Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERKEMBANGAN DAN SEJARAH MADZHAB HUKUM ISLAM

Dosen Pengampu : Yahya Rifa’I, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelas K (Kelompok 8)

1. Asep Aditya Saputra (2111010404)


2. Avi Amelia (2111010405)
3. Azizah Nurtantri (2111010018)

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TP.2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan perlindungan-Nya makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya yang merupakan salah satu tugas mata kuliah
ushul fiqih. Ucapan terima kasih kepada Bapak Yahya Rifa’I, M.Pd.I . Selaku Dosen yang
telah memberikan tugas ini kepada penulis sehingga secara tidak langsung menambah
wawasan penulis. Tak lupa semua pihak yang telah ikut membantu dalam terselesainya
makalah ini

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu
penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun untuk lebih meningkatkan lagi pemahaman bagi penulis maupun pembaca, baik
terkait isi maupun sistematika dan cara penulisannya

Bandarlampung, 16 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1. Latar belakang.............................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3. Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1. Sejarah dan dinamika hukum islam klasik..................................................................5
a. Sejarah islam klasik.....................................................................................................5
b. Perkembangan hukum islam klasik.............................................................................6
2.2. Sejarah dan dinamika hukum islam tengah.................................................................8
a. Sejarah islam tengah....................................................................................................8
b. Perkembangan hukum islam tengah............................................................................9
2.3. Sejarah dan dinamika hukum islam moderan............................................................10
a. Sejarah islam moderan..............................................................................................10
b. Perkembangan hukum islam moderan.......................................................................10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Sejarah mazhab merupakan sebuah produk pemikiran ulama fikih dan ushul
fikih yang kemudian melembaga menjadi sebuah “madzhab” dalam sejarah hukum
Islam, maka selain menggunakan pendekatan hsistoris-normatif terkait dengan alur
pemikiran yang ada dalam sebuah mazhab yang ada, diperlukan pula pendekatan
sosio-historis tentang sejarah pemikiran, budaya, dan local wisdom dalam hukum
Islam guna melihat sisi perubahan dari unit lokalitas arab maupun non arab, karena
bagaimanapun juga kehidupan adalah sebuah pergerakan, zaman, ruang, dan waktu
demikian pula dengan sejarah perkembangan mazhab hukum Islam menjadi penting
untuk dipelajari.
Dalam tataran applied theory, konstelasi berlakunya sejarah hukum Islam
(klasik, tengah, dan modern) di kalangan masyarakat saat ini muslim telah bergeser
dari sudut normativitas vertikal menjadi lebih horizontal. Hal ini disebabkan
perkembangan berlakunya madzhab dalam hukum Islam telah dipengaruhi pula oleh
dinamika perkembangan sosial-budaya dan politik hukum dalam masyarakat Islam
itu sendiri dalam ber madzhab.

1.2. Rumusan Masalah


Sesuai dengan latar belakang tentang “PERKEMBANGAN DAN SEJARAH
MADZHAB HUKUM ISLAM “ diatas maka bisa dirumuskan beberapa masalah
berikut ini :
1. Jelaskan sejarah dan dinamika hukum islam klasik ?
2. Jelaskan sejarah dan dinamika hukum islam tengah ?
3. jelaskan sejarah dan dinamika hukum islam moderan ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan hukum islam klasik
2. Untuk mengetahui perkembangah hukim islam masa tengah
3. Untuk menegetahui perkembangan hukim islam moderan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah dan dinamika hukum islam klasik

a. Sejarah islam klasik


Periode ini dimulai sejak zaman Rasulullah Saw. hingga Dinasti Abbasiyah.
Sejak kecil, Rasulullah dikenal sebagai orang yang berbudi pekerti luhur. Beliau
tidak pernah ikut – ikutan kebiasaan buruk masyarakat kala itu, seperti minum
khamr dan berjudi. Karena itulah Rasulullah Saw. diberi julukan al-Amin, yang
artinya orang yang dipercaya

Ketika Rasulullaah di Mekah, dakwah fokus ke pengajaran tauhid, baru


setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw. membina masyarakat dengan membangun
tauhid. Masyarakat Madinah lebih demokratis dibanding dengan masyarakat Mekah.

Hal ini dibuktikan dari diadakannya Piagam Madinah. Ringkasan isi Piagam Madinah
oleh Syalabi yaitu:

1. Pengakuan terhadap hak pribadi, keagamaan, dan politik


2. Terjaminnya kebebasan beragama
3. Membantu secara moril dan materiil adalah kewajiban penduduk Madinah,
baik itu Muslim, Yahudi, maupun Nasrani
4. Pemimpin tertinggi Madinah adalah Nabi Muhammad Saw.

