KURIKULUM PAI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diampu oleh:
Disusun Oleh:
Elsa Aprian Deny 1207.19.2162
Kelas C
SEMESTER 3
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan
HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan Baik yang
berjudul “ KURIKULUM PAI ”.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang
benderang yang diridhoi oleh Allah SWT, yaitu agama Islam.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata kuliah “KURIKULUM PAI”. Dalam
makalah ini mengulas tentang pengertian kurikulum PAI, konsep kurikulum dalam pendidikan,
peranan dan fungsi kurikulum, pendekatan dalam kurikulum PAI, perubanhan kurikulum PAI,
prinsip dan faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, pendidik dan pengembangan
kurikulum, kurikulum tingkat satuan pendidikan, kurikulum 2013 dan kurikulum nasional
( KUR. NAS), materi kurikulum PAI pada masing-masing tingkat sekolah.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya karya ilmiah
ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari kesempurnaan, dan sudah pasti
masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun semangat
penulis yang sangat penulis harapkan.
ii
Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Juni Beddu, Lc., M.A selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama
Islam Ibnu Sina Batam.
2. Bapak Dr. H. Hamzah . S.Ag., M. Ag selaku dosen mata kuliah kurikulum PAI yang
telah membimbing dan mendidik penulis sehingga penulis menjadi mahasiswa yang
berilmu.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang diberikan mendapat balasan dari
Allah SWT. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhirnya,Semoga makalah sederhana ini dapat di fahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca, Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang
kurang berkenan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan zaman yang demikian cepat, menuntut kita untuk menyesuaikan diri termasuk
dalam bidang pendidikan. Dalam Iingkungan pendidikan tidak terlepas dengan kurikulum
sebagai salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan proses pembelajaran siswa.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan
peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
1
sangat diperlukan untuk mengakomodasi semua potensi yang ada di daerah dan untuk
meningkatkan kualitas satuan pendidikan dalam bidang akademis maupun non akademis,
memelihara budaya daerah, mengikuti perkembangan iptek yang dilandasi iman dan takwa.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dengan mengacu pada Standar Isi
dan (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Penyusunan KTSP berpedoman pada panduan
yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Pendidikan (BSNP) dan ketentuan lain
yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Pada awal mulanya istilah Kurikulum dalam dunia olah raga khususnya atletik pada
zaman Yunani kuno. Curriculum berasal dari bahasa YunaniCurier atau kurir (dalam bahasa
Indonesia) yang berarti seseorang yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang lain di lain
tempat1. Curere berarti berlari. Kamus Webster tahun 1856 mengartikan “a race course, a place
for running, a chariot”. Kurikulum diartikan suatu jarak yang ditempuh oleh pelari. Tapi juga
suatu chariot kereta pacu pada zaman dulu, suatu alat yang membawa seseorang dari tempat start
ke tempat finish.
Secara terminologi, istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu sejumlah
pengetahuan atau kemampuan yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai
tingkatan tertentu secara formal dan dapat dipertanggung jawabkan.
Mengartikan kurikulum dalam arti yang luas yakni meliputi keseluruhan program
dan kehidupan didalam sekolah.
1
Mohammad Thoha, Horizon Pendidikan Isalam, (Pena Salsabila, 2013), hlm.50
2
Ibid, hlm.50
3
c. Kerr, J. F (1968)
Pengertian kurikulum ialah kelompok pengajaran yang sistematik atau juga urutan
subjek yang dipersyaratkan untuk dapat lulus atau juga sertifikasi dalam pelajaran mayor.
g. Grayson (1978)
h. Murray Print
Pengertian kurikulum ialah suatu perangkat rencana dan juga pengaturan tentang
tujuan, isi, dan juga bahan pengajaran dan cara yang digunakan ialah sebagai suatu
pedoman didalam suatu penyelenggaraan kegiatan dalam pembelajaran untuk dapat
mencapai suatu tujuan pendidikan nasional.
4
Kurikulum merupakan niat & harapan yang dituangkan kedalam bentuk rencana
maupun program pendidikan yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah.
Kurikulum sebagai niat & rencana, sedangkan pelaksaannya adalah proses belajar
mengajar.
1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala
makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang di cita –
citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah
pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya
masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan misi
dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan
tujuan proses pembelajaran.
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang
harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan
dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi
pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas
itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
3
Zakiah Dardjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Bumi Aksara, 2000), hlm.122.
5
mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama, strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan atau strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai
pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari
semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian
penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber
belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan4.
Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa jadi
satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya untuk melaksanakan
strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau
bahkan diskusi dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan
media pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi menunjuk
pada a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving
something.
4. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi, dapat
ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah
suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian – bagian mana yang harus
disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan.
Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.
Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan
evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan
pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.
4
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm.4
6
C. PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM
1. Peranan Kurikulum
2. Fungsi Kurikulum
Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta didik untuk
mengembangkan pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum itu segala aspek yang
mempengaruhi peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya.
Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara sistematis dan logis,diberikan
oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah
niat, rencana dan harapan. Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi 6:
5
Munir, Kurikulum Berbasis TIK. (Bandung : ALFABETA, 2010) hlm 3
6
Abuddin, Nata. Manajemen Pendidikan (Jakarta: Kencana 2007) hlm 175.
7
orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial dalam
masyarakat.
4. Fungsi Persiapan : kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan
studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke masyarakat.
