Anda di halaman 1dari 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SD NEGERI 10 BANDA


ACEH

Proposal Skripsi

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas


dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

ERA APWANI ARISKA


NPM. 1911100033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH
BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji dan Syukur, penulis sampaikan kehadhirat Allah SWT, karena dengan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini. Shalawat dan
salam penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa
manusia ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Dalam penulisan proposal ini, penulis menetapkan judul yaitu : “PENERAPAN


MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP
KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SD NEGERI 10 BANDA ACEH” maksud
dan tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat guna
mencapai gelar sarjana pendidikan Universitas Serambi Mekkah. Dalam proses
penyelesaian penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Hafidh Maksum, S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing yang telah penuh kesabaran
meluangkan waktunya memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang
sangat berharga dari awal penyusunan hingga proposalini terselesaikan.
2. Dr.Hambali, S.Fil.l., M.Pd selaku Kaprodi PGSD Universitas Serambi
Mekkah yang telah memberi arahan dan motivasi selama penulis mengikuti
perkuliahan.
3. Jalaluddin, S.Pd, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Serambi Mekkah, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis, dan kepada
staf dan seluruh dosen Universitas Serambi Mekkah
4. Teristimewa khusus kepada Ayahnda Ibunda dan Kakak Adikku tercinta yang
telah memberikan banyak dukungan, simpati baik mental maupun moral dan
spiritual, serta bantuan segala materi bagi saya. Saya tidak dapat membalas
semua yang telah diberikan selama ini namun rasa syukur dan terimakasih
Saya sampaikan yang sebesar-besarnya. Insya Allah, tuhan yang maha esa
akan membalas semua dikemudian hari kelak, Amin.
5. Semua teman-teman, sahabat-sahabat seperjuangan, yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan penulisan proposal ini, penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.

i
Dalam penyusunan Proposal ini penulis menyadari sepenuhnyamasih banyak
kekurangan, baik dari segi penulisan, bahasa maupun penyusunan kalimat didalamnya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kepada pembaca agar memberikan ktitik
dan saran yang membangun, sehingga Proposal ini menjadi sempurna dan bermanfaat
dimasa yang akan datang terutama bagi penulis.
Akhir kata, kepada Allah SWT sebagi tempat tumpuan segala permohonan rasa
syukur, semoga semua pihak yang telah berjasa kepada penulis mendapat balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT, Amin Yaa Rabbal A’lamin.

Banda Aceh, November, 2022

Penulis

Daftar Isi
ii
kata pengantar...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................iv
bab i Pendahuluan........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian...............................................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................................................4
1.5. Definisi Istilah...................................................................................................................5
1.5.1. Pengetian Upaya Guru.............................................................................................5
1.5.2. Pengertian model inkuiri..........................................................................................5
1.5.3. Pengertian IPA.........................................................................................................5
1.6. Sistematik Penulisan..........................................................................................................5
bab II landasan teori.....................................................................................................................7
2.1 Pengertian Upaya Guru.................................................................................................7
2.2 Hasil Belajar.................................................................................................................8
2.3 Pembelajaran IPA.........................................................................................................9
2.4 Model pembelajaran...................................................................................................10
2.5 Pembelajaran dengan Model inkuiri...........................................................................12
2.5.1 Pengertian Model Inkuiri........................................................................................12
2.5.4 Tujuan Dan Manfaat Model Inkuiri........................................................................15
2.5.5 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri......................................................16
2.5.6 Keunggulan dan Kelemahan Model Inkuiri............................................................19
bab III Metodologi Penelitian.....................................................................................................21
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................................................21
3.2 Lokasi Penelitian........................................................................................................21
3.3 Subjek Penelitian........................................................................................................22
3.4 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................22
3.5 Teknik Analisa Data...................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................26

iii
DAFTAR TABEL
1.1 Sintaks proses inkuiri.............................................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan menggerakkan seluruh


komponen yang menjadi subsistem dalam suatu sistem pendidikan. Subsistem yang
pertama dan utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah faktor guru. Di tangan
gurulah hasil pembelajaran yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih
banyak ditentukan. Menurut Arifin (2010), Desi & Wasitohadi (2015), dan Hanum
(2013) pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik
yang bersifat interaktif dan komunikatif antar guru dengan siswa, sumber belajar, dan
lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan
belajar siswa.

Rendahnya pembelajaran IPA juga berkaitan erat dengan adanya kesenjangan


antara pembelajaran IPA yang diterapkan disekolah dengan tuntutan Programme for
International Student Assessment (PISA), karena itu perkembangan kurikulum juga
sangat berperan, yakni mementingkan kegiatan saintifik (Dewi, 2016). Dalam proses
pembelajaran yang baik, guru harus mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti
rencana pembelajaran, alat peraga, metode, alat evaluasi, dan pendekatan yang sesuai
dengan karakteristik siswanya. Sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan
maksimal.

