Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

ARTIKEL LUNTURNYA BUDAYA GOTONG ROYONG DI KALANGAN


MASYARAKAT
DOSEN PENGAMPU : ABD. HAFID, S.Ag.,M.Pd.,MM

DISUSUN OLEH :
ELSA APRIAN DENY

SEMESTER 1
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) IBNU SINA
BATAM
TAHUN 2019/2020
LATAR BELAKANG
Gotong royong merupakan suatu kegiatan yang menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia
dari zaman dahulu kala hingga saat ini. Rasa kebersamaan ini muncul karena adanya sikap social
tanpa pamrih dari masing-masing individu untuk meringankan beban yang sedang dipikul.
Hanya di Indonesia kita dapat menemukan sikap gotong royong ini karena di Negara lain
masyarakatnya cenderung acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar. Ini merupakan sikap
positif yang harus selalu dijaga dan dilestarikan agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
kokoh dan kuat disegala hal karena didasari oleh sikap saling bahu membahu antara satu dengan
yang lain.
Secara lebih rinci, gotong royong berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu
hasil yang didambakan. Sikap gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam
menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara
adil. Atau suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh
semua warga menurut batas kemampuannya masing-masing. Sifat gotong royong dan
kekeluargaan di daerah pedesaan lebih menonjol dalam pola kehidupan mereka, seperti
memperbaiki dan membersihkan jalan, membangun atau memperbaiki rumah. Sedangkan
didaerah perkotaan gotong royong dapat dijumpai dalam kegiatan kerja bakti di RT/RW, di
sekolah dan bahkan di kantor-kantor, misalnya pada saat memperingati hari-hari besar nasional
dan keagamaan, mereka bekerja tanpa imbalan jasa, karena demi kepentingan bersama.
Implementasi nilai gotong royong pada masyarakat Indonesia merupakan bagian esensial dari
revitaslisasi nilai social budaya dan adat istiadat pada masyarakat yang memiliki budaya
beragam agar terbebas dari dominasi social, ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan =, serta
ideology lain yang tidak mensejahterakan.
Dari sini timbulah rasa kebersamaan, kekeluargaan, tolong menolong sehingga dapat
terbina rasa kesatuan dan persatuan nasional. Prinsip kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam
kehidupan bernegara nampak dalam kehidupan social,politik, dan ekonomi. Nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan merupakan nilai pancasila yang mendasari
gotong royong dalam kehidupan bernegara.
Begitu juga yang terjadi dalam masyarakat daerah rumah saya, gotong royong seperti
sudah menjadi tradisi msyarakat. Warga bahu membahu saling bekerja sama setiap kali
mendapat himbauan untuk melakukan kerja bakti dalam rangka memperbaiki sarana dan
prasarana lingkungan ataupun agendakan setiap satu bulan sekali. Semua dilakukan atas dasar
kesadaran tanpa adanya paksaan, karena setiap individunya sadar akan pentingnya menjaga
ligkungan yang mereka tinggali agar terlihat tetap nyaman dan layak untuk ditinggali.
ULASANNYA :
Negara kita, Indonesia memiliki keanekaragaman dari bentuk aspek, yang membuat
Indonesia juga beragam, apalagi budayanya. Kurang lebih 1340 suku yang tesebar di 13.466
pulau di seluruh Indonesia, berbagai budaya yang dimiliki oleh setiap suku merupakan kekayaan
yang membanggakan. Kekayaan sumber daya alam seperti bahan tambang, lahan pertanian,
hutan yang dapat menambah pendapatan Negara patut kita banggakan sebagai kekayaan
Indonesi. Jumlah sumebr daya manusia yang banyak juga patut kita banggakan, apalagi dapat
kita lihat dari kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Sumber daya manusia di Indonesia dapat dilihat dengan perilaku, tata karma, serta etika
yang ada pada masing-masing individu. Sikap toleransi, gotong royong, saling peduli satu sama
lain, dan berbagai sifat lainnya menjadi kebanggaan untuk diri sendiri. Kearifan local yang
timbul akibat budaya pun dapat mewarnai Indonesia, contohnya kearifan local Indonesia yang
bernilai positif, seperti larangan menebang pohon yang masih muda, keharusan untuk
menghormati yang lebih tua, dan tidak melakukan tindakan kriminal.
Namun, apakah kita sudah bangga menjadi bagian dari Indonesia? Berbagai macam
budaya masuk dari luar ke Indonesia tanpa dipedulikan oleh pemerintah. Mirisnya, kebanyakan
rakyat Indonesia menganggap budaya baru yang modern itu harus diikuti, jika tidak mengikuti
budaya itu kita bisa disebut kampungan. Namun yang membuat saya prihatin adalah ketika
budaya gotong royong sudah luntur karena kemajuan modern.
