Anda di halaman 1dari 51

TUGAS INDIVIDU

KURIKULUM PAI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diampu oleh:

Dr. H. Hamzah, S. Ag., M. Ag

Disusun Oleh:
Elsa Aprian Deny 1207.19.2162

Kelas C

SEMESTER 3

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
IBNU SINA BATAM
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan
HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan Baik yang
berjudul “ KURIKULUM PAI ”.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang
benderang yang diridhoi oleh Allah SWT, yaitu agama Islam.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata kuliah “KURIKULUM PAI”. Dalam
makalah ini mengulas tentang pengertian kurikulum PAI, konsep kurikulum dalam pendidikan,
peranan dan fungsi kurikulum, pendekatan dalam kurikulum PAI, perubanhan kurikulum PAI,
prinsip dan faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, pendidik dan pengembangan
kurikulum, kurikulum tingkat satuan pendidikan, kurikulum 2013 dan kurikulum nasional
( KUR. NAS), materi kurikulum PAI pada masing-masing tingkat sekolah.

Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya karya ilmiah
ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari kesempurnaan, dan sudah pasti
masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun semangat
penulis yang sangat penulis harapkan.

ii
Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Juni Beddu, Lc., M.A selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama
Islam Ibnu Sina Batam.
2. Bapak Dr. H. Hamzah . S.Ag., M. Ag selaku dosen mata kuliah kurikulum PAI yang
telah membimbing dan mendidik penulis sehingga penulis menjadi mahasiswa yang
berilmu.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.

Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang diberikan mendapat balasan dari
Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhirnya,Semoga makalah sederhana ini dapat di fahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca, Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang
kurang berkenan.

Batam, 10 Oktober 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................... 2
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
A. PENGERTIAN KURIKULUM ..................................................................................................... 3
B. KONSEP KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ....................................................................... 5
C. PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM .................................................................................... 7
D. PENDEKATAN DALAM KURIKULUM ..................................................................................... 9
E. PERUBAHAN KURIKULUM PAI .............................................................................................. 16
F. PRINSIP DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN KURIKULUM ..... 18
G. PENDIDIK DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM ............................................................... 27
H. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) .................................................... 34
I. KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM NASIONAL ( KUR. NAS) ....................................... 37
J. MATERI KURIKULUM PAI PADA MASING-MASING TINGKAT SEKOLAH .................... 41
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. 45
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 45
B. SARAN ......................................................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 47

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perubahan zaman yang demikian cepat, menuntut kita untuk menyesuaikan diri termasuk
dalam bidang pendidikan. Dalam Iingkungan pendidikan tidak terlepas dengan kurikulum
sebagai salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran siswa.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan
peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi


sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan betakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu


pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua
dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkankurikulum.

Tahun pelajaran 2006-2007 pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen


Pendidikan Nasional mulal memberlakukan kurikulum baru, dengan kurikulum 2006. KTSP
dirancang untuk menggantikan kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2004, yang sebenarnya
Iebih tepat sebagai penyempumaan dan pengembangan daripada penggantian. Penyusunan KTSP

1
sangat diperlukan untuk mengakomodasi semua potensi yang ada di daerah dan untuk
meningkatkan kualitas satuan pendidikan dalam bidang akademis maupun non akademis,
memelihara budaya daerah, mengikuti perkembangan iptek yang dilandasi iman dan takwa.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dengan mengacu pada Standar Isi
dan (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Penyusunan KTSP berpedoman pada panduan
yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Pendidikan (BSNP) dan ketentuan lain
yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.

Perubahan kurikulum di masa mendatang akan lebih dititikberatkan pada penetapan


kompetensi dasar peserta didik sehingga apapun bentuk kurikulum pada satuan pendidikan,
ukuran yang terpenting dan prestasi peserta didik adalah penguasaan mereka terhadap standar
kompetensi yang dituntut.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud pengertian Kurikulum ?


2. Apa saja konsep kurikulum dalam pendidikan ?
3. Bagaimana Peranan dan fungsi kurikulum ?
4. Apa saja pendekatan dalam kurikulum PAI ?
5. Perubahan Apa saja yang terjadi dalam kurikulum PAI ?
6. Apa saja prinsip dan faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum ?
7. Bagaimana Sistem pendidik dan pengembangan kurikulum ?
8. Apa yang dimaksud KTSP ?
9. Bagaimana sistem kurikulum 2013 dan Kurikulum Nasional ( KUR. NAS) ?
10. Apa saja materi kurikulum PAI pada masing-masing tingkat sekolah

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahuii pengertian Kurikulum


2. Untuk mengetahui konsep kurikulum dalam pendidikan
3. Untuk mengetahui peranan dan fungsi dalam kurikulum
4. Untuk mengetahui pendekatan dalam kurikulum PAI
5. Untuk mengetahui perubahan dalam kurikulum PAI
6. Untuk mengetahui prinsip dan faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
7. Untuk mengetahui pendidik dan pengembangan kurikulum
8. Untuk mengetahui kurikulum tingkat satuan pendidikan
9. Untuk mengetahui kurikulum 2013 dan kurikulum nasional
10. Untuk mengetahui Materi kurikulum PAI pada masing-masing tingkat sekolah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KURIKULUM

Pada awal mulanya istilah Kurikulum dalam dunia olah raga khususnya atletik pada
zaman Yunani kuno. Curriculum berasal dari bahasa YunaniCurier atau kurir (dalam bahasa
Indonesia) yang berarti seseorang yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang lain di lain
tempat1. Curere berarti berlari. Kamus Webster tahun 1856 mengartikan “a race course, a place
for running, a chariot”. Kurikulum diartikan suatu jarak yang ditempuh oleh pelari. Tapi juga
suatu chariot kereta pacu pada zaman dulu, suatu alat yang membawa seseorang dari tempat start
ke tempat finish.

Secara terminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu sejumlah
pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai
tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan.

Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan kurikulum sebagai berikut2:

a. Prof. Dr. S. Nasution, M. A.

Menjelaskan kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan


proses kegiatan belajar mengajar di bawah naungan, bimbingan & tanggunga jawab
sekolah / lembaga pendidikan.

b. Drs. Cece Wijaya,dkk

Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni meliputi keseluruhan program
dan kehidupan didalam sekolah.

1
Mohammad Thoha, Horizon Pendidikan Isalam, (Pena Salsabila, 2013), hlm.50
2
Ibid, hlm.50

3
c. Kerr, J. F (1968)

Pengertian kurikulum ialah sebuah pembelajaran yang dirancang dan juga


dilaksanakan dengan individu serta juga berkelompok baik itu di luar ataupun di dalam
sekolah.

d. Neagley dan Evans (1967)

Pengertian kurikulum ialah semua pengalaman yang telah dibangung atau


dirancang oleh pihak sekolah untuk dapat menolong para siswa didalam mencapai hasil
belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.

e. Good V. Carter (1973)

Pengertian kurikulum ialah kelompok pengajaran yang sistematik atau juga urutan
subjek yang dipersyaratkan untuk dapat lulus atau juga sertifikasi dalam pelajaran mayor.

f. George A. Beaucham (1976)

Pengertian kurikulum ialah suatu dokumen tertulis yang didalamnya terkandung


isi mata pelajaran yang akan diajar kepada peserta didik(murid) dengan melalui berbagai
mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah yang dalam kehidupan sehari-
hari.

g. Grayson (1978)

Pengertian kurikulum ialah suatu perencanaan untuk mendapatkan suatu


pengeluaran (out-comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.

h. Murray Print

Pengertian kurikulum ialah sebuah ruang pembelajaran yang sudah terencana


diberikan secara langsung kepada siswa oleh sebuah lembaga pendidikan dan juga
pengalaman yang dapat dinikmati oleh semua siswa pada saat kurikulum tersebut
diterapkan.

i. UU. No. 20 Tahun 2003

Pengertian kurikulum ialah suatu perangkat rencana dan juga pengaturan tentang
tujuan, isi, dan juga bahan pengajaran dan cara yang digunakan ialah sebagai suatu
pedoman didalam suatu penyelenggaraan kegiatan dalam pembelajaran untuk dapat
mencapai suatu tujuan pendidikan nasional.

j. Dr. H. Nana Sudjana Tahun (2005)

4
Kurikulum merupakan niat & harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana
maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah.
Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar
mengajar.

B. KONSEP KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen – komponen tertentu.


Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum,
komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu
sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen
yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya,
maka sistem kurikulum secara keseluruhan juga akan tergganggu 3.

1. Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala
makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang di cita –
citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah
pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya
masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi
dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan
tujuan proses pembelajaran.

2. Komponen Isi/ Materi Pelajaran

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang
harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan
dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi
pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas
itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.

3. Komponen Metode/ Strategi

Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum.


Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting, sebab
berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang
harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka maka tujuan itu tidak

3
Zakiah Dardjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bumi Aksara, 2000), hlm.122.

5
mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.

Sejalan dengan pendapat diatas, T. Rajakoni mengartikan strategi pembelajaran sebagai


pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai
pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari
semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian
penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber
belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan4.

Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa jadi
satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan
strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau
bahkan diskusi dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan
media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk
pada a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving
something.

4. Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi, dapat
ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah
suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus
disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan.
Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.

Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan
evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan
pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.