Pembelajaran IPA harus mampu mengambil keputusan yang tepat saat


menggunakan konsep ilmiah, selama ini faktor kreatifitas dan motivasi yang perlu
ditingkatkan, adalah satu alternatif yang paling efektif dengan inquiry (Dewi, 2016;
Rizkiana, et al., 2016; Suarni, 2019; Ucar & Trundle, 2011; Vlassi & Karaliota, 2013).
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) perlu
diajarkan dengan cara yang tepat dan melibatkan siswa secara aktif. Hal ini berkaitan
dengan ketepatan penggunaan metode dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) di sekolah dasar.

Pada hakekatnya IPA dipandang dari segiproduk,proses dan dari segi


pengembangan sikap. Artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil

1
2

(produk) dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya


dilaksanakan secara ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan
bersikap ilmiah serta mengkomunikasikan sebagai aspek penting kecakapan hidup
(Julianto,dkk 2011:5).
Inkuiri sebagai pendekatan pembelajaran melibatkan proses penyelidikan alam
atau materi alam, dalam rangka menjawab pertanyaan dan melakukanpenemuan
melalui penyelidikan untuk memperoleh pemahaman baru. W. Gellu (2002:84)
mendefinisikan inkuiri sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, dan analitis. Sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen
untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Menurut Wina
Sanjaya (2006:196) model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan
siswa. Alasan penggunaan inkuiri adalah dengan menemukan sendiri tentang konsep
yang dipelajari, siswa akan lebih memahami ilmu, dan ilmu tersebut akan bertahan
lama.
Menurut Hamruni (2012:100) keunggulan model pembelajaran inkuiri adalah (1)
menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara
seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna, (2)
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya,
(3) sesuai dengan perkembangan psikologi belajar adalah proses perubahan tingkah
laku lewat pengalaman, (4) mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata, sehingga siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus
tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalambelajar.
Keberhasilan penerapan model pembelajaran ini didukung dengan penelitian
terdahulu yang diambil dari penelitian yang berjudul Penerapan Metode Inkuiri
Terbimbing Mata Pelajaran IPA untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas IV
SDN Banyu Urip sudah membuktikan dengan menerapkan inkuiri dapat neningkatkan
3

hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka guru berusaha membimbing melatih, dan


membiasakan siswa terampil berpikir kritis dan bersikap ilmiah sebagaimana model
pembelajaran inkuiri agar tujuan pembelajaran inkuiri dapat tercapai yaitu
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar yang ingin dicapai menurut Taksonomi
Bloom (dalam Gulo 2002:50) membedakan tiga yaitu: ranah kognitif berupa
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis, dan evaluasi akan benar-benar dikuasi
siswa, setelah melaksanakan keterampilan berpikir untuk melakukan kegiatan
penyelidikan autentik yang menghasilkan suatu karya siswa yangbertujuanpeningkatan
pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep. Selain itu, inkuiri juga akan
meningkatkan hasil belajar afektif yaitu berhubungan dengan perubahan sikap, nilai,
dan perkembangan moral serta keyakinan. Hasil belajar psikomotorik yaitu
berhubungan dengan motorik. Ketiga ranah tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan
lain, saling berinterpenetrasi satu kesatuan yang utuh. Sehingga siswa berhasil dalam
penguasaan kognitif, afektif, dan juga psikomotorik. Yang berdampak pada
keberhasilan pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan
model pembelajaran inkuiri.

Dalam pengertian pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah


(scientific inquiry). Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap
ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh
karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian penglaman belajar
secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan proses dan sikap ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan inkuiri dengan harapan membantu peserta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Dari gambaran latar belakang diatas maka penulis tetarik untuk mengetahui:
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SD NEGERI 10 BANDA
ACEH.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
4

1. Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan


keterampilan proses sains di SD Negeri 10 Banda Aceh ?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing pada proses sains di SD Negeri 10 Banda
Aceh ?

1.3. Tujuan Penelitian


Sementara berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah :

1. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa di SD Negeri 10


Banda Aceh setelah menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa setelah menerapkan
model pembelajaran inkuiri terbimbing di SD Negeri 10 Banda Aceh.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dari hasil penelitian dapat memberikan bukti emiris tentang adanya
upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model inkuiri
pada pelajaran IPA di SD Negei 10 Banda Aceh.

2. Manfaat Praktis
1. Bagi Siswa Sekolah dasar, penelitian ini dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengalaman belajar lebih bermakna sehingga siswa lebih
banyak belajar serta dapat meningkkatkan hasil belajar IPA.
2. Bagi Guru Sekolah Dasar, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber
informasi serta masukan (input) dalam mengembangkan alternatif
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA di Sekolah Dasar
serta dapat memperolleh wawasan tentang pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran inkuiri.
3. Bagi Sekolah, penelitian ini dapat menjadi informasi berharga kepla sekolah
untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam kaitannya dengan
upaya pemilihan model yang efektif dan efisien di terakan di sekolah.
5

1.5. Definisi Istilah

1.5.1. Pengetian Upaya Guru

Upaya adalah tindakan yang dilakukan seseorang, untuk mencapai apa yang
diinginkan yang dilakukan secara sistematis, terencana, terarah dan berkesinambungan
(Roestiyah, 2019:175). Baik dalam hal upaya untuk mencegah terhadap sesuatu yang
mendatangkan bahaya, upaya untuk memelihara atau mempertahankan kondisi yang
telah kondusif atau baik, sehingga tidak sampai terjadi keadaan yang tidak baik,
maupun upaya untuk mengembalikan sesorang yang bermasalah menjadi seseorang
yang mampu menyelesaikan masalahnya.

