Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU USHUL FIQIH


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih
Dosen Pengampu : Ustadzah Yunik Rahmiyati, M.Pd

DISUSUN OLEH :

Putri Ida Ayu Laila Ningrum (2311203018)


Chaira Dzikriyatul Halwa (23112030)
Lathifah Nur Rahmah (2311203031)
Mohamad Adam Ashadi (2311203033)
Nanda Bahrul Li Ummah (2311203036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURURAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2024
`

KATA PENGANTAR
‫الحمد هلل الذي انعمنا بنعمت االٌمان واالسالم و الصالة والسالم على‬
‫سٍدنا دمحم خٍزاالنام وعلى الو و اصحبو و تابعو على الدوام اشهد ان ال‬
‫الو اال هللا وحده ال شزٌك لو و اشهد ان دمحما عبده ورسىلو ال نبً بعده‬

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Sejarah perkembangan Ilmu Ushul Fiqih” dengan tepat waktu. Makalah ini
kami susun sebagai salah satu tugas akademik dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan dalam mata kuliah Ushul Fiqih yang kami tempuh di Universitas
Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Terima kasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Ushul Fiqih, Ustadzah Yunik Rahmiyati, M.Pd, yang telah
memberikan materi selama proses perkuliahan .
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat diterima dengan baik
dan bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih atas perhatian dan kesempatan yang
diberikan kepada kami.

Samarinda , 24 Februari 2024

Kelompok 1

ii
`

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ushul Fiqih dari Masa ke Masa. 3

B. Aliran-Aliran dalam Ilmu Ushul Fiqih ......................................................... 7

C. Tokoh -Tokoh dalam Aliran Ushul Fiqih dan Kitab- Kitabnya ............... 10

BAB III PENUTUP............................................................................................... 11

A. Kesimpulan ................................................................................................ 11

B. Saran........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Islam dalam perjalanan panjangnya senantiasa megalami
dinamika. Masa perjalanan hukum Islam sendiri sebenarnya dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa fase, yaitu masa Rasulullah, masa
sahabat dan masa tabi’in, selain itu juga disusul dengan masa tabi’it
tabi’in. Pada masa Rasulullah persoalan hukum yang dihadapi oleh umat
Islam terbilang belum begitu kompleks. Selain itu penetapan suatu
hukum atas persoalan yang terjadi masih diserahkan penuh kepada
Rasulullah SAW. Kemudian pasca beliau wafat, persoalan yang
dihadapi oleh umat Islam semakin komplek, dan terkadang suatu
permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam pada saat itu belum
dijumpai pada zaman Rasulullah. Atas dasar itu lahirlah sebuah ilmu
ushul fiqh sebagai jawaban atas persoalan yang dihadapi oleh umat
Islam. Jika ditilik lebih jauh lagi, sebenarnya embrio ushul fiqh telah ada
sejak Rasulullah masih hidup. Kemudian setelah beliau wafat kajian
mengenai ushul fiqh semakin mendapatkan perhatian yang cukup besar
besar dari kalangan ahli hukum Islam.
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai asal dari
ushul fiqh. Secara teoritis, ilmu ushul fiqh lebih dahulu lahir dari ilmu
fiqh, karena ushul fiqh sebagai alat untuk melahirkan fiqh. Akan tetapi,
fakta sejarah menunjukkan, ushul fiqh bersamaan lahirnya fiqh.
Sedangkan dari segi penyusunannya, ilmu fiqh lebih dahulu lahir dari
pada ilmu ushul fiqh. Namun, Terlepas dari hal itu, dalam pembahasan
makalah ini akan dijelaskan secara rinci mengenai hal ikhwal sejarah
perkembangan ushul fiqh.

1
`

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah pertumbuhan dan perkembangan Ushul Fiqih
dari masa ke masa
b. Apa saja aliran-aliran dalam ilmu Ushul Fiqih
c. Siapa Saja tokoh-tokoh dalam aliran Ushul Fiqih dan Sebutkan
Kitab-Kitabnya.

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah pertumbuhan dan perkembangan ushul
fiqih dari masa ke masa
2. Untuk mengetahui aliran-aliran dalam ilmu Ushul Fiqih
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam aliran Ushul Fiqih dan kitab-
kitabnya

2
`

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ushul Fiqih dari Masa
ke Masa

Secara Teoritis, ilmu ushul fiqih lebih dahulu lahir dari ilmu fiqih,
karena ushul fiqih alat untuk melahirkan fiqih. Akan tetapi fakta sejarah
menunjukkan, ushul fiqih bersamaan lahirnya dengan fiqih. Sedangkan
dari segi penyusunannya, ilmu fiqih lebih dahullu lahir dari ilmu ushul
fiqih. Berikut ini dijelaskan sejarah dan perkembangan ushul fiqih yang
dibagi dalam beberapa periode.

