Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Pendapat Mutakalimin Tentang Ayat-Ayat Mutasyabihat

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam

Dosen Pengampu : Eko Syaiful Huda, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Kelas/Semester : F /2

Miftakhul Hidayah 1911060368


Nurul Fatimah 1911060394
Ria zulfa 1911060182

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah yang berjudul Pendapat Mutakalimin Tentang Ayat-Ayat
Mutasyabihat.
Makalah ini berisikan tentang pengertian dan fungsinya. Penulis
berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi semua usaha kita. Amin

Bandar Lampung, 08 Mei 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Masalah.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mutasyabihat.......................................................................3
B. Ayat-ayat yang Berkaitan Dengan Hukum Muhkam Mutasyabihat......3
C. Ayat-ayat Mutasyabihat Menurut Pandangan Ulama...........................5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..........................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah menurunkan al-Qur’an kepada hamba-Nya agar ia menjadi pemberi


peringatan bagi semesta alam. Ia menggariskan bagi mahluk-Nya itu akidah yang
benar dan prinsip-prinsip yang lurus dalam ayat-ayat yang tegas keterangannya
dan jelas ciri-cirinya. Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang muhkam dan
mutasyabih, mengenai ayat-ayat muhkam dan mutasyabih ini, secara khusus kami
akan membahasnya dalam makalah kami mengenai Ayat-ayat mutasyabihat
menurut: mu’tazilah, ahl sunnah, syi’ah, slafiyah.

Mutasyabih secara bahasa berarti tasyabuh,yakni bila salah satu dari dua hal
serupa dengan yang lain. Dan syubhah ialah keadaan di mana salah satu dari dua
hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan di antara
keduanya secara konkrit maupun abstrak.

Menurut pengertian yang lain yang dimaksud dengan ayat-ayat mutasyabihat


adalah ayat-ayat al-Qur’an yang belum jelas makna dan tujuannya karena
mengandung berbagai pengertian. Baru dapat dijelaskan arti dan tujuannya
apabila sudah diadakan penelitian yang mendalam oleh para muffasirin. Ayat
mutasyabihat termasuk juga yang berhubungan dengan hal-hal yang gaib seperti :
akhirat, surga, neraka, hari kiamat dan lainnya.

B. RUMUSAN PENULISAN

1. Apa yang dimaksud Muhkam Mustasyabihat dalam Al-Qur’an?


2. Ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum Muhkam Mutasaybihat?
3. Bagaimana pandangan ulama’ tentang ayat-ayat Muhkam Mutasyabihat?

1
C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian Muhkam Mutasyabihat.


2. Untuk mengetahui Ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum Muhkam
Mutasaybihat
3. Untuk mengetahui pandangan ulama’ tentang ayat-ayat Muhkam
Mutasyabihat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mustasyabihat

Mustasyabihat adalah ayat ayat yang samar maknanya dan tersembunyi dari
kebanyakan manusia. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali orang yang kokoh
keilmuannya. Contohnya adalah ayat ayat yang bersifat global dan tidak ada
perinciannya di dalam alquran, seperti firman Allah:

‫وأقيموا الصالة‬

“Dirikanlah sholat“.

Mendirikan sholat tidak dijelaskan tata caranya. Karena ayat ini hanya
menyebutkan kewajiban mendirikan sholat saja, tapi bagaimana tatacaranya? Ini
diketahui dari dalil lain.Hikmah diturunkannya alquran dengan dua macam tadi
adalah ssbagai ujian. Orang yang ada di hatinya kecondongan kepada kesesatan
akan mengikuti ayat ayat mutasyabih sehingga ia berada di dalam keheranan.
Adapun orang orang yang kokoh ilmunya, mereka mengimani semuanya; baik
yang mutasyabih maupun yang muhkam. Mereka meyakini bahwa alquran berasal
dari sisi Allah dan tidak saling bertentangan” (Fatawa Nuur alad Darbi).Termasuk
dalam ayat-ayat mutasyabih juga adalah ayat ayat yang seolah olah
bertentangan.Kewajiban kita adalah menafsirkan ayat mutasyabih dengan ayat
yang muhkam. Karena Al Quran dan hadits saling menafsirkan satu sama lainnya.

B. Ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum Muhkam Mutasaybihat

Membicarakan tentang macam ayat maka akan terdapat dua macam ayat,
yaitu ayat muhkam dan ayat mutasyabihat.

Muhkam secara etimologi.

]1[‫َأْح َك ْم ُت الشيء فاْسَتْح َك َم صار ُم ْح َك مًا واْح َتَك َم األمُر واْسَتْح َك َم وُثَق‬

Aku menguatkan sesuatu maka dia menjadi kuat, menguatkan suatu hal maka dia
menjadi kuat.

Pengertian muhkam Secara terminologi masih berkaitan dengan artinya


secara etimologi, Allah SWT berfirman dalam surat Hud ayat 1 yang berbunyi:

3
“Alif Lam Ra’. (inilah) sebuah kitab yang ayat-ayatnya dimuhkamkan,
dikokohkan serta dijelaskan secara rinci, diturunkan dari sisi (Allah) yang maha
bijaksana lagi Mahatahu” (Hud[11]; 1)

‫ۙ آلٰر ۗ  ِكٰت ٌب ُاْح ِكَم ْت ٰا ٰي ـُتٗه ُثَّم ُفِّص َلْت ِم ْن َّلُدْن َحِكْيٍم َخ ِبْيٍر‬

“Alif Lam Ra’. Inilah ayat-ayat Quran yang mengandung hikmah” (Yunus [10]:1)
“Quran itu seluruhnya muhkam”, maksudnya Quran itu kata-katanya kokoh, fasih
(indah dan jelas) dan membedakan antara yang hak dan yang batil dan antara yang
benar dengan dusta.

Mutasyabih secara etimologi.

]2[,‫الِّش ْبُه والَّش َبُه والَّش ِبيُه الِم ْثُل والجمع َأْش باٌه وَأْش َبه الشيُء الشيَء ماثله‬

Dalam buku Lisan al-Arab tertulis “Asyibhu dan asysyabahu dan asy-syabihu
sama dengan al-mitsl (serupa, sama) jamaknya asyba, asybahu al-Syaiu al-Syai’a
matsalahu (menyerupakan)

Seperti pengertian muhkam, pengertian mutasyabih menurut istilah masih


ada kaitannya dengan artinya menurut bahasa, Allah SWT berfirman dalam surat
az-Zumar ayat 23 yang berbunyi:

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu al-Quran yang
mutasyabih dan berulang-ulang” (az-Zumar[39]:23)

Dengan demikian, maka “Quran itu seluruhnya mutasyabih”, maksudnya


Qur’an itu sebagian kandungannya serupa dengan sebagian yang lain dalam
kesempurnaan dan keindahannya, dan sebagainnya membenarkan sebagian yang
lain serta sesuai pula maknanya.
Contoh-contoh ayat-ayat mutasyabih:

- )10 :‫يد هللا فوق أيديهم (الفتح‬


- )5 :‫الرحمن علي العرش استوي (طه‬
- ]3[)88 :‫كل شئ هالك إّال وجهه (القصص‬

 Perbedaan dalam pemahaman al-Mutasyabih yang lebih sempit


Para sarjana Ulumul Qur’an hampir sependapat bahwasanya semua ayat al-
Qur’an adalah muhkam karena keserasian yang mantap dan kekokohan ayat-
ayatnya serta keserasian gagasan, pemikiran, dan sistem serta hukum-hukumnya
dalam al-Qur’an. menurut mereka, justifikasi penyifatan mutasyabih kepada al-

4
Qur’an adalah sekadar karena kemiripan dan kesamaan antara sebagian ayat
dengan sebagian lain dalam gaya bahasa dan tujuan.

