Dosen Pengampu :
Drs. H. M Faishol Munif, M.Hum
Disusun Oleh:
2020
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kesehatan rohani dan jasmani
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita jalan yang harus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh semesta.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pengganti Ujian Tengah Semester
(UTS) Studi Al-Qur’an, Adapun judul dari makalah ini yaitu “Al Muhkam dan Mutasyabih”
dengan tujuan dapat digunakan sebagai awal pembelajaran untuk menambah Spirit dalam
mencari pengetahuan yang luas dan memberi manfaat bagi kita semua yaitu dapat menambah
wawasan kita.
Kami menyadari bahwa isi maupan penyajian makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai penyempurna makalah ini demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata
kuliah Studi Al-Qura’an Bapak M. Faisol atas bimbingan dan arahan dalam pembuatan makalah
ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin kami tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
ii
Daftar isi
Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
Daftar isi ............................................................................................................................................... iii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah ........................................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Mahkam dan Mutasyabih ....................................................................................... 3
B. Perbedaan Pendapat Para Ulama Terhadap Muhkam dan Mutasyabih ................................. 4
C. Karakteristik Al- Muhkam dan Al- Mutasyabih ...................................................................... 5
D. Macam – macam Ayat Mahkam dan Mutasyabih .................................................................... 6
E. Sebab – Sebab Adanya Ayat Muhkam dan Mutasyabih ........................................................ 10
F. Cara Ulama’ Mengartikan Ayat Mutasyabihat ...................................................................... 12
G. Hikmah Adanya Ayat – ayat Muhkam dan Mutasyabih .................................................... 13
BAB III ................................................................................................................................................ 15
PENUTUP............................................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 15
B. Saran ........................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab. Karena itu, untuk memahami hukum-
hukum yang terkandung dalam al-Qur’an diperlukan pemahaman dalam kebahasaan.
Para ulama’ yang ahli dalam bidang ushul fiqh, telah mengadakan penelitian secara
sesama terhadap nash-nash al-Qur’an, lalu hasil penelitian itu diterapkan dalam kaidah-
kaidah yang menjadi pegangan umat Islam guna memahami kandungan al-Qur’an
dengan benar.
Adapun ilmu yang mempelajari tentang muhkam dan mutasyabih adalah Ilmu
muhkam wal Mutasyabih. Ilmu ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat
ulama tentang adanya hubungan ayat atau surat yang lain. Sementara yang lain
mengatakan bahwa didalam Al-Qur’an ada ayat atau surat yang tidak berhubungan. Oleh
karenanya, suatu ilmu yang mempelajari ayat atau surat Al-Qur’an cukup penting
kedudukannya. Sementara itu muhkam dan mutasyabih adalah Sebuah kajian yang sering
menimbulkan kontroversial dalam sejarah penafsiran Al-Qur’an, karena perbedaan
’interpretasi’ antara ulama mengenai hakikat muhkam dan mutasyabih.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Makalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ibn Abi Hatim mengatakan bahwa ayat-ayat muhkam adalah ayat yang harus
diimani dan diamalkan, sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang harus diimani,
tetapi tidak harus diamalkan.
Mayoritas Ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas mengatakan,
lafadz muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan hanya satu arah/segi
saja. Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang bisa ditakwilkan dalam
beberapa arah/segi, karena masih samar.
1 Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2012, hlm. 121
Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, hal. 239
3
2Menurut Ibnu Abbas, Muhkam adalah ayat yang penakwilannya hanya
mengandung satu makna. Sedangkan Mutasyabihat adalah ayat yang mengandung
pengertian bermacam-macam.. Menurut Imam as Suyuthi muhkam adalah suatu yang
jelas artinya, sedangkan mutasyabih adalah sebaliknya. Sedangkan menurut Manna’ Al
Qaththan, Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung tanpa
memerlukan keterangan lain. Sedangkan Mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan
penjelasan dengan menunjuk kepada ayat lain.
Sedangkan menurut Manna’ Al- Qaththan, Muhkam adalah ayat yang maksudnya
dapat diketahui secara langsung tanpa memerlukan keterangan lain. Sedangkan
Mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan menunjuk kepada ayat
lain.
