MAKALAH
HUKUM ISLAM
Oleh: Kelompok 2
Anggota :
1. FIRA ELWISTA SAPUTRI 2310111097
UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas Nabi
besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan sekalian umatnya yang bertaqwa.
Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah
“MASA PERKEMBANGAN DAN LAHIRNYA MAZHAB-MAZHAB HUKUM” ini
dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalh ini karena
keterbatasan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
3
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN
C. TUJUAN ..................................................................................................... 6
MAZHAB-MAZHAB....................................................................................7
PENDAPAT ULAMA....................................................................................8
A. KESIMPULAN ............................................................................................18
B. SARAN ........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Belakangan ini penelitian tentang sejarah fiqih Islam mulai dirasakan penting.
Paling tidak, karena pertumbuhan dan perkembangan fiqih menunjukkan pada suatu
dinamika pemikiran keagamaan itu sendiri. Hal tersebut merupakan persoalan yang tidak
pernah usai di manapun dan kapanpun, terutama dalam masyarakat-masyarakat agama
yang sedang mengalami modernisasi. Perkembangan fiqih secara sungguh-sungguh telah
melahirkan pemikiran Islam bagi karakterisitik perkembangan Islam itu sendiri.
Kehadiran fiqih ternyata mengiringi pasang-surut Islam, dan bahkan secara amat
dominan abad pertengahan mewarnai dan memberi corak bagi perkembangan Islam dari
masa ke masa. Karena itulah, kajian-kajian mendalam tentang masalah kesejahteraan
fiqih tidak semata-mata bernilai historis, tetapi dengan sendirinya menawarkan
kemungkinan baru bagi perkembangan Islam berikutnya.
Pada makalah ini, akan dijelaskan tentang pengertian mazhab, latar belakang dan
sejarah awal kemunculan mazhab-mazhab dalam fiqih, dikhususkan pada empat mazhab
yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hanbali serta
beberapa hal lain yang berhubungan dengan keempat mazhab tersebut. dan penjelasan
madzhab lain selain madzhab empat tersebut, serta contoh kasus-kasus masalah fikih
pada madzhab madzhab tersebut.
5
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum para tabi’in pada masa itu mengikuti manhaj (metode, kaidah)
sahabat dalam mencari hukum. Mereka merujuk kepada Al-qur’an dan Hadist dan apabila
tidak mendapatkan dari keduanya, mereka merujuk pada ijtihad sahabat dan baru setelah
itu mereka sendiri berijtihad sesuai dengan kaidah-kaidah ijtihad para sahabat. Ada
kecenderungan dari beberapa ahli hukum islam (fuqaha) yang memandang bahwa hukum
sebagai pertimbangan rasionalitas. Mereka tidak hanya menggunakan rasio dalam
memahami hukum dan menyikapi persoalan yang muncul, tetapi juga memprediksikan
suatu peristiwa yang belum terjadi dan memberikan hukumnya.
Aliran pemikiran dengan menggunakan rasionalitas ini dipelopori oleh Ibrahim
bin yazid an Nakha’l, seorang ahli fiqh irak Hammad Bin Sulaiman yang banyak
mewariskan pemikiran fiqh rasionalitas kepada Abu Hanifah. Walaupun banyak ahli fiqh
yang memegang hukum rasionalitas, namun aliran ini banyak mendapatkan tanggapan
dan tantangan. Reaksi paling keras berasal dari ulama Hijaz (Madinah) yang menganggap
aliran ini telah banyak menyeleweng dari manhaj sahabat. Bahkan dianggap berpaling
dari ajaran Rasulullah SAW.
7
Dengan adanya aliran ini, dianggap telah membuka pintu untuk memasuki krisis
pemahaman keagamaan sebagaimana yang telah menimpa orang-orang Yahudi dan
Nasrani. Dalam I’lamul Muqi’l karangan Ibnul Qayyim Al-Jauziy, Ibnu Syihab Zuhri
seorang ahli hadist pada masa itu pernah mengatakan, “sesungguhnya orang-orang
Yahudi dan Nasrani kehilangan ilmu yang mereka miliki ketika mulai disibukkan dengan
pendapat rasio dan pemikiran.”
Dari Penyebaran para sahabat memberikan peluang yang sangat besar dalam
perluasan ikhtilaf dikalangan tabi’in. hal itu juga menjadi faktor perkembangan dari fiqih
yang disebabkan karena masing-masing tabi’in memiliki perbedaan situasi, kebiasaan dan
kebudayaan, disamping perbedaan kapasitas pemahaman para ahli fiqih dalam
mengantisipasi masalah yang muncul.
