Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

APLIKASI MAZHAB MASA KLASIK DAN PERTENGANGAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mazhibut Tafsir


Dosen Pengampu : Dr.Hamnah, M.Th.I

Disusun Oleh:

PURWANTI
NIM. 204.2022.001

SEMESTER II
PROGRAM STUDI ILMU QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS DAKWAH DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM
SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat


rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah aplikasi mazhab masa klasik dan
pertengangan. Makalah ini dibuat dengan untuk memenuhi tugas harian semester
2 (dua) program Studi ilmu perpustakaan dan informasi islam dari ibu
Dr.Hamnah, M.TI pada mata kuliah ushul fiqih. Selain itu, penyusunan makalah
ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca. Penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada bapak ibu Dr.Hamnah, M.TI selaku dosen bidang
ushul fiqih. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih
melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Sambas, 19 Maret 2023

Purwanti

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian mazhab masa klasik dan petengahan..................................3
B. Pemikiran dan aplikasi mazhab masa klasik dan pertengahan.............5
C. Tokoh tokoh mazhab masa klasik dan pertengahan.............................8
D. Pebandingan mazhab masa klasik dan pertengahan.............................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran ....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Aplikasi Mazhab (atau School of Thought dalam bahasa Inggris) merujuk
pada pemikiran dan pendekatan yang berbeda-beda dalam fiqh (hukum Islam)
yang berkembang sejak masa klasik hingga pertengahan Islam. Ada beberapa
mazhab yang diakui dalam Islam, termasuk empat mazhab utama: Mazhab
Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi'i, dan Mazhab Hanbali. Mazhab-mazhab
ini memiliki latar belakang sejarah dan pemikiran yang berbeda, dan masing-
masing memiliki pengikut yang banyak di seluruh dunia Muslim. Mazhab-mazhab
ini berkembang dari masa klasik Islam hingga pertengahan Islam, dengan para
ulama dan cendekiawan muslim yang berbeda mempunyai pemikiran dan
pandangan yang berbeda mengenai hukum-hukum Islam.
Pada masa klasik, para ulama muslim cenderung memfokuskan pada
analisis teks-teks hukum Islam dan mengembangkan metodologi dan prinsip-
prinsip untuk menafsirkan dan menerapkan hukum-hukum tersebut. Pada masa
pertengahan, mazhab-mazhab mulai muncul dan berkembang secara lebih
sistematis, dengan para ulama yang memimpin mazhab-mazhab tersebut
menyusun kitab-kitab yang menjadi rujukan utama dalam pengajaran hukum
Islam. Penerapan mazhab-mazhab ini dalam kehidupan sehari-hari terus berlanjut
hingga saat ini, meskipun ada juga kelompok-kelompok Muslim yang mengadopsi
pendekatan non-mazhab atau bahkan menggabungkan beberapa mazhab. Mazhab-
mazhab ini telah berperan penting dalam membentuk identitas dan kebudayaan
Islam, serta menjadi faktor penting dalam mempertahankan keberlangsungan dan
kemajuan hukum Islam.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mazhab masa klasik dan petengahan?
2. Bagaimanan sPemikiran dan aplikasi mazhab masa klasik dan
pertengahan?
3. Siapa saja Tokoh tokoh mazhab masa klasik dan pertengahan?
4. BagaiamanaPebandingan mazhab masa klasik dan pertengahan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian mazhab masa klasik dan petengahan


1. Mazhab masa klasik

Mazhab masa klasik adalah suatu aliran atau pendekatan dalam


pemahaman hukum Islam yang berkembang pada masa klasik Islam, yaitu antara
abad ke-8 hingga ke-10 Masehi. Pada masa ini, para ulama dan cendekiawan
Muslim cenderung memfokuskan pada analisis teks-teks hukum Islam dan
mengembangkan metodologi dan prinsip-prinsip untuk menafsirkan dan
menerapkan hukum-hukum tersebut. Mazhab-mazhab dalam masa klasik ini tidak
memiliki struktur atau organisasi yang formal, dan sering kali didasarkan pada
pandangan dan interpretasi individu yang dikenal sebagai mujtahid. Beberapa
mujtahid terkenal pada masa klasik ini antara lain Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Syafi'i, dan Imam Ahmad bin Hanbal.1

