Disusun oleh:
Riyani Dimas Pramunita : (12105026)
:
Sulis Lailatul Munawwarah: (12105022)
:
KELAS 2B
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak yang harus diperbaiki. Jika ada kesalahan kata atau isi
dari makalah ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Saya berharap makalah ini
tidak hanya menjadi tugas saja, semoga makalah ini memberikan banyak manfaat
dan pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdul Wahab Khallaf, Ilm Ushul AL-Fiqh, hal. 17.
2
ulama setelahnya bahwa beliau adalah bapaknya Ilmu Ushul Fiqh. Termasuk ada
ungkapan dari salah satu orang orientasi Inggris N.J Coulsom yang mengatakan bahwa
Imam Syafi’I adalah arsitek Ushul Fiqh.2
Hal ini bukan berarti beliau satu-satunya yang merintis dan mengembangkan
ilmu tersebut. Jauh sebelumnya mulai dari sahabat, Tabi’in bahkan di kalangan Imam
Mujtahid seperti Abu Hanifah, Imam Malik dan juga di kalangan ulama Syiah
Muhammad al-Baqir dan Jafar as-Shiddiq sudah menemukan dan menggunakan
metodologi dalam perumusan fiqih. Tetapi mereka belum Menyusun ilmu itu secara
sistematis sehingga dapat disebut ilmu yang berdiri sendiri. Lahirnya Ilmu Ushul Fiqh
secara praktis bersamaan dengan tumbuhnya ilmu fiqih, meskipun dalam seajarah
pembukuan ilmu fiqih lebih dahulu dibanding Ilmu Ushul Fiqh. Hal ini karena
tumbuhnya ilmu fiqih tidak terlepas dari kaidah/metode yang digunakan dalam
penggalian hukum fiqih itu sendiri. Metode penggalian hukum ini tidak lain adalah
ilmu Ushul Fiqh.
Masalah utama yang menjadi bagian Ushul Fiqh, seperti; ijtihad, qiyas, nasakh,
dan takhsis sudah ada pada zaman Rasulullah dan sahabat. Sementara di masa
Rasulullah Saw. umat Islam tidak memerlukan kaidah-kaidah tertentu untuk
memahami hukum-hukum syariah, selain mereka sangat memahami literasi Arab dan
kebanyakan dari mereka pula mengetahui asbab ayat-ayat Al-Qur’an turun, semua
permasalahan dapat langsung dapat langsung merujuk kepada Rasulullah Saw. lewat
penjelasan beliau mengenai Al-Qur’an, atau melalui sunnah beliau. Pada masa tabi’in
cara mengistinbath hukum semakin berkembang. Di antara mereka ada yang
menempuh metode masalah atau metode qiyas di samping berpegang pula pada fatwa
sahabat. Pada masa tabi’in inilah mulai tampak perbedaan mengenai hukum sebagai
konsekuensi logis dari perbedaan metode yang digunakan oleh para ulama.
Corak perbedaan pemahaman lebih jelas lagi pada masa sesudah tabi’in atau
pada masa Al-Aimmat Al-Mujtahidin. Sejalan dengan itu, kaidah-kaidah istinbath yang
di gunakan juga semakin jelas bentuknya. Abu Hanifah misalnya menemph metode
qiyas dan istihsan. Sementara Imam Malik berpegang pada amalan mereka yang lebih
dapat dipercay dari pada hadist ahad (Muhammad Abu Zahrah, Tth).
2
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 1 (cet. I;Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal.38.
3
2.2 Periodesasi Ushul Fiqh
Apa yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa sejak zaman Rasulullah
Saw., shabat, tabi’in dan sesudahnya, pemikiran hukum Islam mengalami
perkembangan. Namun demikian, corak atau metode pemikiran belum terbukukan
dalam tulisan yang sistematis. Dengan kata lain, belum terbentuk sebagai suatu disiplin
ilmu tersendiri. Berikut penjelasan dari berbagai periode Ilmu Ushul Fiqh dari muncul
hingga perkembangannya3.