Runtuhnya pemerintahan Daulah Umayyah sekitar abad ke-2 H menghembuskan
angin baru dalam dunia fiqih. Setidaknya itu terlihat dari perhatian Khulafa' Daulah
Abbasiyyah yang sangat besar terhadap fiqih dan fuqaha. Berbeda dengan khulafa'
Daulah Umayyah yang "memasung" para fuqaha membatasi gerak mereka yang berani
menantang kebijaksanaan pemerintah. Khulafa Daulah Abbasiyyah malah mendekati para
fuqaha dan meletakkan mereka pada posisi terhormat. Setidaknya, ini yang mendorong
fuqaha untuk melakukan kajian yang lebih mendalam dan sungguh-sungguh hingga
menghantarkan fiqih ke puncak keemasan dalam sejarah perkembangannya. Jaih
mubarak mengutip pendapatnya Khudlari menyatakan bahwa fase ini, dalam sejarah
hukum Islam, dikenal sebagai fase atau zaman keemasan.
Munculnya mazhab, sebagai bagian dari proses sejarah penetapan hukum islam
tertata rapi dari generasi sahabat, tabi’in hingga mencapai masa keemasan pada khilafh
Abbasyiah, akan tetapi harus diakui mazhab telah meemberikan sumbangsih pemikiran
besar dalam penetapan hukum fiqih islam. Sebab-sebab munculnya mazhab yaitu
dikarenakann perbedaan interpretasi atau penafsiran mujtahid.
B. PENGERTIAN MAZHAB
Kata Mazhab merupakan sighat Islam dari Fi’il Madhi Zahaba. Zahaba artinya
pergi, oleh karena itu mazhab artinya, tempat pergi atau jalan. Kata-kata yang semakna
ialah: Maslak, thariqah dan sabiil yang kesemuanya berarti jalan atau cara. Sesuatu yang
menjadi tujuan seseorang baik konkrit maupun abstrak. Sesuatu dikatakan Mazhab bagi
seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khas. Menurut para ulama dan ahli
agama islam, yang dnamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah
melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikan
sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, dibangun diatas prinsip-prinsipdan
kaidah-kaidah.
B. TERMINOLOGI MAZHAB
1) Sumber Hukum
Jumhur ulama dalam tradisi ushul fikih, mengakui adanya empat dalil hukum
yang disepakati yaitu Alquran, Sunnah, Ijma dan Qiyas. Keempatnya kemudian dikenal
dengan dalil al-muttfaq alaiha. Dua yang pertama merupakan sumber primer sementara
Ijma dan Qiyas merupakan derivasinya.
2) Metodologi
3) Lingkungan
Bila diruntut ke belakang, mahzab fiqih itu sudah ada sejak zaman Rosulullah
SAW, Madzhab pada zaman Rosululah adalah sebatas Ijitihad (pendapat) para sahabat
dalam memahami agama, karena pada zaman itu sumber hukum islam adalah hanya al-
Quran dan Hadits, sehingga ketika para sahabat terjadi perselisihan dan berijtihad
masing-masing; maka mereka langsung melaporkan masalah tersebut kepada Rosulullah.
Pertama :
Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata: “Ada 2 Sahabat dalam perjalanan, ketika
waktu sholat tiba dan tidak menemukan air, maka beliau berdua melakukan Tayammum.
Keduanya pun shalat. Setelah itu mereka menemukan air saat waktu shalat belum habis.”
“Satu dari mereka mengulang shalat dengan berwudhu’. Sahabat yang lain tidak
mengulang shalatnya (cukup dengan Tayammum tadi)” Setelah mereka datang kepada
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan bercerita kejadian itu maka Nabi bersabda
kepada Sahabat yang shalat 1 kali saja: “Kamu sudah sesuai Sunnah. Cukup shalatmu
itu”. Dan kepada Sahabat yang shalat 2x (dengan Tayammum dan Wudhu’) Nabi
bersabda: “Kamu dapat 2 pahala”.
Kedua :
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
) ال ُيَص ِّلَيَّن َأَح ٌد اْلَعْص َر ِإاَّل ِفي َبِني ُقَرْيَظَة ( رواه البخاري
lain bersikukuh tetap melakukan shalat ‘Ashar pada waktunya, karena mereka
memandang bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bermaksud menyuruh
para shahabat Radhiyallahu anhum menunda shalat ‘Ashar sampai lewat waktunya.