1.5.2. Pengertian model inkuiri

Inkuiri adalah suatu cara penyampaian pelajaran dengan penelaahan sesuatu yang
bersifat mencari secara kritis, analisis dan argumentative dengan menggunakan langkah-
langkah tertentu menuju suatu kesimpulan (Usman, 2005; 22-23).

1.5.3. Pengertian IPA

IPA merupakan suatu kumpulan teoi yang sistematis, penerapannya secaa umum
tebatas pada gejala-gejala alam, lahir dan bekembang melalui metode ilmiah seperti
observasi dan ekspeimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka,
jujur dan sebaginya jadi ipa mempelajari tentang gejala-gejala alam melalui metode
ilmiah seta memerlukan sikap ilmiah.

1.6. Sistematik Penulisan

Penulisan laporan ini tediri atas tiga bab, masing-masing dijabakan sebagai
berikut:
Bab I pendahuluan pada bab ini penulis mencoba membahas masalah latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan laporan.
Bab II Landasan teori, yang membahas pengertian pengertian upaya guru dalam
meningkatkan hasil belajar siswa, pengertian pelajaran ipa, dan model
pembelajaran.
6

Bab III Merupakan metode penelitian yang mencakup pendekatan dan jenis penelitian,
tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data
dan teknik pengolahan data.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Upaya Guru

Upaya adalah “bagian yang dimainkan oleh orang atau bagian dari tugas utama
yang harus dilaksanakan”. Berdasarkan pengertian diatas dapat diperjelas bahwa upaya
adalah bagian dari peranan yang harus dilakukan oleh guru pendidikan agama islam
dalam pembinaan akhlaqul karimah belajar peserta didik. Pada umumnya guru adalah
orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya di depan kelas.
Disamping itu guru merupakan orang yang telah memberikan bimbingan pengajaran
yaitu berkenaan dengan pengetahuan yaitu besifat kognitif, afektif dan psikomotor.

Guru disebut juga pendidik dan pengajar, tetapi kita tahu tidak semua pendidik
adalah guru, sebab guru adalah suatu jabatan profesional yang pada hakikatnya
memerlukan persyaratan keterampilan teknik dan sikap kepribadian tertentu yang
kesemuanya itu dapat diperoleh melalui proses balajar mengajar dan latihan,
sebagaimana pendapat yang mengatan bahwa : “Seorang pendidik profesional adalah
seorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional yang mampu
dan setia mengembangkan profesinya menjadi anggota organisasi profesional
pendidikan memegang teguh kode etik profesinya, ikut serta di dalam
mengomunikasikan usaha pengembangan profesi bekerja sama dengan profesi yang
lain” (Roestiyah, 2019: 175).

Upaya guru adalah suatu aktivitas yang di lakukan dalam rangka membimbing,
mendidik, mengajar dan melakukan transfer of knowledge kepada anak didik sesuai
dengan kemampuan dan keprofesionalan yang dimiliki.

Dalam proses belajar mengajar guru berfungsi sebagai pemeran utama pada
proses pendidikan secara keseluruhan di lembaga pendidikan formal. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian aktivitas guru dan
peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu (Supardi, 2013 :90).

7
8

2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa
dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat
perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah Kognitif, Afektif, dan
Psikomotorik (Slameto, 2010: 16).

Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah
laku pada orang tersebut, misalnya tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan seseorang dari tingkat kemampuan yang
satu tingkat kemampuan yang lain. Mengenai perubahan tingkat kemampuan menurut
Bloom (Budinigsih, 2012:77) meliputi tingkah ranah yaitu:

1) kognitif, knowledge (pengetahuan, ingatan) comperehension (pemahaman,


menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),
synthesis (mengorganisasi, merencanakan, membentuk bangunan baru),
evaluation (menilai), application (menerapkan).
2) Afektif, receiving (sikap menerima) responding (memberi respon), valving
(menilai), organization (organisasi),characterizion (karakterisasi).
3) Psychomotor, intiatory level, pre-rountine level, routinizedlevel.

Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga
kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotorik. Perincian menurut Munawan
(2009 1-2) adalah sebagai berikut:

1) Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang sendiri dari 6 aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2) Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan
karakteristik dengan suatu nilai komplek nilai.
3) Ranah psikomotor
Meliputi keterampilan motorik,manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif
lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol,
namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari
hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan
ukuran atau kriteria dan mncapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat
9

terrcapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan di iringi oleh


perubahan tingkah laku yang lebih baik.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat di sintesiskan atau di simpukan bahwa


hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses pengenalan yang telah di lakukan
berulang-ulang. Serta akan tersimpang dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan
hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi
individu yang selalu ingin mencapai hasil yang baik sehingga akan merubah cara
berfikir serta menghasilkan perilaku yang lebih baik.

2.3 Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar. IPA ditinjuau dari fisiknya adalah ilmu pengetahuan yang
objek telaahnya adalah alam dengan segala isinya yaitu manusia, hewan dan tumbuhan
termasuk bumi (Daryanto,2014:160). Kemudian menurut Romiyati (2011:49) IPA
merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas
pada gejala - gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi
dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan
sebagainya. Jadi IPA adalah pelajaran yang mempelajari tentang gejala-gejala alam
melalui metode ilmiah serta memerlukan sikap ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
pada hakekatnya adalah ilmu yang memiliki konsep pembelajaran alam dan mempunyai
hubungan yang sangat luas dengan kehidupan manusia.

Menurut Khaeruddin (2007: 182-183), mata pelajaran IPA bertujuan antara lain:
Membekali peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi
dan masyarakat, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan. Sedang ruang lingkup bahan kajian IPA
meliputi aspek-aspek berikut :

1. makhluk hidup dan proses kehidupan;


2. benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya;
10

3. energi dan perubahannya;


4. bumi dan alam semesta

Pembelajaran IPA sebagai bagian dari ilmu yang memiliki keterkaitan dengan
alam yang secara langsung berpengaruh dengan kehidupan di alam ini termasuk
manusia, maka dalam konteks penanaman konsep pembelajaran IPA harus dilakukan
dengan cara yang benar dan mendalam sehingga mata pelajaran IPA yang kita pahami
menjadi suatu yang berguna untuk kita lakukan dalam menjaga dan melestarikan alam
ini agar lebih baik lagi.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembeajaran IPA adalah untuk; meningkatkan


kualitas pembelajaran IPA seperti meningkatkan efetivitas pembelajaran, minat dan
motivasi, dan penguasaan kompetensi pembelajaran IPA.

2.4 Model pembelajaran


Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi perubahan yang
lebih baik (improvement oriented). Hal ini tentu saja menyangkut berbagai bidang, tidak
terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang melekat pada pendidikan diantaranya
adalah kurikulum, guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran peran guru sangatlah
urgen karena guru yang menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran.

Tuntutan perubahan paradigm dalam pembelajaran telah ditegaskan pada


beberapa aturan antara lain.

1. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat 4


menegaskan bahwa “Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran”
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjang hayat (UU no 20/2003:
Sisdiknas, ps 4, ayat 3).
3. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagiprakarsa,kreativitas, dan
kemandiriansesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
siswa (PP 19/2005: Standar Nasional Pendidikan, ps 19, ayat 1).
11

Dengan berpijak pada aturan-aturan di atas, maka pembelajaran yang


dilaksanakan di sekolah harus memfasilitasi peningkatan mutu pendidikan yang dalam
hal ini dijabarkan pada peningkatan mutu pembelajaran pada setiap mata pelajaran.

Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk


merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang
berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada ‘mempelajari
cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan semata mempelajari substansi mata
pelajaran. Sedangkan pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya adalah
mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar
siswa dengan proses inkuiri & discovery learning. Dalam hal ini siswa sebagai
stakeholder akan terlibat langsung dengan masalah, dan tertantang untuk belajar
menyelesaikan berbagai masalah yang relevan dengan kehidupan mereka.

Model pembelajaran sangat penting dalam suatu pembelajaran, guru harus dapat
memilah model yang sesuai untuk kebutuhan peserta didik. Model pembelajaran adalah
pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran yang diharapkan (Uno.B,2013:32). Model pembelajaran yang
menyenangkan akan membuat peserta didik menjadi semangat dalam belajar.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan memberikan pengaruh yang besar bagi
ketercapaian proses belajar mengajar.

Menurut Trianto (2010:52) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang


menggambarkan prosedur sistematis dalam pengorganisasian pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran adalah suatu cara atau bentuk
pengajaran yang dilakukan guru untuk menyampaikaan materi agar tujuan pembelajaran
tercapai. Sehingga dapat disimpulkan model pembelajaran sangat diperlukan guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran yang digunakan sebagai acuan untuk
merancang pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran


adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran yang mencakup sumber belajar agar pembelajaran dapat
lebih bermakna.
12

2.5 Pembelajaran dengan Model inkuiri


Setiap model pembelajaran mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran
yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan.Istilah model pembelajaran
mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaksnya,
lingkungannya dan sistem pengelolaannya.

