MATA KULIAH
Dosen Pengampu :
ASMAN M.Ag
OLEH:
SYAIDA ULFA
NIM. 301.2022.002
Semester : I
Kelompok : 1
Puji syukur kami panjatkan untuk tuhan yang maha Esa atas limpahan
rahmat taufik serta hidayah-Nya, jadi makalah sejarah perkembangan hukum
islam say aini dapat terselesaikan dengan baik guna memenuhi tugas mata kuliah
pengantar hukum islam. Makalah ini merupakan kumpulan bahan yang bersumber
dari buku dan internet dengan harapan makalah ini dapat memberikan pemahaman
untuk mahasiswa tentang sejarah perkembangan hukum islam saya.
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu bukan hanya untuk mahasiswa
saja namun juga unuk pelajar dan masyarakat umum. Kami menyadari
sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
jadi kami membuuhkan saran dan kritik yang membangun untuk penyajian dan isi
agara kedepannya kami dapat Menyusun makalah lebih baik lagi.
Syaida ulfa
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3
A. Sejarah perkembangan dan pertumbuhan hukum islam.....................3
B. Masa nabi Muhammad SAW.............................................................3
C. Masa khulafaur rasyidin..................................................................... 5
D. Masa pembinaan hukum islam........................................................... 9
E. Masa pengembangan dan pembukuan hukum islam.......................... 9
F. Masa kemunduran hukum islam ........................................................10
G. Masa kebangkitan Kembali hukum islam..........................................10
BAB III PENUTUP......................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................12
B. Saran...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum memiliki arti seperangkat peraturan atau norma yang digunakan
untuk mengatur tingkah laku masyarakat yang tumbuh berkembang pada
masyarakat tersebut atau dibuat oleh pemerintah. Sedangkan Hukum Islam adalah
hukum yang bersumber dari Al-Qur’an, hadist atau sunnah Rasulullah dan ijtihad
guna mengatur tingkah laku, perilaku dalam kehidupan bermasyarakat baik kaum
muslim maupun non muslim. Hukum islam memiliki konsep dasar dan kerangka
yang trans-sedental (wahyu).
Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia
lain dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan tuhan,
hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan benda serta
alam sekitar.
Periode dalam perkembangan hukum islam terbagi dalam beberapa tahap,
mulai dari masa pembentukan dan pertumbuhan, masa puncak pengembangan,
dan masa kemunduran. Makalah sejarah perkembangan hukum islam ini akan
membahas tentang perkembangan hukum islam pada masa Rasulullah SAW dan
khulafaur rasyidin.
B. Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini antara lain:
a. Bagaimana perkembangan hukum islam pada masa Rasulullah
b. Bagaimana perkembangan hukum islam pada masa khulafaur rasyidin
1) Abu bakar as siddiq
2) Umar bin khattab
3) Usman bin affan
4) Ali bin abi thalib
c. Bagaimana perkembangan hukum islam pada masa pembinaan
1
d. Bagaimana perkembangan hukum islam pada masa pengembangan dan
masa pembiukan
e. Bagaimana keadaan pada masa kemunduran hukum islam
f. Bagaimana keadaan pada masa kebangkitan hukum islam
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri’: Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari
Masa ke Masa (jakarta: Amzah, 2013), hal 42-43.
3
1. Fase Rasulullah berada di Makkah (selama 12 tahun), fokus utama fase ini
adalah penyebaran dakwah ketauhidan dan berusaha memalingkan umat
manusia dari menyembah berhala.
2. Fase Rasul berada di Madinah (selama 10 tahun), pada fase ini media-media
dakwah telah berjalan lancar dan Islam telah terbina menjadi umat dan
menjadi satu pemerintahan.
Sumber-sumber tasyri’ yang digunakan pada zaman Rasul ada tiga yaitu Al-
Qur’an, Hadis dan Ijtihad. Apabila terjadi suatu peristiwa yang menghendaki
adanya hukum yang mungkin timbul karena adanya suatu pertanyaan, perselisihan
atau adanya permintaan kepada Rasul, maka Allah mewahyukan kepada Rasul
lewat wahyu-wahyu-Nya. Bila belum ada, maka rasul melakukan ijtihad untuk
menetapkan hukum. Kalaupun ijtihad yang dilakukan Rasul salah, maka Allah
akan mengingatkan atau membenarkannya.
4
a. Hukum Keluarga yang terdiri dari hukum perkawinan dan hukum
kewarisan sebanyak 70 ayat.
b. Hukum perdata lainnya, di antaranya hukum perjanjian (perikatan)
terdapat 70 ayat.
c. Mengenai hukum ekonomi keuangan termasuk hukum dagang terdiri
dari 10 ayat.
d. Hukum pidana terdiri dari 30 ayat.
e. Hukum tata negara terdiri dari 10 ayat.
f. Hukum internasionan terdapat 25 ayat.
g. Hukum acara dan peradilan terdapat 13 ayat.