Namun mereka berbeda pendapat sejak awal ketika ingin membatasi


makna yang dimaksud dengan muhkam dan mutasyabih di dalam ayat 7 surah Ali
Imran.[4]

‫ُهَو اَّل ِذ ْۤي َاْن َز َل َع َلْي َك اْلِكٰت َب ِم ْن ُه ٰا ٰي ٌت ُّم ْح َك ٰم ٌت ُهَّن ُاُّم اْلِكٰت ِب َو ُا َخ ُر ُم َتٰش ِبٰه ٌت ۗ  َف َا َّم ا اَّل ِذ ْيَن ِفْي ُقُل ْو ِبِه ْم َزْي ٌغ‬
‫َفَيَّتِبُعْو َن َم ا َتَش ا َبَه ِم ْنُه اْبِتَغٓاَء اْلِفْتَنِة َو ا ْبِتَغٓاَء َتْأِو ْيِلٖه ۚ  َو َم ا َيْع َلُم َتْأِوْيَلۤٗه ِااَّل ُهّٰللاۘ  َو الّٰر ِس ُخ ْو َن ِفى اْلِع ْلِم َيُقْو ُل ْو َن ٰا َم َّن ا‬
‫ِبٖه ۙ  ُك ٌّل ِّم ْن ِع ْنِد َر ِّبَناۚ  َو َم ا َيَّذ َّك ُر ِاۤاَّل ُاوُلوا اَاْل ْلَبا ِب‬

"7. Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya
ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang
lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat
yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat
mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal."

‫ و منشــأ هــذا االختالف اختالفهم في الوقــف في قولــه تعــالي (و‬،‫وقــع االختالف في إمكان معرفــة المتشــابه‬
‫ والوقـف علي قولـه (و مـايعلم‬،‫مبتدأ خبره (يقولـون) و الـواو لالستثناف‬ ‫الراسخون في العلم) هل هو‬
]5[)‫ و الوقف علي قوله (و الراسخون في العلم‬،‫تأويله إال هللا) ؟ أو هو معطوف (و يقولون) حال‬

C.Ayat-ayat Mutasyabihat menurut pandangan ulama

1. Mu’tazilah

Menurut hemat penulis, mu’tazilah membatasi pengertian mutasyabihat


dengan pendapat tentang waqf yang kedua yaitu yang berhenti pada kalimat
(‫ )و الراسخون في العلم‬bahwa hubungan antara dua kalimat itu adalah ma’thuf dan kata
“yaqulun” menjadi hal. Yang menguatkan pendapat mereka bahwasanya yang
mengetahui ayat-ayat mutasyabihat untuk ditakwilkan Allah dan orang-orang
yang sangat dalam pengetahuannya.
Menurut al-Qadi Abd al-Jabbar dalam bukunya Mutasyabih al-Quran, ia
berpendapat bahwa pernyataan ‫ ))امنا به‬menambah sempurna keterpujian mereka,
maksudnya seseorang yang mengetahui sesuatu lalu menampakkan pembenaran
yang diketahuinya itu maka ia telah melakukan sesuatu yang lebih baik daripada
ia mengetahui tapi tak ingin tahu.

5
- Tujuan firman Allah adalah memberi sesuatu yang bermanfaat bagi
mukalaf, bukan bagi-Nya sendiri, karena mustahil bagi-Nya kemanfaatan dan
kemudaratan. Kemanfaatan mestilah berasal dari sesuatu yang mengacu kepada
maknanya. Dengan demikian mestilah semua firman-Nya merupakan petunjuk
yang bisa dipakai untuk mengetahui maksud-Nya.
- Tidak mungkin ayat-ayat datang dari Allah tidak memberi pengertian
apapun, Allah tidak mungkin menghendaki ayat-ayat mutasyabihat yang memiliki
manfaat bagi mukallaf namun tidak dapat diketahui, maka ini pun akan membuat
ayat-ayat itu percuma saja atau sama saja Allah mewajibkan manusia untuk
mempercayainya sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat apapun.