Mempersiapkan kemampuan sangat perlu, karena sekolah tidak mungkin memberikan
semua apa yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka.
5. Fungsi Pemilihan : antara perbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat.
Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang untuk
memilih apa yang dinginkan dan menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang
sangat ideal bagi masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram
secara fleksibel.
6. Fungsi Diagnostik : salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga
dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki.Ini dapat dilakukan bila mereka
menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan
prognosa. Fungsi kurikulum dalam mendiagnosa dan membimbing siswa agar dapat
mengembangkan potensi siswa secara optimal.
1. Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan
sehari-hari.
2. Fungsi bagi sekolah yang diatasnya adalah untuk menjamin adanya pemeliharaan
keseimbangan proses pendidikan.
3. Fungsi bagi masyarakat dan pemakai lulusan.
8
D. PENDEKATAN DALAM KURIKULUM
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan berati proses, cara, perbuatan
mendekati; atau usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan
orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Jika hal ini
dikaitkan dengan kurikulum, maka pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan
metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar
memperoleh kurikulum yang lebih baik7.
Dalam teori kurikulum setidaknya terdapat sembilan pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:
Pada tabel tersebut dapat dijelaskan kedudukan dan kaitan yang erat antara beberapa
aspek / mata pelajaran PAI, yaitu Al-Qur’an Hadist yang merupakan sumber utama ajaran
Islam, dalam arti merupakan sumber aqidah (keimanan), syariah (ibadah dan muamalah) dan
akhlaq, sehingga kajiannya berada disetiap unsur tersebut. Akhlaq merupakan sikap hidup
atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lainnya
(muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan
sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan / seni,
iptek, olahraga / kesehatan dan lain-lain yang dilandasi oleh aqidah yang kokoh. Sedangkan
tarikh atau sejarah islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari
masa ke masa dalam usaha bersyariah (ibadah dan mualamah) dan berakhlaq serta dalam
mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh aqidah.
7
Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam: di sekolah Madrasah dan Perguruan
tinggi. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 10
9
b. Pendekatan Humanistis
Sebelum menguraikan lebih jauh tentang pendekatan humanistis tersebut dilihat dari
proses kejadiannya manusia itu terdiri atas dua substansi yaitu :
a) substansi jasad atau materi yang bahan dasarnya dari materi yang merupakan
bagian dari alam semesta dan dalam pertumbuhan serta perkembangannya tunduk
kepada Allah dan Rasul-Nya (aturan, ketentuan, hukum Allah yang berlaku
dialam semesta).
b) substansi immateri/ non jasadi, yaitu penghembusan atau peniupan ruh (ciptaan-
Nya) kedalam dri manusia, sehingga manusia merupakan benda organik yang
mempunyai hakikat kemanusiaan serta mempunyai berbagai alat potensial dan
fitrah. Dari kedua substansi tersebut yang paling esensial adalah substansi materi,
jasad hanyalah alat ruh dialam nyata ketika ruh terpisah dari jasad maka hal
tersebut disebut maut. Yang mati adalah jasad, sedangkan ruh masih melanjutkan
eksistensinya dialam barzah.
8
Muhaimin, ibid hlm 12
9
Muhaimin, ibid hlm 139
10
Disamping itu, pendekatan humanistis dapat dilakukan melalui pengembangan tema-tema
PAI yang berupa problem-problem yang aktual dimasyarakat dan banyak menjadi perhatian para
peserta didik. Melaui tema-tema peserta didik dibimbing dan diarahkan untuk mampu
memecahkan masalah tersebut dalam prespektif ajaran dan nilai-nilai Islam ata ajaran dan nilai-
nilai Islam dijadikan sebagai landasan moral dan etika dalam pengembangan iptek dan budaya
serta aspek-aspek kehidupan lainnya. Bisa pula diterapkan dalam pembelajaran sejarah Islam
yang dimaksudkan untuk menggali, mengembangkan dan mengambil ibrah dari pelajaran
sejarah dan kebudayaan (peradaban Islam), sehingga peserta didik mampu menginternalisasi dan
tergerak untuk meneladani dan mewujudkan dalam amal perbuatan serta dalam rangka
membangun sikap terbuka dan toleran atau semangat ukhwah Islamiyah dalam arti luas.
Jadi dari hal tersebut dapatlah kita pahami bahwa pada pendekatan humanistik tujuan dari
pendidikan itu bukan hanya pada nilai-nilai yang dapat dicapai pesera didik tapi lebih kepada
pembentukan perubahan pada peserta didik, baik secara jasmani maupun ruhani. Selanjutnya
siswa hendaknya diturut sertakan dalam penyelenggaraan kelas dan keputusan instruksional. Dan
siswa hendaknya turut serta dalam pembuatan, pelaksanaan, dan pengawasan peraturan sekolah.
Siswa hendaknya diperbolehkan memilih kegiatan belajar, dan siswa boleh membuktikan hasil
belajarnya melalui berbagai macam karya atau kegiatan.
c. Pendekatan Teknologis
10
Abu Ahmadi, Pengantar Kurikulum, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001), hlm. 29
11
Ibid, Hlm 35
11
Pendekatan teknologis ini sudah tentu mempunyai keterbatasan, yaitu : ia terbatas
pada hal-hal yang dirancang sebelumnya, baik yang menyangkut proses pembelajran maupun
produknya. Karna adanya keterbatasan tersebut maka dalam pembelajaran PAI tidak
selamanya menggunakan pendekatan teknologis.