Pada masa klasik, mazhab-mazhab ini berkembang secara bertahap dan


bertumpu pada ulama yang terkenal dengan keilmuannya dalam fiqh atau hukum
Islam. Mazhab-mazhab pada masa klasik ini lebih mengutamakan teks-teks
hukum Islam seperti Al-Qur'an dan Hadis serta prinsip-prinsip dasar fiqh, seperti
maslahat atau kemaslahatan, istihsan atau mengutamakan kemaslahatan, dan qiyas
atau analogi. Mazhab-mazhab pada masa klasik juga mengembangkan berbagai
metode untuk memahami dan menafsirkan hukum-hukum Islam, seperti istinbath
atau penarikan hukum dari dalil-dalil, ta'wil atau penafsiran, dan ijtihad atau
upaya mujtahid dalam memahami hukum Islam. Mazhab-mazhab pada masa
klasik ini menjadi dasar bagi mazhab-mazhab yang berkembang pada masa
selanjutnya, dan masih berperan penting dalam pemahaman dan pengaplikasian
hukum Islam hingga saat ini.

1
Jalaluddin Rahmat, Tinjauan Kritis atas Sejarah Fiqh:Dari Fiqh al- Khulafa’ al-
Rasyidin hingga Mazhab Liberalisme, dalam Budhy Munawwar Rahman, Kontekstualisasi
Doktrin Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995) HLM 55

3
2. Mazhab masa pertengahan

Mazhab masa pertengahan adalah suatu aliran atau pendekatan dalam


pemahaman hukum Islam yang berkembang pada masa pertengahan Islam, yaitu
antara abad ke-11 hingga ke-14 Masehi. Pada masa ini, para ulama dan
cendekiawan Muslim mengembangkan konsep-konsep baru dalam pemahaman
hukum Islam dan mengajukan argumen-argumen baru dalam mempertahankan
atau mengkritik pandangan-pandangan sebelumnya.2

Mazhab-mazhab pada masa pertengahan ini muncul sebagai respon


terhadap situasi sosial-politik yang berubah pada masa itu, seperti pertumbuhan
kota-kota dan perdagangan internasional yang semakin berkembang, dan
berkembangnya pemikiran filosofis dan ilmiah di dunia Islam.

Beberapa mazhab yang terkenal pada masa pertengahan ini antara lain
Mazhab Hanbali yang dipimpin oleh Ibn Taymiyyah, Mazhab Ibadiyyah, dan
Mazhab Syi'ah. Selain itu, pada masa ini juga muncul aliran-aliran yang tidak
mengikuti mazhab-mazhab tertentu, seperti aliran Ahl al-Hadith dan aliran Salafi.

Mazhab-mazhab pada masa pertengahan ini lebih mengutamakan


pendekatan kritis terhadap sumber-sumber hukum Islam dan mengajukan
interpretasi baru dalam memahami hukum-hukum Islam. Selain itu, mazhab-
mazhab pada masa pertengahan ini juga mengembangkan berbagai metodologi
baru dalam pemahaman hukum Islam, seperti istihsan atau mengutamakan
kemaslahatan, istishab atau mengasumsikan kesinambungan, dan maqasid syariah
atau tujuan-tujuan syariat.

Mazhab-mazhab pada masa pertengahan ini masih berpengaruh hingga


saat ini dalam pemahaman dan pengaplikasian hukum Islam, terutama di wilayah-
wilayah di mana mazhab-mazhab ini berasal atau berkembang.

2
Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah yang Praktis, (Cet. III; Jakarta: Prenada Media Group, 2010) hlm 6

4
B. Pemikiran dan aplikasi mazhab masa klasik dan pertengahan

Pemikiran dan aplikasi mazhab masa klasik didasarkan pada beberapa


prinsip dan metodologi yang berkembang pada masa itu. Beberapa di antaranya
adalah:3

1. Al-Qur'an dan Hadis sebagai sumber utama hukum Islam

Pada masa klasik, mazhab-mazhab cenderung mengutamakan Al-Qur'an


dan Hadis sebagai sumber utama hukum Islam. Teks-teks ini dianggap memiliki
otoritas tertinggi dalam menentukan hukum Islam.