4
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm.4

6
C. PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM

1. Peranan Kurikulum

Kurikulum bagi program pendidikan dimana sekolah sebagai institusi social


melaksanakan oprerasinya, paling tidak dapat ditentukan 3 jenis kurikulum5 :

a. Peranan Konservatif Menekankan bahwa kurikulum itu dapat dijadikan sebagai


sarana untuk mentramisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap
masih relevan dengan masa kini bagi generasi muda.
b. Peranan Kritis dan evaluative Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek
lainnya senantiasa terjadi setiap saat. Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum
harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan.
c. Peranan Aktif Peranan ini dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai
dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan. Sehingga
pewarisan dan nilai-nilai budaya masa lalu.kepada siswa perlu disesuaikan dengan
masa sekarang.

2. Fungsi Kurikulum

Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk
mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu segala aspek yang
mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya.
Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis,diberikan
oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah
niat, rencana dan harapan. Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi 6:

1. Fungsi Penyesuaian : individu hidup dalam lingkungan , sedangkan lingkungan tersebut


senantiasa berubah dan dinamis, maka setiap individu harus mampu menyesuaikan diri
secara dinamis. Dan di balik lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi
perorangan, disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan menuju individu
yang well adjusted.
2. Fungsi Integrasi : kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh
karena individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, maka pribadi yang
terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam rangka pembentukan atau
pengintegrasian masyarakat.
3. Fungsi Deferensiasi : kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-
perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan mendorong

5
Munir, Kurikulum Berbasis TIK. (Bandung : ALFABETA, 2010) hlm 3
6
Abuddin, Nata. Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana 2007) hlm 175.

7
orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam
masyarakat.
4. Fungsi Persiapan : kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan
studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat.
Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan
semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka.
5. Fungsi Pemilihan : antara perbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat.
Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk
memilih apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang
sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram
secara fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik : salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga
dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan bila mereka
menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan
prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar dapat
mengembangkan potensi siswa secara optimal.

Sedangkan fungsi praksis dari kurikulum adalah meliputi :

1. Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan
sehari-hari.
2. Fungsi bagi sekolah yang diatasnya adalah untuk menjamin adanya pemeliharaan
keseimbangan proses pendidikan.
3. Fungsi bagi masyarakat dan pemakai lulusan.

8
D. PENDEKATAN DALAM KURIKULUM

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan berati proses, cara, perbuatan
mendekati; atau usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan
orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Jika hal ini
dikaitkan dengan kurikulum, maka pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan
metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar
memperoleh kurikulum yang lebih baik7.

1. Macam - Macam Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Dalam teori kurikulum setidaknya terdapat sembilan pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:

a. Pendekatan Subjek Akademis

Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan


didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan
memiliki sistematisaasi tertentu yang berbeda dengan sistematisaasi ilmu lainnya.
Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu
mata pelajaran / mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk
persiapan pengembangan disiplin ilmu.

Pada tabel tersebut dapat dijelaskan kedudukan dan kaitan yang erat antara beberapa
aspek / mata pelajaran PAI, yaitu Al-Qur’an Hadist yang merupakan sumber utama ajaran
Islam, dalam arti merupakan sumber aqidah (keimanan), syariah (ibadah dan muamalah) dan
akhlaq, sehingga kajiannya berada disetiap unsur tersebut. Akhlaq merupakan sikap hidup
atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lainnya
(muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan
sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan / seni,
iptek, olahraga / kesehatan dan lain-lain yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh. Sedangkan
tarikh atau sejarah islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari
masa ke masa dalam usaha bersyariah (ibadah dan mualamah) dan berakhlaq serta dalam
mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh aqidah.

7
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di sekolah Madrasah dan Perguruan
tinggi. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 10

9
b. Pendekatan Humanistis

Pendekatan humanistis dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide


“memanusiakan manusia”. Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk
menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar
teori, dasar evaluasi, dan dasar pengembangan program pendidikan.

Sebelum menguraikan lebih jauh tentang pendekatan humanistis tersebut dilihat dari
proses kejadiannya manusia itu terdiri atas dua substansi yaitu :

a) substansi jasad atau materi yang bahan dasarnya dari materi yang merupakan
bagian dari alam semesta dan dalam pertumbuhan serta perkembangannya tunduk
kepada Allah dan Rasul-Nya (aturan, ketentuan, hukum Allah yang berlaku
dialam semesta).
b) substansi immateri/ non jasadi, yaitu penghembusan atau peniupan ruh (ciptaan-
Nya) kedalam dri manusia, sehingga manusia merupakan benda organik yang
mempunyai hakikat kemanusiaan serta mempunyai berbagai alat potensial dan
fitrah. Dari kedua substansi tersebut yang paling esensial adalah substansi materi,
jasad hanyalah alat ruh dialam nyata ketika ruh terpisah dari jasad maka hal
tersebut disebut maut. Yang mati adalah jasad, sedangkan ruh masih melanjutkan
eksistensinya dialam barzah.

Dengan demikian, “memanusiakan manusia” berarti usaha memberi kesempatan kepada


peserta didik untuk mengembangkan alat-alat potensialnya seoptimal mungkin untuk difungsikan
sebagai sarana pemecahan masalah kehidupan, pengembangan iptek sains dan budaya, serta
pengembangan sikap iman dan taqwa8.

Berdaasarkan pengertaian tersebut, maka kurikulum PAI dikembangkan dengan bertolak


pada kebutuhan dan minat peserta didik, yang mendorong mereka untuk dapat mengembangkan
alat-alat potensial dan potensi dasar atau fitrahnya, serta mendorongnya untuk mampu
mengemban amanah sebagai abdullah maupun kholifahtullah. Materi ajar dipilih sesuai minat
dan kebutuhannya. Peserta didik menjadi subjek pendidikan, dalam arti ia menduduki tempat
utama dalam pendidikan. Guru atau dosen berfungsi sebagai psikoog yang memahami segala
kebutuhan dan permasalahan peserta didik, ia berperan sebagai bidan yang membantu peserta
didik melahirkan ide-idenya atau sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan bagi
peserta didik9.

8
Muhaimin, ibid hlm 12
9
Muhaimin, ibid hlm 139

10
Disamping itu, pendekatan humanistis dapat dilakukan melalui pengembangan tema-tema
PAI yang berupa problem-problem yang aktual dimasyarakat dan banyak menjadi perhatian para
peserta didik. Melaui tema-tema peserta didik dibimbing dan diarahkan untuk mampu
memecahkan masalah tersebut dalam prespektif ajaran dan nilai-nilai Islam ata ajaran dan nilai-
nilai Islam dijadikan sebagai landasan moral dan etika dalam pengembangan iptek dan budaya
serta aspek-aspek kehidupan lainnya. Bisa pula diterapkan dalam pembelajaran sejarah Islam
yang dimaksudkan untuk menggali, mengembangkan dan mengambil ibrah dari pelajaran
sejarah dan kebudayaan (peradaban Islam), sehingga peserta didik mampu menginternalisasi dan
tergerak untuk meneladani dan mewujudkan dalam amal perbuatan serta dalam rangka
membangun sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhwah Islamiyah dalam arti luas.

Jadi dari hal tersebut dapatlah kita pahami bahwa pada pendekatan humanistik tujuan dari
pendidikan itu bukan hanya pada nilai-nilai yang dapat dicapai pesera didik tapi lebih kepada
pembentukan perubahan pada peserta didik, baik secara jasmani maupun ruhani. Selanjutnya
siswa hendaknya diturut sertakan dalam penyelenggaraan kelas dan keputusan instruksional. Dan
siswa hendaknya turut serta dalam pembuatan, pelaksanaan, dan pengawasan peraturan sekolah.
Siswa hendaknya diperbolehkan memilih kegiatan belajar, dan siswa boleh membuktikan hasil
belajarnya melalui berbagai macam karya atau kegiatan.

c. Pendekatan Teknologis

Pendidikan merupakan upaya menyiapkan peserta didik untuk menghadapai masa


depan perubahan masyarakat yang semakin pesat yang akibat dari perkembangan IPTEK.
Oleh karena itu pengembangan kurikulum pendidikan harus menggunakan pendekatan
IPTEK10.

Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum bertolak dari analisis


kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang
diajarkan, kriteria sukses, dan stategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan tugas (job analisis)
tersebut. Pembelajaran PAI dikatakan menggunakan pendekatan teknologis, bilamana ia
menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan,
mengelolah, melaksanakan dan menilainya. Disamping itu, pendekatan teknologis ingin
mengejarkan kemanfaatan tertentu dan menuntut peserta didik agar mampu melaksanakan
tugas-tugas tertentu sehingga proses dan rencana produknya (hasil) diprogram sedemikian
rupaa agar mencapai hasil pembelajarannya (tujuan dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas
dan terkontrol). Dari rancangan proses pembelajaran sampai mencapai hasil tersebut
diharapkan dapat dilaksanakan seecara efektif dan efisien serta memiliki daya tarik11.

10
Abu Ahmadi, Pengantar Kurikulum, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001), hlm. 29
11
Ibid, Hlm 35

11
Pendekatan teknologis ini sudah tentu mempunyai keterbatasan, yaitu : ia terbatas
pada hal-hal yang dirancang sebelumnya, baik yang menyangkut proses pembelajran maupun
produknya. Karna adanya keterbatasan tersebut maka dalam pembelajaran PAI tidak
selamanya menggunakan pendekatan teknologis.

d. Pendekatan Rekonstruksi Sosial

Pendekatan rekonstruksi sosial dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan


keahlian bertollak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan
memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kollaboratif, akan
dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.

Pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa manusia adalah sebagai mahluk


sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan orang lain, selalu hidup bersama,
berinteraksi dan bekerja sama. Melalui kehidupan bersama dan kerja sama itulah manusia
dapat hidup, berkembang, dan mampu memecahkan berbagai masalah yanng dihadapi. Tugas
pendidikan terutama membantu agar peserta didik mampu menjadi cakap dan selanjutnya
mampu ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan masyarakatnya.

Isi pendidikan terdiri dari problem-problem aktual yang dihadapi dalam kehidupan
nyata di masyarakat. Proses pendidikan atau pengalaman belajar peserta didik berbentuk
kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan kerja sama, baik antar peserta didik
dan guru/dosen dengan sumber-sumber belajar yang lain. Oleh karena itu, dalam menyusun
kurikulum PAI bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat sebagai isi PAI,
sedangkan proses atau pengalaman belajar peserta didik adalah dengan cara memrankan
ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooparatif dan kolaboratif, berupaya mencari
pemecahan terhadap problem tersebut menuju pembentukan masyarakat yang baik.

Kurikulum rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan


sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Banyak prinsip kelompok ini yang
konsisten dengan cita-cita tertinggi, contohnya masalah hak asasi kaum minoritas, keyakinan
dalam intelektual masyarakat umumnya, dan kemampuan menentukan nasib sendiri sesuai
arahan yang mereka inginkan.

Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah


yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan
pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan
potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan
bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangna potensi tersebut. Kurikulum
rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapka peserta didik pada berbagai permasalahan
manusia dan kemanusian. Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan yang
muncul tidak harus diperhatikan oleh “pengetahuan sosial” saja, tetapi oleh setiap disiplin
ilmu.

12
e. Pendekatan Kompetensi

Kompetensi merupakan jalinan terpadu antara pengetahuan, keterampilan, sikap dan


nilai-nilai yang direfleksikan dalam pola berfikir dan bertindak. Pendekatan kompetensi
menitikberatkan kepada semua ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ciri-ciri
pendekatan ini yakni berfikir teratur sistemik, sasran penilaian lebih difokuskan pada tingkat
penguasaan dan kemampuan memperbaharui diri (regenerative capability).

Prosedur penggunaan pada pendekatan ini:

a) Menetapkan standar kopetensi lulusan yang harus dikuasai oleh para lulusan pada
setiap jenis dan jenjang pendidikan.
b) Memerinci perangkat kopetensi yang diharapkan dimiliki oleh para lulusan.
c) Menetapkan bentuk dan kuantitas pengalaman belajar melalui bidang studi atau
mata pelajaran (jjika perlu menciptakan mata pelajaran baru) dan kegiatan-
kegiatan baru yang relevan.
d) Mengembangkan silabus.
e) Mengembangkan skenario pembelajaran
f) Mengembangkan perangkat llunak (software)/
g) Mengembangkan sistm penilaian.
f. Pendekatan Sistem (System Aproach)

Sistem adalah totalitas atau keseluruhan komponen yang sling berfungsi, berinteraksi,
berintelasiberinterelasi dan interpendensi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pendekatan sistem adalah penggunaan berbagai konsep yang serasi dari teori sistem yang
umum untuk memahami teori organisasi dan praktik manajemen12. Pendekatan sistem ini
terdiri atas beberapa aspek, antara lain: (1) filsafat sistem, yaitu sebagai cara untuk berfikir
(way of thinking) tentang fenomena secara keseluruhan, (2) analisis sistem, yaitu metode
atau teknik dalam memecahkan masalah (problem solving) atau pengambilan keputusan
(decision making), (3) manajemen sistem, yaitu aplikasi teori sistem di dalam mengelola
sistem organisasi13.

12
Teguh Triwiyanto, Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta : Bumi Akasara, 2015) hlm 183
13
Ibid, Hal 190

13
g. Pendekatan Berorientasi Pada Tujuan

Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penempatan tujuan yang hendak dicapai
dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar.

Kelebihan pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:

a) Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum.


b) Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula dalam menetapkan materi
pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan.
c) Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan
penilaian terhadap hasil yang dicapai.
d) Hasil penelitian yang terarah itu akan membantu penyusun kurikulum di dalam
mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
h. Pendekatan dengan Pola Organisasi Bahan

Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan:


a) Pendekatan pola Subject Matter Curriculum

Pendekatan ini penekanannya pada berbagai matapelajaran secara terpisah-pisah,


misalnya: sejarah, ilmu bumi, biologi, matematika dan sebagainya. Matapelajaran ini
tidak berhubungan satu sama lain.

b) Pendekatan pola Correlated Curriculum

Pendekatan ini adalah pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa


mata pelajaran (bahan) yang sering dan bisa secara dekat berhubungan. Misalnya, bidang
studi IPA, IPS dan sebagainya.

c) Pendekatan pola Integrated Curriculum

Pendekatan ini berdasarkan kepada keseluruhan hal yang mempunyai arti


tertentu, Misalnya: pohon; sebatang pohon ini bukan merupakan sejumlah bagian-bagian
pohon yang terkumpul, akan tetapi merupakan sesuatu yang memiliki arti tertentu yang
utuh, yaitu pohon.

14
i. Pendekatan Akuntabilitas (Accountability)

Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan


tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal yang penting dalam dunia
pendidikan. Akuntabilitas yang sistematis pertama kali diperkenalkan Frederick Tylor dalam
bidang industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya yang dikenal sebagai scientific
management atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus
diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu. Tiap pekerja bertanggung jawab atas penyelesaian
itu.

Menurut Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd. ada dua pendekatan yang bisa diterapkan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

a) Pendekatan Top Down

Dikatakan pendekatan top down atau pendekatan administratif, yaitu pendekatan


dengan sistem komando dari atas ke bawah. Oleh karena dimulai dari atas itulah,
pendekatan ini juga dinamakan line staff mode. Dilihat dari cakupan pengembangannya,
pendekatan top down bisa dilakukan baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar
baru (curriculum construction) ataupun untuk penyempurnaan kurikulum yang sudah ada
(curriculum improvement).

Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model ini dilakukan kira-
kira sebagai berikut:

1) Langkah pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat


pendidikan.
2) Langkah kedua, adalah menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan
kebujakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah.
3) Langkah Ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok
kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi
catatan-catatan atau direvisi.
4) Langkah Keempat, para administrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap
sekolah untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.

b) Pendekatan Grass Roots

Dalam model grass roots atau pengembangan kurikulum yang diawali oleh
inisiatif dari bawah lalu disebartluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan
istilah singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh
karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam
penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang

15
terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum
construction).

Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat dilakukan manakala


menggunakan pendekatan grass roots ini.

1) Menyadari adanya masalah. Berawal dari keresahan guru tentang kurikulum yang
berlaku.
2) Mengadakan refleksi. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literature yang relevan
misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan
masalah yang kita hadapi atau mengkaji sumber informasi lain.
3) Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Guru memetakan berbagai
kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya.
4) Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai
dengan situasi dan kondisi lapangan.
5) Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus
hingga terpecahkan masalah yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya kita bisa
berkolaborasi atau meminta pendapat teman sejawat.
6) Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass
roots. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan publikasi dan
diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh
orang lain yang pada gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.

E. PERUBAHAN KURIKULUM PAI

Kementerian Agama (Kemenag) memutuskan untuk merubah kurikulum Pendidikan


Agama Islam dan Bahasa Arab untuk Madrasah. Perubahan kurikulum ini tertuang dalam
Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 183 tahun 2019 tentang Kurikulum Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.

Ada 8 Perubahan kurikulum PAI

1. Penataan kembali distribusi materi yang tumpang tindih antar jenjang dan antar kelas.
2. Perumusan level kompetensi yang ditingkatkan untuk membekali peserta didik lebih
tinggi dalam berfikir kritis dan inovatif. Sehingga level kompetensi MI ditingkatkan
hampir 30 % Kompetensi Dasar (KD) berlevel C4, MTs 70 % dan MA 90% level C4
hingga C6.
3. Penataan kesinambungan dan keselarasan perumusan antara KD1 Sikap spiritual, KD
2 Sikap Sosial ,KD 3 Pengetahuan dan KD 4 Keterampilan.
4. Penguatan Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab pada aspek sikap dan keterampilan
beragama dibanding pengetahuan atau kognitif.
16
5. Penguatan Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab untuk menghasilkan keyakinan dan
penghargaan siswa dalam membuktikan bahwa Islam adalah agama yang sangat
relevan dengan kemajuan kehidupan zaman.
6. Penguatan Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab sebagai pengantar siswa menjadi
warga bangsa Indonesia yang hidup dalam keberagaman.
7. Perubahan pada Materi Bahasa Arab terutama penyempurnaan dalam penyajian dan
metode pendekatan yang digunakan sehingga lebih menekankan pada pendekatan
fungsional dari pada struktural.
8. Penyempurnaan kedalaman materi kurikulum mata pelajaran PAI pada Madarasah
Aliyah Peminatan Keagamaan, serta penggunaan pengantar Bahasa Arab pada
pembelajaran PAI dan Bahasa Arab pada MA Program Keagamaan (MAPK).

Plt Dirjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin mengatakan, KMA 183 tahun
2019 tidak mengubah secara total isi kurikulum sebelumnya yang tertuang dalam KMA
165 tahun 2014.

