Disusun Oleh :
SEMESTER 2
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) IBNU SINA
BATAM
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan
HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, yang
berjudul “AT_TAWABI’I”.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu agama
Islam.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya
karya ilmiah ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari
kesempurnaan, dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan
saran yang sifatnya membangun semangat penulis yang sangat penulis harapkan.
Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Imran Salim, Lc., MA selaku dosen mata kuliah Al-Arabiyah At-
Tatbiqiyah yang telah membimbing dan mendidik penulis sehingga penulis
menjadi mahasiswa yang berilmu.
2. Teman-teman yang membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang diberikan mendapat balasan dari
Allah SWT.Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…..………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................................... 1
1. Latar Belakang................................................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.............................................................................................................................. 1
3. Tujuan................................................................................................................................................ 1
4. Metode Penelitian .............................................................................................................................. 1
BAB II ............................................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................. 2
1. Definisi At-Tawaabi’ ......................................................................................................................... 2
2. Pembagian At-Tawabi’ ...................................................................................................................... 3
A. An-Na’tu 3 ................................................................................................................................ ﺖﻌﻨﻟﺍ
B. At-taukid ﺪIIIIIIIIIIII6 ......................................................................................................................... Jﻴﻛﻮﺘﻟﺍ
C. Al-Badlu ﻝﺪIIIIIII8 .............................................................................................................................. ﺒﻟﺍ
D. Al- Athfu ﻒIIII9 ............................................................................................................................ Jﻄﻌﻟﺍ
BAB III ......................................................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................................................... 12
1. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ilmu nahwu adalah salah satu cabang ilmu bahasa Arab yang terpenting.
Karena dengan ilmu tersebut seorang muslim akan memahami warisan Nabi yang
tidak ternilai harganya, tuntunan dan pedoman hidup di dunia dan akhirat,
yaitu al-Qur’an dan Hadits. Dan juga untuk memahami aqwal (petuah-petuah)
‘ulama yang terangkum dalam kitab klasik yang dikenal dengan istilah “Kitab
Kuning” atau “Kitab Gundul”.
Salah satu kajian urgen dalam ilmu nahwu adalah haalatu raf’i al-ism dan
dalam makalah ini insya Allah pemakalah akan memaparkan bagian dari haalatu raf’i
al-ism yang ketujuh, yaitu at-tawaabi’.
Dengan merujuk kepada referensi ulama bahasa Arab klasik maupun
kontemporer disertai dengan pembahasan yang sistematik, pemakalah
berharap karya ini bisa bermanfaat bagi para mahasiswa dan seluruh kaum muslimin
dalam memahami nash-nash (al-Qur’an dan as-Sunnah) serta kitab ulama yang
berbahasa Arab.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:
4. Metode Penelitian
1. Definisi At-Tawaabi’
At-tawaabi’ secara bahasa adalah bentuk plural dari At-taabi’, yaitu isim
faa’il dari taba’a-yatba’u yang berarti yang mengikuti. Sedangkan pengertian taabi’
secara istilah banyak dijelaskan oleh Ulama Bahasa Arab. Berikut diantara
pengertian taabi’ dinukil dari beberapa sumber:
a. Dalam Mulakhos Qawa’idul Lughatil ‘Arabiyyah, Fu’ad Ni’mah
menjelaskan:
Tawabi’ adalah kalimat-kalimat yang ketentuan i’rabnya mengikuti i’rab
1
kalimat sebelumnya baik itu marfu’, manshub atau majrur .
b. Dalam Al-Muyassar fiI Iilmin Nahwi, Aceng Zakariya menjelaskan:
Tawabi’ adalah isim-isim yang ketentuan i’rabnya tergantung i’rab isim
yang lain. Jika isim yang lain marfu’, maka ia ikut marfu’. Demikian pula dalam
2
hal mansub dan majrurnya .
1
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats-
Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 51
2
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
M), hlm. 173
3
Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 625
2
2. Pembagian At-Tawabi’
A. An-Na’tu ﺖﻌﻨﻟﺍ
Definisi : Na’tu ( ) ﺖﻌﻨﻟﺍsecara bahasa berarti sifat. Jamaknya adalah
nu’uutun.
Ketentuan Na’at
Pembagiaan Na’at
4
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka
Progressif, 1997 M), hlm. 1436
5
Aceng Zakaria, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam,
1417 H), hlm. 113
6
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 136
7
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats-
Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 51
8
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
3
Catatan:
Na’at haqiqi ini merafakan dhamir mustatar atau dhamir yang
tersimpan yang kembali kepada man’ut.