1. Periode Sahabat

Fiqih mulai dirumuskan pada periode sahabat, yaitu setelah


wafatnya Rasulullah SAW. Sebab pada masa hidupnya Rasulullah
semua persoalan hukum yang timbul diserahkan kepada beliau.
Meskipun satu atau dua kasus hukum yang timbul terkadang disiasati
para sahabat beliau dengan ijtihad, tetapi hasil akhir dari ijtihad tersebut,
dari segi tepat atau tidaknya hasil ijtihad mereka itu, dikembalikan
kepada Rasulullah. Hal ini karena Rasulullah adalah satu-satunya
pemegang otoritas kebenaran agama melalui wahyu yang diturunkan
kepada beliau.

Pada periode sahabat, dalam melakukan ijtihad untuk melahirkan


hukum, pada hakikatnya para sahabat menggunakan ushul fiqih sebagai
alat untuk berijtihad. Hanya saja, ushul fiqih yang mereka gunakan baru
dalam bentuknya yang paling awal, dan belum banyak terungkap dalam
rumusan-rumusan sebagaimana yang kita kenal sekarang.

Langkah -langkah para yang ditempuh para sahabat apabila


menghadapi persoalan hukum ialah, menelusuri ayat-ayat Al-qur’an
yangberbicara tentang masalah tersebut. Apabila tidak ditemukan
hukumnya dalam Al-Qur;an, maka mereka mencarinya di dalam sunnah.

3
`

Apabila di dalam sunnah pun tidak ditemukan, barulah mereka berijtihad.


Tidak jarang ijtihad yang mereka lakukan adalah dengan cara
musyawarah diantara mereka (ijtihad jama‟i). Hasil kesepakatan ijtihad
melalui musyawarah ini kemudian dikenal dengan istilah ijma‟ ash-
shahabi (kesepakatan sahabat), akan tetapi, sebagaimana pola
musyawarah, acapkali juga ijtihad memecahkan persoalan-persoalan
hukum itu mereka pecahkan sendiri (ijtihad fardi) . Hasil ijtihad ini
kemudian dikenal dengan istilah ijtihad ash-shahabi (ijtihad sahabat)
atau fatwa ash-shahabi (fatwa sahabat) atau qaul ash-shahabi (pendapat
sahabat).

2. Periode Tabi’in

Sejalan dengan berlalunya dengan masa sahabat, timbullah masa


tabi’in. Pada masa ini, sejalan dengan perluasan wilayah-wilayah islam,
dimana pemeluk islam semakin heterogen bukan saja dari segi
kebudayaan dan adat istiadat lokal, tetapi juga dari segi bahasa,
peradaban, ilmu pengetahuan, teknologi dan perekonomian, banyak
bermunculan kasus-kasus baru, yang sebagiannya belum dikenal sama
sekali pada masa Rasulullah dan masa sahabat. Untuk menjawab kasus-
kasus hukum ini, lahir tokoh tokoh hukum islam yang bertindak sebagai
pemberi fatwa hukum. Mereka ini sebelumnya telah lebih dahulu
menimba pengalaman dan pengetahuan di bidang ijtihad dan hukum
dari para sahabat pendahulu mereka. Para ahli hukum generasi tabi’in
ini, antara lain, Sa’id bin Al-Musayyab (15-94 H) sebagai mufti di
madinah. Sementara di Irak tampil pula Alqamah bin al-Qais (w. 62 H)
dan Ibrahim an-Nakha’i (w. 96 H), disamping para ahli hukum lainnya.

Dalam melakukan ijtihad, sebagaimana generasi sahabat, para


ahli hukum generasi tabi‟in juga menempuh langkah-langkah yang
sama dengan yang dilakukan para pendahulu mereka. Akan tetapi,
selain merujuk Al-Qur’an dan Sunnah,mereka telah memiliki tambahan
rujukan hukum yang baru, yaitu ijma‟ ash-shahabi, ijma‟ ahl al-

4
`

madinah, fatwa ash-shahabi, qiyas, dan mashlahah mursalah, yang


telah dihasilkan oleh generasi sahabat. Terhadap sumber rujukan yang
baru itu, mereka memiliki kebebasan memilih metode yang mereka
anggap paling sesuai. Oleh karena itu, sebagian ulama tabi‟in ada yang
menggunakan metode qiyas, dengan cara menemukan „illah hukum
suatu nashsh dan kemudian menerapkannya pada kasus-kasus hukum
yang tidak ada nashsh nya tetapi memiliki „illah yang sama. Sementara
sebagian ulama lainnya lebih cenderung memilih metode mashlahah,
dengan cara melihat dari segi kesesuaian tujuan hukum dengan
kemaslahatan yang terdapat dalam prinsip-prinsip syara’.

