Disusun Oleh:
PURWANTI
NIM. 204.2022.001
SEMESTER II
PROGRAM STUDI ILMU QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS DAKWAH DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM
SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
KATA PENGANTAR
Purwanti
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Pengertian mazhab masa klasik dan petengahan..................................3
B. Pemikiran dan aplikasi mazhab masa klasik dan pertengahan.............5
C. Tokoh tokoh mazhab masa klasik dan pertengahan.............................8
D. Pebandingan mazhab masa klasik dan pertengahan.............................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................12
B. Saran ....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mazhab masa klasik dan petengahan?
2. Bagaimanan sPemikiran dan aplikasi mazhab masa klasik dan
pertengahan?
3. Siapa saja Tokoh tokoh mazhab masa klasik dan pertengahan?
4. BagaiamanaPebandingan mazhab masa klasik dan pertengahan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Jalaluddin Rahmat, Tinjauan Kritis atas Sejarah Fiqh:Dari Fiqh al- Khulafa’ al-
Rasyidin hingga Mazhab Liberalisme, dalam Budhy Munawwar Rahman, Kontekstualisasi
Doktrin Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995) HLM 55
3
2. Mazhab masa pertengahan
Beberapa mazhab yang terkenal pada masa pertengahan ini antara lain
Mazhab Hanbali yang dipimpin oleh Ibn Taymiyyah, Mazhab Ibadiyyah, dan
Mazhab Syi'ah. Selain itu, pada masa ini juga muncul aliran-aliran yang tidak
mengikuti mazhab-mazhab tertentu, seperti aliran Ahl al-Hadith dan aliran Salafi.
2
Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah yang Praktis, (Cet. III; Jakarta: Prenada Media Group, 2010) hlm 6
4
B. Pemikiran dan aplikasi mazhab masa klasik dan pertengahan
Qiyas adalah suatu metode untuk menarik kesimpulan hukum dari sebuah
kasus yang belum ada nash (dalil) yang langsung mengatur. Metode ini digunakan
oleh mazhab-mazhab pada masa klasik untuk memperoleh penyelesaian hukum
pada kasus-kasus yang tidak terdapat ketentuan hukum yang tegas dalam Al-
Qur'an atau Hadis.
3
Yasin Dutton, Asal Muasal Hukum Islam: al-Qur’an, Muwatta’, dan Praktik Madinah,
(Jakarta: Gramedia, 1995) hlm 43
5
Mazhab-mazhab pada masa klasik juga mengembangkan metode ta'wil
atau penafsiran dalam memahami hukum Islam. Metode ini digunakan untuk
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an yang sulit dipahami atau memiliki makna yang
lebih luas.
Pada masa klasik, ijtihad dianggap sebagai suatu kewajiban bagi setiap
muslim yang memiliki kemampuan dalam bidang hukum Islam. Mazhab-mazhab
pada masa klasik berusaha untuk mengembangkan metodologi yang dapat
membantu mujtahid dalam melakukan ijtihad dengan lebih baik.
6
Pada masa pertengahan, konsep taqlid atau mengikuti mazhab tertentu
juga mulai berkembang. Hal ini dilakukan untuk mempermudah umat Islam
dalam menetapkan hukum Islam yang sesuai dengan prinsip mazhab yang
dipilihnya.
Pada masa pertengahan, ijtihad dan taqlid dianggap sebagai dua konsep
yang berbeda. Ijtihad adalah usaha para ulama dalam memahami dan menetapkan
hukum Islam, sementara taqlid adalah mengikuti mazhab tertentu dalam
menetapkan hukum Islam.
Pada masa pertengahan, para ulama juga membagi masalah hukum Islam
menjadi dua kategori, yaitu furu' (cabang) dan usul (prinsip). Furu' mencakup
masalah-masalah hukum yang bersifat khusus dan detail, sementara usul
mencakup prinsip-prinsip hukum Islam yang lebih umum.5
7
(teologi). Kontribusi dari mazhab-mazhab pada masa pertengahan ini juga masih
berlanjut hingga saat ini dalam bentuk interpretasi dan aplikasi hukum Islam.