5
yang belum mereka kenal, banyak tradisi dan adat istiadat yang jauh bebeda
dengan yang ada di Jazirah Arab, serta peristiwa-peristiwa baru yang belum
pernah dijumpai di Mekah atau Madinah, yang kesemuanya memerlukan
penyelesaian menurut hukum islam. Untuk menyelesaikan masalah yang mereka
hadapi mereka menggunakan ijtihad3,yakni berusaha sungguh-sungguh dengan
mempergunakan segenap kemampuan yang ada dilakukan oleh orang (ahli
hukum) yang memenuhi syarat untuk mendapatkan garis hukum yang belum jelas
atau tidak ada ketentuannya di dalam Al-Quran dan Sunnah Rasululah. Pada
umumnya para Khalifah dalam memutuskan masalah tidak sendirian tetapi
mereka bertanya terlebih dahulu kepada sahabat lain. Sikap ini menunjukkan
bahwa penafsiran terhadap Al-Quran bukan hak prerogratif khalifah, selanjutnya
keputusan diambil dari hasil consensus yang lazim disebut dengan ijma’. Jika
dilihat dari luasnya wilayah Islam, nampak bahwa consensus bukanlah hasil
kesepakatan umat Islam, tetapi kesepakatan beberapa pemuka Islam yang
dipandang mewakili keseluruhan. Konsensus yang menghasilkan pengangkatan
Abu Bakar sebagai khalifah adalah contohnya. Pada saat itu umat Islam
dihadapkan pada persoalan “siapa orang yang pantas untuk menggantikan Nabi
Muhammad sebagai pemimpin umat dan kepala negara”. Keputusan akhirnya
diambil berdasarkan qiyas atas posisi Abu Bakar sebagai pengganti Nabi
mengimami salat ketika beliau tidak dapat mengimami salat karena sakit.
Kadangkala keputusan khalifah ditetapkan setelah melalui adu argumentasi.4
Di samping itu masih banyak ijtihad yang dilakukan para Khulafa Al-
Rasyidin, antara lain ketika para sahabat hendak membagi harta rampasan perang.
Pada saat itu terjadi perbedaan pendapat, apakah harta rampasan itu dibagi sama
rata antara orang Muhajirin dengan orang Anshar atau tidak. Umar berpendapat :
“kami tidak menyamakan antara orang-orang yang meninggalkan kampung
halaman dan harta mereka untuk hijrah mengikuti Rasulullah, dengan orang yang
3
Khozin Siraj, Hukum Islam (yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 1984),hlm.18.
4
Muhammad Zuhri, Hukum Islam Dalam Lintasa Sejarah (jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada,1996),hlm.88.
6
masuk Islam karena terpaksa.” Sedangkan Abu Bakar berpendapat bahwa
“mereka masuk Islam bukan karena terpaksa tetapi karena Allah dan
pahalanyapun urusan Allah dunia hanyalah sarana saja”, kemudian berdasarkan
ra’yunya Abu Bakar membagi harta rampasan sama antara orang Muhajirin dan
Anshar. Kemudian ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah , ia membagi harta
rampasan berdasarkan jerih payah masing-masingorang dalam berjuang.5
5
Ahmad Amin, Fajr al-islam (Mesir: Maktabah al-Nahdlah al-Misriyyah,1975),hlm.97.
7
antara umat Islam sendiri. Hl ini jelas tidak diragukan oleh Usman bin Affan.
Oleh karena itu dengan ijtihadnya beliau penulisan mushaf yang dikenal dengan
mushaf Usmani sebagaimana yang kita baca sekarang.6
Adapun para sahabat Nabi yang ahli di bidang hukum di Madinah antara
lain antara lain adalah : Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan, Ali bin Abi Talib, Zaid bin Sabit, Ubay bin Ka’b, Abdullah bin Umar,
Aisyah. Sedangkan Abdullah bin Malik dan Abu Musa Al-Asy’ari di Basrah,
Mu’az bin Jabal’Ubadah bin Samitdi Syam, dan Abdullah bin Amrbin Ash di
Mesir.
6
Yunita Susmartianingsih. Masa Pembinaan, Pengembangan, Pembukuan. (Jakarta: sinar
grafika2017.) hlm 44
8
Adapun para sahabat Nabi yang ahli di bidang hukum di Madinah antara
lain antara lain adalah : Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin
Affan, Ali bin Abi Talib, Zaid bin Sabit, Ubay bin Ka’b, Abdullah bin Umar,
Aisyah. Sedangkan Abdullah bin Malik dan Abu Musa Al-Asy’ari di Basrah ;
Mu’az bin Jabal’Ubadah bin Samitdi Syam ; dan Abdullah bin Amrbin Ash di
Mesir.