Adanya kedua kelompok ulama diatas merupakan cikal bakal


lahirnya dua aliran besar dalam ilmu ushul fiqih dan fiqih , yaitu aliran
Mutakallimin atau asy-Syafi’iyyah, yang dianut jumhur atau( mayoritas)
ulama dan aliran fuqaha‟ atau Hanafiyyah yang pada mulanya
berkembang di Irak.1

3. Periode Imam Madzhab

Setelah berlalunya periode tabi‟in, maka perkembangan ushul


fiqih disusul oleh periode imam madzhab. Mengingat ada perbedaan
sejarah perkembangan yang signifikan, maka sejarah perkembangan
ilmu ushul fiqih periode imam madzhab ini lebih jauh dapat dirinci
menjadi tiga bagian, yaitu : masa sebelum dan ketika tampilnya Imam
asy-Syafi’i, serta masa sesudah Imam Asy-Syafi’i.

A. Masa Sebelum Imam Asy-Syafi’i

Masa sebelum Imam Asy-Syafi’i ditandai dengan munculnya


Imam Abu Hanifah bin Nu’man (w. 150 H), pendiri madzhab Hanafi. Ia
tinggal dan berkembang di Irak. Dibanding masa tabi‟in, metode ijtihad
Imam Abu Hanifah sudah semakin jelas polanya. Dalam berijtihad, ia
banyak menggunakan qiyas dan ihtisan.
1
Ali Hasbullah, Ushul, hlm. 7.

5
`

Langkah-Langkah ijtihadnya ialah, secara berurutan, merujuk


pada Al-Qur’an, sunnah, fatwa sahabat yang disepakati (ijma‟ ash-
shahabi), memilih salah satu fatwa para sahabat yang berbeda-beda
dalam satu kasus hukum. Imam Abu Hanifah tidak akan melakukan
istinbath hukum sendiri, selama ia menemukan jawaban hukum dari
sumber-sumber rujukan tersebut.

Mujtahid lainnya, Imam Malik bin Anas (w. 179 H), pendiri
madzhab Maliki. Ia tinggal dan berkembang di Madinah. Apabila Imam
Abu Hanifah banyak menggunakan qiyas dan istihsan dalam berjihad,
maka sebaliknya Imam Malik banyak menggunakan mashlahah
mursalah. Belakangan metode mashlahah Imam Malik ini berkembang
sangat jauh, sehingga salah seorang ulama yang bernama Najmuddin
Ath-Thufi (657-716 H) dituduh sesat oleh sebagian ulama lainnya,
karena dipandang telah mengembangkan metode ini dengan cara yang
sangat liberal.2

B. Masa Imam Syafi’i

Masa kedua dari periode Imam Madzhab adalah ketika


tampilnya Imam Muhammad Idris Asy-Syafi’i (150-204 H). Berbeda
dengan masa sebelumnya, di mana metode ushul fiqih belum terdsusun
dalam suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan belum dibukukan,
maka masa ini ditandai dengan lahirnya karya Imam Asy-Syafi’i yang
bernama Ar-Risalah.

Sebagaimana layaknya proses lahir dan berkembangnya suatu


disiplin ilmu, Asy-Syafi’i mewarisi pengetahuannya yang mendalam
sebagai hasil proses panjangperkembangan ilmu dari para
pendahulunya. Dengan kata lain, harus ditegaskan bahwa Asy-Syafi’i
bukanlah orang pertama yang merintis ilmu ushul fiqih. Akan tetapi, di

2
Mustafa Zaid, Al-Mashlahah fi At-Tasyri’ Al-Islami wa Najm Ad-DIn Ath-Thufi, Mesir : Dar Al-
Fikr Al-Arabi, Mishr, 1964, hlm. 23 dst

6
`

tangannya untuk pertama kali ilmu ushul fiqih lahir sebagai ilmu yang
mandiri. 3

Upaya pembukuan dan pensistemtisan ushul fiqih sejalan


dengan masa keemasan ilmu keislaman yang terjadi pada masanya.