Berikut adalah beberapa tokoh mazhab pada masa klasik dan pertengahan
beserta mazhab yang mereka anut.6
Masa Klasik:
Masa Pertengahan:
Ketiga mazhab utama pada masa klasik (Hanafi, Maliki, dan Syafi'i)
dikenal sebagai "mazhab ahlul-ra'i" karena mereka memberikan bobot yang lebih
besar pada penilaian individu dalam menetapkan hukum. Sedangkan mazhab
Hambali, yang juga muncul pada masa klasik, dikenal sebagai "mazhab ahlul-
hadits" karena lebih menekankan pada hadis sebagai sumber utama hukum Islam.
6
Ibnu Hajar al-Asqalani, Manaqib Imam Syafi’i, diterjemahkan oleh Nasib Musthafa,
(Cet. I; Jakarta: CV. Cendekia Sentra Muslim, 2001) hlm 92
8
Sementara itu, pada masa pertengahan, beberapa tokoh terkenal termasuk
Imam Al-Ghazali, yang dikenal sebagai "Hujjatul Islam" atau "Bukti Islam"
karena kontribusinya pada teologi Islam. Ibn Rushd atau Averroes, seorang filosof
Muslim dan ahli hukum, juga sangat berpengaruh pada pemikiran mazhab Maliki.
Imam Ibn Taymiyyah, seorang ulama Sunni dan filosof, juga sangat dihormati
karena karyanya dalam ilmu hadis dan teologi Islam. Imam Nawawi, seorang
ulama dan ahli hukum Islam, terkenal karena kompilasi hadisnya yang terkenal
"Al-Arba'in An-Nawawiyyah" (Empat Puluh Hadis Nawawi).7
1. Sumber Hukum Pada masa klasik, sumber hukum utama adalah Al-Quran,
Sunnah, Ijma' (kesepakatan) dan Qiyas (analogi). Mazhab-mazhab klasik,
seperti Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali, semuanya menekankan
pentingnya menggunakan sumber-sumber ini untuk menetapkan hukum
Islam. Sedangkan pada masa pertengahan, para ulama menambahkan satu
sumber tambahan yaitu aql atau akal. Oleh karena itu, mazhab-mazhab
yang berkembang pada masa pertengahan, seperti mazhab Asy'ariyah dan
mazhab Maturidiyah, lebih menekankan penggunaan akal dalam
menetapkan hukum Islam.
7
Jalaluddin Rahmat, Tinjauan Kritis atas Sejarah Fiqh:Dari Fiqh al- Khulafa’ al-
Rasyidin hingga Mazhab Liberalisme, dalam Budhy Munawwar Rahman, Kontekstualisasi
Doktrin Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995. Muhammad Abu Zahrah, al-Syafi’i,
Hayatuhu wa Asruhu, (Cet. II; Kairo: Dar al-Fikr al-Arabi, 1978) 213
9
sama, mazhab-mazhab klasik menghasilkan perbedaan dalam penetapan
hukum karena penggunaan metode ra'y. Sedangkan pada masa
pertengahan, para ulama lebih menekankan pada metode taqlid atau
mengikuti pendapat ulama terdahulu. Oleh karena itu, mazhab-mazhab
yang berkembang pada masa pertengahan lebih homogen dalam hal
penetapan hukum.
3. Pendekatan Terhadap Sains dan Filosofi Pada masa klasik, ulama lebih
terbuka terhadap sains dan filosofi. Banyak ulama pada masa klasik yang
mengembangkan ilmu sains dan filosofi seperti Ibn Sina dan Al-Farabi.
Sedangkan pada masa pertengahan, terjadi pergeseran di mana para ulama
mulai menolak sains dan filosofi yang dianggap bertentangan dengan
ajaran Islam.