2. Qiyas atau analogi

Qiyas adalah suatu metode untuk menarik kesimpulan hukum dari sebuah
kasus yang belum ada nash (dalil) yang langsung mengatur. Metode ini digunakan
oleh mazhab-mazhab pada masa klasik untuk memperoleh penyelesaian hukum
pada kasus-kasus yang tidak terdapat ketentuan hukum yang tegas dalam Al-
Qur'an atau Hadis.

3. Maslahat atau kemaslahatan

Konsep maslahat atau kemaslahatan juga dikembangkan pada masa klasik


sebagai salah satu prinsip dalam menetapkan hukum Islam. Prinsip ini berfokus
pada pengambilan keputusan yang didasarkan pada kemanfaatan dan kepentingan
umum.

4. Istinbath atau penarikan hukum dari dalil-dalil

Metode istinbath digunakan oleh mazhab-mazhab pada masa klasik untuk


menarik kesimpulan hukum dari Al-Qur'an dan Hadis dengan menggunakan
argumen-argumen logis dan rasional.

5. Ta'wil atau penafsiran

3
Yasin Dutton, Asal Muasal Hukum Islam: al-Qur’an, Muwatta’, dan Praktik Madinah,
(Jakarta: Gramedia, 1995) hlm 43

5
Mazhab-mazhab pada masa klasik juga mengembangkan metode ta'wil
atau penafsiran dalam memahami hukum Islam. Metode ini digunakan untuk
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an yang sulit dipahami atau memiliki makna yang
lebih luas.

6. Ijtihad atau upaya mujtahid dalam memahami hukum Islam

Pada masa klasik, ijtihad dianggap sebagai suatu kewajiban bagi setiap
muslim yang memiliki kemampuan dalam bidang hukum Islam. Mazhab-mazhab
pada masa klasik berusaha untuk mengembangkan metodologi yang dapat
membantu mujtahid dalam melakukan ijtihad dengan lebih baik.

Aplikasi dari pemikiran mazhab-mazhab pada masa klasik ini terutama


terlihat dalam pengembangan fiqh atau hukum Islam. Mazhab-mazhab ini
menghasilkan berbagai karya tulis dalam bentuk kitab-kitab fiqh yang digunakan
sebagai pedoman dalam menetapkan hukum Islam. Selain itu, mazhab-mazhab
pada masa klasik ini juga berperan penting dalam pengembangan berbagai disiplin
ilmu dalam Islam, seperti ilmu tafsir, hadis, dan kalam (teologi). Kontribusi dari
mazhab-mazhab pada masa klasik ini juga terus berlanjut hingga saat ini dalam
bentuk interpretasi dan aplikasi hukum Islam.

Pemikiran dan aplikasi mazhab pada masa pertengahan didasarkan pada


beberapa prinsip dan metodologi yang berkembang pada masa itu. Beberapa di
antaranya adalah:4

1. Al-Qur'an, Hadis, Ijma', dan Qiyas sebagai sumber hukum Islam

Pada masa pertengahan, mazhab-mazhab mengakui empat sumber hukum


Islam, yaitu Al-Qur'an, Hadis, Ijma' (kesepakatan para ulama), dan Qiyas
(analogi). Keempat sumber hukum ini dianggap memiliki otoritas yang sama
dalam menentukan hukum Islam.

2. Taqlid atau mengikuti mazhab tertentu


4
Hasan Shadiq, al-Firaq al-Islamiyyah bayna al-Fikri wa at-Tatharruf, (Cet. I; Mesir:
Maktabah al-Usrah, 2002) hlm 54

6
Pada masa pertengahan, konsep taqlid atau mengikuti mazhab tertentu
juga mulai berkembang. Hal ini dilakukan untuk mempermudah umat Islam
dalam menetapkan hukum Islam yang sesuai dengan prinsip mazhab yang
dipilihnya.