Kemudian dua sikap yang berbeda dalam menyikapi sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam ini dilaporkan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mencela salah salah satunya.
Pada periode ini, Madzhab hanyalah sebuah pendapat atau Ijtihad para sahabat
dalam memahami sebuah kasus, lalu sahabat melaporkan kepada Rosul akan kasus
tersebut, sehingga Rosulullah SAW langsung memutuskan kasus tersebut apakah salah
satu yang benar atau keduanya benar.
Mahzab fiqih itu pada sejak zaman sahabat mulai tumbuh seiring dengan
meninggalnya Rosulullah SAW; karena ketika di zaman Rosulullah para Sahabat
menemukan sebuah masalah, akan tetapi setelah wafatnya Rosulullah, Para sahabat
masing-masing memiliki pendapatnya. Misalnya pendapat Aisyah ra, pendapat Ibn
Mas’ud ra, pendapat Ibn Umar. Masing-masing memiliki kaidah tersendiri dalam
memahami nash Al-Qur’an Al-Karim dan sunnah, sehinga terkadang pendapat Ibn Umar
tidak selalu sejalan dengan pendapat Ibn Mas’ud atau Ibn Abbas. Tapi semua itu tetap
tidak bisa disalahkan karena masing-masing sudah melakukan ijtihad.
sementara sebagian sahabat yang lain menganggapnya mengerjakan ibadah haji secara
qiran. Sebagian sahabat lain menyangka beliau mengerjakan ibadah haji secara ifrad.
Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang tujuh orang
yaitu; Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn Muhammad, Kharijah ibn
Zaid, Ibn Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan Ubaidillah. Termasuk juga Nafi’ maula
Abdullah ibn Umar. Di kota Kufah kita mengenal ada Al-Qamah ibn Mas’ud, Ibrahim
An-Nakha’i guru al-Imam Abu Hanifah. Sedangkan di kota Bashrah ada al-Hasan Al-
Bashri dan Imam Sufyan as sauri.
Dari kalangan tabiin ada ahli fiqh yang juga cukup terkenal; Ikrimah Maula Ibn
Abbas dan Atha’ ibn Abu Rabbah, Thawus ibn Kiisan, Muhammad ibn Sirin, Al-Aswad
ibn Yazid, Masruq ibn al-A’raj, Alqamah an Nakha’i, Sya’by, Syuraih, Said ibn Jubair,
Makhul ad Dimasyqy, Abu Idris al-Khaulani.
Dalam kasus iddah wanita hamil karena berzina, Para ulama di kalangan Tabiin
berbeda pendapat :
1) Imam Sufyan as Sauri dan sebagain tabiin berpendapat bahwa tidak ada iddah
bagi wanita hamil karena berzina. Karena iddah untuk menjaga nasab, sedangkan
Pezina tidak menjaga nasab.
2) Imam Hasan basri, Ibrahim An Nakho’i dan sebagian tabiin lainnya berpendapat
bahwa wanita hamil karena berzina tetap ada iddahnya, karena iddah itu karena
Istibro’ (membersihkan Rahim).
Imam Abu Hanifah, yang dikenal dengan sebutan Imam Hanafi, mempunyai
nama lengkap: Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin Zutha Al-Kufi. lahir di Irak pada
tahun 80 Hijriah/699 M, bertepatan dengan masa khalifah Bani Umayyah Abdul Malik
bin Marwan. Beliau digelari dengan nama Abu Hanifah yang berarti suci dan lurus,
karena sejak kecil beliau dikenal dengan kesungguhannya dalam beribadah, berakhlak
13
mulia, serta menjauhi perbuatan-perbuatan dosa dan keji. Dan mazhab fiqihnya
dinamakan Mazhab Hanafi.