Na’at haqiqi harus mengikuti man’utnya empat hal dari 10 hal,
maksudnya satu dari (i’rab rafa, nashab dan khafdh), satu dari (mufrad,
tatsniyah dan jama’), satu dari (ma’rifat dan nakirah) dan satu dari
(mudzakkar dan muannats).
Contoh :
Catatan:
Na’at sababi ini merafa’kan isim zhahir yang memuat dhamir yang
kembali kepada man’ut. Pada contoh pertama, kata merupakan isim zhahir yang
dirafa’kan oleh kata (kata menjadi fa’ilnya ). Kata memuat dhamir ha yang
kembali kepada man’ut.
Na’at sababi yang merafa’kan isim zhahir yang memuat dhamir yang
kembali pada man’ut itu harus mengikuti man’utnya dalam dua hal dari lima hal,
maksudnya satu dari (i’rab rafa, nashab, dan khafdh) dan satu dari (ma’rifat dan
nakirah). Pada contoh pertama misalnya, kata (selaku man’utnya) i’rabnya
11
rafa’, maka ikut rafa’, kata maka kata ikut ma’rifat .
Contoh :
a) ﺎﻫﻮﺑﺃﻢﻳﺮﻛ ﻣﺍﺕﺭﺯ ﻰﻟﺇ ﺖﻴﺑﺓﺃﺮ
(saya berkunjung rumah perempuan yang mulia ayahnya)
10
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 147
11
Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas,
(Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M), hlm. 95
5
1) Na’at berupa Jumlah, yaitu na’at yang jika terdapat jumlah
(fi’iliyah/ismiyah) jatuh setelah isim nakiroh.
Contoh :
a) ﻥﻮﺒﺗﺮﻴﺒﺘﻜﻟﺍ ﻥﻮﻔﻅﻮﻣ ﻲﻓﺔﺒﺘﻜﻣ
(Di dalam perpustakaan terdapat beberapa pegawai yang
merapikan buku-buku)
B. At-taukid ﺪkﻴﻛﻮﺘﻟﺍ
Definisi : At-Taukid Secara bahasa berarti mengokohkan dan menguatkan.
Pembagian At-taukid
12
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 147
6
2) Taukid Ma’nawi taukid yang menggunakan kata-kata tertentu (،ﻼﻛ
ﺎﺘﻠﻛ، ﺲﻔﻧ، ﻦﻴﻋ، ﻞﻛ، J )ﻊﻴﻤﺟdan selalu dimudlofkan pada dlomir yang
13
kembali/sesuai dengan muakkadnya .
Contoh :
b. ﺎﻤﻫﺎﺘﻠﻛﻥﺎﺗﺃﺮﻤﻟﺍ ﺕءﺎﺟ
(Dua perempuan telah datang keduanya)
Ketentuan lain :
a. Kata ﻦﻴﻋ-ﺲﻔﻧdapat untuk taukid tasniyah atau jamak, misal :
ﻢﻬﻨﻴﻋﺃ ﻥﻮﻤﻠﺴﻤﻟﺍ ءﺎﺟ/ ﻢﻬﺴﻔﻧﺃ, ﺎﻤﻬﻨﻴﻋﺃ ﻥﺎﻤﻠﺴﻤﻟﺍ ءﺎﺟ/ﺎﻤﻬﺴﻔﻧﺃ
b. Kata ﻞ-ﻊﻴﻤﺟIIﻛhanya untuk jamak.
c. Kata ﻼﻛ, khusus untuk taukid tasniyah mudzakar rofa’ dan pada
nashob-jer menjadi ﺎﻤﻬﻴﻠﻛ. Kata ﺎﺘﻠﻛ, khusus untuk tasniyah muanas rofa’
14
dan pada nashob-jer menjadi .ﺎﻤﻬﻴـﺘﻠﻛ
13
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats-
Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 45
14
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 152
7
C. Al-Badlu ﻝﺪkﺒﻟﺍ
Ketentuan Badal
Ketika kalimah isim digantikan oleh kalimah isim yang lain atau
kalimah fi’il digantikan oleh kalimah fi’il yang lain, maka badal harus
mengikuti mubdal minhu dalam semua i’rabnya.
I’rabnya badal itu mengikuti mubdal minhu. Apabila mubdal
minhunya rafa’ maka badalnya ikutnya rafa, apabila mubdal
minhunya nashab maka badalanya ikut nasab
Pembagian Badal
8
3) Badal Ba’dlu mun kul (ﻞIIIﻛ ﻦIIIﻣ ﺾIII )ﻌﺑ: Adalah badal yang merupakan
bagian dari mubdal minhu [secara dhohir kelihatan] dan selalu
15
dimudlofkan pada dlomir yang kembali pada mubdal minhu .