Isi pendidikan terdiri dari problem-problem aktual yang dihadapi dalam kehidupan
nyata di masyarakat. Proses pendidikan atau pengalaman belajar peserta didik berbentuk
kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan kerja sama, baik antar peserta didik
dan guru/dosen dengan sumber-sumber belajar yang lain. Oleh karena itu, dalam menyusun
kurikulum PAI bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat sebagai isi PAI,
sedangkan proses atau pengalaman belajar peserta didik adalah dengan cara memrankan
ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooparatif dan kolaboratif, berupaya mencari
pemecahan terhadap problem tersebut menuju pembentukan masyarakat yang baik.
12
e. Pendekatan Kompetensi
a) Menetapkan standar kopetensi lulusan yang harus dikuasai oleh para lulusan pada
setiap jenis dan jenjang pendidikan.
b) Memerinci perangkat kopetensi yang diharapkan dimiliki oleh para lulusan.
c) Menetapkan bentuk dan kuantitas pengalaman belajar melalui bidang studi atau
mata pelajaran (jjika perlu menciptakan mata pelajaran baru) dan kegiatan-
kegiatan baru yang relevan.
d) Mengembangkan silabus.
e) Mengembangkan skenario pembelajaran
f) Mengembangkan perangkat llunak (software)/
g) Mengembangkan sistm penilaian.
f. Pendekatan Sistem (System Aproach)
Sistem adalah totalitas atau keseluruhan komponen yang sling berfungsi, berinteraksi,
berintelasiberinterelasi dan interpendensi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pendekatan sistem adalah penggunaan berbagai konsep yang serasi dari teori sistem yang
umum untuk memahami teori organisasi dan praktik manajemen12. Pendekatan sistem ini
terdiri atas beberapa aspek, antara lain: (1) filsafat sistem, yaitu sebagai cara untuk berfikir
(way of thinking) tentang fenomena secara keseluruhan, (2) analisis sistem, yaitu metode
atau teknik dalam memecahkan masalah (problem solving) atau pengambilan keputusan
(decision making), (3) manajemen sistem, yaitu aplikasi teori sistem di dalam mengelola
sistem organisasi13.
12
Teguh Triwiyanto, Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta : Bumi Akasara, 2015) hlm 183
13
Ibid, Hal 190
13
g. Pendekatan Berorientasi Pada Tujuan
Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penempatan tujuan yang hendak dicapai
dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar.
14
i. Pendekatan Akuntabilitas (Accountability)
Menurut Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd. ada dua pendekatan yang bisa diterapkan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model ini dilakukan kira-
kira sebagai berikut:
Dalam model grass roots atau pengembangan kurikulum yang diawali oleh
inisiatif dari bawah lalu disebartluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan
istilah singkat sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh
karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam
penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang
15
terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum
construction).
1) Menyadari adanya masalah. Berawal dari keresahan guru tentang kurikulum yang
berlaku.
2) Mengadakan refleksi. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literature yang relevan
misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan
masalah yang kita hadapi atau mengkaji sumber informasi lain.
3) Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Guru memetakan berbagai
kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya.
4) Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai
dengan situasi dan kondisi lapangan.
5) Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus
hingga terpecahkan masalah yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya kita bisa
berkolaborasi atau meminta pendapat teman sejawat.
6) Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass
roots. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan publikasi dan
diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh
orang lain yang pada gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.
1. Penataan kembali distribusi materi yang tumpang tindih antar jenjang dan antar kelas.
2. Perumusan level kompetensi yang ditingkatkan untuk membekali peserta didik lebih
tinggi dalam berfikir kritis dan inovatif. Sehingga level kompetensi MI ditingkatkan
hampir 30 % Kompetensi Dasar (KD) berlevel C4, MTs 70 % dan MA 90% level C4
hingga C6.
3. Penataan kesinambungan dan keselarasan perumusan antara KD1 Sikap spiritual, KD
2 Sikap Sosial ,KD 3 Pengetahuan dan KD 4 Keterampilan.
4. Penguatan Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab pada aspek sikap dan keterampilan
beragama dibanding pengetahuan atau kognitif.
16
5. Penguatan Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab untuk menghasilkan keyakinan dan
penghargaan siswa dalam membuktikan bahwa Islam adalah agama yang sangat
relevan dengan kemajuan kehidupan zaman.
6. Penguatan Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab sebagai pengantar siswa menjadi
warga bangsa Indonesia yang hidup dalam keberagaman.
7. Perubahan pada Materi Bahasa Arab terutama penyempurnaan dalam penyajian dan
metode pendekatan yang digunakan sehingga lebih menekankan pada pendekatan
fungsional dari pada struktural.
8. Penyempurnaan kedalaman materi kurikulum mata pelajaran PAI pada Madarasah
Aliyah Peminatan Keagamaan, serta penggunaan pengantar Bahasa Arab pada
pembelajaran PAI dan Bahasa Arab pada MA Program Keagamaan (MAPK).
Plt Dirjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin mengatakan, KMA 183 tahun
2019 tidak mengubah secara total isi kurikulum sebelumnya yang tertuang dalam KMA
165 tahun 2014.
Menurutnya, ada tiga persamaan kedua KMA ini. Pertama, persamaan mata
pelajaran. Kurikulum madrasah terdiri atas Quran Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI), dan Bahasa Arab. “Ini tidak ada perubahan. Mata pelajarannya
persis sama, tidak ada yang dikurangi atau ditambahkan. kedua, tetap mengunakan
prinsip pembelajaran pada Kurikulum Nasional 2013. Ketiga, menggunakan prinsip
penilaian yang berlaku pada kurikulum Nasional 2013 yang Disempurnakan,” lanjutnya.