Hasil penelitian I Ketut Neka (2015) menyatakan model pembelajaran inkuiri


memberi peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam menemukan dan
memanfaatkan sumber belajar. Siswa akan memperoleh pengalaman lebih bermakna
dan apa yang dipelajari akan lebih kuat melekat dalam pikiran mereka. Hal ini
berdampak posiitif terhadap perolehan hasil belajar siswa.

2.5.1 Pengertian Model Inkuiri


Model pembelajaran inkuiri pertama kali dikembangkan oleh Richard Suchman
tahun 1962 (Joyce and Well, 2009), untuk mengajar para siswa memahami proses
meneliti dan menerangkan suatu kejadian. Ia menginginkan agar siswa bertanya
mengapa suatu peristiwa terjadi, kemudian ia mengajarkan kepada siswa prosedur dan
menggunakan organisasi pengetahuan dan prinsip-prinsip umum. Siswa melakukan
kegiatan, mengumpulkan, dan menganalisis data, sampai akhirnya siswa menemukan
jawaban dari pertanyaan.
Menurut Trianto (2010) Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Sedangkan menurut Hanafiah (2010), inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat
menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya
perubahan prilaku. Sehingga pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau pristiwa) secara sistematis, kritis, logis,
analitis sehingga mereka dapat merumuskan penemuannya dengan penuh percaya diri.
Menurut Hamalik (2011) bahwa Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu
strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inkuiri ke dalam suatu isu
13

atau mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang
digariskan secara jelas dan struktural kelompok.

Menurut Usman (2005; 22-23) “Inkuiri adalah suatu cara penyampaian pelajaran
dengan penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara kritis, analisis dan
argumentative dengan menggunakkan langkah-langkah tertentu menuju suatu
kesimpulan.”

Kunandar (2010: 371) menyatakan bahwa:

Pembelajaran inkuiri adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa didorong untuk


belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memilliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip
untuk diri mereka sendiri.
“Inkuiri dapat dilakukan secara individual, kelompok atau klasikal, baik dalam
maupun diluar kelas. Jadi pengajaran bedasakan inkuii adalah suatu strategi yang
bepusat pada siswa di mana kelompok siswa inkuiri mencari jawaban –jawaban
terhadap isi petanyaan melalui prosedur yang digariskan secara jelas dan structural
kelompok” (Hamalik, 2006: 220).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah pembelajaran


yang melibatkan siswa dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman untuk
menyelidiki, mulai dari melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan, merencanakan
penyelidikan, mengumpulkan data atau informasi dan melakukan penyelidikan,
menganalisi data, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.

2.5.2 Karakteristik Model Pembelajaran Inkuiri


Menurut Sanjaya (2014), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama
dalam pembelajaran inkuiri, yaitu:
1. Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untu mencari dan
menemukan. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal di dalam proses pembelajaran, tetapi siswa juga
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dan sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
14

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belajar). Dengan


demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru sebagai sumber
belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
3. Tujuan dari penggunaan inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Siswa tidak hanya
dituntut agar menguasai materi pelajaran dalam metode inkuiri, akan tetapi
bagaimana siswa dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara
optimal.

2.5.3 Jenis-jenis Model Pembelajaran Inkuiri


1. Inkuiri terbimbing (Guided inkuiri)
Inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang belum mempunyai pengalaman
belajar dengan metode inkuiri. Guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang
cukup luas. Bimbingan lebih banyak diberikan pada tahap awal dan sedikit demi sedikit
dikurangi sesuai dengan perkembangan pengalaman siswa.Sebagiaan besar perencanaan
dibuat oleh guru dan para siswa tidak merumuskan masalah.
Inkuiri terbimbing berorientasi pada aktivitas kelas yang berpusat pada siswa dan
memungkinkan siswa belajar memanfaatkan berbagai sumber belajar yang tidak hanya
menjadikan guru sebagai sumber belajar. Siswa secara aktif akan terlibat dalam proses
mentalnya melalui kegiatan pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data untuk
menarik suatu kesimpulan. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran yaitu melalui dari perencanaan, pelaksanaan, sampai proses
evaluasi. Dengan menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri akan memacu
keingintahuan siswa dalam menemukan hal-hal yang ingin diketahui siswa.

2. Inkuiri bebas (free inkuiri)


Siswa melakukan sendiri penelitian seperti seorang ilmuan pada inkuiri
bebas.Siswa harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah berbagai topik
permasalahan yang hendak diselidiki mada pembelajaran.metode yang digunakan
adalah inkuiri role approach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu, setiap
anggota kelompok memiliki tugas sebagai misalnya sebagai koordinator kelompok,
pembimbing teknis, pencatatan data dan pengevaluasian proses.
15

3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inkuiri)


Guru memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta memecahkan
permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur pada pembelajaran
berbasis inkuiri.Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan
proses pembelajaran dengan tepat. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan
kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui
pengalaman belajar di sekolah.Oleh sebab itu pengalaman belajar di sekolah sedapat
mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk
berkarya.Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas
dibanding hanya sekadar keterampilan.