Dengan demikian muhkam adalah ayat yang terang makna serta lafaznya dan cepat di
pahami. Sedangkan Mutasyabih, ialah ayat-ayat yang bersifat global yang memerlukan
ta’wil dan yang sukar dipahami.
1. Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang jelas
petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasikh kan. Sedang lafadz mutasyabih adalah
lafadz yang sama maksud petunjuknya sehingga tidak terjangkau oleh akal pikiran
manusia. Sebab lafadz mutasyabih itu termasuk hal-hal yang diketahui Allah saja
artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.
2. Mayoritas ulama golongan ahlu fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu Abbas
mengatakan, lafadz muhkam ialah lafadz yang tidak bisa dita’wil kecuali satu arah.
2 Kamaluddin Marzuki, Ulumul Qur’an, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992, hlm. 113
Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, hal. 239
4
3Sedangkan lafadz mutasyabih adalah artinya dapat dita’wilkan dalam beberapa segi,
karena masih sama.
3. Madzhab salaf, yaitu para ulama dari generasi sahabat. Mereka berusaha untuk
mengimaninya dan menyerahkan makna serta pengertiannya hanya kepada Allah
SWT. Bagi kaum salaf, ayat – ayat mutasyabihat tidak perlu dita'wilkan. Sebab yang
mengetahui hakikatnya hanyalah Allah SWT, mereka hanya berusaha mengimaninya.
4. Madzhab khalaf, seperti Imam Huramain. Mereka berpendapat bahwa ayat – ayat
mutasyabihat harus ditetapkan maknanya dengan pengertian yang sesuai dan sedekat
mungkin dengan dzat-Nya. Mereka menta'wil lafdz istiwa' (besemayam) dengan maha
berkuasa menciptakan sesuatu tanpa susah payah. Kalimat ja'a rabbuka (kedatangan
Allah) dalam Qs. Al-Fajr: 22, dita'wilkan dengan kedatangan perintah-Nya.
1. Muhkam
a. Yakni ayat-ayat yang membatalkan ayat-ayat yang lain
b. Ayat-ayat yang menghalalkan atau membatalkan ayat-ayat lain.
5
4c.Ayat-ayat yang mengandung kewajiban yang harus diimani dan
diamalkan.
2. Mutasyabih
a. Yakni ayat-ayat yang tidak diketahui hakikat maknanya seperti tibanya
hari kiamat.
b. Ayat-ayat yang dapat diketahui maknanya dengan sarana bantu baik
dengan hadits atau ayat muhkam.
c. Ayat yang hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya,
sebagaimana diisyaratkan dalam doa Rosululloh untuk ibnu Abbas “Ya
Alloh, karuniailah ia ilmu yang mendalam mengenai agama dan
limpahkanlah pengetahuan tentang ta’wil kepadanya,”
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hal. 244.
6
5Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al-
Baqarah: 275)
2. Ayat mutasyabih
Menurut Abdul Jalal, macam-macam ayat Mutasyabihat ada tiga macam:
a. Ayat-ayat Mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia,
kecuali Allah SWT. Contoh:
ِ َو ِع ْن َد ُه َمفَاتِ ُح ا ْلغَ ْي
ب ََل َي ْعلَ ُم َها ِإ ََّل ه َُو
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang
mengetahuinya, kecuali Dia sendiri” (QS. al-An’am : 59)
b. Ayat-ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan
jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Seperti pencirian mujmal,
menentukan mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang
kurang tertib.
c. Ayat-ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan
sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan-
urusan yang hanya diketahui Allah SWT dan orang-orang yang rosikh
(mendalam) ilmu pengetahuan.
Dari serangkaian pandangan ulama terkait cara mengetahui ayat muhkam dan
mutashabih, serta jeins-jenisnya, bisa disarikan bahwamunculnya dua
kerlompok ini bisa dilihat secara lafzi, maknawi serta lafzi dan maknawi
sekaligus.