Berdasarkan temuan tersebut dan hasil kajian umum, Kemenag merasa perlu
melakukan penyesuaian kurikulum di madrasah untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan pendidikan abad 21, kebutuhan pembentukan karakter bangsa Indonesia
sebagai warga dunia, serta pencapaian visi Indonesia Berdaulat, Maju, Adil, dan
Makmur.
17
F. PRINSIP DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN
KURIKULUM
1. Prinsip Kurikulum
a. Prinsip Relevansi
a) Relevansi Internal
b) Relevansi Eksternal
Relevansi Eksternal, berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi dan proses
belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Ada tiga macam relevansi eksternal yaitu :
18
2) Relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang
akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi
yang sedang berkembang. Selain itu juga apa yang diajarkan kepada siswa
harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang akan datang.
Misalkan untuk kehidupan yang akan datang, penggunaan computer dan
internet menjadi salah satu kebutuhan, maka dengan demikian bagaimana
cara memanfaatkan computer dan bagaimana cara mendapatkan informasi
dari internet sudah harus diperkenalkan kepada siswa. Demikian juga
dengan kemapuan berbahasa. Pada masa yang akan datang ketika pasar
bebas seperti persetujuan APEC mulai berlaku, maka masyarakat akan
dihadapkan kepada persaingan merebut pasar kerja dengan orang-orang
asing. Oleh karenanya keterampilan berbahasa asing sudah harus mulai
dipupuk sejak sekarang.
3) Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang
diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja. Untuk sekolah
kejuruan contohnya, kalau dahulu di Sekolah Kejuruan Ekonomi dilatih
bagaimana agar siswa mampu menggunakan mesin tik sudah tidak banyak
digunakan, akan tetapi yang lebih banyak digunakan computer. Dengan
demikian, keterampilan mengoperasikan computer harus diajarkan.
Demikian jugahalnya dengan tuntutan dunia kerja kepariwisataan,
perbankan, asuransi, perhotelan dsb, isi kurikulum harus menyesuaikan
dengan tuntutan pekerjaan pekerjaan di setiap bidang.
b. Prinsip Fleksibilitas
Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadan-kadang tidak sesuai dengan
kondisi kenyataanyang ada. Bisa saja ketiksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan
guru yang kurang,latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau
mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai.
Maka kurikulum harus bersifat lentur dan fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus
bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak
fleksibel akan sulit diterapkan.
a) Fleksibel bagi guru, artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagu
guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi
yang ada.
b) Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
19
c. Prinsip Kontinuita
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program
pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran
d. Efektifitas
e. Efisiensi
20
2. Faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
a. Pergururan Tinggi
Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta
kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan
implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang
dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui
berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar masih
banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara berangsur-
angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidikan guru
melalui program diploma dan sarjana.
b. Masyarakat
21
anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis
pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan
digunakan sekolah.
c. Sistem Nilai
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan,
sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga
bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang tumbuh di
masyarakat.
Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam
kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di masyarakat
itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari berbagai kelompok
etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual
keagamaan, yang masing-masing kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama.
Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika,
religius, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang
berbeda.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi pebagai nilai yang
tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :
Berdasarkan analisis kami, bukan hanya 3 (tiga) faktor yang dikemukan oleh
Sukmadinata (2006) saja, yang merupakan faktor-faktoe yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum, tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi
pengembangan kurikulum. Salah satunya landasan pengembangan kurikulum itu sendiri.
Landasan pengembangan kurikulum sangat mempengaruhi pengembangan kurikulum
karena bila landasannya berupa maka akan mempengaruhi pengembangan kurikulum.
22
Berdasarkan analisis kami, maka faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum, diantaranya :
a) Filosofis
23
Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan keunggulan
tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran
filsafat cenderung dilakukan secara selektif untuk lebih mengkompromikan dan
mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun
demikian saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai
terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih
menitikberatkan pada filsafat rekonstruktivisme. Ini merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum.
b) Psikologis
1) Motif : sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau
keinginan untuk melakukan suatu aksi.
2) Bawaan : yaitu karakteristik fisik yang merespons secara konsisten berbagai
situasi atau informasi.
3) Konsep diri : yaitu tingkah laku, nilai atau image seseorang.
4) Pengetahuan : yaitu informasi khusus yang dimiliki seseorang.
5) Keterampilan : yaitu kemampuan melakukan tugas secara fisik maupun
mental.
24
Pelatihan merupakan hal tepat untuk menjamin kemampuan ini. Sebaliknya, kompetensi
bawaan dan motif jauh lebih sulit untuk dikenali dan dikembangkan.
c) Sosial-Budaya
25
Israel Scheffer mengemukakan bahwa melalui pendidikan manusia mengenal
peradaban masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang dan membuat peradaban masa
yang akan datang. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial – budaya
dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.
d) Politik
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia masih
relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat.
Berbagai penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan
kedepannya akan terus semakin berkembang.
26
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa
warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran
manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan
politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara
kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan
canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi
dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian.
Tujuan utama pengembangan kurikulum yang uniform ini adalah untuk menciptakan
persatuan dan kesatuan bangsa, serta memberikan standar penguasaan yang sama bagi seluuruh
wilayah.