Zaman dahulu, ketika salah satu masyarakat mengalami kesusahan, maka masyarakat lain
akan mencari solusi bersama-sama dan mengatasi masalahnya pun juga bersama-sam, walaupun
itu hanya masalah pribadi dari salah satu masyarakat tersebut. Dahulu Saya benar-benar
merasakan indahnya budaya gotong royong didaerah rumah saya, dulu saya mempunyai tetangga
yang sedang merenovasi rumahnya dan dibantu oleh masyarakat sekitar dengan imbalan yang
hanya sebatas gorengan dan kopi, mereka rela membantu meski dibawah terik matahari, atau
diguyur oleh hujan deras, sangat indah melihat masyarakat dahulu menolong dengan ikhlas tanpa
pamrih sedikitpun.
Sekarang budaya saling tolong menolong antar sesame rupanya mulai hilang diganti
dengan tiap mausia yang lebih mementingkan diri sendiri. Karena mereka beranggapan merak
dapat menyelesaikan masalahnya dengan sendiri tanpa orang lain perlu tahu. Hilangnya budaya
gotong royong ini tentnya membawa dampak negative bagi kita sebagai rakyat Indonesia, salah
satunya adalah munculnya perubahan social pada berbagai aspek. Mulai dari disintegrasi daerah,
sampai berkurangnya nilai eksistensi dari budaya itu sendiri.
Karena masyarakat yang mulai individualis, kemauan tiap orang menjadi berbeda-bed.
Perbedaan tujuan, kepentingan, dan kesenjangan social dapat berpotensi atas terjadinya konflik
yang ada di masyarakat itu sendiri. Jika tidak individualis maka kepentingan antar masyarakat
saling dikomunikasikan satu sama lain, maka akan tercipta satu tujuan yang harmonis dengan
menyatukan pendapat masyarakat yang berbeda agar tercapainya tujuan itu maka harus adanya
gotong royong dan saling membantu diantara masyarakat.
Selain itu, jika budaya asli Indonesia ditinggalka, tentu eksistensinya akan hilang
perlahan terganti oleh budaya asing yang masuk. Dengan begitu nilai dan norma baru yang
dibawa dari budaya luar akan menggantikan nilai aslinya, dan lambat laut akan hilang seiring
dengan perkembangan zaman yang semakin besar. Begitupula dengan budaya gotong royong.
Gotong royong dapat dikatakan sebagai pengantar rakyat Indonsia. Namun, gotong
royong saat iniberbeda dengan gotong royong pada zaman dulu. Dahulu, gotong royong menjadi
ciri khas bangsa Indonesia, tetapi saat ini sudah memudar. Gotong royong adalah prinsip yang
dinamis, bahkan lebih dinamis dari kekeluargaan. Dahulu gotong royong digunakan untuk
pemersatu antar masyarakat. Namun saat ini setelah perkembangan zaman, berkembangnya
teknologi dan informasi yang ada. Terutama dikota-kota besar Indonesia sering kita temui
bentrok, kontra, dan sikap anarkis antar masyarakat Indonesia. Jika sikap gotong royong itu tidak
pudar dan tidak menghilang di dalam jiwa setiap masyarakat, masalah seperti ini tidak akan
terjadi.
Di daerah perbatasan pun sering kita mendengar berita adanya perselisihan antar suku
yang bisa memakan banyak korban. Kenapa demikian? Padahal kita ini “BHINEKA TUNGGAL
IKA”. Satu tanah air, satu bangsa dan bahasa. Karena sikap gotong oyong kita mulai memudar.
Sudah banyak orang yang melupakan perjuangan para pahlawan dimasa dahulu untuk membuat
Negeri ini merdeka. Saya rasa, sikap dan sifat gotng royong harus dibangkitkan lagi dengan
tujuan agar generasi muda dapat mengamalkan sikap gotong royong didalam kehidupan
masyarakat mereka tinggal.
Betapa dahsyatnya manfaat yang kita rasakan dengan adanya gotong royong ini. Rakyat
Indonesia diajarkan bagaimana cara berbagi, bekerja sama, merasakan kesusahan orang lain dan
bermanfaat bagi orang lain. Tetapi saat ini dengan adanya perubahan social masyarakat sudah
mulai menghilangkan sikap tersebut karena dampak globalisasi sangat memprihatinkan bagi
masyarakat . sikap kebarat-baratan sering mulai dianut oleh kebanyakan orang. Akibat
globalisasi yang tidak mengalami proses secara baik.
