga
disertai LK untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Siswa.
b. Guru dapat membuat atau mengembangkan alat peraga yang inovatif
dan mengaplikasikanya dalam pembelajaran yang paling cocok untuk pokok
bahasan lain.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. (1999). Quantum Learning: Membiasakan


Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: KAIFA
Dahar, W. (2006). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga
Rasyd, H & Mansyur. (2008). Penilaian Hasil Belajar.Bandung: Wacana Prima
Sagala,S. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

9
Lampiran

DOKUMENTASI KEGIATAN BEST PRACTICE

Contoh Sambungan Kayu

Pemilihan Sambungan Kayu Oleh Siswa

10
Siswa Menggambar Sambungan Kayu

Siswa Menggambar Sambungan Kayu

11

Anda mungkin juga menyukai