27
budayanya, sukar sekali. Penyeragaman antara lain dapat menghambat kreativitas, dapat
memperlambat kemajuan sekolah yang sudah mapan dan menyeret perkembangan sekolah yang
masih terbelakang. Kedua, ketidak adilan dalam menilai hasil. Dalam kurikulum yang seragam
penilaian dapat dilakukan dengan seragam pula, yaitu kesamaan dalam segi yang dinilai,
prosedur dan alat penilaian serta standar penilaian. Ketiga, penggunaan standar yang sama untuk
semua sekolah di seluruh wilayah akan memberikan gambaran hasil yang beragam dan
menunjukkan adanya perbedaan yang sangat ekstrem.
Terlepas dari pro dan kontra, kelebihan dan kekurangan kita akan mencoba melihat
peranan guru didalamnya. Peranan guru baik dalam model sentralisasi maupun desentralisasi
dapat dilihat dalam tiga tahap, yaitu tahap perancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Kurikulum
juga dapat dilihat dalam lingkup makro dan juga mikro. Pengembangan kurikulum pada tahap
perancangan berkenaan dengan seluruh kegiatan menghasilkan dokumen kurikulum, atau
kurikulum tertulis. Pelaksanaan kurikulum atau disebut juga implementasi kurikulum, meliputi
kegiatan menerapkan semua rancangan yang tercantum dalam kurikulum tertulis. Evaluasi
kurikulum merupakan kegiatan menilai pelaksanaan dan hasil-hasil penggunaan suatu
kurikulum. Kurikulum makro yaitu kurikulum yang menyeluruh meliputi semua komponen, atau
meliputi seluruh wilayah, atau seluruh siswa pada jenjang pendidikan tertentu. Kurikulum mikro
merupakan jabaran atau rincian dari kurikulum makro, atau rancangan bagi pelaksanaan
pengajaran dikelas.
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai peranan dalam
perancangan, dan evaluasi kurikulum yang bersifat makro, mereka lebih berperan dalam
kurikulum mikro ( Sukmadinata, 1997). Kurikulum makro disusun oleh tim atau komisi
khusus, yang terdiri atas para ahli. Penyusunan kurikulum mikro dijabarkan dari
kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam bidangnya untuk jangka waktu
dalam satu tahun, satu semester, satu catur wulan, beberapa minggu ataupun beberapa
hari saja. Kurikulum untuk satu tahun, satu semester atau satu catur wulan disebut juga
program tahunan, semesteran, catur wulan, sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu
atau hari disebut satuan pelajaran. Program tahunan, semesteran, catur wulanan, ataupun
satuan pelajaran memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran,
metode dan media pembelajaran, dan evaluasi, hanya keluasan dan kedalamannya
berbeda-beda.
Menjadi tugas gurulah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat, memilih
dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap
perkembangan anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi , serta
menyusun program dan alat evaluasi tepat. Suatu kurikulum yang tersusun sistematis dan
rinci akan sangat memudahkan guru dalam implementasinya. Walaupun kurikulum sudah
28
tersusun dengan berstruktur, tetapi guru masih mempunyai tugas untuk mengadakan
penyempurnaan dan penyesuaian-penyesuaian.
Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan kepada para siswanya tentang apa
yang akan dicapai dengan pengajarannya. Ia juga hendaknya melakukan berbagai upaya
untuk membangkitkan motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif,
memberikan pengarahan dan bimbingan. Guru memberikan tugas tugas individual atau
kelompok yang akan memperkaya dan memperdalam penguasaan siswa. Dalam kondisi
ideal guru juga berperan sebagai pembimbing, breusaha memahami secara saksama
potensi dan kelemahan siswa, serta membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi siswa.
Beberapa kelemahan bentuk kurkulum ini, adalah : (1) tidak adanya keseragaman,
untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasional,
bentuk ini kurang tepat, (2) tidak ada standar penilaian yang sama, sehingga sukar untuk
diperbandingkan keadaan dan kemajuan suatu sekolah/wilayah dengan sekolah/wilayah
lainnya, (3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah/wilayah lain, (4)
29
sukar untuk mengadakan pengelolaan dan penilaian secara nasional, (5) belum semua
sekolah/daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum
sendiri.
Karena guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikut sertakan, mereka akan
memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan
kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan
sebagai pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana
dan evaluator kurikulum.
Oleh karena itu menurut Oemar Hamalik, pembuatan keputusan dalam pembinaan
kurikulum bukan saja menjadi tanggung jawab para perencana kurikulum, akan tetapi
juga menjadi tanggung jawab para guru di sekolah. Para perencana kurikulum perlu
membuat keputusan yang tepat, rasional, dan sistematis. Pembuatan keputusan itu tidak
dapat dibuat secara acak-acakan, melainkan harus berdasarkan informasi dan data yang
objektif. Untuk itu terlebih dahulu perlu diadakan evaluasi yang objektif terhadapa
kurikulum yang berlaku. Evaluasi memegang peranan yang penting dalam membuat
keputusan kurikuler, sehingga dapat diketahui hasil-hasil kurikulum yang telah
dilaksanakan, apakah kelemahan dan kekuatannya dan selanjutnya dapat dipikirkan
mengenai perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
30
Demikian pula guru harus mampu membuat aneka macam keputusan dalam
pembinaan kurikulum. Pada dasarnya betapa pun baiknya kurikulum, berhasil atau
tidaknya akan sangat bergantung kepada tindakan-tindakan guru disekolah dalam
melaksanakan kurikulum itu. Berdasarkan kenyataan bahwa guru tahu situasi dan kondisi
serta bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar, maka sudah sewajarnya guru
berperan dalam pengembangan kurikulum.
