Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MATA KULIAH

ULUMUL QURAN

AYAT-AYAT YANG MUHKAN DAN MUTSYABIH

Dosen Pengampu :
Dr. Nilhakim, M.Ag

OLEH:

SYAIDA ULFA
NIM. 301.2022.002

Semester : II
Kelompok : 7

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD
SYAFIUDDIN SAMBAS
2023 M/ 1444 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat


rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah ayat-ayat yang muhkan dan
mutsyabih bisa selesai.

Makalah ini dibuat dengan untuk memenuhi tugas harian semester 2 (dua)
program Studi Hukum Ekonomi Syariah dari bapak Dr. Nilhakim, M.Ag pada
mata kuliah Ulumul Quran. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
menambah wawasan kepada pembaca.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Dr. Nilhakim,


M.Ag selaku dosen bidang Ulumul Quran. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat
menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih


melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Sambas, 21 Mei 2023

Syaiada Ulfa

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih...................................................2
B. Jenis-jenis Muhkam dan Mutasyabih...................................................4
BAB III PENUTUP.........................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................9
B. Saran ....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Allah menyampaikan pesan dalam al-qur`an dengan berbagai cara dan
bentuk dalalah baik yang jelas ataupun dengan cara yang samar (mubham). Di
antara bentuk keduanya terdapat bentuk muhkam dan mutasyabih. Itu semua
merupakan kerunia Allah subhanahu wa ta`ala kepada ummat manusia agar dapat
memahami dengan elastis, syamil, dan komprehensif. Di antara gaya
penyampaian al-qur`an terkadang menggunakan lafadz dan uslub yang berbeda-
beda tetapi maknanya tetap satu, yaitu sebagian lafadz serupa dengan sebagian
yang lain tetapi maknanya serasi dan cocok, tidak ada yang bersifat umum dan
samar (mutasyabih) dan dapat memberikan peluang bagi para mujtahid dan
cendekiawan untuk dapat mengembalikannya kepada yang tegas maksudnya dan
disebut muhkam, mengembalikan yang samar kepada yang jelas maknanya,
mengembalikan masalah cabang kepada masalah pokok, yang bersifat parsial
kepada yang kulli.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan yang dimaksud Muhkam dan Mutasyabih!
2. Apa saja Jenis-jenis Muhkam dan Mutasyabih?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih


Kata “muhkam” dan “mutasyabih” adalah bentuk mudzakar, digunakan
untuk mensifati kata-kata yang mudzakkar, seperti ungkapan al-qur`an yang
muhkam atau yang mutasyabih. Sedangkan kata “muhkamat” atau “mutasyabihat”
adalah bentuk muannats untuk mensifati kata yang juga muannats, seperti surah
dan ayat muhkamat atau mutasyabihat. Al-qur`an menampilkan kata “muhkam”
yang terkait dengannya sebanyak tiga kali dalam bentuknya yang berbeda-beda,
yaitu “muhkamat (QS. Ali-`imran[3]:7), uhkimat (QS. Hud[11]: 1), dan
muhakkamah (QS. Muhammad [47]: 20). Sementara kata “mutasyabih” dalam
berbagai ragam dan bentuknya dikemukakan sebanyak dua belas kali yang
terpencar dalam beberapa surah dan ayat di dalam Al-Qur`an. Kedua kata tersebut
memiliki beragam arti baik menurut etimologi maupun terminologi.1
Muhkam secara etimologis adalah sesuatu yang tidak ada perselisihan dan
kekacauan di dalamnya, dan ada yang mengatakan bahwa Muhkam ialah sesuatu
yang belum menjadi mutasyabih karena keterangannya sudah tegas dan tidak
membutuhkan kepada yang lain. Muhkam merupakan derivasi dari kata ahkama
yaitu atqana. Ahkama al-kalam berarti mengokohkan perkataan dengan
memisahkan berita yang benar dari yang salah. Dengan demikian Muhkam dapat
berarti sesuatu yang dikukuhkan, jelas, fasih, dan bermaksud membedakan antara
informasi yang hak dan yang bathil, serta memisahkan urusan yang lurus dari
yang sesat. Al-qur`an seluruhnya muhkamah, jika yang dimaksud dengan
kemuhkamahannya ialah susunan lafadz al-qur`an dan keindahan nazhamnya,
sungguh sangat sempurna, tidak ada sedikitpun terdapat kelemahan padanya, baik
dari segi lafadz maupun maknanya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah
yakni:
‫آلرۚ ِكٰت ٌَب أُْح ِكَم ْت َء اٰی َت ۥُھُ ثَّ ُم فُِّص َلْت ِم ن َّل ُدْن َحِكیٍم َخبِیر ۝‬