Guru-guru yang pernah beliau temui antara lain adalah : (Hammad bin Abu
Sulaiman Al-Asy’ari (W. : [120 H/ 738]) faqih kota “Kufah”, ‘Atha’ bin Abi Rabah (W. :
(114 H/ 732 M) faqih kota “Makkah”, ‘Ikrimah’ (W104 H/ 723 M) maula serta pewaris
ilmu Abdullah bin Abbas, Nafi’ (W. : [117 H/ 735 M]) maula dan pewaris ilmu Abdullah
bin Umar serta yang lain-lain. Beliau juga pernah belajar kepada ulama’ “Ahlul-Bait”
seperti missal : Zaid bin Ali Zainal ‘Abidin (79-122 H/698-740 M), Muhammad Al-Baqir
([57-114 H/ 676-732 M]), Ja’far bin Muhammad Al-Shadiq (80-148 H/ 699-765 M) serta
Abdullah bin Al-Hasan. Beliau juga pernah berjumpa dengan beberapa sahabat seperti
missal : Anas bin Malik (10 SH-93 H/ 612-712 M), Abdullah bin Abi Aufa (w. 85 H/ 704
M]) di kota Kufah, Sahal bin Sa’ad Al-Sa’idi (8 SH-88 H/ 614-697 M) di kota Madinah
serta bertemu dengan Abu Al-Thufail Amir bin Watsilah (W 110 H/729 M) di kota
Makkah.
Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin Al-Hassan Al-
Shaibani, guru Imam Syafi’i. Melalui goresan tangan para muridnya itu, pandangan-
pandangan Imam Hanafi menyebar luas di negeri-negeri Islam, bahkan menjadi salah satu
mazhab yang diakui oleh mayoritas umat Islam.
Malik bin Anas bin Malik, Imam maliki di lahirkan di Madinah al Munawwaroh.
sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya terdapat perbedaaan riwayat. al-Yafii
dalam kitabnya Thabaqat fuqoha meriwayatkan bahwa imam malik dilahirkan pada 94 H.
ibn Khalikan dan yang lain berpendapat bahawa imam Malik dilahirkan pada 95 H.
sedangkan. imam al-Dzahabi meriwayatkan imam malik dilahirkan 90 H. Ia menyusun
kitab Al Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun,
selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah. Imam Malik menerima
hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia
meriwayatkan hadits bersumber dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik
bin Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil,
muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari.
14
Adapun yang meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada yang
lebih tua darinya seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya seperti al
Auza’i, Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Al Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin
Hajjaj. Adapula yang belajar darinya seperti Asy Safi’i, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, al
Qaththan dan Abi Ishaq.
Di antara guru beliau adalah Nafi’ bin Abi Nu’aim, Nafi’ al Muqbiri, Na’imul
Majmar, Az Zuhri, Amir bin Abdullah bin Az Zubair, Ibnul Munkadir, Abdullah bin
Dinar, dan lain-lain. Di antara murid beliau adalah Ibnul Mubarak, Al Qoththon, Ibnu
Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qosim, Al Qo’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur,
Yahya bin Yahya al Andalusi, Yahya bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’i,
Sufyan Ats Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as Sahmi, Az
Aubairi, dan lain-lain.
Mazhab Syafi’i didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad bin ldris as-syafi’i. Ia
wafat pada 767 masehi 158 H. Selamahidup Beliau pernah tinggal di Baghdad, Madinah,
dan terakhir di Mesir. Corak pemikirannya adalah konvergensi atau pertemuan antara
rasionalis dan tradisionalis. Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab
Syafi’i. Yang pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid. Di Makkah, Imam
Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid Az Zanji sehingga ia
mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun. Demi ia merasakan
manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai senang
mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja yatim
ini belajar fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid
Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah. Kemudian dia juga belajar
dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang bernama
Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin Uyainah.
Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki,
Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun
semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di
berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas.
15
Ia pergi ke Madinah dan berguru fiqh kepada Imam Malik bin Anas. Ia mengaji
kitab Muwattha’ kepada Imam Malik dan menghafalnya dalam 9 malam. Imam Syafi’i
meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Fudlail bin Iyadl dan pamannya, Muhamad
bin Syafi’ dan lain-lain. Adapun Murid beliau yang paling terkenal antara lain adalah
Imam ahmad bin hanbal.
Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Hanbal asy-
Syaibani. Imam Ahmad dilahirkan di ibu kota kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, Irak,
pada tahun 164 H/780 M. Saat itu, Baghdad menjadi pusat peradaban dunia dimana para
ahli dalam bidangnya masing-masing berkumpul untuk belajar ataupun mengajarkan
ilmu. Dengan lingkungan keluarga yang memiliki tradisi menjadi orang besar, lalu
tinggal di lingkungan pusat peradaban dunia, tentu saja menjadikan Imam Ahmad
memiliki lingkungan yang sangat kondusif dan kesempatan yang besar untuk menjadi
seorang yang besar pula.
Beberapa gurunya yang terkenal, di antaranya Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad
Al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-
Sulami, Imam Syafi’i, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin l`Uyainah,
Abdurrazaq, serta Ibrahim bin Ma’qil.