Ada beberapa kegiatan guru disekolah menurut Rusman (2008) dalam upayanya
mengembangkan kurikulum yang berlaku disekolah, yang meliputi; merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi kurikulum.
31
lain : aim, goal dan objective. Dalam Studi ini yang dimaksud tujuan objective, yaitu
tujuan pokok bahasan yang lebih spesifik yang merupakan hasil proses belajar
mengajar. Tujuan pengajaran ini mengandung muatan yang terjadi bahan pelajaran.
Sedangkan Hilda Taba (1962) memberikan beberapa petunjuk tentang cara
merumuskan tujuan pengajaran yaitu:
a) Tujuan hendaknya mengandung unsur proses dan produk
b) Tujuan harus bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk perilaku nyata
c) Mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang
dimaksudkan.
d) Pencapaian tujuan kadang kala membutuhkan waktu relatif lama ( tak dapat
dicapai dengan segera)
e) Harus realitis dan dapat dimaknai sebagai kegiatan belajar atau pengalaman
belajar tertentu.
f) Harus komprehensif, artinya mencakup segala tujuan yang ingin di capai sekolah.
Dalam menentukan bahan pelajaran bukanlah pekerjaan yang mudah akan tetapi
membutuhkan konsentrasi yang serius, karena bahan pelajaran harus disesuaikan dengan
perkembangan sosial, disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga dalam menentukan bahan pelajaran perlu memperhatikan beberapa hal yaitu:
signifikansi, kegunaan minat dan perkembangan manusia. Bahkan yang harus
diperhatikan adalah bagaimana bahan pelajaran yang akan disajikan kepada anak didik
dirancang dan diorganisir dengan baik. Ansyar (1988) mengatakan bahwa organisasi
kurikulum mencakup urutan, aturan dan integrasi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa
guna mencapai tujuan-tujuan.
Penentuan motode mengajar merupakan langkah ketiga bagi tugas guru sebagai
pengembang kurikulum di sekolah. Menentukan metode mengajar ini erat kaitannya
dengan pemilihan strategi belajar mengajar yang paling efektif dan efisien dalam
melakukan proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran. Waridjan dkk.
(1984) mengartikan strategi pengajaran sebagai kegiatan yang dipilih guru dalam proses
32
belajar mengajar, yang dapat diberikan kemudahan atau fasilitas kepada anak didik
menuju tercapainya tujuan pengajaran.
33
H. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
1. Pengertian KTSP
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang harus
diempuh oleh siswa untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau untuk memperoleh ijazah.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu14.
Salah satu perubahan yang menonjol pada KTSP dibanding dengan kurikulum
sebelumnya adalah KTSP bersifat desentralistik. Artinya, segala tata aturan yang
dicantumkan dalam kurikulum, yang sebelumnya dirancang dan ditetapkan oleh
pemerintah pusat, dalam KTSP sebagian tata aturan dalam kurikulum diserahkan untuk
dikembangkan dan diputuskan oleh pihak di daerah atau sekolah. Meski terdapat
kebebasan untuk melakukan pengembangan pada tingkat satuan pendidikan, namun
pengembangan kurikulum harus mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang telah
ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Ketetapan ini tercantum
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. KTSP terdiri dari
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu
pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
14
Mahfud, khaeruddin. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jogjakarta: Nuansa Aksara 2007) hlm 43.
34
2. Kelebihan dan Kekurangan KTSP
35
n. Mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan berdasarkan pemahaman
yang akan membentuk kompetensi individual.
o. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antar sekolah,
masyarakat, dan dunia kerja yang membentuk kompetensi peserta didik.
p. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.
q. Berpusat pada siswa.
r. Menggunakan berbagai sumber belajar.
s. kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinainis dan menyenangkan
Pola penerapan KTSP atau kurikulum 2006 terbentur pada masih minimnya
kualitas guru dan sekolah. Sebagian besar guru belum bisa diharapkan memberikan
kontribusi peinikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan kurikulum itu
(KTSP), baik di atas kertas maupun di depan kelas. Selain disebabkan oleh rendahnya
kualifikasi, juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang kreativitas
guru.
c. Masih banyak guru yang belum memahaini KTSP secara komprehensif baik
konsepnya, penyusunannya maupun prakteknya di lapangan.
36
rekomendasi BSNP terkait pemberlakuan KTSP tersebut berimplikasi pada pengurangan
jumlah jam mengajar. Hal ini berdampak pada berkurangnya jumlah jam mengajar para
guru. Akibatnya, guru terancam tidak memperoleh tunjangan profesi dan fungsional.
Untuk memperoleh tunjangan profesi dan fungsional semua guru harus mengajar
24 jam, jika jamnya dikurangi maka tidak akan bisa memperoleh tunjangan. Sebagai
contoh, pelajaran Sosiologi untuk kelas 1 SMA atau kelas 10 mendapat dua jam pelajaran
di KTSP maupun kurikulum sebelumnya. Sedangkan di kelas 2 SMA atau kelas 11 IPS,
Sosiologi diajarkan selama lima jam pelajaran di kurikulum lama. Namun di KTSP
Sosiologi hanya mendapat jatah tiga jam pelajaran. Hal yang sama terjadi di kelas 3 IPS.