2.5.4 Tujuan Dan Manfaat Model Inkuiri


Tujuan utama pembelajaran yang berorientasi pada inkuiri adalah
mengembangkan sikap dan keterampilan siswa, sehingga meraka dapat menjadi
pemecah masalah yang mandiri (interpendent problem solvers). Tujuan umum dari
model pembelajaran inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan disipllin
keterampilan inteklektual yang diperlukan untuk memunculkan masalah dan mencari
jawabannya sendiri melalui rasa keingintahuannya itu.

Menurut Suyadi (2013: 1116) mengatakan bahwa “tujuan utama pembelajaran


inkuiri adalah membantu peserta didik untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual
dan keterampilan befikir dengan membeikan pertanyaan-pertanyaan mendapatkan
jawaban atas rasa ingin tahunya tersebut.”

Menurut Usman, dkk (1993: 26), mengemukakan:

Model pembelajaran Inkuii memiliki tujuan dan manfaat dalam meningkatkan


keativitas belajar siswa, diantaranya adalah :

1) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah


dan mengambil keputusan secara objektif dan mandiri
2) Mengembangkan kemampuan berfikir kitis
3) Mengembangkan rasa ingin tahu dan cara berfikir objektif baik secara
individual maupun kelompok
16

2.5.5 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri


1. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau
iklimpembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapaioleh siswa.
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
olehSiswauntukmencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah- langkah
inkuiri sertatujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan
merumuskan masalahsampai dengan merumuskan kesimpulan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukandalamrangka memberikan motivasi belajar siswa.
2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatupersoalan
yang mengandung teka-teki.Persoalan yang disajikan adalah persoalanyang menantang
siswa untuk memecahkan teka- tekiitu.Teka-teki dalam rumusanmasalah tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yangtepat. Proses mencari
jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaraninkuiri, oleh karena itu melalui
proses tersebut siswa akan memperolehpengalaman berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melaluiproses berpikir.
3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahanyang
dikaji.Sebagaijawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salahsatu cara
yang dapatdilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis)
padasetiapanak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapatmendorong
siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapatmerumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahanyang dikaji.

4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untukmenguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkandata
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
17

pengumpulan databukan hanya memerlukan motivasi yangkuat dalam belajar, akan


tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuanmenggunakan potensi berpikirnya.
5. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima


sesuaidengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data.Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir
rasional.Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkanargumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan
dapatdipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang


diperolehberdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang
akuratsebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswadata mana yang relevan.

Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri


adalahbahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai pelajaran
IPA dan akan lebih tertarik terhadap pelajaran IPA jika mereka dilibatkansecara aktif
dalam “melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan olehsiswa merupakan
tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.Investigasi ini difokuskan
untuk memahami konsep-konsep pelajaran IPA danmeningkatkan keterampilan proses
berpikir ilmiah siswa.Sehingga diyakinibahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari
proses berpikir ilmiah tersebut.Pembelajaran dengan pendekataninkuiri yang
mensyaratkan keterlibatan aktifsiswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.

Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran


yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga
dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek
yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah
sebagai pembimbing dan fasilitator.
18

Adapun langkah-langkah pada model pembelajaran inkuiri yang harus dilakukan


pada saat praktik mengajar menurut Sanjaya (Djuanda, 2009), yang pertama yaitu
tahapselama proses pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri, dan guru
menjelaskan pentingnya kegiatan tersebut.Selanjutnya tahap merumuskan masalah,
pada tahap ini siswa diberikan kesempatan oleh guru untuk merumuskan sendiri
masalah yang sedang dibahas dan bisa mengajukan beberapa pertanyaan mengenai
masalah tersebut. Tahap ketiga yaitu merumuskan hipotesis, siswa dilatih untuk bisa
merumuskan jawaban sendiri dan bisa menuliskan jawaban sementara tersebut dengan
benar, guru bisa membantu siwa dalam menemukan jawaban sementara sementara
tersebut dengan mengajukan berbagai pertanyaan. Tahap keempat yaitu mengumpulkan
data, siswa diberikan kebebasan untuk mencari informasi dari berbagai sumber
diantaranya dengan melakukan berbagai percobaan untuk mendapatkan suatu jawaban
yang dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian tahap menguji hipotesis yaitu siswa
dilatih untuk menentukan jawaban yang diterima sesuai dengan data yang diperoleh
ketika mengumpulkan data. Tahap terakhir yaitu merumuskan kesimpulan, siswa dilatih
untuk bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan merumuskan kesimpulan
yang diperoleh dari hasil temuan. orientasi. Pada tahap ini guru menjelaskan pokok-
pokok kegiatan yang akan siswa lakukan

Sintaks proses inkuiri menurut Fatoni (2011, hlm.197), sebagai berikut :

Tahapan Proses
Pembelajaran

Fase Perilaku Guru Perilaku Siswa

Tahap 1 Guru menyajikan kejadian- Siswa berkeinginan untuk


Menyajikan kejadian atau fenomena menemukan sesuatu
pertanyaan/masalah yang memungkinkan siswa
menemukan masalah

Tahap 2 Guru membimbing siswa Siswa mulai untuk


Merumuskan masalah merumuskan masalah menguraikan apa artinya
penelitian berdasarkan
kejadian dan enomena yang
disajikannya

Tahap 3 Guru membantu siswa Informasi yang telah


Melakukan pengamatan dan melakukan pengamatan didapat pada tahap ini
pengumpulan data tentang hal-hal yang mulai digabungkan
penting dan membantu
19

mengumpulkan dan
mengorganisasikan data

Tahap 4 Guru membantu siswa Siswa mulai dengan


Analisis data menganalisis data supaya berbagai gagasan baru
menemukn suatu konsep mereka bersama orang
lain.