Ayat ayat yang mutasyabih secara lafzi terbagi menjadi mutashabih mufrad
(tunggal) dan mutasyabih murakkab (terdiri dari susunan kalimat). Mutasyabih
mufrad, bisa terjadi karena maknanya yang asing (gharabah), atau bisa juga
Abdul Jalal, Ulumul Quran, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2008), hal. 239
7
6sebab, maknanya tidak tunggal (ishtirak). Inilah contoh Mutasyabih mufrad
yang gharabah:
َوفَ ِك َهةً َوأَبًّا
“ dan buah-buahan serta rumput-rumputan” (Q.S. 80:31)
Lafadz “ ”أَبًّاdengan huruf “ ”بyang bertasdid adalah asing jarang dipakai
lafadz tersebut berarti rerumputan.
Sedangkan contoh mutashabih mufrad yang isthirak adalah :
علَيْ ِه ْم ض َْر ًۢ ًبا ِبٱلْ َي ِمي ِن َ فَ َرا
َ غ
“Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan
kanannya (dengan kuat)”. (Q. S. as-Shafat: 93).
Lafaz "al-yamin" pada ayat tersebut, memiliki sejumlah makna. al-Yamin,
bisa berarti "kanan" lawan dari "kiri". al-Yamin bisa pula diartikan "dengan
kuat", sebab karena umumnya tangan kanan lebih kuat daripada tangan kiri. al-
Yamin bisa juga diartikan sebagai niat yang lurus dan benar.
Sedang, ayat yang mutashabih secara maknawi, yaitu ayat-ayat yang
berbicara seputar sifat Allah, gonjang-ganjing hari kaimat, atau tentang nikmat
surga dan siksa neraka. Berhadapan dengan ayat-ayat jenis ini, akal manusia
tidak sanggup menjangkaunya. Akal tidak mampu menangkap hakikat sifat
Allah, senjakala kiamat. Akal juga tidak sanggup mempersepsi estetika surga
dan puncak kengerian siksa neraca.
Terakhir, ayat yang mutashabih secara lafzi dan maknawi. Menurut
Raghib al-Ashfahani, mutashabih jenis ini terbagi dalam sejumlah rincian.
Pertama, mutashabih dari segi kwantitas (umum atau tertentu). Contoh ayatnya
adalah:
۟ ص ُروهُ ْم َوٱ ْقعُد
َ ُوا لَ ُه ْم كُ َّل َم ْر
ۚ ص ٍد ُ ْث َو َجدت ُّ ُموهُ ْم َو ُخذُوهُ ْم َوٱ ْح ۟ ُش ُه ُر ٱ ْل ُح ُر ُم فَٱ ْقتُل
ُ وا ٱ ْل ُمش ِْركِي َن َحي ْ َ سلَ َخ ْٱْل
َ فَ ِإذَا ٱن
َ ٱَّلل
ٌ ُ غف
ٌور َّرحِ يم َ َّ سبِيلَ ُه ْم ۚ إِ َّن ۟ ُّٱلزكَوةَ فَ َخل
َ وا َّ صلَوةَ َو َءات َُو ۟ا َّ وا ٱل ۟ وا َوأَقَا ُم۟ ُفَ ِإن ت َاب
”Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka bunuhlah orang orang
musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka.
6 Ibid 297
8
7Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat
dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada
mereka untuk berjala. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (Q.S. 9: 5)
Kedua, Mutashabih dari segi cara, serta wajib dan sunnahnya terkait shari’ah.