1
M.Ihsan, Ulumul Qur`An (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014), hlm. 20.

2
Artinya: “Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang
Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.” (QS. Hud [11] : 1).
Adapun mutasyabih secara etimologis berarti tasyabuh, yakni apabila salah
satu dari dua hal serupa dengan yang lain. Syuhbah ialah keadaan dimana salah
satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena kemiripan di
antara keduanya. Mutasyabih secara bahasa berarti sesuatu yang menyerupai dari
segala segi antara satu dengan yang lain. Mutasyabih juga terkadang dipadankan
dengan mutamatsil dalam perkataan dan keindahan. Dengan ungkapan tasyabuh
al-kalam dapat diartikan “kesamaan dan kesesuaian dalam perkataan, karena
sebagiannya membenarkan sebagian yang lain dalam kesempurnaannya dan
sesuai pula dengan makna yang dimaksudkannya.2 Dapat dikatakan bahwa seluruh
Al-Qur`an adalah mutasyabihah, bahwa masing-masing kemutamatsilan
(keserupaan atau sebanding) ayat-ayatnya, baik dalam bidang balaghah maupun
dalam bidang i`jaz dan kesulitan kita memperlihatkan kelebihan sebagian sukunya
atau yang lain. Dengan pengertian inilah yang dapat kita ambil berdasarkan
firman Allah:
‫ُهّٰللَا َنَّز َل َاْح َس َن اْلَح ِدْيِث ِكٰت ًبا ُّم َتَشاِبًها َّم َثاِنَۙي َتْقَش ِع ُّر ِم ْنُه ُج ُلْو ُد اَّلِذ ْيَن َيْخ َش ْو َن َر َّبُهْم ۚ ُثَّم َتِلْيُن ُج ُلْو ُدُهْم َو ُقُلْو ُبُهْم‬
‫ِاٰل ى ِذ ْك ِر ِهّٰللاۗ ٰذ ِلَك ُهَدى ِهّٰللا َيْهِدْي ِبٖه َم ْن َّيَش ۤا ُء ۗ َو َم ْن ُّيْض ِلِل ُهّٰللا َفَم ا َلٗه ِم ْن َهاٍد‬
Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur`an
yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia
menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya, dan barangsiapa yang disesatkan Allah,
niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” (QS. Az-Zumar [39] : 23) .
Secara epistemologi, para ulama berbeda pendapat dalam istilah muhkam dan
mutasyabih. Muhkam yaitu lafadz yang artinya menunjukkan dalalah yang jelas
dan pasti yang tidak memungkinkan untuk menta`wilkannya, ditakhsisikan,
ataupun dinasakh.

2
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, ILMU-ILMU AL-QUR`AN (Ulum al-Qur`an),
(Semarang: PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2010), hlm. 158.

3
Pendapat lain sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthi bahwa:
1. Muhkam adalah yang dapat diketahui maksudnya dengan nyata dan jelas
maupun dengan cara ta`wil. Sedangkan mutasyabih adalah sesuatu yang
hanya diketahui oleh Allah seperti kedatangan hari kiamat dan maksud dari
huruf-huruf terpisah yang terdapat pada beberapa awal surah.
2. Muhkam adalah yang tidak dapat dita`wilkan kecuali hanya dengan satu
penta`wilan saja, sedangkan mutasyabih adalah yang mungkin dapat
dita`wilkan dengan banyak penta`wilan.
3. Muhkam adalah ayat yang menerangkan tentang faraidl, ancaman, dan
harapan. Sedangkan mutasyabih adalah tentag ayat-ayat yang berhubungan
dengan kisah-kisah dan amstal.
4. Muhkam adalah lafadz yang tidak diulang-ulang. Sedangkan mutasyabih
adalah sebaliknya.
5. Muhkamat adalah ayat-ayat yang tidak dinasakh, maka mutasyabihat adalah
ayat-ayat atau ajaran-ajaran yang telah dinasakh.
6. Muhkam adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan halal dan haram,
sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat selain yang berkenaan dengan halal
dan haram.
B. Jenis-jenis Muhkam dan Mutasyabih
Muhkam dan Mutasyabih masing-masing dapat dibagi ke dalam dua
kategori, yaitu : 3
1. Muhkam
a. Muhkam li dzatihi, yaitu muhkam yang semata-mata karena arti yang
ditunjukinya itu tidak mungkin dapat dimansukhkan. Misalnya adalah
keharusan beribadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta`ala semata dan
berbuat baik kepada kedua orang tua, sebagaimana yang diperintahkan
oleh Allah dalam surat al-isra` ayat 23 :