3. Ijtihad dan taqlid sebagai dua konsep yang berbeda

Pada masa pertengahan, ijtihad dan taqlid dianggap sebagai dua konsep
yang berbeda. Ijtihad adalah usaha para ulama dalam memahami dan menetapkan
hukum Islam, sementara taqlid adalah mengikuti mazhab tertentu dalam
menetapkan hukum Islam.

4. Pembagian masalah hukum menjadi furu' dan usul

Pada masa pertengahan, para ulama juga membagi masalah hukum Islam
menjadi dua kategori, yaitu furu' (cabang) dan usul (prinsip). Furu' mencakup
masalah-masalah hukum yang bersifat khusus dan detail, sementara usul
mencakup prinsip-prinsip hukum Islam yang lebih umum.5

5. Istishab atau prinsip keberlangsungan hukum

Konsep istishab atau prinsip keberlangsungan hukum juga dikembangkan


pada masa pertengahan sebagai salah satu prinsip dalam menetapkan hukum
Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa suatu hukum yang telah ditegakkan akan
tetap berlaku selama tidak ada dalil yang jelas yang menunjukkan bahwa hukum
tersebut harus diubah.

Aplikasi dari pemikiran mazhab-mazhab pada masa pertengahan ini


terutama terlihat dalam pengembangan kitab-kitab fiqh yang digunakan sebagai
pedoman dalam menetapkan hukum Islam. Kitab-kitab fiqh tersebut berisi rincian
tentang masalah-masalah hukum Islam, baik yang bersifat furu' maupun usul.
Selain itu, mazhab-mazhab pada masa pertengahan juga berperan penting dalam
pengembangan ilmu-ilmu Islam lainnya, seperti ilmu tafsir, hadis, dan kalam
5
Taqut, Mu’jam al-Udabi, (Cet. III; Kairo: Matba’ah Musnadiyah, 1930.) hlm 44

7
(teologi). Kontribusi dari mazhab-mazhab pada masa pertengahan ini juga masih
berlanjut hingga saat ini dalam bentuk interpretasi dan aplikasi hukum Islam.

C. Tokoh tokoh mazhab masa klasik dan pertengahan

Berikut adalah beberapa tokoh mazhab pada masa klasik dan pertengahan
beserta mazhab yang mereka anut.6

Masa Klasik:

1. Imam Abu Hanifah (Mazhab Hanafi)

2. Imam Malik (Mazhab Maliki)

3. Imam Al-Shafi'i (Mazhab Syafi'i)

4. Imam Ahmad bin Hanbal (Mazhab Hambali)

Masa Pertengahan:

1. Imam Al-Ghazali (Mazhab Syafi'i)

2. Ibn Rushd atau Averroes (Mazhab Maliki)

3. Imam Ibn Taymiyyah (Mazhab Hambali)

4. Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah (Mazhab Hambali)

5. Imam Nawawi (Mazhab Syafi'i)

Ketiga mazhab utama pada masa klasik (Hanafi, Maliki, dan Syafi'i)
dikenal sebagai "mazhab ahlul-ra'i" karena mereka memberikan bobot yang lebih
besar pada penilaian individu dalam menetapkan hukum. Sedangkan mazhab
Hambali, yang juga muncul pada masa klasik, dikenal sebagai "mazhab ahlul-
hadits" karena lebih menekankan pada hadis sebagai sumber utama hukum Islam.
6
Ibnu Hajar al-Asqalani, Manaqib Imam Syafi’i, diterjemahkan oleh Nasib Musthafa,
(Cet. I; Jakarta: CV. Cendekia Sentra Muslim, 2001) hlm 92