9
Pada awal abad ke-3 H, di tengah-tengah pesatnya perhatian ulama terhadap
perkembangan fiqh, mulai terjadi “pemasungan” terhadap kebebasan berpendapat.
Khalifah al-Makmun, al-Mu’tashim dan al-Wasiq berusaha keras untuk
memaksakan ideologi mu’tazilah27 kepada para ulama. Kondisi demikian
menyebabkan para ulama mulai “tertekan” dan secara perlahan mereka mulai
menampakkan dukungannya terhadap ideologi mu’tazilah. Sejak saat itu,
Mu’tazilah menjadi sasaran kecaman pedas dan kritik tajam oleh para ulama,
terutama Ahmad b. Hanbal (164 H-231 H). Seiring dengan pemasungan
kebebasan berpendapat tersebut terjadi pro dan kontra terhadap pemerintahan
Daulah Abbasiyah. Para ulama yang tinggal di daerah-daerah tertentu mulai
mengadakan ”pembelaan” terhadap mazhabnya. Hal ini menimbulkan sikap
ta’assub (fanatisme) secara berlebihan dari ulama kepada para imam dan ajaran-
ajarannya. Pada masa ini merupakan masa yang sangat menyedihkan, di mana
pertikaian (niza’/ tanazu’) terjadi di mana-mana dan berlangsung sangat lama.28
Kondisi sosial politik pada saat itu mulai tidak menentu. Pada pertengahan abad
ke-4 H pemerintah Daulah Abbasiyah terpecah-pecah menjadi negara-negara kecil
yang mempunyai otonomi sendiri-sendiri yang saling bersaing dan berperang. Hal
ini berlangsung terus-menerus sampai jatuhnya Bagdad, ibukota Daulah
Abbasiyah ke tangan Hulagu Khan, panglima tentara Tartar pada tahun 656 H9
8
Abubakar. Masa PePembukuan Hukum Islam (jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada,1996),hlm.91
9
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta:
UI Press, Cetakan kelima, 1986) h. 38-40.
10
meluasnya pengaruh barat dalam dunia Islam akibat kekalahan-kekalahan dalam
lapangan politik yang kemudian diikuti dengan bentuk-bentuk benturan
keagamaan dan intelektual melalui berbagai saluran yang beraneka ragam tingkat
kelangsungan dan intensitasnya. Periode kebangkitan ini berlangsung mulai sejak
abad ke 19, yang merupakan kebangkitan kembali umat islam, terhadap periode
sebelumnya, periode ini ditandai dengan gerakan pembaharuan pemikiran yng
kembali kepada kemurnian ajaran islam.10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
Harun Nasution, pengantar hukum islam, (Jakarta: UI Press, 2005) h. 38-40.
11
Dapat ditarik kesimpulan periode Nabi Muhammad dan periode Khulafa
Rasyidin. Periode pengembangan, pembinaan dan pembukuan hukum Fiqih Islam
perlu dikaji dan dipahami dengan baik, karena dalam periode inilah hukum Islam
dikembangkan lebih lanjut. Periode ini berlangsung lebih kurang 250 tahun
lamanya, dimulai pada bagian kedua abad VII sampai dengan abad X Masehi.
Dilihat dari kurun waktu ini, pembinaan dan pengembangan hukum Islam
dilakukan dimasa pemerintahan Khalifah Ummayah (662-750) dan Khalifah
Abbasiyah (750-1258). Dan oleh karena itu pula dalam kepustakaan sering
dikatakan bahwa hukum fiqih Islam berkembang dimasa Ummayah dan berbuah
di zaman Abbasiyah.
Hukum fiqih Islam sebagai salah satu aspek kebudayaan Islam
mencapai puncak perkembangannya di zaman Khalifah Abbasiyah yang
memerintah selama kurang lebih 500 tahun. Dimasa inilah lahir para ahli hukum
Islam yang menemukan dan merumuskan garis-garis hukum fiqih Islam serta
muncul berbagai teori hukum yang masih dianut dan dipergunakan oleh Ummat
Islam sampai sekarang.
B. Saran
Makalah ini saya buat pasti masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
tulisan dan kata-kata yang kurang cocok dibaca, maka dengan terbuka saya
menerima masukan dari para pembaca yang budiman dan baik berupa saran, kritik
yang bersifat konstruktif karena dengan saran dan kritik saya dapat memperbaiki
lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri’: Sejarah Pembinaan Hukum Islam
dari Masa ke Masa jakarta: Amzah, 2013
12
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam 2002;
Islam untuk Disiplin Ilmu Hukum
13