Perubahan seperti ini dapat dikatakan lunturnya budaya Indonesia atau kebiasaan
masyarakat Indonesia yang lebih tertarik dengan budaya luar sehingga lupa akan jati dirinya
sebagai bangsa Indonesia. Sikap egis pun muncul akibat kurangnya interaksi social pada
masyarakat saat ini. Alhasil masyarakat tidak mau tahu akan hal di sekitar lingkungan karena
adanya sikap social yang baru.
Memang benar individualis tidak selamanya dikatakan sebagai sifat buruk. Pada dasrnya
sifat yang melekat pada hakikat manusia disamoing menjadi makhluk social, manusia juga
makhluk yang bebas dan merdeka dan berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Manusia
berjuang untuk meraih kebahagiaan serta kelangsungan hidupnya sendiri. Dengan adanya sifat
indivualis manusia bisa hidup mandiri dan tidak merepotkan orang lain. Namun, manusia juga
tidak bisa hidup tanpa orang lain. Karena manusia termasuk makhluk social dimana manusia
pasti perlu bantuan dari orang lain. Maka itu sifat individualis harus lebih kecil dari sifat social
agar tidak merusak karakter jiwa para pemuda.
Dampak globalisasi ini juga merubah pola piker masyarakat dengan lebih suka membeli
barang-barang mewah yang dapat mengakibatkan pemborosan. Pengaruh globalisasi telah
membuat banyak anak muda seakan kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Dari
cara berpakaian misalnya, banyak remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung
ke budaya barat. Dari cara berprilaku, remaja censerung mencoba sesuatu yang baru dengan
tidak mempedulikan dampaknya dan akibat yang ditimbulkannya. Ada juga budaya gotong
royong yang di terapkan pada kondisi yang salah. Misalnya sikap terlalu “setia kawan”
maksudnya membela kawan yang sudah jelas salah namun tetap dibela.
Perkembangan Nilai Gotong Royong dari Zaman ke Zaman
Soekarno mengembangkan Indonesia merdeka sebagai Negara gotong royong.
Bagaimana realita penghayatan nilai- nilai gotong royong dari zaman ke zaman? Apakah
kemajuan zaman, globalisasi dan individualism turut mengikis nilai gotong royong dewasa
ini ? realitasnya sekarang menunjukan bahwa gotong royong sudah tidak mempunyai nilai
berharga atau sesuatu yang penting.
Penelitina yang modern menunjukkan bahwa gotong royong telah mengalami
perubahan atau perkembangan. Gotong royong berkembang menjadi dua jenis di era yang
lebih modern yakni, gotong royong berupa jaminan social, dan gotong royong berupa
pekerjaan umum. Gotong royong yang asli berupa jaminan social, dimana didalamnya ada
campur tangan dari aparat dan biasa ditemukan dilingkup bertetangga yang lebih kecil ketika
menghadapi kematian, perkawinan, dan mendirikan rumah.
Modern dan kemajuan zaman menberikan pengaruh bagi mudarnya nilai ini. “
keadaan dunia kita sudah semakin maju. Modernisasi telah banyak memberikan pengaruh
terhadap kehidupan social, kebudayaa, dan gaya hidup masing-masing
Pandanga masyarakat terhadap generasi muda zaman sekarang terkait lunturnya gotong
royong
Generasi muda sekarang sering disebut dengan generasi mici, generasi milenial dan
sebagainya. Teknologi yang semakin canggih membuat nilai-nilai kebudayaan dan social
mulai luntur atau sudah jarang ditemui karena tidak ada yang megembangkan budaya
tersebut. Namun, dimasa sekarang ini mungkin jarang sekali mereka melakukan hal tersebut
bahkan mereka sibuk dengan dunia mereka, sibuk dirumah bahkan tidak saling melakukan
komunikasi dengan tetangga sekitar, mereka lebih senang mengeluarka uang untuk
membayar orang untuk melakukan tindakan. Anak muda lebih cenderung nongkorn di café
dengan teman temannya sampai pagi dari pada harus ikut menjaga ronda malam
dilingkungan bahkan mereka lebih enak membayar seorang petugas keamanan daripada
beronda malam bersama, menonton televise bersama dipos kamling.
Gotong royong memiliki nilai-nilai positif:
1. Kebersamaan. Gorong royong mencerminkan kebersamaan karena gotong royong,
masyarakat mau bekerja secara bersama-sama untuk membantu orang lain atau
membangun fasilitas yang dimanfaatkan bersama.