8
Sementara itu, pada masa pertengahan, beberapa tokoh terkenal termasuk
Imam Al-Ghazali, yang dikenal sebagai "Hujjatul Islam" atau "Bukti Islam"
karena kontribusinya pada teologi Islam. Ibn Rushd atau Averroes, seorang filosof
Muslim dan ahli hukum, juga sangat berpengaruh pada pemikiran mazhab Maliki.
Imam Ibn Taymiyyah, seorang ulama Sunni dan filosof, juga sangat dihormati
karena karyanya dalam ilmu hadis dan teologi Islam. Imam Nawawi, seorang
ulama dan ahli hukum Islam, terkenal karena kompilasi hadisnya yang terkenal
"Al-Arba'in An-Nawawiyyah" (Empat Puluh Hadis Nawawi).7

D. Pebandingan mazhab masa klasik dan pertengahan

Ada beberapa perbedaan antara mazhab-mazhab yang berkembang pada


masa klasik dan masa pertengahan. Berikut adalah beberapa perbedaan utama
antara mazhab-mazhab tersebut:

1. Sumber Hukum Pada masa klasik, sumber hukum utama adalah Al-Quran,
Sunnah, Ijma' (kesepakatan) dan Qiyas (analogi). Mazhab-mazhab klasik,
seperti Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali, semuanya menekankan
pentingnya menggunakan sumber-sumber ini untuk menetapkan hukum
Islam. Sedangkan pada masa pertengahan, para ulama menambahkan satu
sumber tambahan yaitu aql atau akal. Oleh karena itu, mazhab-mazhab
yang berkembang pada masa pertengahan, seperti mazhab Asy'ariyah dan
mazhab Maturidiyah, lebih menekankan penggunaan akal dalam
menetapkan hukum Islam.

2. Metode Penetapan Hukum Pada masa klasik, para ulama lebih


menekankan pada metode ra'y atau pemikiran individual dalam
menetapkan hukum Islam. Meskipun berpegang pada sumber-sumber yang

7
Jalaluddin Rahmat, Tinjauan Kritis atas Sejarah Fiqh:Dari Fiqh al- Khulafa’ al-
Rasyidin hingga Mazhab Liberalisme, dalam Budhy Munawwar Rahman, Kontekstualisasi
Doktrin Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995. Muhammad Abu Zahrah, al-Syafi’i,
Hayatuhu wa Asruhu, (Cet. II; Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1978) 213

9
sama, mazhab-mazhab klasik menghasilkan perbedaan dalam penetapan
hukum karena penggunaan metode ra'y. Sedangkan pada masa
pertengahan, para ulama lebih menekankan pada metode taqlid atau
mengikuti pendapat ulama terdahulu. Oleh karena itu, mazhab-mazhab
yang berkembang pada masa pertengahan lebih homogen dalam hal
penetapan hukum.

3. Pendekatan Terhadap Sains dan Filosofi Pada masa klasik, ulama lebih
terbuka terhadap sains dan filosofi. Banyak ulama pada masa klasik yang
mengembangkan ilmu sains dan filosofi seperti Ibn Sina dan Al-Farabi.
Sedangkan pada masa pertengahan, terjadi pergeseran di mana para ulama
mulai menolak sains dan filosofi yang dianggap bertentangan dengan
ajaran Islam.

4. Peran Ulama dan Kekuasaan Pada masa klasik, ulama memiliki peran
yang sangat penting dalam masyarakat Islam. Mereka dihormati dan
dianggap sebagai otoritas dalam menentukan hukum dan tata cara
kehidupan. Di sisi lain, kekuasaan politik seringkali meminta pandangan
ulama dalam membuat keputusan. Sedangkan pada masa pertengahan,
ulama tidak lagi memiliki kekuatan politik yang sama seperti pada masa
klasik. Kekuasaan politik lebih dikuasai oleh dinasti-dinasti yang
memerintah, dan ulama hanya memiliki peran yang lebih terbatas dalam
kehidupan sosial dan politik.