Adapun muridnya adalah Shalih bin Imam Ahmad bin Hambal Abdullah bin
Imam Ahmad bin Hambal Keponakannya, Hambal bin Ishaq.
Ada beberapa mazhab lain yang terkenal yang muncul pada abad 2 sampai dengan
3 hijriyyah antara lain Madzhab Atho, Madzhab Ibnu sirin, Madzhab Zhohiriyyah yang di
pelopori Imam Daud az zhohiri, Madzhab As ya’bi, Mazhab Imam an-Nakho’i; akan
tetapi madzhab-madzhab tersebut tidak begitu berkembang seiring berjalannya zaman
dari masa ke masa.
Contohnya : Para ulama berbeda pendapat tentang wanita hamil atau wanita
menyusui apakah wajib puasa atau tidak ? Jika tidak wajb, apakah mengqodho puasanya
ataun membayar fidyah.
16
a. Imam Syafii berpendapat bahwa Wanita Hamil dan Menyusui boleh tidak
berpuasa akan tetapi keduanya wajib membayar qodho dan membayar fidyah
b. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa Wanita hamil dan Menyusui boleh tidak
berpuasa, akan tetapi keduanya hanya wajib membayar qodho saja
c. Imam Malik berpendapat bahwa Wanita hamil dan menyusui boleh tdak
berpuasa, akan tetapi keduanya hanya membayar fidyah
d. Imam Ahmad berpendapat bahwa Wanita hamil dan menyusui boleh tidak
berpuasa, akan tetapi wanita hamil wajib mengqodho puasa sedangkan wanita
menyusui wajib membayar Fidyah
e. Sebagian ulama lain seperti Imam Daud dari kalangan mazhab zhohiriyyah
berpendapat bahwa wanita hamil dan menyusui wajib berpuasa.
Pada periode ini muncul lah ulama-ulama besar yang menisbatkan diri ke
madzhab tertentu di antaranya : Dari kalangan Syafiiyyah seperti Imam An Nawawi,
Imam a-Muzani, Imam Ibnu hajar al Asqolani, Ibnu hajar al haistami dan lain-lain. Dari
Kalangan Hanafiyyah seperti Imam Abu Yusuf, Imam As syaibani, Imam al Maruzi dan
lain lain. Dari kalangan Hanabilah seperti Imam Ibnu Qoyyim, Ibnu taimiyyah, Ibnu
Rojab dan lain lain. Dari kalangan Malikiyyah seperti Imam Ibnu Qosim, Imam Syahnun,
Imam Ibnu Rusyd dan lain lain.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang
digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan
(ushul) yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih jauh dari kata
smpurna. Penulis berharap para pembaca bisa menbeIkan kritikan dan saran terhadap
penulisan makalah ini untuk menanggapi pembahasan yang telah dijelaskan.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://stisalmanar.ac.id/madzhab-dan-sejarah-perkembangannya
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6942093/sejarah-munculnya-4-
mazhab-yang-populer-di-kalangan-muslim
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/al_daulah/article/download/5903/pdf/
https://ahmad-zam-11.blogspot.com/2015/06/hukum-islam-pada-masa-bani-
umayyah.html?m=1
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/
Pertemuan_10BA.0080834.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/292400-madzhab-dan-faktor-
penyebab-terjadinya-p-ec32ac29.pdf
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6942093/sejarah-munculnya-4-
mazhab-yang-populer-di-kalangan muslim#:~:text=Para%20imam%20pendiri
%20empat%20mazhab,yang%20merupakan%20pendiri%20Mazhab%20Hambali.