Menurutnya, ada tiga persamaan kedua KMA ini. Pertama, persamaan mata
pelajaran. Kurikulum madrasah terdiri atas Quran Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI), dan Bahasa Arab. “Ini tidak ada perubahan. Mata pelajarannya
persis sama, tidak ada yang dikurangi atau ditambahkan. kedua, tetap mengunakan
prinsip pembelajaran pada Kurikulum Nasional 2013. Ketiga, menggunakan prinsip
penilaian yang berlaku pada kurikulum Nasional 2013 yang Disempurnakan,” lanjutnya.

Dijelaskan Kamaruddin, penyempurnaan kurikulum antara lain didasarkan pada


hasil penelitihan Pendidikan Agama dan Keagamaan Kemenag. Puslitbang antara lain
menemukan adanya beberapa struktur materi antar jenjang dan antar kelas yang tumpang
tindih. Penelitian ini juga menilai perumusan level kompetensi masih terlalu rendah.
Temuan lainnya adalah materi Bahasa Arab dinilai cenderung strukturalis.

Berdasarkan temuan tersebut dan hasil kajian umum, Kemenag merasa perlu
melakukan penyesuaian kurikulum di madrasah untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan pendidikan abad 21, kebutuhan pembentukan karakter bangsa Indonesia
sebagai warga dunia, serta pencapaian visi Indonesia Berdaulat, Maju, Adil, dan
Makmur.

17
F. PRINSIP DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN
KURIKULUM

1. Prinsip Kurikulum
a. Prinsip Relevansi

Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat


hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik
dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan
harapa masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun
dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat.

a) Relevansi Internal

Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian


antara komponen-komponennya, yaitu keserasian yang harus dicapai, isi, materi atau
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan
serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi ini menunjukkan
keutuhan suatu kurikulum.

b) Relevansi Eksternal

Relevansi Eksternal, berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi dan proses
belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Ada tiga macam relevansi eksternal yaitu :

1) Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Artinya, bahwa proses


pengembangan dan penetapan isi kurikulum hendaknya disesuaikan dengan
kondisi lingkungan sekitar siswa. Contohnya untuk siswa yang ada di
perkotaan perlu diperkenalkan kehidupan di lingkungan kota, seperti
keramaian dan rambu-rambu lalu lintas, tata cara dan pelayan jasa bank,
kantor pos dsb. Begitu juga untuk sekolah yang berada di lingkungan pantai,
seperti mengenai tambak, kehidupan nelayan, koperasi, pembibitan udang.

18
2) Relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang
akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi
yang sedang berkembang. Selain itu juga apa yang diajarkan kepada siswa
harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang akan datang.
Misalkan untuk kehidupan yang akan datang, penggunaan computer dan
internet menjadi salah satu kebutuhan, maka dengan demikian bagaimana
cara memanfaatkan computer dan bagaimana cara mendapatkan informasi
dari internet sudah harus diperkenalkan kepada siswa. Demikian juga
dengan kemapuan berbahasa. Pada masa yang akan datang ketika pasar
bebas seperti persetujuan APEC mulai berlaku, maka masyarakat akan
dihadapkan kepada persaingan merebut pasar kerja dengan orang-orang
asing. Oleh karenanya keterampilan berbahasa asing sudah harus mulai
dipupuk sejak sekarang.
3) Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang
diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja. Untuk sekolah
kejuruan contohnya, kalau dahulu di Sekolah Kejuruan Ekonomi dilatih
bagaimana agar siswa mampu menggunakan mesin tik sudah tidak banyak
digunakan, akan tetapi yang lebih banyak digunakan computer. Dengan
demikian, keterampilan mengoperasikan computer harus diajarkan.
Demikian jugahalnya dengan tuntutan dunia kerja kepariwisataan,
perbankan, asuransi, perhotelan dsb, isi kurikulum harus menyesuaikan
dengan tuntutan pekerjaan pekerjaan di setiap bidang.

b. Prinsip Fleksibilitas

Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadan-kadang tidak sesuai dengan
kondisi kenyataanyang ada. Bisa saja ketiksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan
guru yang kurang,latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau
mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai.

Maka kurikulum harus bersifat lentur dan fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus
bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak
fleksibel akan sulit diterapkan.

Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi :

a) Fleksibel bagi guru, artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagu
guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi
yang ada.
b) Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

19
c. Prinsip Kontinuita

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program
pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran

d. Efektifitas

Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat


dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua sisi
efektifitas dalam suatu pengembangan kurikulum yaitu :

a) Efektifitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas


mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Contoh, apabila guru
menetapkan dalam satu senmester harus menyelesaikan 12 program
pembelajaran sesuai dengan pedoman kurikulum, ternyata dalam jangka
waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan 4 atau 5 program saja, berarti dapat
dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif.
b) Efektifitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Maksudnya
sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan
jangka waktu tertentu. Contoh, apabila ditetapkan dalam satu semester siswa
harus dapat mencapai sejumlah tujuan pembelajaran, ternyata hanya sebagian
saja dapat dicapai siswa, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelejaran
siswa tidak efektif.

e. Efisiensi

Prinsip efisiensi berhubungan dengan pernbandingan antara tenaga, waktu, suara,


dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan
memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan
waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Betapa pun bagus dan
idealnya suatu kurikulum, manakala menuntut peralatan, sarana dan prasarana yang
sangat khusus serta mahal pula harganya, maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar
untuk dilaksanakan. Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala
keterbatasan.

Pengembangan kurikulum sekolah di Indonesia mengikuti prinsip-prinsip


pengembangan kurikulum yang berbeda, namun sasaran yang hendak dicapai adalah
sama , yaitu dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional pada
umumnya dan tujuan pendidikan nasional pada khususnya dengan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

20
2. Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum

Dalam Sukmadinata, ada tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum,


yaitu :

a. Pergururan Tinggi

Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum sekolah.

a) Dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan


diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak memberikan
sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang
dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi pelajaran yang akan
dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain menjadi isi
kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media pendidikan.
b) Dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-
guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP, FKIP,
STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga
mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan
kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.

Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta
kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan
implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang
dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui
berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih
banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-
angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru
melalui program diploma dan sarjana.

b. Masyarakat

Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas


mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat di masyarakat. Sebagai
bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di
tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi
masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.

Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang


homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-aspirasi
yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia
usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan mempengaruhi
pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya sekedar mempersiapkan

21
anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis
pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan
digunakan sekolah.

c. Sistem Nilai

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan,
sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga
bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di
masyarakat.

Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam
kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat
itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok
etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual
keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama.
Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika,
religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang
berbeda.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi pebagai nilai yang
tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :

a) Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat


b) Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
c) Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
d) Menghargai nlai-nilai kelompok lain
e) Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada

Berdasarkan analisis kami, bukan hanya 3 (tiga) faktor yang dikemukan oleh
Sukmadinata (2006) saja, yang merupakan faktor-faktoe yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum, tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi
pengembangan kurikulum. Salah satunya landasan pengembangan kurikulum itu sendiri.
Landasan pengembangan kurikulum sangat mempengaruhi pengembangan kurikulum
karena bila landasannya berupa maka akan mempengaruhi pengembangan kurikulum.

22
Berdasarkan analisis kami, maka faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum, diantaranya :

a) Filosofis

Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum. Sama


halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat,
seperti: perenialisme, essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan
rekonstruktivisme. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran
– aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi
kurikulum yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati, di
bawah ini diuraikan tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan
pengembangan kurikulum.

1) Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan


dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih
penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut
faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak
terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2) Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap
sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat.
Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa
lalu.
3) Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya
sendiri
4) Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat
pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan
landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
5) Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping
menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis
dan sejenisnya.

Aliran Filsafat Perenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran


filsafat yang mendasari terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis.
Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model
Kurikulum Pendidikan Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan
dalam pengembangan Model Kurikulum Interaksional.

23
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan
tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran
filsafat cenderung dilakukan secara selektif untuk lebih mengkompromikan dan
mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun
demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai
terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih
menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme. Ini merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum.

b) Psikologis

Sukmadinata mengemukakan bahwa minimal terdapat dua bidang psikologi yang


mendasari pengembangan kurikulum yaitu

1) psikologi perkembangan mengkaji tentang ilmu yang mempelajari perilaku


individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi
perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan
perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan
individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu,
yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari
pengembangan kurikulum. Psikologi belajar merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar.
2) Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar,
serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya
dapat dijadikan sebagai bahan.

Selanjutnya, dikemukakan pula tentang 5 tipe kompetensi, yaitu :

1) Motif : sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau
keinginan untuk melakukan suatu aksi.
2) Bawaan : yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai
situasi atau informasi.
3) Konsep diri : yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
4) Pengetahuan : yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang.
5) Keterampilan : yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun
mental.

Kelima kompetensi tersebut mempunyai implikasi praktis terhadap perencanaan


sumber daya manusia atau pendidikan. Keterampilan dan pengetahuan cenderung lebih
tampak pada permukaan ciri-ciri seseorang, sedangkan konsep diri, bawaan dan motif
lebih tersembunyi dan lebih mendalam serta merupakan pusat kepribadian seseorang.
Kompetensi permukaan (pengetahuan dan keterampilan) lebih mudah dikembangkan.

24
Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi
bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.

Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa menyoroti tentang


aspek perbedaan dan karakteristik peserta didik, Dikemukakannya, bahwa sedikitnya
terdapat lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi, yaitu : (1) perbedaan tingkat kecerdasan; (2) perbedaan
kreativitas; (3) perbedaan cacat fisik; (4) kebutuhan peserta didik; dan (5) pertumbuhan
dan perkembangan kognitif.

c) Sosial-Budaya

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu


rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi
bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke
lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan
mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal


maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan
masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan
budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.

Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia – manusia yang


menjadi terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan
diharapkan dapat lebih mengerti dan mampu membangun kehidupan masyakatnya. Oleh
karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan,
kondisi, karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya


tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang
mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut
dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam


masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk
melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di
sekitar masyarakat.

25
Israel Scheffer mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal
peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa
yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya
dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

d) Politik

Wiles Bondi dalam bukunya `Curriculum Development: A Guide to


Practice’ turut menjelaskan pengaruh politik dalam pembentukan dan pengembangan
kurikulum.

Hal ini jelas menunjukkkan bahwa pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh


proses politik, kerana setiap kali tampuk pimpinan sesebuah negara itu bertukar, maka
setiap kali itulah kurikulum pendidikan berubah.

e) Pembangunan Negara dan Perkembangan Dunia

Pengembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan negara dan


perkembangan dunia. Negara yang ingin maju dan membangun tidak seharusnya
mempunyai kurikulum yang statis. Oleh karena itu kurikulum harus diubah sesuai dengan
perkembangan zaman dan kemajuan sains dan teknologi.

Kenyataan tersebut jelas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi telah


membawa perubahan yang pesat pada kehidupan manusia di muka bumi ini. Oleh karena
itu pengembangan kurikulum haruslah sejajar dengan pembangunan negara dan dunia.
Kandungan kurikulum pendidikan perlu menitikberatkan pada mata pelajaran sains dan
kemahiran teknik atau vokasional kerana tenaga kerja yang mahir diperlukan dalam
zaman yang berteknologi dan canggih ini.

f) Ilmu dan Teknologi (IPTEK)

Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih
relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat.
Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan
kedepannya akan terus semakin berkembang.

Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan


sesuatu yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap
mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di bulan, tetapi berkat kemajuan dalam
bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo
berhasil mendarat di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil
menginjakkan kaki di Bulan.

26
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa
warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran
manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan
politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara
kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.

Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan
canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi
dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian.

Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam


bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia.
Oleh karena itu, kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat
mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

G. PENDIDIK DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Sukmadinata (1997) menjelaskan dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan


kurikulum dapat dibedakan antara yang bersifat sentralisasi, desentralisasi, dan sentral-desentral.
Dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi, kurikulum disusun oleh tim khusus
di tingkat pusat. Kurikulum bersifat uniform untuk seluruh negara, daerah, atau jenjang/ jenis
sekolah.

Tujuan utama pengembangan kurikulum yang uniform ini adalah untuk menciptakan
persatuan dan kesatuan bangsa, serta memberikan standar penguasaan yang sama bagi seluuruh
wilayah.

Model pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi mempunyai beberapa


kelebihan disamping juga kelemahan. Kelebihannya selain mengandung terciptanya persatuan
dan kesatuan bangsa, dan ini mudah dikelola, dimonitor dan dievaluasi, serta lebih hemat dilihat
dari segi biaya, waktu, dan fasilitas.

Model pengembangan ini memiliki beberapa kelemahan. Pertama, menyeragamkan


kondisi yang berbeda-beda keadaan dan tahap perkembangan intelek, alam dan sosial

27
budayanya, sukar sekali. Penyeragaman antara lain dapat menghambat kreativitas, dapat
memperlambat kemajuan sekolah yang sudah mapan dan menyeret perkembangan sekolah yang
masih terbelakang. Kedua, ketidak adilan dalam menilai hasil. Dalam kurikulum yang seragam
penilaian dapat dilakukan dengan seragam pula, yaitu kesamaan dalam segi yang dinilai,
prosedur dan alat penilaian serta standar penilaian. Ketiga, penggunaan standar yang sama untuk
semua sekolah di seluruh wilayah akan memberikan gambaran hasil yang beragam dan
menunjukkan adanya perbedaan yang sangat ekstrem.

Terlepas dari pro dan kontra, kelebihan dan kekurangan kita akan mencoba melihat
peranan guru didalamnya. Peranan guru baik dalam model sentralisasi maupun desentralisasi
dapat dilihat dalam tiga tahap, yaitu tahap perancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Kurikulum
juga dapat dilihat dalam lingkup makro dan juga mikro. Pengembangan kurikulum pada tahap
perancangan berkenaan dengan seluruh kegiatan menghasilkan dokumen kurikulum, atau
kurikulum tertulis. Pelaksanaan kurikulum atau disebut juga implementasi kurikulum, meliputi
kegiatan menerapkan semua rancangan yang tercantum dalam kurikulum tertulis. Evaluasi
kurikulum merupakan kegiatan menilai pelaksanaan dan hasil-hasil penggunaan suatu
kurikulum. Kurikulum makro yaitu kurikulum yang menyeluruh meliputi semua komponen, atau
meliputi seluruh wilayah, atau seluruh siswa pada jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum mikro
merupakan jabaran atau rincian dari kurikulum makro, atau rancangan bagi pelaksanaan
pengajaran dikelas.

1. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi.

Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dalam
perancangan, dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam
kurikulum mikro ( Sukmadinata, 1997). Kurikulum makro disusun oleh tim atau komisi
khusus, yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari
kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu
dalam satu tahun, satu semester, satu catur wulan, beberapa minggu ataupun beberapa
hari saja. Kurikulum untuk satu tahun, satu semester atau satu catur wulan disebut juga
program tahunan, semesteran, catur wulan, sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu
atau hari disebut satuan pelajaran. Program tahunan, semesteran, catur wulanan, ataupun
satuan pelajaran memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran,
metode dan media pembelajaran, dan evaluasi, hanya keluasan dan kedalamannya
berbeda-beda.

Menjadi tugas gurulah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih
dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap
perkembangan anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi , serta
menyusun program dan alat evaluasi tepat. Suatu kurikulum yang tersusun sistematis dan
rinci akan sangat memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah

28
tersusun dengan berstruktur, tetapi guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan
penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.

Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreaktivitas,


kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru. Guru hendaknya mampu memilih dan
menciptakan situasi-situasi belajar yang menggairahkan siswa, mampu memilih dan
melaksanakan metode mengajar yang sesuai dengan kemampuan siswa, bahan pelajaran
dan banyak mengaktifkan siswa. Guru hendaknya mampu memilih, menyusun dan
melaksanakan evaluasi, baik untuk mengevaluasi perkembangan atau hasil belajar siswa
untuk menialai efisiensi pelaksanaannya itu senndiri.

Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa
yang akan dicapai dengan pengajarannya. Ia juga hendaknya melakukan berbagai upaya
untuk membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif,
memberikan pengarahan dan bimbingan. Guru memberikan tugas tugas individual atau
kelompok yang akan memperkaya dan memperdalam penguasaan siswa. Dalam kondisi
ideal guru juga berperan sebagai pembimbing, breusaha memahami secara saksama
potensi dan kelemahan siswa, serta membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa.

2. Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi

Kurikulum desentralisasi disusun sekolah atau kelompok sekolah tertentu dalam


suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukkan bagi suatu sekolah atau
lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan atas
karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah atau sekolah-
sekolah tersebut. Dengan demikian kurikulum terutama isinya sangat beragam, tiap
sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri, tetapi kurikulum ini cukup realistik.

Bentuk kurikulum seperti ini mempunyai beberapa kelebihan disamping juga


kekurangan. Kelebihan-kelebihannya, diantaranya (1) kurikulum sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat, (2) kurikulum sesuai dengan tingkat
dan kemampuan sekolah, baik kemampuan profesional, finansial maupun manajerial, (3)
disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam
pelaksanaannya, (4) ada motivasi kepada sekolah ( kepala sekolah, guru) untuk
mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan
demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.

Beberapa kelemahan bentuk kurkulum ini, adalah : (1) tidak adanya keseragaman,
untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional,
bentuk ini kurang tepat, (2) tidak ada standar penilaian yang sama, sehingga sukar untuk
diperbandingkan keadaan dan kemajuan suatu sekolah/wilayah dengan sekolah/wilayah
lainnya, (3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah/wilayah lain, (4)

29
sukar untuk mengadakan pengelolaan dan penilaian secara nasional, (5) belum semua
sekolah/daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum
sendiri.

Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran


antara keduanya dapat digunakan, yaitu bentuk sentral-desentral. Beberapa waktu yang
lampau di Perguruan Tinggi di Indonesia digunakan model pengembangan kurikulum
yang sifatnya desentralisasi. Tiap universitas, institut, atau akademi mempunyai otonomi
untum menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri, satu berbeda denggan lainnya.
Sebagai contoh, pada IKIP atau FKIP ada kelompok-kelompok mata kuliah dasar umum,
dasar keguruan, dan proses belajar mengajar yang seluruhnya seragam, ditentukan atau
disusun di tingkat nasional. Perbedaan antara IKIP dengan IKIP lainnya adalah pada
kelompok mata kuliah kejuruan atau spesialisasi. Bentuk kurikulum yang berlaku pada
IKIP, FKIP ini mungkin dapat diklasifikasi sebagai kurikulum sentralisasi-desentralisasi.