2. Syi’ah

Syi’ah Isma’ilyah Bathiniyah menciptakan gagasan teori lahir dan batin


atau dalam istilah mereka “al-Muthl wa al-Mamthul”, tujuannya adalah untuk
mengimpretasi teks-teks agama, syariat, baik Qur’an ataupun Sunnah, karena
dalam mazhab mereka ta’wil merupakan pilar, asas dan landasan utama dalam
proses pengukuhan sebuah aqidah dan penegakan ideologi, atas dasar tersebut
yang membadakan Syi’ah Isma’iliyah dengan mazhab-mazhab lain.[7]

3. Salafiyah

Salafiyah merupakan mazhab pemikiran yang sama sekali mengharamkan


untuk mengamalkan ayat-ayat mutasyabih.
Ulama salafiyah memilih pendapat yang pertama yaitu:

(‫)و الراسخون في العلم‬ ‫ والوقف علي قوله (و مــايعلم تأويله إال‬،‫مبتدأ خبره (يقولون) و الواو لالستثناف‬
)‫هللا‬

Pendapat Ibnu Abbas bahwa muhkam itu apa yang diimani dan diamalkan
sementara mutasyabih adalah apa yang diimani tapi tidak diamalkan.[8] Tidak
mengamalkan ayat-ayat mutasyabih maka berdampak pada penafsiran ayat-ayat
al-Qur’an Adapun argumentasi mereka tentang tafsir
Al Quran secara tekstual.

‫ إنما توقفنا في تفسير اآليات وتأويلها ألمرين‬:


‫ ( فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون مــا تشــابه منه ابتغاء‬: ‫ المنع الوارد في التنزيل في قوله تعالى‬: ‫أحدهما‬
‫الفتنة وابتغاء تأويله وما يعلم تأويله إال هللا والراسخون في العلم يقولون آمنا به كل من عند ربنا وما يذكر إال‬
‫ أولوا األلباب ) فنحن نحترز عن الزيغ‬.

‫ أن التأويل أمر مظنون باالتفاق والقول في صفات الباري بالظن غير جـائز فربمـا أولنا اآلية على‬: ‫والثاني‬
‫غير مراد الباري تعالى فوقعنا في الزيغ بل نقــول كمــا قــال الراسخون في العلم ( كل من عند ربنا ) آمنا‬

6
‫بظاهره وصدقنا بباطنه ووكلنا علمه إلى هللا تعالى ولسنا مكلفين بمعرفة ذلك إذ ليس ذلك من شرائط اإليمــان‬
]9[.‫وأركانه‬

Adapun hadis yang menguatkan pendapat mereka yaitu:

‫ تال رسول هللا صــلي هللا عليــه و سّلم هــذه االية‬:‫ ] عن عائشــة قــالت‬uqèd ü“Ï%©!$# tAt“Rr&
y7ø‹n=tã |=»tGÅ3ø9$# - ‫ إلي قوله‬- (#qä9'ré& É[=»t6ø9F{$# ‫قال رسول هللا صلي هللا عليه‬
‫ فإذا رأيت الذين يتبعون ما تشابه منيه فاولئك اّلذين سّم ي هللا فاحذروهم‬:‫و سّلم‬.

“Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah membaca ayat ini (surat al-Imran: 7).
Kemudian berkata: “apabila kamu melihat orang yang mengikuti ayat-ayat
mutasyabihat mereka itulah yang disinyalir Allah. Maka waspadalah terhadap
mereka.”[10]