Contoh :
ﻩﺪﻳ ﺎﻴﻠﻋ ﺖﺤﻓﺎﺻ، ﻪﻔﻧﺃ ﺪﻳﺯ ﺡﺮﺟ، ﺮﻣﺎﻋ ﻪﻠﺟﺭ ﻰﻟﺇ ﺕﺮﻈﻧ
Ketentuan Athfu
Catatan :
Huruf athaf berfungsi bukan saja mangatafkan isim kepada isim, tetapi
juga berlaku dalam mengathafkan fi’il kepada fi’il.
15
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M),
hlm. 177-178.
9
Huruf-huruf athaf yaitu :
1) ﻭﺍﻮ: ﻰﻠﺻ ﻡﺎﻣﻹﺍ ﻡﻮﻣﺄﻤﻟﺍﻭ ﻲﻓ ﺪﺟkkﻟﺍ
(Imam dan ma’mum sholat di masjid)
16
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab Al-
Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 148.
17
Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 675
10
7) ﻞ: ﻞﺑ ﺪﻬﺘﺠﻤﻟﺍ ﺐﺣﺎﺼﺗ ﻥﻼﺴﻜﻟﺍkkkﺑ
(Janganlah berteman dengan orang yang malas, melainkan orang yang
sungguh-sungguh)
18
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M),
hlm. 181-182.
19
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – indonesia Terlengkap, (Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1997 M), hlm.235
20
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats-
Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 45.
11
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
At-tawaabi’ secara bahasa adalah bentuk plural dari At-taabi’, yaitu isim
faa’il dari taba’a-yatba’u yang berarti yang mengikuti. Sedangkan secara istilah
tawaabi’ (lafadz yang mengikuti) adalah isim yang mengikuti i’rab lafadz
sebelumnya secara mutlak.
At-tawabi terbagi menjadi empat macam, yaitu: na’tun (), ‘athfun (),
taukiidun (), dan badlun ().
Na’tu () secara bahasa berarti sifat. Jamaknya adalah nu’uutun ( ),
sedangkan sinonimnya adalah shifatun (). Secara istilah na’at atau disebut juga shifat
adalah isim yang mengikuti isim yang lain dengan fungsi untuk menjelaskan sifat
dari isim sebelumnya. Na’at atau sifat wajib mengikuti mausufnya dalam empat hal,
(1) i’rab, (2) mudzakkar dan muannats, (3) ma’rifat dan nakirah, dan (4) mufrad,
mutsanna dan jama’.
Secara bahasa athaf berarti condong atau cenderung. Sedangkan secara
istilah athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf athaf.
Adapun huruf-huruf athaf itu adalah: (1) = dan (2) = maka (3) = kemudian (4) =
atau (5) = ataukah (6) = sehingga (7) = tetapi (8) = tidak (9) = melainkan. Ketika
ma’thuf dihubungkan pada ma’thuf ‘alaih dengan huruf athaf maka i’rabnya
mengikuti i’rabnya ma’thuf ‘alaih. Huruf athaf berfungsi bukan saja mangatafkan
isim kepada isim, tetapi juga berlaku dalam mengathafkan fi’il kepada fi’il.
Badal secara bahasa berarti merubah atau mengganti. Sedangkan secara
istilah badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk menggantikan
mubdal minhu (yang digantikannya). Badal terbagi menjadi empat macam, yaitu
badal syai minasysyai atau badal kul minal kul, badal ba’dh minal kul, badal
isytimal, dan badal ghalath.
Taukid secara bahasa adalah mengokohkan dan menguatkan. Taukid
adalah isim yang mengikuti isim lain yang berfungsi untuk menguatkan arti
(pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si pendengar. Taukid itu mengikuti
muakkad dalam lafazh, nashab, khafadh dan ma’rifatnya. Taukid terbagi kepada dua
bagian, yaitu lafzhi dan ma’nawi. Taukid lafzhi, yaitu taukid yang lafazhnya
diulangi sebanyak dua atau tiga kali, baik isim atau fi’il, atau taukid dengan
mengulang lafazh muakkad atau lafazh lain. Sedangkan taukid ma’nawi, yaitu
taukid dengan menggunakan lafazh tertentu. .
12
DAFTAR PUSTAKA
13