C. Masa Sesudah Imam Asy-Syafi’i

Setelah berlalunya Imam Syafi’i, perkembangan ilmu ushul


fiqih semakin menunjukkan tingkat kesempurnaannya. Pada masa ini
(masih dalam abad ketiga) lahir beberapa karya dalam bidang ushul
fiqih, antara lain, An-Nasikh wa Al-Mansukh, karya Ahmad bin Hanbal
(164-241 H), pendiri madzhab Hanbali, dan Ibthal Al-Qiyas, karya
Dawud Azh-Zhahiri (200-270 H), pendiri madzhab Azh-Zhahiri. Abad
ketiga hijriyyah merupakan puncak dan masa keemasan fiqih islam,
sehingga bermunculan para ulama dalam bidang ilmu ini. Meskipun
arah pengembangan ushul fiqih berbeda-beda pada masing-masing
madzhab, namun semua mereka menerima dan mengembangkan empat
dalil utama yang ditegaskan Asy-Syafi’i, yaitu Al-Qur’an, sunnah, Al-
Ijma‟, dan Al-Qiyas.

B. Aliran-Aliran dalam Ilmu Ushul Fiqih

Dalam sejarah perkembangan ushul fiqih dikenal tiga aliran yang


berbeda. Masing-masing aliran memiliki cara pandang yang berbeda
dalam menyusun dan membangunteori yang terdapat dalam ushul fiqih.
Ketiga aliran itu ialah:

1. Aliran Syafi’iyah (Aliran Mutakallimin)

Aliran mutakallimin (Ahli Kalam) bisa juga disebut aliran


Jumhur Ulama dan aliran Syafi’iyah. Aliran ini disebut syafi’iyah
karena imam syafi’i adalah tokoh pertama yang menyusun ushul fiqih

3
Abd.Rahman Dahlan, Ushul Fiqh : Penerbit Amzah, 2010

7
`

dengan menggunakan sistem ini. Dan aliran ini disebut aliran


mutakallimin karena dalam metode pembahasannya didasarkan pada
nazari,falsafah dan mantiq serta tidak terikat pada mazhab tertentu
dan mereka yang banyak memakai metode ini berasal dari ulama’
mutakallimin (Para ahli ilmu kalam) seperti Imam Al- Juwaeni, Al-
Qadhi Abdul Jabbar dan Imam Al- Ghazali. Disebut juga aliran
Jumhur Ulama karena aliran ini dianut oleh mayoritas ulama yang
terdiri dari kalangan ulama malikiyyah, syafi’iyah dan hanabillah.

Para ulama dalam aliran ini dalam pembahasannya dengan


menggunakan cara-cara yang digunakan dalam ilmu kalam, yakni
menetapkan ka’idah ditopang dengan alasan- alasan yang kuat baik
naqliy (dengan nash) maupun ‘aqliy (dengan akal fikiran) tanpa
terikat dalam hukum-hukum furu’ yang telah ada dari madzab
manapun. Adakalanya kaidah-kaidah yang disusun dalam ushul fiqih
mereka menguatkan furu’ yang terdapat dalam mazhab mereka dan
adakalanya melemahkan furu’ mazhab mereka.4

Aliran ini membangun ushul fiqih secara teoritis murni tanpa


dipengaruhi oleh masalah-masalah cabang keagamaan. Sebagai
akibat dari perhatian yang terlalu di fokuskan pada masalah teoritis,
aliran ini sering tidak bisa menyentuh permasalahan praktis. Aspek
bahasa dalam aliran ini sangat dominant, seperti penentuan tentang
tahsin (menganggap sesuatu itu baik dan dapat dicapai akal atau
tidak). Dan taqbih (menganggap sesuatu itu buruk dan dapat dicapai
akal atau tidak). Permasalahan tersebut biasanya berkaitan dengan
pembahasan tentang hakim (pembuat hukum syara’) yang berkaitan
pula dengan masalah aqidah.