3
Zulhamidi, Z.2018. Periodesasi Perkembangn Ushul Fiqh. At-Tafkir, 11(2), 62-77
4
Nabi bertanya: kalau tidak engkau temukan di dalam Kitabullah?!, ia jawab: akan
saya putuskan berdasarkan Sunnah Rasul SAW, Nabi bertanya lagi: kalau tidak
engkau temukan di dalam Sunnah Rasul?!, ia menjawab: saya akan berijtihad
dengan penalaranku, maka Nabi bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah
memberi Taufiq atas diri utusan Rasulullah SAW”. (HR. Tirmizi)
Ushul Fiqih secara teori telah digunakan oleh beberapa sahabat, walaupun pada
saat itu Ushul Fiqih masih belum menjadi nama keilmuan tertentu. Salah satu teori
Ushul Fiqih adalah, jika terdapat permasalahan yang membutuhkan kepastian
hukum, maka pertama adalah mencari jawaban keputusannya di dalam al-Quran,
kemudian Hadis. Jika dari kedua sumber hukum Islam tersebut tidak ditemukan
maka dapat berijtihad4.
4
Budiman, M. 2020. Sejarah, Metode Dan Ijitihad Hukum Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw. Journal of
Islamic law, 2(2), 11-24
5
pengetahuan dalam berbagai bidangnya pada masa itu, kegiatan ijtihad menjadi
maju pesat.
6
umat Islam akibat interaksi dengan bangsa lain terutama Persia, perkembangan
wilayah Islam yang semakin luas, sehingga tidak jarang menyebabkan timbulnya
berbagai persoalan yang belum diketahui kedudukan hukumnya. Untuk itu, para
ulama Islam sangat membutuhkan kaidah-kaidah hukum yang sudah dibukukan
untuk dijadikan rujukan dalam menggali dan menetapkan hukum, munculnya
banyak persoalan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memerlukan
kejelasan hukum, sehingga kebutuhan akan ijtihad kian mendesak.
7
3. Tahap Penyempurnaan ( Abad 6 H )
Pada masa ini terjadi kelemahan polotik di Bagdhad, yang ditandai dengan
lahirnya beberapa daulah kecil, membawa arti bagi perkembangan peradaban dunia
Islam. Salah satu dampak dari perkembangan itu ialah kemajuan di bidang Ushul Fiqh
yang menyebabkan sebagian ulama memberikan perhatian khusus untuk
mendalaminya; Al-Baqhilani, Al-Qahdhi Abd. Al-jabr, Abd. Al-Wahab Al-Baghdadi,
dan lain-lain. Mereka itulah pelopor keilmuan Islam di zaman itu. Para pengkaji ilmu
keislaman di kemudian hari mengikuti metode dan jejak mereka, untuk mewujudkan
aktifitas ilmiah dalam bidang ilmu Ushul Fiqh yang tidak ada bandingannya dalam
penulisan dan pengkajian Islam.
Itulah sebabnya pada zaman itu , generasi Islam pada kemudian hari senantiasa
menunjukkan minatnya pada produk-produk Ushul fiqh dan menjadikannya sebagai
sumber pemikiran. Kitab-kitab ushul Fiqh pada zaman ini, di samping mencerminkan
adanya kitab Ushul Fiqh bagi masing-masih mazhabnya, juga menunjukkan adanya
dua aliran Ushul Fiqh, yakni aliran Hanafiah atau yang dikenal sebagai aliran Fuqaha
dan aliran mutakallimin. Dalam sejarah perkembangan ilmu Ushul Fiqh pada abad 5
dan 6 H. Ini merupakan periode penulisan kitab Ushul Fiqh terpesat, yang di antaranya
terdapat kitab-kitab yang menjadi kitab standar dalam pengkajian ilmu Ushul Fiqh
selanjutnya.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah Pertumbuhan Ushul Fiqh Secara pasti, tumbuhnya ilmu Ushul Fiqih
bersamaan dengan tumbuhnya ilmu fiqih, meskipun pembukuannya lebih dahulu ilmu
fiqih.
9
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, M. 2020. Sejarah, Metode Dan Ijitihad Hukum Islam Pada Masa Nabi
10