Dalam kurikulum yang dikelola secara desentralisasi dan sampai batas-batas


tertentu juga yang sentralisasi-desen-tralisasi, peranan guru dalam pengembangan
kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi. Guru-guru
turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran kurikulum induk kedalam program
tahunan/semester/catur wulan, atau satuan pelajaran, tetapi juga di dalam menysun
kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalam
merumuskan setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan seperti itu,
mereka mempunyai perasaan turut memiliki kurikulum dan terdorong untuk
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan kurikulum.

Karena guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikut sertakan, mereka akan
memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan
kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan
sebagai pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana
dan evaluator kurikulum.

Oleh karena itu menurut Oemar Hamalik, pembuatan keputusan dalam pembinaan
kurikulum bukan saja menjadi tanggung jawab para perencana kurikulum, akan tetapi
juga menjadi tanggung jawab para guru di sekolah. Para perencana kurikulum perlu
membuat keputusan yang tepat, rasional, dan sistematis. Pembuatan keputusan itu tidak
dapat dibuat secara acak-acakan, melainkan harus berdasarkan informasi dan data yang
objektif. Untuk itu terlebih dahulu perlu diadakan evaluasi yang objektif terhadapa
kurikulum yang berlaku. Evaluasi memegang peranan yang penting dalam membuat
keputusan kurikuler, sehingga dapat diketahui hasil-hasil kurikulum yang telah
dilaksanakan, apakah kelemahan dan kekuatannya dan selanjutnya dapat dipikirkan
mengenai perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

30
Demikian pula guru harus mampu membuat aneka macam keputusan dalam
pembinaan kurikulum. Pada dasarnya betapa pun baiknya kurikulum, berhasil atau
tidaknya akan sangat bergantung kepada tindakan-tindakan guru disekolah dalam
melaksanakan kurikulum itu. Berdasarkan kenyataan bahwa guru tahu situasi dan kondisi
serta bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar, maka sudah sewajarnya guru
berperan dalam pengembangan kurikulum.

Dimyati dan Mudjiono, menjelaskan peran guru dalam pengembangan kurikulum


diwujudkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan khusus pengajaran berdasarkan tujuan-tujuan kurikulum di


atasnya dan karakteristik pembelajar, mata pelajaran/bidang studi, dan karakteristik
situasi kondisi sekolah/kelas.
b. Merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat secara efektif membantu pebelajar
mencapai tujuan yang ditetapkan.
c. Menerapkan rencana/program pembelajaran yang dirumuskan dalam situasi
pembelajaran yang nyata.
d. Mengevaluasi hasil dan proses belajar pada pebelajar.
e. Mengevaluasi interaksi antara komponen-komponen kurikulum yang di
implementasikan.
f. Guru Sebagai Pengembang Kurikulum Di Sekolah

Pada pembahasan sebelumnya, kurikulum mikro merupakan jabaran atau rincian


dari kurikulum makro, atau rancangan bagi pelaksanaan pengajaran dikelas atau menjadi
peran guru dalam mengembangkan kurikulum di sekolah.

Ada beberapa kegiatan guru disekolah menurut Rusman (2008) dalam upayanya
mengembangkan kurikulum yang berlaku disekolah, yang meliputi; merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi kurikulum.

a. Aktivitas guru dalam merencanakan kurikulum


Pada dasarnya kegiatan merencanakan dapat meliputi; penentuan tujuan
pengajaran, menentukan bahan pelajaran, menentukan alat dan metode dan alat
pengajaran dan merencanakan penilaian pengajaran ( Sudjana, 1989). Dengan
demikian maka kegiatan merencanakan merupakan upaya yang sistematis dalam
upaya mencapai tujuan, melalui perencanaan yang menanggapi diharapkan akan
mempermudah proses belajar mengajar yang kondusif.
Dalam kegiatan perencanaan langkah yang pertama harus ditempuh oleh guru
adalah menentukan tujuan yang hendak dicapai. Karena berangkat dari tujuan yang
konkrit inilah maka akan dapat dijadikan patokan dalam melakukan langkah dan
kegiatan yang harus ditempuh termasuk cara bagaimana melaksanakannya. Dalam
pandangan Zais (1976) ada beberapa istilah yang berkenaan dengan tujuan, antara

31
lain : aim, goal dan objective. Dalam Studi ini yang dimaksud tujuan objective, yaitu
tujuan pokok bahasan yang lebih spesifik yang merupakan hasil proses belajar
mengajar. Tujuan pengajaran ini mengandung muatan yang terjadi bahan pelajaran.
Sedangkan Hilda Taba (1962) memberikan beberapa petunjuk tentang cara
merumuskan tujuan pengajaran yaitu:
a) Tujuan hendaknya mengandung unsur proses dan produk
b) Tujuan harus bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk perilaku nyata
c) Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang
dimaksudkan.
d) Pencapaian tujuan kadang kala membutuhkan waktu relatif lama ( tak dapat
dicapai dengan segera)
e) Harus realitis dan dapat dimaknai sebagai kegiatan belajar atau pengalaman
belajar tertentu.
f) Harus komprehensif, artinya mencakup segala tujuan yang ingin di capai sekolah.

Dalam merencanakan proses pembelajaran maka langkah kedua adalah


menetapkan bahan pelajaran. Dalam pandangan Ansary (1988) bahan pelajaran
mencakup tiga komponen, yaitu: ilmu pengetahuan, proses dan nilai-nilai. Dalam hal ini
komponen tersebut dapat dirinci sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sekolah.

Dalam menentukan bahan pelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah akan tetapi
membutuhkan konsentrasi yang serius, karena bahan pelajaran harus disesuaikan dengan
perkembangan sosial, disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga dalam menentukan bahan pelajaran perlu memperhatikan beberapa hal yaitu:
signifikansi, kegunaan minat dan perkembangan manusia. Bahkan yang harus
diperhatikan adalah bagaimana bahan pelajaran yang akan disajikan kepada anak didik
dirancang dan diorganisir dengan baik. Ansyar (1988) mengatakan bahwa organisasi
kurikulum mencakup urutan, aturan dan integrasi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa
guna mencapai tujuan-tujuan.

Sedangkan Sukmadinata (1988) menjelaskan beberapa jenis organisasi kurikulum


yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran yaitu sebagai berikut: (a)
organisasi kurikulum berdasarkan atas pelajaran, (b) organisasi kurikulum berdasarkan
kebutuhan anak, (c) organisasi kurikulum berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat, oleh karena itu guru sebagai pengembang kurikulum disekolah sudah
seharusnya data memilih jenis organisasi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

Penentuan motode mengajar merupakan langkah ketiga bagi tugas guru sebagai
pengembang kurikulum di sekolah. Menentukan metode mengajar ini erat kaitannya
dengan pemilihan strategi belajar mengajar yang paling efektif dan efisien dalam
melakukan proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran. Waridjan dkk.
(1984) mengartikan strategi pengajaran sebagai kegiatan yang dipilih guru dalam proses

32
belajar mengajar, yang dapat diberikan kemudahan atau fasilitas kepada anak didik
menuju tercapainya tujuan pengajaran.

Sedangkan langkah keempat dalam upaya merencanakan proses belajar mengajar


adalah merencanakan penilaian pelajaran. Penilaian pada dasarnya adalah suatu proses
menentukan nilai dari suatu obyek atau peristiwa dalam konteks situasi tertentu. Disisi
lain Hasan mengatakan bahwa penilaian berbeda dengan tes dan pengukuran. Tes
merupakan bagian integral dari pengukuran, sedangkan pengukuran hanya merupakan
salah satu langkah yang mungkin digunakan dalam kegiatan penilaian.

b. Aktivitas guru dalam melaksanakan kurikulum

Melaksanakan kurikulum adalah merupakan kegiatan inti dari proses


perencanaan, karena tidak akan mempunyai makna apa-apa ketika rencana tersebut tidak
dapat direncanakan. Melaksanakan kurikulum yang dimaksudkan dalam studi ini guru
mampu mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar pada dasarnya dapat berlangsung di dalam dan diluar sekolah dan di dalam jam
pelajaran atau diluar jam pelajaran yang telah dijadwalkan.

Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, seyogyanya seorang guru


memahami langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses belajar mengajar
meliputi : tahap permulaan, tahap pengajaran dan tahap penilaian serta tindak lanjut.
Tahap permulaan adalah tahap untuk mengkondisikan siswa agar dapat mengikuti
pelajaran secara kondusif, sedangkan tahap pengajaran adalah merupakan tahap inti,
dimana guru berupaya menyampaikan pelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Dalam melaksanakan tahap ini maka metode mengajar akan berpengaruh pada
pendekatan yang akan dilakukan oleh seorang guru. Misalnya seorang guru akan
mengaktifkan anak atau peran anak menjadi lebih dominan, maka metode CBSA adalah
metode yang tepat.

33
H. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

1. Pengertian KTSP

Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang harus
diempuh oleh siswa untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau untuk memperoleh ijazah.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu14.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah


sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan
oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran
2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar, dan menengah sebagaimana yang diterbitkan
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006,
dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Salah satu perubahan yang menonjol pada KTSP dibanding dengan kurikulum
sebelumnya adalah KTSP bersifat desentralistik. Artinya, segala tata aturan yang
dicantumkan dalam kurikulum, yang sebelumnya dirancang dan ditetapkan oleh
pemerintah pusat, dalam KTSP sebagian tata aturan dalam kurikulum diserahkan untuk
dikembangkan dan diputuskan oleh pihak di daerah atau sekolah. Meski terdapat
kebebasan untuk melakukan pengembangan pada tingkat satuan pendidikan, namun
pengembangan kurikulum harus mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang telah
ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Ketetapan ini tercantum
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. KTSP terdiri dari
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu
pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.