Secara keseluruhan, perbedaan antara mazhab-mazhab pada masa klasik


dan masa pertengahan mencerminkan perubahan sosial, politik, dan budaya yang
terjadi selama waktu tersebut. Meskipun ada perbedaan dalam pendekatan dan
metode, mazhab-mazhab tersebut tetap menjadi bagian penting dari sejarah dan
warisan Islam, dan pengaruh mereka masih terasa hingga saat ini.8

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mazhab-
mazhab pada masa klasik dan pertengahan memiliki peran penting dalam sejarah
dan pengembangan hukum Islam. Pada masa klasik, mazhab-mazhab seperti

11
mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali berperan dalam mengembangkan
metode pemikiran individual dan memberikan landasan bagi sains dan filosofi
Islam. Pada masa pertengahan, mazhab-mazhab seperti mazhab Ahlul Hadith dan
Salafi mengedepankan metode taqlid dan menolak sains dan filosofi yang
dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Meskipun terdapat perbedaan dalam
pendekatan dan metode, mazhab-mazhab ini memiliki peran penting dalam
menyebarkan ajaran Islam dan memperkuat keberadaannya di tengah-tengah
masyarakat Muslim. Namun, perlu dicatat bahwa mazhab-mazhab ini tidak selalu
bersifat statis, karena ulama-ulama dalam mazhab tersebut terus melakukan kajian
dan penelitian untuk menyesuaikan hukum Islam dengan perkembangan zaman.
Dalam aplikasi sehari-hari, mazhab-mazhab ini masih berpengaruh
terutama dalam hal ibadah dan muamalah. Penggunaan mazhab sebagai acuan
dalam memahami hukum Islam sangatlah penting untuk menghindari kesalahan
dalam pelaksanaan ibadah dan muamalah. Namun, perlu diingat bahwa mazhab
tidak harus dijadikan sebagai kewajiban untuk diikuti, tetapi tetap harus
disesuaikan dengan konteks dan kondisi yang ada. Dalam kesimpulan, dapat
disimpulkan bahwa mazhab-mazhab pada masa klasik dan pertengahan memiliki
peran penting dalam pengembangan hukum Islam dan penyebarannya di
masyarakat Muslim. Meskipun terdapat perbedaan pendekatan dan metode antar
mazhab, penggunaan mazhab sebagai acuan masih relevan dalam aplikasi hukum
Islam pada masa kini. Namun, perlu diingat bahwa mazhab tidak harus diikuti
secara kaku dan harus disesuaikan dengan konteks dan kondisi yang ada.

B. Saran
Makalah ini saya buat pasti masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
tulisan dan kata-kata yang kurang cocok dibaca, maka dengan terbuka saya
menerima masukan dari para pembaca yang budiman dan baik berupa saran, kritik
yang bersifat konstruktif karena dengan saran dan kritik saya dapat memperbaiki
lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kami selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin Rahmat, Tinjauan Kritis atas Sejarah Fiqh:Dari Fiqh al- Khulafa’ al-
Rasyidin hingga Mazhab Liberalisme, dalam Budhy Munawwar Rahman,
Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995.

13
Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, (Cet. III; Jakarta: Prenada
Media Group, 2010.

Yasin Dutton, Asal Muasal Hukum Islam: al-Qur’an, Muwatta’, dan Praktik
Madinah, (Jakarta: Gramedia, 1995.

Hasan Shadiq, al-Firaq al-Islamiyyah bayna al-Fikri wa at-Tatharruf, (Cet. I;


Mesir: Maktabah al-Usrah, 2002

Jalaluddin Rahmat, Tinjauan Kritis atas Sejarah Fiqh:Dari Fiqh al- Khulafa’ al-
Rasyidin hingga Mazhab Liberalisme, dalam Budhy Munawwar Rahman,
Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam

Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995. Muhammad Abu Zahrah, al-Syafi’i,


Hayatuhu wa Asruhu, (Cet. II; Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1978.

Ibnu Hajar al-Asqalani, Manaqib Imam Syafi’i, diterjemahkan oleh Nasib


Musthafa, (Cet. I; Jakarta: CV. Cendekia Sentra Muslim, 2001.

Taqut, Mu’jam al-Udabi, (Cet. III; Kairo: Matba’ah Musnadiyah, 1930.

Moenawar Khalil, Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta: Bulan Bintang, 1955).
M. Bahri dan Djumaris, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1992.

14

Anda mungkin juga menyukai