Contoh yang populer:
ثَ ب ل َ ك ُ ْم ِم َن الن ِ س َ ا ِء َم ث ْ ن َ ى َو ث ُ ََل َ س ط ُ وا ف ِي ا ل ْ ي َ ت َا َم ى ف َ ا ن ْ ِك حُ وا َم ا ط َ ا ِ ْ َو إ ِ ْن خِ ف ْ ت ُ ْم أ َ ََّل ت ُق
َو ُر ب َ ا ع َ ۖ ف َ إ ِ ْن خِ ف ْ ت ُمْ أ َ ََّل ت َع ْ ِد ل ُ وا ف َ َو احِ دَ ة ً أ َ ْو َم ا َم ل َ ك َتْ أ َي ْ َم ا ن ُ ك ُ مْ ۚ ذ َ ل ِ َك أ َدْ ن َ ى أ َ ََّل ت َع ُ و ل ُ وا
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau
budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.” (Q. S. 4: 3)
Ketiga, Mutashabih dari segi waktu pelaksanannya, seperti dalam ayat yang
selalu disebut oleh para khatib jum'at berikut:
ْ ق تُقَاتِِۦه َو ََل ت َ ُموت ُنَّ إِ ََّل َوأَنت ُم ُّم
َس ِل ُمون َّ ٱَّلل َح
َ َّ وا ۟ ُيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِي َن َءا َمن
۟ ُوا ٱتَّق
”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
Keadaan beragama Islam.” (Q.S. 3: 102)
Keempat, Mutashabih dari segi tradisi dan lokasi waktu turun ayat, ini
contohnya:
ورهَا َولَ ِكنَّ ٱلْ ِب َّر ۟ ْس ٱلْ ِب ُّر ِبأَن ت َأْت
ِ ُوا ٱلْبُي ُوتَ ِمن ظُ ُه ِ َّسـَٔلُونَكَ ع َِن ْٱْل َ ِهلَّ ِة ۖ ق ُ ْل ه َِى َم َوقِيتُ لِلن
َ ج ۗ َولَي ِ اس َوٱ ْل َح ْ َ۞ ي
ٱَّللَ َل َع َّلكُ ْم ت ُ ْف ِل ُحو َن
َّ وا۟ ُُوا ٱ ْلبُيُوتَ ِمنْ أَب َْوبِ َها ۚ َوٱتَّق ۟ َم ِن ٱتَّقَى ۗ َوأْت
”Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah
9
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu
ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumahrumah itu dari
8pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (Q.S.
2: 189)
Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji, mereka
memasuki rumah dari belakang bukan dari depan. hal ini ditanyakan pula oleh
Para sahabat kepada Rasulullah SAW, maka diturunkanlah ayat ini.
E. Sebab – Sebab Adanya Ayat Muhkam dan Mutasyabih
Sebab adanya ayat Muhkam dan Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan
demikian. Allah membedakan antara ayat – ayat yang Muhkam dari yang Mutasyabih,
dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih.
Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan bahwa
sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai berikut:
1. Kesamaran dari aspek lafal saja. Kesamaran ini ada dua macam, yaitu sebagai
berikut:
a. Kesamaran dari aspek lafal mufradnya, karena terdiri dari lafal yang gharib
(asing), atau yang musyatarak (bermakna ganda), dan sebagainya.
b. Kesamaran lafal murakkab disebabkan terlalu ringkas atau terlalu
luas. Contoh tasyabuh (kesamaran) dalam lafal murakkab terlalu ringkas,
terdapat di dalam surah An-Nisa ayat 3:
10
tiga atau empat. Kesukaran itu terjadi karena susunan kalimat ayat tersebut
terlalu singkat.
2. 9Kesamaran dari aspek maknanya, seperti mengenai sifat-sifat Allah SWT, sifat-
sifat hari kiamat, surga, neraka, dan sebagainya. Semua sifat-sifat itu tidak
terjangkau oleh pikiran manusia.
3. Kesamaran dari aspek lafal dan maknanya. Kesamaran ini ada lima aspek,
sebagai berikut:
a. Aspek kuantitas (al-kammiyyah), seperti masalah umum atau khusus.
Contohnya, ayat 5 surah At-Taubah:
Dalam ayat ini terdapat kesamaran, dalam hal bagaimana cara salat agar
dapat mengingatkan kepada Allah SWT.
11
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
sebenar-benar taqwa kepada-Nya”.