14
Mahfud, khaeruddin. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jogjakarta: Nuansa Aksara 2007) hlm 43.

34
2. Kelebihan dan Kekurangan KTSP

Beberapa kelebihan KTSP adalah sebagai berikut :


a. Mendorong terwujudnya otonoini sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum di
masa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum di seluruh Indonesia, tidak melihat
kepada situasi riil di lapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal.
b. Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.
c. KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
Sekolah dapat menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang dianggap paling
dibutuhkan siswanya. Sebagai contoh daerah kawasan wisata dapat mengembangkan
kepariwisataan dan bahasa inggris, sebagai keterampilan hidup.
d. KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat. Karena menurut ahli
beban belajar yang berat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
e. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
f. Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.
g. Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan
siswa dan kondisi daerahnya masing-masing.
h. Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman,
kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan
masyarakat sekitar.
i. Standar kompetensi yang memperhatikan kemampuan individu, baik kemampuan,
kecakapan belajar, maupun konteks social budaya.
j. Berbasis kompetensi sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang
berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-
potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh
lingkungan.
k. Pengembangan kurikulum di laksanakan secara desentralisasi (pada satuan tingkat
pendidikan) sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standar
pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum.
l. Satuan pendidikan diberikan keleluasaan untyuk menyususn dan mengembangkan
silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasikan potensi sekolah kebutuhan
dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
m. Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk
memberikan kemudahan belajar siswa.

35
n. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan pemahaman
yang akan membentuk kompetensi individual.
o. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah,
masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
p. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
q. Berpusat pada siswa.
r. Menggunakan berbagai sumber belajar.
s. kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinainis dan menyenangkan

Beberapa kekurangan KTSP adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan


satuan pendidikan yang ada.

Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih minimnya
kualitas guru dan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan
kontribusi peinikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu
(KTSP), baik di atas kertas maupun di depan kelas. Selain disebabkan oleh rendahnya
kualifikasi, juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas
guru.

b. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari


pelaksanaan KTSP.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan representatif merupakan


salah satu syarat yang paling urgen bagi pelaksanaan KTSP. Sementara kondisi di
lapangan menunjukkan masih banyak satuan pendidikan yang ininim alat peraga,
laboratorium serta fasilitas penunjang yang menjadi syarat utama pemberlakuan KTSP.

c. Masih banyak guru yang belum memahaini KTSP secara komprehensif baik
konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.

Masih rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahaini dan


menguasai KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum
terlaksana secara menyeluruh. Jika tahapan sosialisasi tidak dapat tercapai secara
menyeluruh, maka pemberlakuan KTSP secara nasional yang targetnya hendak dicapai
paling lambat tahun 2009 tidak memungkinkan untuk dapat dicapai.

d. Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan


berdampak berkurang pendapatan para guru.

Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) akan menambah


persoalan di dunia pendidikan. Selain menghadapi ketidaksiapan sekolah berganti
kurikulum, KTSP juga mengancam pendapatan para guru. Sebagaimana diketahui

36
rekomendasi BSNP terkait pemberlakuan KTSP tersebut berimplikasi pada pengurangan
jumlah jam mengajar. Hal ini berdampak pada berkurangnya jumlah jam mengajar para
guru. Akibatnya, guru terancam tidak memperoleh tunjangan profesi dan fungsional.

Untuk memperoleh tunjangan profesi dan fungsional semua guru harus mengajar
24 jam, jika jamnya dikurangi maka tidak akan bisa memperoleh tunjangan. Sebagai
contoh, pelajaran Sosiologi untuk kelas 1 SMA atau kelas 10 mendapat dua jam pelajaran
di KTSP maupun kurikulum sebelumnya. Sedangkan di kelas 2 SMA atau kelas 11 IPS,
Sosiologi diajarkan selama lima jam pelajaran di kurikulum lama. Namun di KTSP
Sosiologi hanya mendapat jatah tiga jam pelajaran. Hal yang sama terjadi di kelas 3 IPS.
Pada kurikulum lama, pelajaran Sosiologi diajarkan untuk empat jam pelajaran tapi pada
KTSP menjadi tiga jam pelajaran. Sementara itu masih banyak guru yang belum
mengetahui tentang ketentuan baru kurikulum ini. Jika KTSP telah benar-benar
diberlakukan, para guru sulit memenuhi ketentuan 24 jam mengajar agar bisa
memperoleh tunjangan. Beberapa faktor kelemahan di atas harus menjadi perhatian bagi
pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak hanya akan menambah daftar persoalan-
persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita. Jika tidak, maka pemberlakuan
KTSP hanya akan menambah daftar makin carut marutnya pendidikan di Indonesia.

I. KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM NASIONAL ( KUR. NAS)

1. KURIKULUM 2013
1) Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan


tematik-integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik
atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan
mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui
setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif,
dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai
persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

2) Karakteristik Kurikulum 2013

Dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristik diantaranya:


a. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi
Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi
Dasar (KD) mata pelajaran.

37
b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas
dan mata pelajaran.
c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk
SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah
berimbang antara sikap dan kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi
Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi dalam Kompetensi Inti.
f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi
inti.
g. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD). Dalam
silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk
mata pelajaran dan kelas tersebut.
3) Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran


sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun berbagai metode pembelajaran yang
dapat digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:

a. Metode ceramah : Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan
baik verbal maupun nonverbal.
b. Metode latihan : Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-kebiasaan
tertentu sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal.
c. Metode tanya jawab : Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang
harus dijwab oleh anak didik. Bertujuan memotivasi anak mengajukan pertanyaan
selama proses pembelajaran atau guru mengajukan pertanyaan dan anak didik
menjawab.
d. Metode karya wisata : Metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung
anak didik ke objek diluar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat
mengamati atau mengalami secara langsung.
e. Metode demonstrasi : Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu
proses atau suatu benda yang berkaitan dengan bahan pembelajaran.

38
f. Metode sosiodrama : Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam
kehidupan sosial.
g. Metode bermain peran : Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan anak didik dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh, baik tokoh
hidup maupun mati. Metode ini mengembangkan penghayatan, tanggungjawab, dan
terampil dalam memaknai materi yang dipelajari.
h. Metode diskusi : Metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan
siswa diminta untuk memecahkan masalah secara kelompok.
i. Metode pemberian tugas dan resitasi : Metode pembelajaran melalui pemberian tugas
kepada siswa. Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa
untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan guru.
j. Metode eksperimen : Pemberian kepada siswa untuk pencobaan.
k. Metode proyek :
l. Membahas materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang lain.

Adapun prinsip dalam pemilihan dalam metode pembelajaran adalah disesuaikan


dengan tujuan, tidak terikat pada suatu alternatif, penggunaannya bersifat kombinasi.
Faktor yang menentukan dipilihnya suatu metode dalam pembelajaran antara lain:

a. Tujuan pembelajaran
b. Tingkat kematangan anak didik
c. Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran

4) Kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013.

a. Kelebihan Kurikulum 2013


a) Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif,
pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu.
Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter harus diintegrasikan
kesemua program studi.
b) Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa
atau kota. Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk
memaksimalkan potensi mereka.
c) Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang
pendidikan anak usia dini.
d) Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya
melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan
kecakapan profesionalisme secara terus menerus.
e) Kelemahan Kurikulum 2013

39
f) Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang
sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung
dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
g) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil
dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian
nasional (UN) masih diberlakukan.
h) Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu
pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.

2. KURIKULUM NASIONAL ( KUR. NAS)

1) Pengertian Kurikulum Nasional ( KUR. NAS)

Suryosubroto dalam dalam buku Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi


Pendidikan, memberikan definisi bahwa kurikulum ialah segala pengalaman pendidikan
yang diberikan oleh sekolah maupun diluar sekolah. Sedangkan dalam Undang-Undang
No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 19 tentang sistem Pendidikan Nasional memberikan
definisi bahwa kurukulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan teartentu

Secara garis besar kurikulum merupakan hal terpenting dalam sebuah sistem
pendidikan, dimana seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
termaktub dalam kurikulum. Pun juga kurikulum sebagai wahana untuuk mewujudkan
tujuan pendidikan pada masing-masing jenis/jenjang satuan pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan Nasional. Pendidikan memang seharusnya bersinergi dengan
perkembangan zaman, terselaraskanya pendidikan betul-betul menjadi kebutuhan zaman.
Untuk mencapai hal terebut, kurikulum sebagai tonggak dari sebuah sistem pembelajaran
dalam perkembangnya mengalami perkembangan dari masa-kemasa, dimana sejak
dikumdangkan proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
pada 17 Agustus 1945 hingga saat ini (2006), Kurikulum Nasional Pendidikan
mengalami peruberubah 9 kali kali, (kurikulum Tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004 dan 2006) dan kurikulum 2013 yang rencananya akan diberlakukan
pada tahun ajaran 2013-2014 M.

40
J. MATERI KURIKULUM PAI PADA MASING-MASING TINGKAT
SEKOLAH

1. Materi kurikulum PAI pada Tingkat Sekolah Dasar ( SD/MI )

Jenjang sekolah dasar menjadi pondasi awal dalam mengenalkan secara formal
pendidikan agama Islam di sekolah. Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun
2003, memang disebutkan adanya jenjang sekolah sebelum sekolah dasar. Pendidikan itu
disebut dengan jenjang pendidikan anak usia dini. Dalam pasal 28 (1) disebutkan bahwa
pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Namun,
pada jenjang pendidikan anak usia dini belum dikenalkan pendidikan agama Islam
sebagai pelajaran tersendiri.