Tahap 5 Guru membimbing siswa Siswa mulai untuk


Penarikan kesimpulan dan mengambil kesimpulan bertanya pada yang lain
penemuan berdasarkan data dan tentang investigasi dan
menemukan sendiri konsep pengalaman mereka
yang ingin ditanamkan. sendiri. (bertukar pikiran,
mendiskusikan kesimplan
dan berbagai pengalaman
merupakan semua contoh
tindakan dalam proses ini).
Tabel 2.1 Sintaks proses inkuiri
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sintak model
pembelajaran inkuiri ini dapat berjalan melalui beberapa tahapan proses yaitu observasi,
merumuskan masalah, melakukan pengamatan dan pengumpulan data, penarikan
kesimpulan dan penemuan.

2.5.6 Keunggulan dan Kelemahan Model Inkuiri


Penggunaan inkuiri memiliki beberapa keuntungan untuk siswa (Kuhlthau, 2007)
antara lain.

1. Siswa dapat mengembangkan keterampilan bahasa,membaca dan ketrampilan


sosial

2. Siswa dapat membangun pemahaman sendiri

3. Siswa mendapat kebebasan dalam melakukan penelitian

4. Siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan mengembangkanstrategi


belajar untuk menyelesaikan masalah

Selain itu, penggunaan inkuiri jugamempunyai beberapa kelemahan antara lain.

a. Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama


b. Siswa yang aktif mungkin tetap tidak paham atau mengenali konsep dasar,
aturan dan prinsip, serta siswa sering kesulitan untuk membuat pendapat,
membuat hipotesis, membuat rancangan percobaan dan menarik kesimpulan.

Adapun kekurangan lain dari model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
20

1) Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan yang tinggi karena bila


siswa kurang cerdas maka hasil pemeblajarannya kurang efektif.
2) Guru dituntun mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi
informasi menjadi fasilitator, motivator dan pembimbing siswa dalam belajar.
3) Karena dilakukan secara kelompok, kemungkinan ada anggota kelompok yang
kurang aktif.
4) Untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak akan sangat merepotkan guru.
5) Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika pembelajaran
ini diterapkan pada situasi kelas yang kurang mendukung.
6) Pembelajaran akan kurang efektif jika guru kurang menguasai kelas.
Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada model inkuiri, yaitu
pembelajaran menjadi bermakna dan bisa melekat dalam pikiran siswa karena siswa
diberikan kesempatan untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri dan bahkan
tidak hanya sekedar menjadi pendengar yang pasif, serta guru tidak hanya mentransfer
pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa juga ikut terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Sanjaya (Djuanda, 2009) mengemukakan kelebihan dari model
pembelajaran inkuiri, yaitu model inkuiri menekankan kepada ketiga aspek siswa yakni
aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara seimbang sehingga materi yang
diajarkan akan lebih melekat pada otak siswa.

Selain itu, model ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajardengan
menggunakan gaya belajar siswa, karena setiap siswa punya gaya belajar masing-
masing dalam memahami materi. Gulo Anam (2015) juga berpendapat tentang
kelebihan model pembelajaran inkuiri yaitu materi pelajaran akan mudah diingat,
sehingga siswa tidak hanya menghapal tetapi bisa mengaplikasikan langsung kepada
kehidupan sehari-hari siswa itu sendiri, dan melatih kepercayaan diri siswa dalam
menemukan seendiri inti dari konsep tersebut, selain itu materi pembelajaran yang
didapatkan oleh siswa akan lebih tahan lama, mudah diingat, dan bisa memunculkan
motivasi belajar siswa sehingga siswa bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2017) penelitian kuantitatif merupakan “Metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan”.

Jenis penelitian yang diakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian


eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali (Sigiyono, 2013). Pada
penelitian ini yang diuji keefektifannya adalah penerapan pembelajaran dengan model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan dengan pembelajaran konvensional terhadap
keterampilan proses sains dengan mengontrol minat belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang


dilaksanakkan di SD Negeri 10 Banda Aceh dengan jumlah populasi 26 siswa.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 10 Banda Aceh di Jln. Tgk Imum Lueng
Bata. Komplek Perumahan Cinta Kasih, Panteriek, Kec. Lueng Bata, Kota Banda Aceh
Pov. Aceh. Penelitian ini dilaksanakan di kelas Empat (IV). Waktu untuk pelaksanaan
penelitian diencanakan pada semeste genap tahun 2022/2023. Penelitian ini
direncanakan selama tiga hari pada petemuan saat pembelajaran IPA berlangsung.