4. Ahl Al-Sunnah

Dalam menginterpretasikan ayat-ayat mutasyabihat, Ahl as-Sunnah wa al-


Jama'ah bersikap moderat dan mengambil jalan tengah, dengan menetapkan
semua sifat Tuhan tanpa tasybih(menyerupakan tuhan dengan materi) dan
ta'thil(meniadakan sifat-sifat tuhan).
Kelompok ketiga ini (ahl al-sunnah wal-jama'ah), sangat berhati-hati dalam
meninterpretasikan ayat-ayat mutasyabihat dan hadits yang banyak mengandung
kata metaforis. Mereka memilih diam, "no comment". Kami beriman terhadap
dzahirnya ayat, membenarkan muatan isinya, dan menyerahkan sepenuhnya
kepada Allah, kami tidak dipaksa untuk mengetahuinya, begitulah keluh mereka,
pasrah.
Misalnya Ayat "al-Rahman 'ala al-arsy istawa" Imam Malik bin Anas, ketika
ditanyakan maksud dari ayat ini, beliau hanya menjawab "istiwa itu sudah
maklum, namun prakteknya tidak jelas (Majhul), tetapi kita tetap harus meyakini
kebenarannya, sedangkan bertanya tentang ini bid'ah". Jawaban yang simpel ini,
mensinyalir, betapa akidah hanyalah merupakan keyakinan semata tanpa harus
dirasionalisasikan sebagaimana wujud manusia[11]
. Menurut ulama Ahl al-Sunnah
Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang pengertiaanya dapat diketahui baik
secara lahiriah ataupun dengan takwil. Sedang ayat mutashabihat adalah ayat yang
ketentuannya hanya diketahui Allah.[12]

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum jelas maksudnya, dan mempunyai


banyak kemungkinan takwilnya, atau maknanya yang tersembunyi, dan
memerlukan keterangan tertentu, atau hanya Allah yang mengetahuinya
Sebab adanya ayat Mutasyabih ialah karena Allah SWT menjadikan demikian.
Imam Ar-Raghib Al- Asfihani dalam kitabnya Mufradatil Qur’an menyatakan
bahwa sebab adanya kesamaran dalam Alquran terdapat 3 hal, yaitu sebagai
berikut:Kesamaran dari aspek lafal saja, kesamaran dari aspek maknanya,
kesamaran dari aspek lafal dan maknanya.

B. Saran

Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami ‘Ulumul Qur’an
lebih mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-ajaran
yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Machasin, MA, al-Qadi Abd al-Jabar Mutasyabih al-Quran: Dalih


Rasionalitas al-Quran. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2000

M. Baqir Hakim, Ulumul Quran. Jakarta: Al-Huda, 2006

Manna Khalil Qatan, Studi Ilmu-Ilmu Quran. Bogor: Linter Antarnusa, 2009

PERTANYAAN DAN JAWABANNYA

1.Nama: Mufiah Aulia


Npm:1911060371
Pertanyaan: Didalam makalah disebutkan ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat
yang pengertiaanya dapat diketahui baik secara lahiriah ataupun dengan takwil.
Yang saya tanyakan apa yang dimaksud dengan pengertian secara lahiriah dan
takwil?
Jawaban: Baiklah saya akan mencoba menjawab pertanyaan Lahiriah adalah
bersifat lahir (bukan bersifat batin). Arti lainnya dari lahiriah adalah lahirnya
(pengertian aslinya). Sedangkan Sedangkan makna takwil adalah di saat ia sudah
menjadi makna batin, namun ia akan benar di saat tidak meninggalkan makna
lahiriahnya artinya tidak bertentangan dengan makna lahiriahnya.
2.Nama: Pegi Aprianti
Npm: 1911060395
Kelas: Biologi f
Pertanyan:Mutasyabih adalah ayat yang belum jelas maksud nya atau maknanya
yang tersembunyi, lantas adakah manfaat mutasyabih itu sendiri kalau ada tolong
di jelaskan?

9
Jawaban: Untuk mutasyabih itu sendiri tidak ada manfaatnya karena Ayat
mutasyabihat yakni dengan makna samar,atau memiliki makna lain,yang
membutuhkan penafsiran menggunakan ayat lain atau hadist penjelas.
3.Nama : Rachmatika Wijayanti
Npm : 1911060401
Pertayaan: bagaimana sikap kita terhadap ayat ayat mutasyabihat?
Jawaban: Percaya kalau ayat-ayat mutasyabihat yang tau artinya cuma Allah dan
kita lebih baik jangan mengartikannya. Contoh ayat mutasyabihat : ‫آلٰر‬، ‫آلّٓم ٓص‬،‫آلّٓم‬،dan
lain-lainnya

10

Anda mungkin juga menyukai