Setelah Rasulullah Saw. wafat, tonggak kepemimpinan dilanjutkan oleh al-


Khulafa al-Rasyidin. Mereka juga membuat dasar – dasar pemerintahan yang
demokratis, membentuk departemen – departemen, dan jabatan lain untukmengurus
urusan publik.

Dinasti Umayyah berdiri tahun 661 masehi di Damaskus, oleh Muawiyah bin
Abu Sufyan. Pada masa ini, kekuasaan Islam sangat luas, meliputi Spanyol, Afrika
Utara, Syria, Palestina, Irak, Jazirah Arab, Persia, sebagian Asia Kecil, Pakistan,
Afganistan, Purkmenia, Kirgiztan, dan Uzbekistan.

5
Selain memperluas wilayah, Dinasti Umayyah juga banyak melakukan
perkembangan di bidang pembangunan dan ilmu pengetahuan. Tokoh – tokoh
intelektual pada Dinasti Umayyah di antaranya al-Khalil bin Ahmad, Sibawaih, Hasan
al-Basri, dan Ibnu Syihab az-Zuhri.

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn
Abdullah ibn al-Abbas, dan berlangsung pada 750-1258 masehi. Dinasi Abbasiyah
berdiri setelah memenangkan pertarungan dengan Dinasti Umayyah.

Dapat dikatakan bahwa pada masa ini, umat Islam berada pada puncak daya cipta,
penalaran, dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, yang nantinya akan
menjadi referensi peradaban Barat.

Rumah sakit – rumah sakit juga didirikan dengan menggunakan kekayaan negara,
begitu juga pendidikan kedokteran, farmasi, perpustakaan, dan pusat penerjemah.

Tokoh – tokoh intelektual pada masa Dinasti Abbasiyah di antaranya adalah al-
Kindi, ar-Razi, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawih, dan al-Ghazali.

Kemudian beralih ke masa Disintegrasi, di mana negara yang letaknya jauh dari
pusat pemerintahan, perlahan – lahan melepaskan diri dan muncul dinasti – dinasti
kecil.

b. Perkembangan hukum islam klasik


Para sarjana muslim mengawali pembahasan tentang hukum islam pada masa
nabi. Ketika nabi Muhammad masih hidup, semua permasalahan yang muncul
akan mendapatkan keputusan final oleh nabi sendiri. Setelah nabi wafat, para
sahabat bermigrasi secara nyata di beberapa kota yang cukup jauh di mana mereka
masing-masing mempunyai murid yang besar, yang kemudian kita sebut dengan
tabi’in.Para tabi'in itu kemudian mempunyai murid yang biasa disebut dengan
tabi’i wa Al-tabi’in. Berkembang pemikiran hukum oleh tabi'i wa Al-tabi'in
kemudian disebut dengan madzhab klasik. Para tabi'in lebih berani
mengembangkan pemikiran hukum islam dibanding para sahabat. Jadi, para ulama
madzhab hukum klasik merupakan pewaris dari sahabat-sahabat itu.

1. Sumber madzhab hukum iraq adalah ibn Mas'ud dan Ali bin Abi Thalib

2. Sumber madzhab hukum Makkah adalah ibnu Abbas

3. Sumber madzhab hukum Madinah adalah Umar, Aisyah, ibnu Umar

6
Madzhab hukum klasik biasanya disandarkan pada nama kedaerahan, bukan
nama pribadi, seperti madzhab Hijazi (ahl Al-Hijaz), madzhab iraqi (ahl Al-Iraq), dan
madzhab Syami (ahl Al-Syam).