3
Mawardi Abdullah, ULUMUL QUR`AN, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014),
hlm. 93.

4
‫َو َقٰض ى َر ُّبَك َااَّل َتْعُبُد ْٓو ا ِآاَّل ِاَّياُه َو ِباْلَو اِلَدْيِن ِاْح ٰس ًنۗا ِاَّم ا َيْبُلَغَّن ِع ْنَدَك اْلِكَبَر َاَح ُدُهَم ٓا َاْو ِكٰل ُهَم ا َفاَل َتُقْل‬
‫َّلُهَم ٓا ُاٍّف َّو اَل َتْنَهْر ُهَم ا َو ُقْل َّلُهَم ا َقْو اًل َك ِر ْيًم ا‬

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya”
b. Muhkam li ghairihi, adalah ayat-ayat yang belum dinasakh pada zaman
Rasulullah, sebagaimana dikemukakan oleh al-Baazdawi dalam Kasyf al-
Asrar yang dikutip oleh al-`Aks, “ yang tidak dinasakh sehingga
terputusnya wahyu dan Nabi telah wafat, maka ini dinamakan muhkam li
ghairihi, jenis ini mencakup al-dzahir, al-nash, al-mufassar, dan
almuhkam”, karena masing-masing belum terkena nasakh hingga muhkam
yang disebabkan oleh terputusnya kemungkinan adanya nasakh.4 Artinya
dianggap muhkam ini karena suatu lafadz yang menunjukkan atas
keabadian berlakunya, sehingga tidak dapat dimansukhkan, atau muhkam
karena faktor luar bila tidak dapatnya lafadz itu dinasakh bukan karena
nash atau teks nya itu sendiri tetapi karena tidak ada nash yang
menasakhnya.
Contohnya yakni muhkam yang terdapat pada Q.S An-Nur [24]: 4;
‫َو اَّلِذ ْيَن َيْر ُم ْو َن اْلُم ْح َص ٰن ِت ُثَّم َلْم َيْأُتْو ا ِبَاْر َبَعِة ُش َهَد ۤا َء َفاْج ِلُد ْو ُهْم َثٰم ِنْيَن َج ْلَد ًة َّو اَل َتْقَبُلْو ا َلُهْم َش َهاَد ًة‬
‫ٰۤل‬
‫ۙ َاَبًد ۚا َو ُاو ِٕىَك ُهُم اْلٰف ِس ُقْو َن‬
“Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik
(berzina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
deralah mereka delapan puluh kali, dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka untuk selama-lamanya.”
Ayat ini menjelaskan bahwa tidak dapat menerima kesaksian orang
yang berbuat jarimah qodzaf untuk selama-lamanya karena pada ayat
tersebut disertai lafadz `abadan (selama-lamanya). Ketentuan tentang
lafadz muhkam bila menyangkut hukum, yakni wajib. Juga tidak pula

4
Usman, ULUMUL QUR`AN (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014), hlm. 220.

5
dipahami dari lafadz tersebut melalui alternatif lain, serta tidak mungkin
pula dinasakh oleh dalil yang lain.
2) Mutasyabih
a. Mutasyabih ayat yang terdapat dalam lafadz huruf berupa huruf-huruf
pada permulaan beberapa surah dalam Al-Qur`an.
Berikut ini adalah beberapa contoh ayat-ayat mutasyabih yang terdapat
dalam lafadz huruf berupa huruf-huruf pada permulaan beberapa surah dalam Al-
Qur'an:
1. Surah Alif Lam Meem (Surah Al-Baqarah, ayat 1): "Alif Lam Meem."
2. Surah Ya Sin (Surah Ya Sin, ayat 1): "Ya Sin."
3. Surah Ha Meem (Surah Ghafir, ayat 1): "Ha Meem."
4. Surah Ta Ha (Surah Ta Ha, ayat 1): "Ta Ha."
5. Surah Alif Lam Ra (Surah Yunus, ayat 1): "Alif Lam Ra."
6. Surah Sad (Surah Sad, ayat 1): "Sad."
7. Surah Qaf (Surah Qaf, ayat 1): "Qaf."
8. Surah Nun (Surah Al-Qalam, ayat 1): "Nun."
9. Surah Alif Lam Meem Ra (Surah Ar-Rum, ayat 1): "Alif Lam Meem Ra."
10. Surah Ha Meem Ain Seen Qaf (Surah Al-Ahqaf, ayat 1): "Ha Meem Ain
Seen Qaf."