Aliran ini berusaha menjadikan ushul Fikih sebagai teori yang


independen, yang dapat diaplikasikan terhadap segala persoalan dan

4
Muin Umar,Ushul fikih I(Jakarta:Departemen Agama Pembangunan lima Tahun,1985),h.16

8
`

tidak terfokus pada masalah fiqh saja.Tokoh dari aliran ini antara lain :
Syafi’iyah,Malikiyah,Hanabilah,dan Jumhur mutakallimin.5

2. Aliran Hanafiyah (Fuqaha)

Aliran ini juga disebut aliran fuqaha. Aliran ini disebut dengan
fuqaha karena aliran ini dalam membangun teori ushul fikihnya hanya
dipengaruhi oleh masalah furu’ dalam mazhab mereka.6Oleh sebab itu,
sebelum menyusun setiap teori dalam ushul fiqih, mereka terlebih
dahaulu melakukan analisis mendalam terhadap hukum furu’ yang ada
dalam mazhab mereka. Metode ini dicetuskan oleh Imam Abu Hanifah
dan dikemukakan oleh ulama hanifah. Cara yang digunakan oleh aliran
ini dengan menggunakan istiqra’(induksi), terhadap pendapat –
pendapat imam sebelumnya dan mengumpulkan pengertian makna dan
batasan – batasan yang mereka gunakan.7

Diantara ciri khas aliran hanafiyyah, bahwa kaidah yang disusun dalam
ushul fiqih mereka semuanya dapat diterapkan. Ini logis karena
penyusunan ushul fiqih mereka telah terlebih dahulu disesuaikan
dengan hukum furu’ yang terdapat dalam mazhab mereka. Ini tentu
berbeda dengan aliran syafi’iyah atau mutakallimin yang tidak
berpedoman kepada hukum furu’ dalam menyusun ushul fiqih mereka.
Konsekwensinya, tidak jarang terjadi pertentangan antara kaidah ushul
fiqih Syafi’iyah dengan hukum furu’ dan kadang kala kaidah yang
disusun aliran ini sulit diterapkan.

3. Aliran Muta’akhirin\

Metode ini merupakan gabungan antara Metode Mutakallimin


dan metode fuqaha. Metode yang ditempuh ialah dengan cara
mengombinasi kedua aliran tersebut. Mereka memerhatikan kaidah –
kaidah ushuliyah dan mengemukakan dalil – dalil atas kaidah ini juga
5
Ali shodiqin,Fiqh dan Ushuk Fiqh(Yogyakarta:Beranda Publising,2012),h. 60
6
Sapiudin Shidiq,Ushul Fikih(Jakarta:Kencana,2011),h. 17
7
Sapiudin Shidiq,Ushul Fikih(Jakarta:Kencana,2011),h. 18

9
`

memerhatikan penerapannya terhadap masalah fikih far’iyah dan


8
relevansinya dengan kaidah – kaidah tersebut. Ulama’-ulama’
muta’akhirin melakukan tahqiq terhadap kaidah-kaidah ushuliyah yang
dirumuskan kedua aliran tersebut. Lalu mereka meletakkan dalil-dalil
dan argumentasi untuk pendukungnya serta menerapkan pada furu’
fiqhiyyah. Para ulama’ yang menggunakan aliran muta’akhirin ini
berasal dari kalangan Syafi’iayah dan Hanafiyah. Aliran ini muncul
setelah aliran Syafi’iyah dan Hanafiyah sehingga disebut sebagai aliran
muta’akhirin. Dan perkembangan terakhir penyesuaian kitab ushul fiqih,
tampak lebih banyak mengikuti cara yang ditempuh aliran muta’akhirin.

C. Tokoh -Tokoh dalam Aliran Ushul Fiqih dan Kitab-


Kitabnya
Beberapa tokoh dalam aliran ushul fiqih beserta kitab-kitabnya adalah:
1. Imam Abu Hanifah (Aliran Hanafiyah): Kitab: Ushul oleh Abi al-
Hasan al-Karkhi, Al-Mustashfa min ‘Ilm al-Ushul karya al-Ghazali,
Al Mahsul karya Fakhr al-Din Muhammad bin Umar al-Razi al-
Syafi’i.
2. Imam Malik (Aliran Malikiyah): Kitab: Al-Muwatta.
3. Imam Syafi'i (Aliran Mutakallimin): Kitab: Al-Risalah.
4. Imam Ahmad bin Hanbal (Aliran Hanabilah): Kitab: Musnad
Ahmad.