Pada kurikulum lama, pelajaran Sosiologi diajarkan untuk empat jam pelajaran tapi pada
KTSP menjadi tiga jam pelajaran. Sementara itu masih banyak guru yang belum
mengetahui tentang ketentuan baru kurikulum ini. Jika KTSP telah benar-benar
diberlakukan, para guru sulit memenuhi ketentuan 24 jam mengajar agar bisa
memperoleh tunjangan. Beberapa faktor kelemahan di atas harus menjadi perhatian bagi
pemerintah agar pemberlakuan KTSP tidak hanya akan menambah daftar persoalan-
persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan kita. Jika tidak, maka pemberlakuan
KTSP hanya akan menambah daftar makin carut marutnya pendidikan di Indonesia.
1. KURIKULUM 2013
1) Pengertian Kurikulum 2013
37
b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas
dan mata pelajaran.
c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk
SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah
berimbang antara sikap dan kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi
Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
kompetensi dalam Kompetensi Inti.
f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi
inti.
g. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD). Dalam
silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk
mata pelajaran dan kelas tersebut.
3) Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
a. Metode ceramah : Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan
baik verbal maupun nonverbal.
b. Metode latihan : Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-kebiasaan
tertentu sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal.
c. Metode tanya jawab : Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang
harus dijwab oleh anak didik. Bertujuan memotivasi anak mengajukan pertanyaan
selama proses pembelajaran atau guru mengajukan pertanyaan dan anak didik
menjawab.
d. Metode karya wisata : Metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung
anak didik ke objek diluar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat
mengamati atau mengalami secara langsung.
e. Metode demonstrasi : Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu
proses atau suatu benda yang berkaitan dengan bahan pembelajaran.
38
f. Metode sosiodrama : Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam
kehidupan sosial.
g. Metode bermain peran : Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan anak didik dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh, baik tokoh
hidup maupun mati. Metode ini mengembangkan penghayatan, tanggungjawab, dan
terampil dalam memaknai materi yang dipelajari.
h. Metode diskusi : Metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan
siswa diminta untuk memecahkan masalah secara kelompok.
i. Metode pemberian tugas dan resitasi : Metode pembelajaran melalui pemberian tugas
kepada siswa. Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa
untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan guru.
j. Metode eksperimen : Pemberian kepada siswa untuk pencobaan.
k. Metode proyek :
l. Membahas materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang lain.
a. Tujuan pembelajaran
b. Tingkat kematangan anak didik
c. Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran
39
f) Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang
sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung
dalam proses pengembangan kurikulum 2013.
g) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil
dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian
nasional (UN) masih diberlakukan.
h) Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu
pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.
Secara garis besar kurikulum merupakan hal terpenting dalam sebuah sistem
pendidikan, dimana seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
termaktub dalam kurikulum. Pun juga kurikulum sebagai wahana untuuk mewujudkan
tujuan pendidikan pada masing-masing jenis/jenjang satuan pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan Nasional. Pendidikan memang seharusnya bersinergi dengan
perkembangan zaman, terselaraskanya pendidikan betul-betul menjadi kebutuhan zaman.
Untuk mencapai hal terebut, kurikulum sebagai tonggak dari sebuah sistem pembelajaran
dalam perkembangnya mengalami perkembangan dari masa-kemasa, dimana sejak
dikumdangkan proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
pada 17 Agustus 1945 hingga saat ini (2006), Kurikulum Nasional Pendidikan
mengalami peruberubah 9 kali kali, (kurikulum Tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004 dan 2006) dan kurikulum 2013 yang rencananya akan diberlakukan
pada tahun ajaran 2013-2014 M.
40
J. MATERI KURIKULUM PAI PADA MASING-MASING TINGKAT
SEKOLAH
Jenjang sekolah dasar menjadi pondasi awal dalam mengenalkan secara formal
pendidikan agama Islam di sekolah. Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun
2003, memang disebutkan adanya jenjang sekolah sebelum sekolah dasar. Pendidikan itu
disebut dengan jenjang pendidikan anak usia dini. Dalam pasal 28 (1) disebutkan bahwa
pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Namun,
pada jenjang pendidikan anak usia dini belum dikenalkan pendidikan agama Islam
sebagai pelajaran tersendiri.
Saat ini, pendidikan agama Islam diajarkan di jenjang sekolah dasar dengan
menggunakan kurikulum 2013. Perbedaan yang paling jelas pada kurikulum 2013 dengan
kurikulum sebelumnya adalah sentralisasi penyusunan buku ajar siswa. Buku ajar yang
dipelajari dan dibaca oleh peserta didik disusun langsung oleh Pemerintah Pusat, Sebagai
pendamping dan penjelesan buku ajar siswa dibuatkan buku pendidik. Buku pendidik
dibuat untuk mengarahkan, membimbing dan mengeksplorasi buku siswa. Hal ini
tergambar dari keterangan detil langkah demi langkah yang tertuang dalam buku
pendidik tersebut.
Menurut Mumpuni, penyusunan buku siswa dan buku pendidik yang diterbitkan
secara sentral oleh Pemerintah Pusat adalah bentuk pengawasan isi buku. Tujuan utama
pengawasan melalui penerbitan buku ini, untuk meminimalkan terjadinya
ketidaksesuaian buku yang mengakibatkan bukubuku teks pelajaran ditarik ulang.
Pendapat Mumpuni tentang sentralisasi pencetakan buku pelajaran cukup rasional.