4. Peran Ulama dan Kekuasaan Pada masa klasik, ulama memiliki peran
yang sangat penting dalam masyarakat Islam. Mereka dihormati dan
dianggap sebagai otoritas dalam menentukan hukum dan tata cara
kehidupan. Di sisi lain, kekuasaan politik seringkali meminta pandangan
ulama dalam membuat keputusan. Sedangkan pada masa pertengahan,
ulama tidak lagi memiliki kekuatan politik yang sama seperti pada masa
klasik. Kekuasaan politik lebih dikuasai oleh dinasti-dinasti yang
memerintah, dan ulama hanya memiliki peran yang lebih terbatas dalam
kehidupan sosial dan politik.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mazhab-
mazhab pada masa klasik dan pertengahan memiliki peran penting dalam sejarah
dan pengembangan hukum Islam. Pada masa klasik, mazhab-mazhab seperti
11
mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali berperan dalam mengembangkan
metode pemikiran individual dan memberikan landasan bagi sains dan filosofi
Islam. Pada masa pertengahan, mazhab-mazhab seperti mazhab Ahlul Hadith dan
Salafi mengedepankan metode taqlid dan menolak sains dan filosofi yang
dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Meskipun terdapat perbedaan dalam
pendekatan dan metode, mazhab-mazhab ini memiliki peran penting dalam
menyebarkan ajaran Islam dan memperkuat keberadaannya di tengah-tengah
masyarakat Muslim. Namun, perlu dicatat bahwa mazhab-mazhab ini tidak selalu
bersifat statis, karena ulama-ulama dalam mazhab tersebut terus melakukan kajian
dan penelitian untuk menyesuaikan hukum Islam dengan perkembangan zaman.
Dalam aplikasi sehari-hari, mazhab-mazhab ini masih berpengaruh
terutama dalam hal ibadah dan muamalah. Penggunaan mazhab sebagai acuan
dalam memahami hukum Islam sangatlah penting untuk menghindari kesalahan
dalam pelaksanaan ibadah dan muamalah. Namun, perlu diingat bahwa mazhab
tidak harus dijadikan sebagai kewajiban untuk diikuti, tetapi tetap harus
disesuaikan dengan konteks dan kondisi yang ada. Dalam kesimpulan, dapat
disimpulkan bahwa mazhab-mazhab pada masa klasik dan pertengahan memiliki
peran penting dalam pengembangan hukum Islam dan penyebarannya di
masyarakat Muslim. Meskipun terdapat perbedaan pendekatan dan metode antar
mazhab, penggunaan mazhab sebagai acuan masih relevan dalam aplikasi hukum
Islam pada masa kini. Namun, perlu diingat bahwa mazhab tidak harus diikuti
secara kaku dan harus disesuaikan dengan konteks dan kondisi yang ada.
B. Saran
Makalah ini saya buat pasti masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
tulisan dan kata-kata yang kurang cocok dibaca, maka dengan terbuka saya
menerima masukan dari para pembaca yang budiman dan baik berupa saran, kritik
yang bersifat konstruktif karena dengan saran dan kritik saya dapat memperbaiki
lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kami selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin Rahmat, Tinjauan Kritis atas Sejarah Fiqh:Dari Fiqh al- Khulafa’ al-
Rasyidin hingga Mazhab Liberalisme, dalam Budhy Munawwar Rahman,
Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995.
13
Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, (Cet. III; Jakarta: Prenada
Media Group, 2010.
Yasin Dutton, Asal Muasal Hukum Islam: al-Qur’an, Muwatta’, dan Praktik
Madinah, (Jakarta: Gramedia, 1995.
Jalaluddin Rahmat, Tinjauan Kritis atas Sejarah Fiqh:Dari Fiqh al- Khulafa’ al-
Rasyidin hingga Mazhab Liberalisme, dalam Budhy Munawwar Rahman,
Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam
Moenawar Khalil, Biografi Empat Imam Mazhab, (Jakarta: Bulan Bintang, 1955).
M. Bahri dan Djumaris, Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1992.
14