8
Sapiudin Shidiq,Ushul Fikih(Jakarta:Kencana,2011),h. 18

10
`

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah perkembangan Usul Fiqh dimanfaatkan dalam dua fase
utama:
Pada Zaman Sahabat, Tabi'in, dan Mujtahid Sebelum Imam Syafi'I
Sumber hukum pada masa sahabat termasuk Al-Qur'an dan Hadits,
namun ijtihad sahabat juga digunakan
Masa tabi'in melihat pertumbuhan istinbat akibat banyaknya kejadian
Periode Imam Syafi'i dan Berikutnya Imam Syafi'i merilis Kitab Ar-
Risalah, yang menjadi dasar bagi Usul Fiqh Syafi'iyah.
Pada abad IV Hijriyah, Usul Fiqh memiliki karakteristik
tersendiri dalam kerangka sejarah tasyri' Islam, dan pemikiran liberal
Islam berdasarkan ijtihad berhenti. Usul Fiqh membawa kontribusi
penting dalam memfasilitasi penggunaan dalil-dalil syari',
mempertahankan agama Islam dari penyimpangan, dan memantau
perubahan dan penyerapan syari' di dunia yang semakin luas.
Aliran Jumhur : Aliran ini bersifat teoritis tanpa contoh konkret,
fokus pada kaidah-kaidah untuk mengetahui cara penggunaannya dan
mengeluarkan hukum amali dari dalil secara terperinci.
Aliran Muta'akhirin : Aliran ini berusaha menjadikan ushul fiqh
sebagai teori independen yang dapat diaplikasikan pada berbagai
permasalahan, tidak hanya terfokus pada masalah fiqh saja. Tokoh-tokoh
dari aliran ini antara lain Syafi'iyah, Malikiyah, Hanabilah, dan Jumhur
mutakallimin.
Aliran Mutakallimin : Aliran ini muncul setelah aliran Syafi'iyah
dan Hanafiyah, tekanan pada formulasi kaidah hukum, aplikasi qiyas
dengan penalaran rasional, serta konstruksi isu fundamental teori hukum
tanpa terikat pada fakta hukum kasuistis.
Aliran-aliran dalam ilmu ushul fiqh meliputi berbagai tokoh dan
kitab penting, seperti:

11
`

1. Aliran Muta'akhirin :
Tokoh : Imam al-Syathibi.
Kitab-kitab: Al-Jam'u al-Jawami' oleh Taju al-Din Abd
Wahab bin Ali al-Subki. Al-Tahrir oleh Kamal Bin Hamam
Kamal Al-Din Muhammad Bin Abd Wahid Al-Hanafi.
Irsyad Al-Fuhul Ila Tahqiq Al-Haq Min Ilmi Al-Ushul .
Tahmid al-Fushul fi al-Wushul oleh Syamsu al-Aimah
Muhammad bin Ahmad al-Sarakhsi. Ushul oleh Fakhri al-
Islam Ali Muhammad al-Bazdawi.
Al-Manar oleh Hafiz al-Din al-Nasafi
2. Aliran Ushul Fiqih :
Tokoh : Syafi'iyah, Malikiyah, Hanabilah, dan Jumhur
mutakallimin.
Kitab-kitab: Al-Mustashfa min 'Ilm al-Ushul karya al-
Ghazali. Al-Mahsul karya Fakhr al-Din Muhammad bin
Umar al-Razi
3. Tokoh Lain dan Kitab-kitab Penting:
Imam Abu Zayd al-Dabbusi ( Taqwim al-Adillah ).
Fakhr al-Islam al-Bazdawi ( Kanz al-Wushul ila Ma'rifat al-
Ushul ). Imam al-Sarakhsi ( Ushul Fiqh ).
Dengan demikian, tokoh-tokoh dan kitab-kitab tersebut
memainkan peran penting dalam pengembangan dan pemahaman ilmu
ushul fiqh.

12
`

B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan karena kurangnya ilmu dan pengalaman yang dimiliki
penulis, sehingga penulis memohon maaf atas kekurangan tersebut dan
meminta kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi motivasi bagi
penyusun untuk lebih baik lagi kedepannya.

13
`

DAFTAR PUSTAKA

Ali Hasbullah, Ushul, hlm. 7.

Mustafa Zaid, Al-Mashlahah fi At-Tasyri‟ Al-Islami wa Najm Ad-DIn Ath-Thufi,


Mesir : Dar Al-Fikr Al-Arabi, Mishr, 1964, hlm. 23 dst

Abd.Rahman Dahlan, Ushul Fiqh : Penerbit Amzah, 2010

Muin Umar,Ushul fikih I(Jakarta:Departemen Agama Pembangunan lima


Tahun,1985),h.16

Ali shodiqin,Fiqh dan Ushuk Fiqh(Yogyakarta:Beranda Publising,2012),h. 60

Sapiudin Shidiq,Ushul Fikih(Jakarta:Kencana,2011),h. 17, dan 18

14

Anda mungkin juga menyukai