3.3 Subjek Penelitian


Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kels IV SD Negei 10 Banda
Aceh yang tediri dai 26 siswa. Sedangkan sampel penelitian ini adalah 1 orang guru
kelas IV Di SD Negeri 10 Banda Aceh. Peneliti mengambil subjek dalam penelitian ini
dengan menggunakan teknik Purposive Sampling, Suigiyono (2013: 218-219)
Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu.
21
22

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Adapun data penelitian akan diperoleh melalui pengamatan lapangan di lokasi
penelitian, dalam penulis ini, penulis menggunakan prosedur pengumpulan data sebagai
berikut:

1.Observasi
Observasi awal merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan kegiatan yang sedang berlangsung (Syaodih dalam buku
Satori dan Aan, 2011: 105). “Observasi dalam penelitian ini adalah obervasi partisipasi,
dimana peneliti adalam pengamatan ikut melakukan kegiatan yang dilakukan
narasumber dan aktivitas objek (siswa)”. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara
melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai begaimana proses pembelajaran
berlangsung. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap guru kelas dalam
proses belajar mengajar di kelas.

2.Tes (evaluasi)

Menurut Arikunto, (2006:31) “Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh indivudual atau kelompok”. Untuk mengukur
dan mengevaluasi tingkat kebehasilan belajar dapat digunakan tes formatif yaitu
penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok materi
pelajaran. Tes diberikan pada saat akhir kegiatan belajar mengajar (KMB) dilaksanakan
dengan pemberian tes kepada siswa.

3.5 Teknik Analisa Data

Analisa data diakukan untuk mengetahui dan menguji kebenaran dari hipotesis
yang diajukan. Teknik analisis data dilakukan sesuai dengan tujuan peneitian.
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan terhadap skor tes awal dan
skor tes akkhir siswa untuk mengetahui peningkatan KPS dan motivasi belajar siswa.
Data yang diperoleh kemudian di olah dengan menggunakan statistik.
23

Perhitungan Gain dan N-Gain untuk melihat peningkatan KPS dan motivasi
belajar siswa. Gain dalam penelitian ini merupakan perubahan kemampuan yang
dimiliki siswaa setelah mengikuti pembelajaran. Gain yang diperoleh dinormalisasikan
oleh selisih antara skor maksima dengan skor pretest. Perubahan yang terjadi sebelum
dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus faktor Gain (N-Gain) dengan rumus
Hake (1998) :
s post  s pre
g
100%  s pre

Keterangan:
g = Peningkatan KPS belajar siswa

Spost = Skor posttest

Spre = Skor pretest

Nilai N-Gain yang diperoleh digunakan untuk melihat peningkatan KPS dan
motivasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
Tabel 1. Kategori Tingkat Gain
Batasan Kategori
(g) ≥ 0,7 g-tinggi
0,7 > (g) ≥ 0,3 g-sedang
(g) < 0,3 g-rendah
(Sumber: Hake, 1998)

Sebelum uji hipotesis terlebih dahulu uji prasyarat analisis data KPS belajar
siswa untuk melihat normalitas dan homogenitas KPS belajar siswa. Setelah data
melalui uji normalitas dan homogenitas serta memenuhi kriteria berdistribusi normal
dan homogen, selanjutnya data skor pretest dan posttest dianalisis dengan uji t satu
sampel (One sample t test) untuk mengetahui apakah model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan KPS dan motivasi belajar siswa.
Oleh karena kedua sampel berkorelasi/berpasangan yaitu karena membandingkan
data KPS belajar siswa sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing maka digunakan uji t sampel berkorelasi dengan syarat data yang diuji
terdistribusi normal dan homogen. Berikut merupakan rumus uji- t berkorelasi:
24
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.


Amri & Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif Dan Kreatif Dalam Kelas.
jakarta: Prestasi Pustaka.
Hamzah, Uno. 2006. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Oktiani. 2017. . Kreativitas Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Jurnal
Kependidikan,

Damayanti. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Arikunto, Suharsimi.2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurdyansyah, & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi Model. In Nizmania Learning Center.

Prof.Dr.A.Muri Yusuf,M.Pd. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &Penelitian


Gabungan. Jakarta: Prenamedia Group.

Sulthon, S. (2017). Pembelajaran IPA yang Efektif dan Menyenangkan bagi Siswa MI.
ELEMENTARY: Islamic Teacher Journal, 4(1).

Bugin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitiatif. Jakarta: Raja Grafindo

Nilakusmawati, D. P. E., & Asih, N. M. (2012). Kajian Teoritis Beberapa Model Pembelajaran.
Kajian Teoritis Beberapa Model Pembelajaran.

26

Anda mungkin juga menyukai