Di dalam sejarahnya, untuk terbentuknya madzhab-madzhab itu, setiap kota


besar secara alami memiliki tokoh tabi'in sendiri-sendiri yang memberikan
sumbangan terhadap perkembangan pemikiran hukum di kota tersebut, seperti
gambaran berikut:

1. Madinah

Sa'id bin Al-Musayyab, Urwah bin Al-Zubayr, Abu bakar bin Abd Al-rahman,
Ubaydullah bin Abdullah, Kharijah bin Zayd,Sulayman bin yasar, Al-qasim bin
Muhammad yang biasa disebut dengan "tujuh fuqaha Madinah". Disamping mereka,
kita juga mendapatkan nama-nama besar yang lain di Madinah, seperti Salim bin
Abdullah bin Umar, ibn Syihab Al-Zuhri, dan yahya bin Sa'id. Dari asegi masa, imam
Malik dan para fuqaha yang hidup sezamannya adalah para eksponen terakhir
madzhab Madinah, yang kemudian dianggapyang paling otoritati, sehingga nama
madzhab berikutnya dinisbatkan kepada nama Malik. Ada juga sejumlah nama yang
terkenal dari Tabi'in di Makkah, seperti Artha bin Abi rabah dan Amr bin Dinar

2. Kufah

Tabi'in yang terkenal adalah Alqamah bin qays, Masruq bin Al-Ajda, Al-Aswad
bin yazid, Syurayh bin Al-harits, ibrahim Al-nakha'i, Al-Sya'bi, hammad bin Abi
Sulayman Al-Asy'ari, dan eksponenterakhir adalah Abu hanifah dan murid-muridnya.
Sedangkan di basrah ada nama-nama terkenal seperti Muslim bin yasar, Al-hasan bin
yasar, dan Muhammad bin Sirin.

3. Syiria

Ada nama-nama terkenal, seperti qabishah bin Dzuwayb, Umar bin Abd Al-Aziz,
Makhul, dan eksponen terakhir adalah Al-Awza'i. Di masa tabi' tabi'in, lahir tiga
madzhab hukum yang kemudian disebut dengan "madzhab-madzhab hukum klasik"
atau "madzhab-madzhab hukum awal", yaitu:

a.Madzhab hukum iraq, khususnya madzhab hukum Kufah

7
b.Madzhab hukum hijaz, khususnya madzhab hukum Madinah

c.Madzhab hukum Syiria

Dalam kitabnya Al-Syiar Al-Kabir, Muhammad bin Al-hasan Al-Syaibani


menyebutkan tiga madzhab yang bersifat kedaerahan, yaitu:

a. Ahl Al-‘Iraq (madzhab iraq)

b. Al-Syam (madzhab Syiria)

c. Ahl Al- Madinah (madzhab Madinah)

Di antara aliran-aliran hukum klasik yang kita ketahui adalah aliran-aliran yang
berasal dari Kufah dan basrah di irak, dan aliran-aliranyang berkembang di Madinah
dan Makkah di hijaz dan Syiria. Perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara aliran-
aliran hukum tersebut pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor geografis, seperti:
kesulitan berkomunikasi yang disebabkan oleh letak wilayah yang berjauhan,
keanekaragaman kondisi sosial setempat, hukum adat kebiasaan, dan praktik.

2.2. Sejarah dan dinamika hukum islam tengah

a. Sejarah islam tengah


Periode sejarah Islam pertengahan dimulai pada abad ke-13 hingga abad ke-18,
atau sekitar tahun 1250 – 1800 masehi.

Akhir abad ke-18 menjadi masa kegelapan dunia Islam disebabkan jatuhnya
imperium – imperium kesultanan dan perebutan kekuasaan. Selain itu, juga terjadi
karena perkembangan sains dan teknologi yang stagnan.

Perkembangan sains dan teknologi yang stagnan, menurut Umer Chapra


disebabkan oleh tiga faktor, yaitu:

1. Dukungan finansial dari negara yang menurun


2. Sektor swasta tidak berdaya menanggung beban pendidikan
3. Para rasionalis yang memaksa masyarakat untuk memasukkan pandangan
mereka yang notabene bertentangan.

Buku yang ditulis al-Ghazali dan Ibnu Rusyd adalah bukti perdebatan mengenai
akal dan wahyu.