10Dalam ayat ini terjadi kesamaran, sampai kapan batas taqwa yang
benar-benar itu.
d. Aspek tempat, seperti tempat mana yang dimaksud dengan balik rumah,
dalam ayat 189 surah Al-Baqarah:
Takwil ijmali ini banyak dilakukan oleh para ulama salaf, takwil ini
dilakukan dengan mengimani serta meyakini bahwa makna dari ayat
mutasyabihat ini bukanlah sifat jism. Tetapi ayat tersebut memiliki makna yang
layak bagi keagungan Allah SWT tanpa menentukan apa makna tersebut. Mereka
mengembalikan ayat-ayat mutasyabihat tersebut kepada ayat-ayat muhkam.
Takwil ijmali ini adalah seperti yang dikatakan oleh Imam Syafi’i:
أمنت بما جاء عن هللا على مراد هللا وبما جاء عن رسول هللا على مراد رسوا هللا
“Aku beriman dengan segala yang berrasal dari Allah sesuai apa yang
dimaksutkan Allah dan beriman dengan segala yang berasal dari Rasul sesuai
dengan maksut Rasulullah.”
10 Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, hal. 230
Syaih Muhammad Jamil, Bagaimana Memahami Al-Quran, Jakarta :Pustaka Al-Kautsar, 1995 hlm 121
12
Makna beliau adalah bukan makna yang sesuai dengan yang terbayangkan oleh
prasangka manusia yang merupakan sifat fisik dan benda (makhluk) yang
tentunya mustahil bagi Allah.
2. Takwil Tasfshili
1. Muhkam
a. Jika seluruh ayat Al-Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah
ujian keimanan dan amal karena pengertian ayat yang jelas.
b. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya yang kemampuan bahasa Arabnya
lemah. Sebab arti dan maknanya sudah cukup terang dan jelas.
c. Memudahkan manusia mengetahui arti , maksud dan menghayatinya.
d. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati dan mengamalkan isi al-
Qur'an sebab ayatnya mudah dimengerti dan dipahami.
e. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isinya.
f. Mempercepat usaha tahfidzul Qur'an.
13
2. Mutasyabih
a. Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat, niscaya akan padamlah
kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia orang yang benar
keimanannya yakin bahwa Al-Qur’an seluruhnya dari sisi Allah, segala yang datang
dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin bercampur dengan kebatilan.
b. Menjadi motivasi untuk terus menerus menggali berbagai kandungan Al-Quran
sehingga kita akan terhindar dari taklid, membaca Al-Qur’an dengan khusyu’ sambil
merenung dan berpikir.
c. Ayat-ayat Mutasyabihat mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk
mengungkap maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang mengkajinya.
d. Jika Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk memahaminya
diperlukan cara penafsiran antara satu dengan yang lainnya. Hal ini memerlukan
berbagai ilmu seperti ilmu bahasa, gramatika, ma’ani, ushul fiqh dan sebagainya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhkam merupakan ayat yang jelas maknanya, dan tidak memerlukan keterangan
dari ayat-ayat lain. Sedangkan Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas
maksudnya, dan mempunyai banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang
tersembunyi, dan memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang
mengetahuinya
Manfaat adanya ayat muhkan dan mutasyabih diantaranya jika seluruh ayat Al-
Qur’an terdiri dari ayat-ayat muhkamat, maka akan sirnalah ujian keimanan dan amal
karena pengertian ayat yang jelas, Apabila seluruh ayat Al-Qur’an mutasyabihat,
niscaya akan padamlah kedudukannya sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia
B. Saran
Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami ‘Ulumul
Qur’an lebih mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-
ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dalam memahami ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat tentunya akan menemui
perbedaan antara ulamak satu dengan yang lainnya. Maka dari itu, kita sebagi
mahasiswa tidak sepantasnya saling salah menyalahkan pendapat satu dengan yang
lainnya. Karena setiap pendapat yang dikeluarkan oleh para ulamak tentunya semuanya
memiliki dasar. Kita harus lebih bijak dalam mengatasi perbedaan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Diah Rusmalah Dewi, Ghamal Sholeh Hutomo. Hikmah dan Nilai-nilai Pendidikan Adanya
Ayat-ayat Muhkamat dan Mutasyabihat dalam Al-Qur’an.
16
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika/article/download/426/379/, diakses 08 November
2020
17