NOTULEN PRESENTASI
Kritik dan saran disampaikan oleh bapak Prof. Dr. Yaswirman, MA mengenai
tambahan materi dengan topik pembahasan Masa Perkembangan dan Lahirnya Mazhab-
Mazhab Hukum Islam
4. Diskusi
Sesi diskusi dibuka oleh moderator, dan di peroleh beberapa pertanyaa sebagai
berikut:
Nim : 2310113047
Kelompok : Kelompok 5
Pertanyaan : Apa perbedaan perkembangan dan pertumbuhan hukum atau mazhab dan
kenapa ijma’ dan qiyas disebut sebagai sumber primer
Nim : 2310111140
Jawaban : Ijma' dan qiyas itu bukan merupakan sumber primer melaikan sumber
sekunder, sumber primer yaitu al-quran dan sunna. Perbedaan perkembangan dan
pertumbuhan hukum dalam islam, disini kelompok kami menjelaskan tentang
perkembangan hukum islam atau dinamakan dengan Mazhab. Hukum islam sudah ada
pada masa rasulullah dan itu dinamakan fiqih, setelah masa rasulullah maka dilanjutkan
oleh masa khulafaturasyidin dan terakhir kepemimpinan ali bin abi thalib, ali dibunuh dan
pemerintahan islam dipindahkan dari kota madinah ke damaskus, dan muawiyyah
mendirikan dinasti umayyah, setelah runtuhnya dinasti umaayyah maka didirikan dinasti
abbasiyah, pada dinasti abbasiyah islam mengalami perkembangn yang sangat pesat,
sehingga munculnya mazhab atau aliran . Adapun 4 mazhab populer yaitu: mazhab
syafi’i, mazhab maliki, mazhab hambali, mazhab hanafi. Hukum islam yang awalnya
pada masa rasulullah dan dilanjutkan pada masa sahabat atau khulafaturasyidin dan
sehingga setelah itu lahirnya mazhab-mazhab hukum. Penyebab munculnya mazhab yaitu
perbedaan presepsi dalam usshul fiqih dan fiqih serta perbedaan interpretasi atau
penafsiran mujtahid. Penyebab terjadinya perbedaan pendapat para mujtahid karena tiap
individu memiliki cara pandang dan atau sikap yang berbeda.
Nim : 2310111001
Kelompok : Kelompok 1
Nim : 2310111097
Jawaban : Ulama vakiliyah asy- syatibi berkaata bahwa sesungguhnya istihsan itu di
anggap dalil yang kuat dalaam hukum sebagimana pendapat imam maliki dan imam abu
hanifah, begitu pula benurut abu zaharaa, bahwa imam malik sering bertawaaf dengan
menggunakan istihsan. Keempat imam berguru satu sama lain. Setelah belajar dari ibu,
ayah dan kakeknya, imam malik sempat berguru kepada imam abu hanifah.
Mazhab maliki tidak melarang membaca basmallah paada surat al-fatihah melainkan
disunnahkan dibaca pelan atau sir, dibaca dalam hati. Adapun dalil yang digunakan yang
diriwayatkan oleh abu muslim. Dari Anas bin Malik RA berkata : “ Saya salat di
belakang rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman, saya tidak mendengar saatupun
dari mereka membaca Bismillahirrahmanirrahim. (HR Muslim)
3. Nama : Nabila Mutia Safira
Nim : 2310111021
Kelompok : Kelompok 1
Nim : 2310112013
Jawaban : Pada periode ini muncul lah ulama-ulama besar yang menisbatkan diri
ke madzhab tertentu di antaranya : Dari kalangan Syafiiyyah seperti Imam An Nawawi,
Imam a- Muzani, Imam Ibnu hajar al Asqolani, Ibnu hajar al haistami dan lain-lain. Dari
Kalangan Hanafiyyah seperti Imam Abu Yusuf, Imam As syaibani, Imam al Maruzi dan
lain lain. Dari kalangan Hanabilah seperti Imam Ibnu Qoyyim, Ibnu taimiyyah, Ibnu
Rojab dan lain lain. Dari kalangan Malikiyyah seperti Imam Ibnu Qosim, Imam Syahnun,
Imam Ibnu Rusyd dan lain lain. Selain munculnya ulama besar adapun
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa- bangsa lain yang lebih dahulu
mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan Berkat keberhasilan penyebaran
Islam ke berbagai wilayah yang baru, Islam bertemu dengan berbagai kebudayaan baru
yang memiliki khazanah pengetahuan yang baru pula. Faktor ini telah mendorong
lahirnya ilmu pengetahuan.
-Melakukan nikah silang dengan wanita-wanita Persia. Hasil dari pernikahan ini salah
satunya adalah melahirkan khalifah baru yaitu al-Makmun. Pada masa ini pula, Dinasti
Abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab
3. Menciptakan stabilitas ekonomi dan politik, Khalifah Harun ar-Rasyid memanfaatkan
kemajuan perekonomian untuk pembangunan di sektor sosial dan pendidikan, seperti
pengadaan sarana belajar bagi masyarakat umum.
Selain itu istilah "periode keemasan" digunakan untuk merujuk kepada masa
ketika pemikiran dan kontribusi intelektual dalam Islam mencapai puncaknya, dan ini
menjadi tonggak penting dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran
Islam.
Tambahan Materi