8
b. Perkembangan hukum islam tengah
Fenomena abad pertengahan atau lebih dikenal sebagai era skolastik adalah
era doktrin agama (wahyu) atas non wahyu dalam menetapkan validitas
kebenaran secara harfiah, skolastik berarti pengajaran yang di lakukan di sekolah
atau madrasah, tetapi secara terminologis istilah skolastik bisa dihubungkan
dengan filsafat abad pertengahan yang mendukung paham Aristoteles sebagai
doktrin agama kristen, sehingga musatahil memisahkan doktrin agama dengan
paham Aristotelian tersebut. Fenomena skolastik ini juga berlangsung di tengah-
tengah dunia islam ketika muncul anggapan yang mengidentifkasikan islam
dengan ajaran Syafi'i dalam bidang fiqh atau Asy'ari dalam bidang teologi.
Dengan kata lain, pada masa skolastik ini berada di bawah. Bayang- bayang
doktrin agama, sehingga tidak ada ruang bagi akal untuk mengembangkan
potensinya.
Fenomena skolastik ini merupakan dampak dari pemilihan antar ilmu
pengetahuan agama (al-ulum al-Diniyyah) dan ilmu pengetahuan rasional (al-
ulum al-aqiyah) menjelang berakhirnya periode klasik yng berdampak pada
serangan ilmu agama atas filsafat. Serangan atas filsafat ini pertama kali
dilakukan ibnu qutaibah dan kemudian dilanjutkan alal-Ghozali pada abad 3 H/12
M untuk memperebutkan kewibawaan ilmu-ilmu agama di antara berbagai ilmu
pengetahuan hingga kemudian muncul ibnu Rusydi mengimbangi serangan
tersebut meski ia gagal.
Arkoun mengatakan bahwa fenomena skolastisme ini berlangsung baik di
dunia islam Timur maupun barat. jika di barat yang dominan adalah teologi
Aritotelian, maka di Dunia Timur muncul al-kindi, al-Farobi, ibnu Sina,
Miskawaih, Al-Ghazali dan sebagainya berdebat merebutkan kedudukan kedua
akal tersebut untuk menentukan siapa yang dominan. Akan tetapi, akal di barat
terus bergerak maju dinamis sehingga berhasil mancapai perubahan-perubahan
sehak abad 16, baik dalam akal filosofis maupun akal relogius, khususnya pasca
penemuan Galileo dan gerakan reformasi Marthin Luther, sendiri bebas pula
mendiskusikan hasil penafsiran tersebut. Stagnasi pemikiran islam ini merupakan
akibat dari kondisi sosial dan politik saat itu yang melakukan pembatasan
terhadap beberapa aliran filsafat seperti pembatasan yang dilakukan penguasa
Abassiyah (Al-Mutawwakkil dan Al- Qodir) terhadap perkembangan muktazilah,
disamping tekanan penguasa yang memberlakukan pengawasan terhdap nash dan

9
pemaknanya. Menurut Arkoun, kegagalan filsafat ini secara otomatis berarti
kemenangan skriptualisme islam, karena pemahaman alternaif wahyu tidak
dimungkinkan. Oleh karena itu, nalar islam hanya didasarkan pada interpretasi
doktriner dengan menggunakan simbol-simbol secara ketat sehingga tidak
mampu melihatkan penafsiran baru.

2.3. Sejarah dan dinamika hukum islam moderan

a. Sejarah islam moderan


Periode sejarah peradaban Islam modern dimulai pada abad ke-18 hingga abad
ke-20. Pada periode ini, banyak tokoh muslim yang kemudian sadar, atas sifat
jumud pada umat Islam. tokoh–tokoh itu berupaya untuk membawa Islam bangkit
kembali. Tokoh– tokoh itu di antaranya Jamaluddin a-Afghani (1839) dan
Muhammad Abduh (1849).

Menurut sejarah, awal kebangkitan Islam adalah ketika Napoleon Bonaparte


bersama pasukannya mendarat di lembah Sungai Nil pada abad ke-18, atau
sekitar tahun 1798 masehi. peristiwa itu menjadi awal dunia Islam mengenal
modernitas

b. Perkembangan hukum islam moderan


Perkembangan pembaharuan hukum islam dalam bentuk perundang-undangan
dan peraturan-peraturan hukum tidak terlepas dari pengaruh yang ditimbulkan
oleh penjajahan yang terjadi di Dunia Islam. Sebelum penjajahan (di saat negara-
negara Islam berada dalam satu daulah), hukum Islam yang berlaku secara
tradisional berpedoman dengan kitab-kitab fiqh yang dikembangkan para fuqoha
pada masanya. Akan tetapi, setelah daulah Islamiyah dijajah dan terpecah-pecah
menjadi berberapa negara, hukum Islam yang berkembang dipengaruhi oleh
masuknya westernisasi hukum yang dibawa oleh penjajah. Bahkan ada di antara
kaum kolonial yang berusaha menghilangkan eksistensi hukum Islam dan
menggantinya dengan hukum (perundang-undangan) barat.
Pasca penjajahan, berbagai upaya dilakukan oleh negara-negara muslim untuk
melegislasi hukum Islam sebagai undang-undang negara. Para pakar hukum
Islam modern, dalam mencermati kondisi hukum Islam tradisional yang
berpedoman kepada kepada kitab- kitab fiqih dan sarat dengan perbedaan antar
mazhab, mencoba menengahi perbedaan- perbedaan pendapat dalam fiqih yang