Ayat-ayat ini mengandung huruf-huruf yang tidak memiliki makna yang


jelas atau tersembunyi maknanya, sehingga dikenal sebagai ayat-ayat mutasyabih.
Meskipun tidak diketahui maknanya dengan pasti, ayat-ayat tersebut tetap
dihormati dan dianggap sebagai bagian yang penting dari Al-Qur'an.5

b. Mutasyabih yang terdapat dalam mafhum ayat seperti yang terdapat pada
ayat-ayat yang berbicara tentang sifat-sifat Allah.
As Ayat-ayat yang berbicara tentang sifat-sifat Allah seringkali mengandung mafhum
mutasyabih, yang artinya maknanya tidak dapat dipahami secara harfiah atau terbatas.

5
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, ILMU-ILMU AL-QUR`AN (Ulum al-Qur`an)
(Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014), hlm. 158

6
Berikut ini adalah beberapa contoh ayat yang mengandung mafhum mutasyabih dalam
pembahasan tentang sifat-sifat Allah:
1. Surah Al-Baqarah, ayat 255 (Ayat Kursi):
‫ّٰل ُه ٓاَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَۚو َاْلَح ُّي اْلَقُّيْو ُم ۚە اَل َتْأُخ ُذ ٗه ِس َنٌة َّو اَل َنْو ٌۗم َلٗه َم ا ِفى الَّسٰم ٰو ِت َو َم ا ِفى اَاْلْر ِۗض َم ْن َذ ا‬
‫اَّلِذْي َيْش َفُع ِع ْنَد ٓٗه ِااَّل ِبِاْذ ِنٖۗه َيْع َلُم َم ا َبْيَن َاْيِدْيِهْم َو َم ا َخ ْلَفُهْۚم َو اَل ُيِح ْيُطْو َن ِبَش ْي ٍء ِّم ْن ِع ْلِمٖٓه ِااَّل ِبَم ا‬
‫َش ۤا َۚء َو ِسَع ُك ْر ِس ُّيُه الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر َۚض َو اَل َئُـْو ُدٗه ِح ْفُظُهَم ۚا َو ُهَو اْلَعِلُّي اْلَعِظْيُم‬
Artinya: "Allah! Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)."
2. Surah Al-Ikhlas, ayat 4:6
‫َو َل َيُك ن َّل ۥُه ُك ُفًو ا َأَح ٌۢد‬
‫ْم‬
Artinya: "Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya."
3. Surah Al-An'am, ayat 103:
‫َفاِطُر ٱلَّس َٰم َٰو ِت َو ٱَأْلْر ِضۚ َج َعَل َلُك م ِّم ْن َأنُفِس ُك ْم َأْز َٰو ًج ا َو ِم َن ٱَأْلْنَٰع ِم َأْز َٰو ًج اۖ َيْذ َر ُؤُك ْم ِفيِهۚ َلْيَس َك ِم ْثِلِهۦ‬
‫َش ْى ٌء ۖ َو ُهَو ٱلَّسِم يُع ٱْلَبِص يُر‬
Artinya: "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya; dan Dia-lah
yang Maha Mendengar, Maha Melihat."
4. Surah An-Nur, ayat 35:
‫ُهّٰللَا ُنْو ُر الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِۗض َم َثُل ُنْو ِرٖه َك ِم ْش ٰك وٍة ِفْيَها ِمْص َباٌۗح َاْلِمْص َباُح ِفْي ُز َج اَج ٍۗة َالُّز َج اَج ُة َك َاَّنَها‬
‫َك ْو َك ٌب ُدِّرٌّي ُّيْو َقُد ِم ْن َش َج َرٍة ُّم ٰب َر َك ٍة َز ْيُتْو َنٍة اَّل َشْر ِقَّيٍة َّو اَل َغ ْر ِبَّيٍۙة َّيَك اُد َز ْيُتَها ُيِض ْۤي ُء َو َلْو َلْم َتْم َسْسُه‬
‫ۙ َناٌۗر ُنْو ٌر َع ٰل ى ُنْو ٍۗر َيْهِد ى ُهّٰللا ِلُنْو ِرٖه َم ْن َّيَش ۤا ُۗء َو َيْض ِر ُب ُهّٰللا اَاْلْم َثاَل ِللَّناِۗس َو ُهّٰللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َعِلْيٌم‬
Artinya: "Allah adalah Cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-
Nya, seperti misai di dalam kaca yang ada di dalamnya (cahaya) yang
berkilauan, (ia itu) diambil dari tempat yang dinyalakan dengan api yang
berasal dari (minyak yang dihasilkan) pohon zaitun yang tumbuh bukan
dari timur dan juga bukan dari barat, hampir-hampir minyaknya (saja)
menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki; dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu."
5. Surah Al-Qasas, ayat 88:

6
Ibid, hlm 34

7
‫َو اَل َتْدُع َم َع ِهّٰللا ِاٰل ًها ٰا َخ َۘر ٓاَل ِاٰل َه ِااَّل ُهَۗو ُك ُّل َش ْي ٍء َهاِلٌك ِااَّل َو ْج َهٗه ۗ َلُه اْلُح ْك ُم َو ِاَلْيِه ُتْر َج ُعْو َن‬
Artinya: "Dan janganlah kamu doakan kematian pada mereka (musuh-
musuh kamu) dengan sebab apa yang mereka kerjakan, sedang Allah
mengetahui apa yang mereka kerjakan."
Dalam ayat-ayat ini, Allah menyampaikan sifat-sifat-Nya yang unik dan
tidak dapat disamakan dengan makhluk-Nya. Mafhum mutasyabih di sini
mengacu pada sifat-sifat yang melebihi pemahaman manusia dan hanya dapat
dipahami dalam konteks kesempurnaan dan keagungan-Nya. Meskipun
mafhumnya tersembunyi, kita diharapkan untuk menghormati dan menerima
bahwa sifat-sifat Allah yang mutlak dan tidak terbatas.7

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

7
Mawardi Abdullah, Ulumul Qur`An, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014), hlm.
91

8
Muhkam dapat berarti sesuatu yang dikukuhkan, jelas, fasih, dan
bermaksud membedakan antara informasi yang hak dan yang bathil, serta
memisahkan urusan yang lurus dari yang sesat. Adapun mutasyabih secara
etimologis berarti tasyabuh, yakni apabila salah satu dari dua hal serupa dengan
yang lain. Muhkam terdiri dari Muhkam li dzatihi dan Muhkam li ghairihi.
Sedangkan Mutasyabih, terdiri dari Mutasyabih ayat yang terdapat dalam lafadz
huruf dan Mutasyabih yang terdapat dalam mafhum ayat. Sebab sebab terjadinya
tasyabuh dalam al-qur’an menurut hasil pengamatan dan penelitian para ulama
yaitu disebabkan oleh kebersembunyian maksud Allah dari kalam-Nya itu.
Selanjutnya dapat dikatakan bahwa ketersembunyian itu dapat saja kembai kepada
kesamaran lafal, kesamaran makna, dan kesamaran pada lafal dan makna
sekaligus.
B. Saran
Makalah ini saya buat pasti masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
tulisan dan kata-kata yang kurang cocok dibaca, maka dengan terbuka saya
menerima masukan dari para pembaca yang budiman dan baik berupa saran, kritik
yang bersifat konstruktif karena dengan saran dan kritik saya dapat memperbaiki
lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

M.Ihsan, Ulumul Qur`An Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014

9
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, ILMU-ILMU AL-QUR`AN (Ulum al-Qur`an),
Semarang: PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2010

Mawardi Abdullah, ULUMUL QUR`AN, Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR,


2014

Usman, ULUMUL QUR`AN Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014

Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, ILMU-ILMU AL-QUR`AN (Ulum al-Qur`an)


Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014

Mawardi Abdullah, Ulumul Qur`An, Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2014

10

Anda mungkin juga menyukai