Saat ini, pendidikan agama Islam diajarkan di jenjang sekolah dasar dengan
menggunakan kurikulum 2013. Perbedaan yang paling jelas pada kurikulum 2013 dengan
kurikulum sebelumnya adalah sentralisasi penyusunan buku ajar siswa. Buku ajar yang
dipelajari dan dibaca oleh peserta didik disusun langsung oleh Pemerintah Pusat, Sebagai
pendamping dan penjelesan buku ajar siswa dibuatkan buku pendidik. Buku pendidik
dibuat untuk mengarahkan, membimbing dan mengeksplorasi buku siswa. Hal ini
tergambar dari keterangan detil langkah demi langkah yang tertuang dalam buku
pendidik tersebut.

Menurut Mumpuni, penyusunan buku siswa dan buku pendidik yang diterbitkan
secara sentral oleh Pemerintah Pusat adalah bentuk pengawasan isi buku. Tujuan utama
pengawasan melalui penerbitan buku ini, untuk meminimalkan terjadinya
ketidaksesuaian buku yang mengakibatkan bukubuku teks pelajaran ditarik ulang.
Pendapat Mumpuni tentang sentralisasi pencetakan buku pelajaran cukup rasional.
Pemerintah Pusat memang selayaknya menyediakan buku ajar sekaligus buku panduan
mengajarnya karena pemerintah pusat diberikan tanggungjawab untuk itu oleh aturan
yang terkait Kurikulum 2013.

Pemerintah Pusat memiliki tanggungjawab atas pengawasan isi buku agar sesuai
dengan harapan kurikulum. Namun, jika penerbitan buku oleh pemerintah pusat adalah
untuk meminimalisir penarikan ulang akibat kesalahan adalah alasan yang cukup lemah.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum terpusat. Pemerintah Pusat menyusun kurikulum
2013, sedangkan daerah memberikan pengayaan melalui muatan lokal. Pemerintah Pusat
memiliki porsi cukup banyak dalam menentukan pelajaran yang harus dipelajari oleh
peserta didik, termasuk isi dari pelajaran tersebut. Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada
jenjang sekolah dasar (SD) dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan
tematik-terpadu dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pendekatan yang yang
dipergunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran
yaitu intradisipliner, interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner.

41
Dalam struktur kurikulum, digambarkan adanya mata pelajaran kelompok A dan
kelompok B. Mata pelajaran kelompok A adalah mata pelajaran yang kontennya
dikembangkan oleh Pusat, yaitu Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Adapun mata pelajaran kelompok B adalah mata pelajaran
yang kontennya dikembangkan oleh Pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang
dikembangkan oleh daerah.

Mata pelajaran dalam kelompok B adalah Seni Budaya dan Prakarya serta
Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan. Mata pelajaran di SD diarahkan pada
pendekatan tematik-integratif, kecuali beberapa mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Pendidikan agama, termasuk pendidikan agama Islam, adalah pelajaran yang berdiri
sendiri, serupa dengan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan .
Sekalipun demikian, penulis menemukan bahwa buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti (PAI-BP) ditulis dengan pendekatan multidisipliner yang diberikan selama menit
kali 4 (empat) jam pertemuan perpekan.

Buku siswa PAI-BP SD dicetak dengan gambar-gambar ilustrasi menarik.


Sedangkan buku pendidik dicetak dengan penjelasan cukup sistematis dan memberikan
arahan agar pendidik mampu mengembangkan pembelajaran. Pendidik ditempatkan pada
posisi penting dalam pembelajaran menggunakan buku ini. Pendidik diharapkan untuk
mampu meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan
kegiatan yang ada pada buku ini. Pendidik diharapkan dapat memperkaya dengan kreasi
dalam bentuk kegiatankegiatan lain yang bersumber dari lingkungan alam, sosial, dan
budaya sekitar.

2. Materi Kurikulum PAI pada Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA)

Agama memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, bahkan
agama seolah mendominasi sebagai besar kehidupan. Karena agama merupakan
motivator untuk mejawab segala persoalan-persoalan yang di luar jangkauan akal
manusia. Agama juga sebagai alat untuk mengembangkan serta pengendalian diri yang
efektif. Maka dari itu, perting kiranya agama untuk diketahui, dimengerti atau dipahamai,
dan diamalkan oleh manusia sebagai dasar pembentukan kepribadian sehingga menjadi
manusia seutuhnya.

Lebih dalam, agama juga sebagai alat untuk mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya , hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, bahkan
hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Sehingga dari berbagai aturan hubungan yang
ada tersebut dapat menciptakan keselarasan, keseimbangan, serta keserasian dalam
kehidupan, kehidupan dirinya maupun masyarakat.

42
Dari sini dapat disimpulkan bahwa secara garis besar agama sebagai dasar tata
nilai merupakan penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa kemanusiaan yang
adil dan beradab, manusia yang adil dan beradab merupakan komponen untuk
menciptakan kesatuan suatu bangsa. Sabagai manusia tidak cukup menjadi manusia adil
dan beradab, lebih dari itu juga harus menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, hal
ini sejalan dengan salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dalam hal ini agama yang dimaksud adalah terkhusus
agama islam.

Sesuai dengan keterkaitannya tujuan pendidikan nasional tersebut, maka


pendidikan agama islam perlu diberikan atau diajarkan pada semua jenjang dan jenis
sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama


diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada
Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur,
adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik
personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar
kompetesi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-
ciri:

a. lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secata utuh selain penguasaaan


materi.
b. mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang
tersedia.
c. memberiklan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk
mengembangkan strategi dan program pembelajaran seauai dengan kebutuhan dan
ketersedian sumber daya pendidikan.

43
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya
menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan
keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang
bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan,
hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup
lokal, nasional, regional maupun global. Pendidikan Agama Islam di SMP dan
SMA bertujuan untuk:

a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan


pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu
manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,
berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan
sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

44
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengertian Kurikulum

Pada awal mulanya istilah Kurikulum dalam dunia olah raga khususnya atletik
pada zaman Yunani kuno. Curriculum berasal dari bahasa YunaniCurier atau kurir
(dalam bahasa Indonesia) yang berarti seseorang yang bertugas menyampaikan sesuatu
kepada orang lain di lain tempat. Curere berarti berlari. Kamus Webster tahun 1856
mengartikan “a race course, a place for running, a chariot”. Kurikulum diartikan suatu
jarak yang ditempuh oleh pelari. Tapi juga suatu chariot kereta pacu pada zaman dulu,
suatu alat yang membawa seseorang dari tempat start ke tempat finish.

Secara terminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu


sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa
guna mencapai tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan.

2. KONSEP KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN


a. Komponen Tujuan
b. Komponen Isi/Materi
c. Komponen Metode/Strategi
d. Komponen Evaluasi

3. PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM


a. Peranan Kurikulum
a) Peranan Konservatif : Sarana untuk mentramisikan nilai-nilai budaya
b) Peranan Kritis : Perkembangan ilmu pengetahuan
c) Peranan Aktif : Dilatarbelakangi adanya kenyataan
b. Fungsi Kurikulum
a) Fungsi Penyesuaian : Individu hidup dalam lingkungan
b) Fungsi Integrasi : Mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi
c) Fungsi Deferensiasi : Pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan perorangan
dalam masyarakat
d) Fungsi Persiapan : Mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan study

45
e) Fungsi Pemilihan : Memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa
yang diinginkan dan menarik minatnya
f) Fungsi Diagnostik : Membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka
mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan
semua potensi yang dimiliki.
4. PENDEKATAN KURIKULUM
a. Pendekatan Subjek Akademis
b. Pendekatan Humanistis
c. Pendekatan Teknologis
d. Pendekatan Rekontruksi Sosial
e. Pendekatan Kompetensi
f. Pendekatan Sistem

5. PERUBAHAN KURIKULUM
a. Penataan Kembali
b. Perumusan Level Kompetensi
c. Penataan Kesinambungan
d. Penguatan Mata Pelajaran
e. Penguatan Mata Pelajaran PAI agar menjadi warga bangsa Indonesia yang hidup
dalam beragama
f. Penyempurnaan dalam penyajian
g. Penyempurnaan kedalam materi kurikulum

6. PRINSIP DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN


KURIKULUM
a. Prinsip Kurikulum
a) Prinsip Relevansi
b) Prinsip Fleksibilitasi
c) Prinsip Kontinuita
b. Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
a) Perguruan Tinggi
b) Masyarakat
c) Sistem Nilai

B. SARAN

46
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Agar kami dapat
memperbaiki makalah yang selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA

Dardjat, Zakiah. (2000). Ilmu Pendidikan ISlam. Jakarta: Bumi Aksara.

Khaeruddin, Mahfudz. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Yogyakarta: Nuansa Aksara.

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis TIK. Bandung: Alfabet.

Nata, Abuddin. (2007). Manajemen Pendidikan . Jakarta: Kencana.

Sukmadinata, Nana. Syaodih. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Thoha, Muhammad . (2013). Horizon Pendidikan Islam. Jakarta: Pena Salsabila.

Triwiyanto, Teguh. (2015). Manajemen kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

47

Anda mungkin juga menyukai