10
kemudian disatukan dalam satu kesatuan kodifikasi hukum Islam sebagai hukum
positif yang berlaku bagi seluruh warga negaranya. Disamping itu, dinamika
masyarakat dalam negara tersebut, yang terkadang juga terpengaruh budaya
hukum barat, juga menjadi rujukan mereka dalam pengkodifikasian hukum islam
tersebut. Dalam perkembangan pembaharuan perundang-udangan di negara
muslim, masing- masing negara mempunyai sikap politik yang berbeda dalam
menyikapi posisi hukum barat terhadap hukum negara yang akan mereka
terapkan dalam perundang-undangan. Menurut Fathurrahman Djamil, sedikitnya
ada tiga sikap negara muslim yang terlihat dalam bentuk perundang-undangan
yang dibuatnya
Sikap pertama adalah, mengakomodasi nilai-nilai hukum barat yang sesuai
dengan syari'at Islam dan bila perlu dijadikan sebagai bagian dari perundang-
undangan Islam. Kedua, mengadopsi secara keseluruhan semua pemikiran
hukum barat dan materi hukum yang diterapkan dalam hukum barat dijadikan
undang-undang negara. Ketiga, menolak semua pemikiran hukum barat dan
materi-materi hukumnya, sehingga tak satupun hukum barat yang diterapkan
dalam perundang-undangan negara. Dan disini hanya berlaku hukum Islam
secara murni yang diterapkan dalam perundang-undangan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bermadzhab artinya adalah mengikuti salah satu madzhab. “Madzhab” itu
sendiri artinya aliran/jalan. Bagi orang NU, dasar beragama adalah Al-Qurán dan
hadits, akan tetapi tidak sembarangan orang dapat merujuk langsung pada kedua
sumber tersebut. Oleh karena itu perlu seseorang atau beberapa orang yang menjadi
rujukan dan panutan dalam menggali hukum Islam.
Pentingnya bermadzhab yaitu dengan mengetahui madzhab kita dapat
memahami isi dari teks dari al-quran dan asunnah dan kalau tidak mengacu pada
orang lain paling tidak ia mengacu pada madzhab dirinya sendiri.
Ada 3 sejarah perkembangan mazhab hukum islam :
1. Sejarah islam klasik
Periode ini dimulai sejak zaman Rasulullah Saw. hingga Dinasti
Abbasiyah. Sejak kecil, Rasulullah dikenal sebagai orang yang berbudi
pekerti luhur.
2. Sejarah islam tengah
Periode sejarah Islam pertengahan dimulai pada abad ke-13 hingga abad
ke-18, atau sekitar tahun 1250 – 1800 masehi. Akhir abad ke-18 menjadi
masa kegelapan dunia Islam disebabkan jatuhnya imperium – imperium
kesultanan dan perebutan kekuasaan. Selain itu, juga terjadi karena
perkembangan sains dan teknologi yang stagnan.
3. Sejarah islam moderan
Periode sejarah peradaban Islam modern dimulai pada abad ke-18 hingga
abad ke-20. Pada periode ini, banyak tokoh muslim yang kemudian sadar,
atas sifat jumud pada umat Islam. tokoh–tokoh itu berupaya untuk
membawa Islam bangkit kembali.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ibid, hlm.89-90
Ahmad zayyadi, “Reformasi hukum di turki dan mesir (Tinjauan Historis-
sosioloogi)”. Al-Mazahib.Vol.2 No. 1, Juni 2014.
Hanafi, Ahmad. Pengantar dan sejarah hukum islam . 1989. Jakarta: Bulan
Bintang
manan, Abdul. Reformasi hukum islam di Indonesia (Tinjauan dari aspek
metodologis, legalisasi, dan yurisprudensi). 2007. Jakarta: PT.Raja grafindo
Anderson, J.N.D. Islamic law in the moderan world , di terjemahkan oleh
Muhmud Husain dengan judul hukum islam di dunia moderan. Yogyakarta : Tiara
wacana yogya
Mohammad Daud Ali, Hukum Keluarga Dalam Masyarakat Muslim
Kontemporer (Dalam Hukum Islam dan Peradilan Agama), Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 1997, hlm. 90.

13

Anda mungkin juga menyukai