Pemerintah Pusat memang selayaknya menyediakan buku ajar sekaligus buku panduan
mengajarnya karena pemerintah pusat diberikan tanggungjawab untuk itu oleh aturan
yang terkait Kurikulum 2013.
Pemerintah Pusat memiliki tanggungjawab atas pengawasan isi buku agar sesuai
dengan harapan kurikulum. Namun, jika penerbitan buku oleh pemerintah pusat adalah
untuk meminimalisir penarikan ulang akibat kesalahan adalah alasan yang cukup lemah.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum terpusat. Pemerintah Pusat menyusun kurikulum
2013, sedangkan daerah memberikan pengayaan melalui muatan lokal. Pemerintah Pusat
memiliki porsi cukup banyak dalam menentukan pelajaran yang harus dipelajari oleh
peserta didik, termasuk isi dari pelajaran tersebut. Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada
jenjang sekolah dasar (SD) dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan
tematik-terpadu dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pendekatan yang yang
dipergunakan untuk mengintegrasikan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran
yaitu intradisipliner, interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner.
41
Dalam struktur kurikulum, digambarkan adanya mata pelajaran kelompok A dan
kelompok B. Mata pelajaran kelompok A adalah mata pelajaran yang kontennya
dikembangkan oleh Pusat, yaitu Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Adapun mata pelajaran kelompok B adalah mata pelajaran
yang kontennya dikembangkan oleh Pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang
dikembangkan oleh daerah.
Mata pelajaran dalam kelompok B adalah Seni Budaya dan Prakarya serta
Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan. Mata pelajaran di SD diarahkan pada
pendekatan tematik-integratif, kecuali beberapa mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Pendidikan agama, termasuk pendidikan agama Islam, adalah pelajaran yang berdiri
sendiri, serupa dengan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan .
Sekalipun demikian, penulis menemukan bahwa buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti (PAI-BP) ditulis dengan pendekatan multidisipliner yang diberikan selama menit
kali 4 (empat) jam pertemuan perpekan.
2. Materi Kurikulum PAI pada Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA)
Agama memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, bahkan
agama seolah mendominasi sebagai besar kehidupan. Karena agama merupakan
motivator untuk mejawab segala persoalan-persoalan yang di luar jangkauan akal
manusia. Agama juga sebagai alat untuk mengembangkan serta pengendalian diri yang
efektif. Maka dari itu, perting kiranya agama untuk diketahui, dimengerti atau dipahamai,
dan diamalkan oleh manusia sebagai dasar pembentukan kepribadian sehingga menjadi
manusia seutuhnya.
Lebih dalam, agama juga sebagai alat untuk mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya , hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, bahkan
hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Sehingga dari berbagai aturan hubungan yang
ada tersebut dapat menciptakan keselarasan, keseimbangan, serta keserasian dalam
kehidupan, kehidupan dirinya maupun masyarakat.
42
Dari sini dapat disimpulkan bahwa secara garis besar agama sebagai dasar tata
nilai merupakan penentu dalam perkembangan dan pembinaan rasa kemanusiaan yang
adil dan beradab, manusia yang adil dan beradab merupakan komponen untuk
menciptakan kesatuan suatu bangsa. Sabagai manusia tidak cukup menjadi manusia adil
dan beradab, lebih dari itu juga harus menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, hal
ini sejalan dengan salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dalam hal ini agama yang dimaksud adalah terkhusus
agama islam.
43
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya
menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan
keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang
bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan,
hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup
lokal, nasional, regional maupun global. Pendidikan Agama Islam di SMP dan
SMA bertujuan untuk:
44
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian Kurikulum
Pada awal mulanya istilah Kurikulum dalam dunia olah raga khususnya atletik
pada zaman Yunani kuno. Curriculum berasal dari bahasa YunaniCurier atau kurir
(dalam bahasa Indonesia) yang berarti seseorang yang bertugas menyampaikan sesuatu
kepada orang lain di lain tempat. Curere berarti berlari. Kamus Webster tahun 1856
mengartikan “a race course, a place for running, a chariot”. Kurikulum diartikan suatu
jarak yang ditempuh oleh pelari. Tapi juga suatu chariot kereta pacu pada zaman dulu,
suatu alat yang membawa seseorang dari tempat start ke tempat finish.
45
e) Fungsi Pemilihan : Memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa
yang diinginkan dan menarik minatnya
f) Fungsi Diagnostik : Membantu dan mengarahkan para siswa agar mereka
mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan
semua potensi yang dimiliki.
4. PENDEKATAN KURIKULUM
a. Pendekatan Subjek Akademis
b. Pendekatan Humanistis
c. Pendekatan Teknologis
d. Pendekatan Rekontruksi Sosial
e. Pendekatan Kompetensi
f. Pendekatan Sistem
5. PERUBAHAN KURIKULUM
a. Penataan Kembali
b. Perumusan Level Kompetensi
c. Penataan Kesinambungan
d. Penguatan Mata Pelajaran
e. Penguatan Mata Pelajaran PAI agar menjadi warga bangsa Indonesia yang hidup
dalam beragama
f. Penyempurnaan dalam penyajian
g. Penyempurnaan kedalam materi kurikulum
B. SARAN
46
Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Agar kami dapat
memperbaiki makalah yang selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Khaeruddin, Mahfudz. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Yogyakarta: Nuansa Aksara.
Sukmadinata, Nana. Syaodih. (2009). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Triwiyanto, Teguh. (2015). Manajemen kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
47