2. Persatuan. Kebersamaan yang terjalin dalam gotong royong sekaligus melahirkan
persatuan antar anggota masyarakat. Dengan persatuan yang ada, masyarakat menjadi
lebih kuat dan mampu menghadapi permasalahan yang muncul.
3. Rela berkorban. Gotong royong mengajari sikap rela berkorban. Pengorbanan tersebut
dapat berbentuk apapun, mulai dari berkorban waktu, tenaga, pemikiran, hingg uang.
Dengan gotong royong masyarakat rela mengesampingkan kepentingan pribadinya untuk
memenuhi kebutuhan bersama.
4. Tolong menolong. Gotong royong mengajarkan warga masyarakat saling bahu-membahu
untuk menolong satu sama lain. Sekecil apapun peran seseorang dalam gotong royong,
selalu dapat memberikan pertolongan dan manfaat untuk orang lain.
5. Sosialisasi. Pada saat ini kehidupan masyarakat cenderung lebih mementingkan diri
sendiri. Gotong royong dapat mengubah warga masyarakat kembali sadar jika dirinya
adalah makhluk social. Gotong royong membuat masyarakat saling mengenal satu sama
lain sehingga proses sosialisasi dapat terus terjaga keberlangsungannya. Selain itu budaya
gotong royong juga memiliki manfaat bagi kehidupan masyarakat sekitar.

PENDAPAT PENULIS :
Seharusnya kita sebagai generasi penerus bangsa dapat menjaga budaya yang sudah ada
sejak zaman nenek moyang kita. Terlebih lagi masalah gotong royong yang sudah memudar.
Kita sebagai penurus bangsa bisa menyadari perjuangan bangsa ini supaya bisa merdeka.
Meskipun banyak cara yang ditempuh untuk membangkitkan kembali semangat ini, nyatanya
begitu berat rintangan yang harus dihadapi. Ini menjadi tugas kita bersama menyadarkan
masyarakat akan arti pentingnya gotong royong
Semoga saja masih ada masyarakat yang peduli dan terus melestarikan budaya gotong
royong. Leluhur inilah salah satu yang bisa menjadi pemersatu bangsa. Harapannya akan mucul
terobosan baru untuk setiap minggu. Sangat disayangkan apabila nantinya budaya gotong royong
ini benar-benar hilang di masyarakat Indonesia
KESIMPULAN :
Gotong royong tidak bisa dilakukan secara pribadi dengan diri sendiri, gotong royong
mengajari kita untuk menumbuhkan rasa kerja sama dengan orang lain, dan mempererat
persatuan antar manusia. Dengan begitu Negara kita menjadi damai dan aman dari gangguan
masalah-masalah yang sampai hari ini masih bermunculan di dalam Negara kita. Secara
keseluruhan semua yang berpengaruh terhadap perubahan sikap masyarakat Indonesia harus
dilakukan penyaringan terlebih dahulu.
Agar semua perilaku masyarakat Indonesia kembali ke bentuk semula. Menjadi manusia
yang ramah, baik hati dan berjiwa gotong royong. Semua yang menjadi karakter bangsa
Indonesia telah melekat pada diri kita sejak dulu sampai masa yang akan datang. Jangan sampai
merubah hakekat kita menjadi bangsa lain bahkan meninggalkan budaya yang ada di Indonesia.
Perlu juga adanya dukungan dari berbagai pihak, terutama dari instansi dan lembaga
social kemasyarakat. Untuk bersama-sama membangun kebersamaan dan menciptakan sesuatu
yang berharga, yang sebelumnya belum terpikirkan. Mengorbankan semangat yang tinggi dan
berusaha mewujudkan adanya budaya kerja keras yang ada manfaatnya dan mempunyai dampak
nyata bagi masyarakat, bukan hanya dengan berbicara saja, tetapi ada buktinya dilapangan.
Bila dimungkinkan, berbagai pihak mau terjun ke lapangan untuk mengembangkan
masyarakat yang berbudaya belajar, budaya membangun dan budaya kerja keras dalam bidang
usaha dan akhirnya akan terbentuk budaya gotong royong dan peningkatan kehidupan yang lebih
sejahtera. Dengan bahasa yang lebih keren, kita bisa menyebutnya “prosperous Workfare
Communty” atau masyarakat pekerja keras yang mengupayakan sendiri kesejahteraannya, bukan
dengan pemberian bantuan langsung tunai. Hilangnya semangat gotong royong ini bisa dikurangi
bila semangat kerja keras ini bisa dikembangkan dengan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai