Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN USHUL FIQH


Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh
Dosen Pengampu :
Muzayyin, M. E.

di susun oleh
kelompok 2 :

DWI AYU LESTARI 222105020066


ANISA ISNAINI 205105020004
MUHAMMAD FADHIL FATHURRAHMAN 222105020076
MIFTAHUL ARDI ARIFIN 222105020085

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI AHMAD SIDDIQ
JEMBER
TAHUN AKADEMIK : 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat dan karunia-Nya,
perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian makalah yang berjudul “SEJARAH
PERKEMBANGAN USHUL FIQH” sebagai salah satu tugas mata kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh
dapat penulis selesaikan dengan lancar dan baik. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW, yang membawa dan menerangi hati
nurani kita, menjadi cahaya bagi segala perbuatan mulia.
Keberhasilan yang didapatkan oleh penulis dalam menyelesaikan makalah ini tak lepas
dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyadari dan menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E., MM. selaku Rektor Universitas Islam Negeri
KH Achmad Siddiq Jember.
2. Bapak Dr. Khamdan Rifa‟I, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis dan
Islam
3. Ibu Dr. Nikmatul Masruroh, S.H.I, M.E.I. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN KHAS Jember
4. Bapak M.F Hidayatullah, S.H.I., M.S.I selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah.
5. Bapak Muzayyin, M.E., selaku Dosen Pengampu mata kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diperlukan demi tercapainya kesempurnaan dalam makalah
ini. Semoga segala amal baik yang telah Bapak/Ibu dan rekan-rekan berikan kepada penulis
mendapat balasan yang baik dari Allah SWT. Sejarah ushul fiqh atau ilmu ushul fiqh
merupakan bagian penting dari ilmu syari'ah Islam yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar
dalam menentukan hukum syariat. Perkembangan sejarah ushul fiqh menjadi penting karena
mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan manusia yang semakin kompleks dalam
menghadapi permasalahan hukum dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan sejarah ushul fiqh ini dimulai sejak zaman Rasulullah SAW hingga saat
ini. Pada masa awal, para sahabat dan tabi'in mengambil hukum dari hadis-hadis yang
disampaikan langsung oleh Rasulullah SAW. Kemudian, pada masa berikutnya, muncul
berbagai madzhab yang dikembangkan oleh para ulama untuk mempermudah masyarakat
dalam memahami hukum Islam.
Selanjutnya, pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriyah, para ulama mulai mengembangkan ilmu
ushul fiqh dengan merumuskan prinsip-prinsip dasar dalam menentukan hukum syariat. Hal
ini dilakukan agar hukum syariat bisa lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh masyarakat.

Pada masa selanjutnya, terjadi berbagai perdebatan di antara para ulama tentang
metodologi dalam memahami hukum syariat. Hal ini membuat perkembangan ilmu ushul fiqh
semakin berkembang dan memunculkan banyak tokoh-tokoh penting dalam sejarah ushul fiqh,
seperti Al-Imam al-Shafi'i, Al-Imam al-Ghazali, dan Ibnu Taymiyyah.

Perkembangan ilmu ushul fiqh hingga saat ini terus berkembang seiring dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Seiring dengan itu,
muncul pula berbagai perdebatan dan pemikiran baru yang memperkaya kajian ushul fiqh.

Semoga penjelasan singkat tentang perkembangan sejarah ushul fiqh ini dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai pentingnya ilmu ushul fiqh dalam menentukan
hukum syariat Islam serta perkembangannya dari masa ke masa.

Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 4
BAB I ......................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 5
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 6
C. Tujuan ............................................................................................................................ 6
BAB II ....................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 7
A. Zaman Rasulullah ......................................................................................................... 7
B. Zaman Sahabat ............................................................................................................. 8
C. Zaman Tabi’in ............................................................................................................. 10
D. Zaman Tabi’it Tabi’in ................................................................................................ 11
BAB III.................................................................................................................................... 11
PENUTUP............................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 15
B. Saran ............................................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu ushul fiqh merupakan salah satu topik yang sangat penting
untuk dipelajari dalam ilmu agama Islam. Ushul fiqh sendiri adalah ilmu yang membahas
tentang prinsip-prinsip dasar dalam menetapkan hukum Islam berdasarkan dalil-dalil yang
ada. Dalam perkembangannya, ilmu ushul fiqh mengalami berbagai perubahan dan
kemajuan yang berkaitan dengan perkembangan zaman, pemikiran, dan juga
perkembangan ilmu pengetahuan.

Salah satu latar belakang masalah yang terkait dengan perkembangan ilmu ushul
fiqh adalah adanya perbedaan pendapat di antara para ulama tentang metodologi yang
digunakan dalam memahami dan menetapkan hukum Islam. Perbedaan pendapat ini dapat
berasal dari perbedaan dalam memahami sumber-sumber hukum Islam, seperti Al-Quran,
Hadis, dan ijma (kesepakatan ulama).

Selain itu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga


mempengaruhi perkembangan ilmu ushul fiqh. Contohnya, perkembangan teknologi dalam
bidang kedokteran dan kesehatan memunculkan berbagai masalah etika dan hukum yang
perlu ditinjau kembali oleh para ulama dan ahli ushul fiqh. Begitu pula dengan
perkembangan teknologi dalam bidang keuangan dan perbankan, di mana terdapat berbagai
instrumen keuangan yang perlu dinilai dari sudut pandang hukum Islam.

Selain itu, perubahan sosial, politik, dan budaya di berbagai negara dan masyarakat
juga mempengaruhi perkembangan ilmu ushul fiqh. Misalnya, masalah tentang hak asasi
manusia, hak perempuan, dan juga hak minoritas agama yang menjadi isu global saat ini
memerlukan tinjauan dari sudut pandang hukum Islam.

Dalam konteks Indonesia, perkembangan ilmu ushul fiqh juga berkaitan dengan
peran dan kontribusi ulama dan masyarakat Islam dalam menjawab berbagai persoalan
yang dihadapi oleh bangsa dan negara. Dalam situasi yang serba dinamis dan kompleks ini,
diperlukan pemahaman yang mendalam dan kritis terhadap prinsip-prinsip ushul fiqh
sehingga dapat memberikan solusi yang tepat dan relevan bagi masyarakat. Oleh karena
itu, penting untuk terus mengikuti perkembangan ilmu ushul fiqh agar dapat memberikan
kontribusi yang optimal dalam menghadapi berbagai persoalan yang dihadapi oleh umat
Islam dan masyarakat luas.
B. Rumusan Masalah
• Bagaimana sejarah perkembangan Ushul Fiqh pada zaman Rasulullah?
• Bagaimana sejarah perkembangan Ushul Fiqh pada zaman Sahabat?
• Bagaimana sejarah perkembangan Ushul Fiqh pada zaman Tabi’in?
• Bagaimana sejarah perkembangan Ushul Fiqh pada zaman Tabi’it Tabi’iin?

C. Tujuan
• Untuk mengetahui sejarah perkembangan Ushul Fiqh pada zaman Rasulullah.
• Untuk mengetahui sejarah perkembangan Ushul Fiqh pada zaman Sahabat.
• Untuk mengetahui sejarah perkembangan Ushul Fiqh pada zaman Tabi’in.
• Untuk mengetahui sejarah perkembangan Ushul Fiqh pada zaman Tabi’it Tabi’iin.
BAB II
PEMBAHASAN

Ilmu ushul fiqh atau juga dikenal dengan nama ilmu prinsip-prinsip hukum Islam
adalah salah satu disiplin ilmu dalam Islam yang membahas tentang prinsip-prinsip dasar
dalam menetapkan hukum Islam berdasarkan sumber-sumber hukum Islam.
Perkembangan ilmu ushul fiqh tidak bisa dilepaskan dari sejarah Islam dan perkembangan
agama ini dari masa ke masa. Salah satu periode yang sangat penting dalam perkembangan
ilmu ushul fiqh adalah zaman Rasulullah SAW. Di bawah ini, akan dibahas secara rinci
mengenai perkembangan ilmu ushul fiqh di zaman Rasulullah SAW.

Pengertian Ushul Fiqh Ushul fiqh atau ushul al-fiqh, berasal dari bahasa Arab,
yang berarti prinsip-prinsip dasar dalam menetapkan hukum Islam berdasarkan sumber-
sumber hukum Islam, seperti Al-Qur'an, Hadis, dan ijma' (kesepakatan para ulama).
Dalam arti luas, ushul fiqh membahas tentang metodologi dalam menafsirkan sumber-
sumber hukum Islam, seperti ijtihad, qiyas, istihsan, dan maslahah mursalah.

A. Zaman Rasulullah
Perkembangan ilmu ushul fiqh pada zaman Rasulullah merupakan suatu proses yang
berlangsung secara bertahap seiring dengan perkembangan dakwah dan syariat Islam. Pada
masa itu, Rasulullah SAW sebagai utusan Allah SWT memperkenalkan ajaran-ajaran Islam
kepada umat manusia dan memerintahkan umatnya untuk mengikuti syariat Islam. Oleh
karena itu, ilmu ushul fiqh berkembang bersamaan dengan perkembangan syariat Islam
pada masa itu.

Pada tahap awal, Rasulullah SAW memperkenalkan ajaran Islam secara bertahap
dan sistematis. Beliau memberikan penjelasan tentang dasar-dasar aqidah Islam, seperti
tauhid, nubuwwah, dan akhirat, serta memberikan penjelasan mengenai perintah dan
larangan dalam Islam. Perkembangan ilmu ushul fiqh pada tahap awal ini didasarkan pada
penafsiran langsung terhadap ayat-ayat Al-Quran dan Hadis yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW.

Jika kita memahami konsep fikih sebagai hasil pembahasan para ahli tentang tujuan
hukum Allah dalam kaitannya dengan perilaku manusia, maka timbul pertanyaan apakah
fikih muncul pada masa Nabi Muhammad SAW. masih hidup?
Satu hal yang sebenarnya terjadi adalah bahwa Nabi ada hubungannya dengan
mengungkapkan ayat-ayat hukum (ayat-ayat hukum) Al-Qur'an. Tidak semua ayat hukum
memberikan penjelasan yang mudah dipahami kemudian diterapkan sesuai dengan
kehendak Tuhan. Untuk itu, Nabi menjelaskan kepada umatnya tujuan dari setiap ayat
hukum, agar ayat-ayat yang belum berupa petunjuk praktis dapat dipahami dan diamalkan.
Nabi memberikan penjelasan melalui perkataan, perbuatan dan pengakuannya, yang
kemudian disebut dengan sunnah Nabi. Apakah hukum-hukum yang bersifat amaliah yang
dihasilkan oleh Nabi yang bersumber kepada Al-Qur'an itu dapat disebut fiqh?

Dijelaskan bahwa fikih adalah penalaran seseorang yang tergolong mujtahid


berdasarkan hukum-hukum Allah atau hukum-hukum praktis yang diturunkan dari
penalaran atau ijtihadnya. Sedangkan penjelasan Nabi dalam bentuk sunnah adalah hasil
penalaran ayat-ayat hukum, maka apa yang disampaikan Nabi bisa disebut fiqh, atau lebih
tepatnya, “perjuangan dengan sunnah”. Perbedaan pendapat disebabkan karena pada
pemahaman ayat 3-4 surat an-Najm (53):

‫ع ِن ا ْل َه َوى ِإ ْن ه َو ِإل َوحْ ي يو َحى‬


َ ‫َو َما َي ْنطِ ق‬

Artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut ke- mauan hawa
nafsunya; ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”

Ada ulama yang pada umumnya menganggap ayat ini bahwa apapun yang
dikatakan Nabi ketika mencoba memberikan penjelasan tentang suatu ayat hukum atau
tidak, adalah berdasarkan wahyu. Sementara itu, ulama lain memahami bahwa ayat ini
mengacu pada ayat-ayat Al-Qur'an yang diterima dan disampaikan Nabi kepada umatnya;
ini disebut wahyu. Namun tidak semua yang keluar dari mulut seorang nabi disebut wahyu. 1

B. Zaman Sahabat
Ilmu ushul fiqh atau disebut juga sebagai ilmu qawa'id al-fiqhiyah adalah cabang
ilmu fiqh yang membahas prinsip-prinsip dasar dalam menetapkan hukum Islam. Pada
zaman para sahabat Rasulullah, ilmu ushul fiqh belum berkembang secara sistematis seperti
sekarang ini. Namun, sejumlah sahabat Rasulullah telah mengembangkan prinsip-prinsip
dasar dalam menetapkan hukum Islam melalui pengalaman dan keahlian mereka dalam
memahami ajaran Islam.

1 Prof.Dr.H. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh_ (Jakarta: KENCANA, 2014), hlm. 7-24.
Di antara sahabat yang dikenal sebagai pengembang prinsip-prinsip ushul fiqh
adalah Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas'ud, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar As-
Siddiq. Mereka telah memberikan sumbangan besar dalam mengembangkan prinsip-
prinsip dasar dalam menetapkan hukum Islam yang menjadi dasar bagi pengembangan ilmu
ushul fiqh di masa selanjutnya.

Umar bin Khattab, misalnya, dikenal sebagai tokoh yang sangat memperhatikan dan
menekankan pentingnya pemahaman terhadap hukum Islam. Ia selalu memberikan
pengajaran tentang pentingnya mengenal dalil-dalil hukum sebelum menjalankan suatu
amalan. Abdullah bin Mas'ud juga sangat terkenal sebagai ahli tafsir dan fikih di kalangan
sahabat, ia dikenal sebagai orang yang sangat mendalami ilmu ushul fiqh.

Ali bin Abi Thalib juga dikenal sebagai sahabat yang memiliki keahlian dalam ilmu
ushul fiqh. Ia mengajarkan kepada para sahabat tentang metode dan cara memahami ayat-
ayat Al-Quran serta menjelaskan tentang asbabun nuzul, yaitu sebab-sebab turunnya ayat.
Abu Bakr As-Siddiq, pada saat menjadi khalifah, juga memberikan pengaruh besar dalam
pengembangan ilmu ushul fiqh melalui keputusan-keputusan hukum yang diambilnya.

Meskipun pada masa sahabat Rasulullah ilmu ushul fiqh belum berkembang secara
sistematis, namun sumbangan dan pengaruh dari para sahabat tersebut telah membuka jalan
bagi perkembangan ilmu ushul fiqh di masa selanjutnya.

Contoh cikal bakal ilmu ushul figh yang terdapat pada masa Rasulullah dan masa
sahabat, antara lain, berkaitan dengan ketentuan urutan penggunaan sumber dan dalil
hukum, sebagai bagian dari ushul figh, misalnya, dapat dilihat dari informasi tentang dialog
antara Rasulullah dan Mu'az bin Jabal, ketika Rasulullah mengutus Mu'az ke Yaman

‫ضي‬ َ ‫سل َم لَما أَ َرادَ أَ ْن يَ ْبعَثَ معَاذَا إِلَى ا ْليَ َم ِن قَا َل َكي‬
ِ ‫ْف تَ ْق‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫أَن َرسو َل للا‬
َ ‫صلى للا‬
ِ ‫ب للاِ قَا َل فَإِ ْن لَ ْم ت َِجدْ فِي ِكتَا‬
َ ِ‫ب ّللاِ قَا َل فَب‬
ِ‫س ِة َرسو ِل للا‬ ِ ‫ضاء قَا َل أَ ْق‬
ِ ‫ضي بِ ِكتَا‬ َ َ‫ض لَكَ ق‬ َ ‫إِذَا‬
َ ‫ع َر‬
ِ ‫سل َم َو َل فِي ِكتَا‬
ِ‫ب للا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬َ ‫صلى للا‬ َ ِ‫سل َم قَا َل فَإِ ْن لَ ْم ت َِجدْ فِي سن ِة َرسو ِل ّللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ‫صلى للا‬
َ
ِ ِ ‫صد َْره َوقَا َل ا ْل َح ْمد‬
َ‫لِل الذِي َوفق‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ‫سل َم‬ َ ‫صلى للا‬
َ ِ‫ب َرسول ّللا‬ َ ‫ض َر‬ َ َ‫قَا َل أَجْ تَ َهد َرأيي َو َل آلو ف‬
ِ‫ضي َرسو َل ّللا‬
ِ ‫َرسو َل َرسو ِل ّللاِ ِل َما ي ْر‬

"Ketika Rasulullah bermaksud mengutus Mulaz ke Yaman, beliau bertanya:


"Bagaimana kamu memutuskan bila suatu kasus diajukan kepadamu? la menjawab: "Saya
akan putuskan berdasarkan kitab Allah" Beliau bertanya lagi: "Jika kamu tidak
menemukannya dalam kitab Allah"? la menjawab: "Saya akan putuskan berdasarkan
sunnah Rasulullah" Beliau bertanya lagi: "Jika kamu tidak menemukannya dalam kitab
Allah maupun sunnah Rasulullah? la menjawab: "Saya akan berijtihad, namun saya tidak
akan ceroboh." Beliau berkata sambil menepuk dada Mu'az: "Segala puji bagi Allah yang
telah memberikan taufik utusan Rasulullah kepada apa yang diridhai Rasul itu." 2

C. Zaman Tabi’in
Waktu Tabi'in adalah waktu setelah para Sahabat. Tabi'in secara harfiah berarti
"pengikut", sedangkan arti yang umum digunakan adalah "orang yang mengikuti para
sahabat". Para Tabi'in ini tidak pernah bertemu dengan Nabi, tetapi mereka bertemu dan
menemukan orang-orang yang bertemu dengan Nabi (sahabat) secara langsung.

Pada masa Tabi'in ini Islam memperluas wilayahnya, kehidupan masyarakat juga
semakin maju dan kompleks. Umat Islam tidak lagi hanya orang Arab, tetapi telah
bercampur dengan bangsa lain dengan bahasa lain. Perkembangan ini mengakibatkan
pengetahuan masyarakat muslim terhadap sumber-sumber keislaman, yaitu Al-Qur'an dan
As-Sunnah berbahasa Arab, tidak selengkap sebelumnya. Selain itu, persoalan hidup yang
membutuhkan jawaban hukum semakin meningkat, menuntut pelaksanaan ijtihad yang
lebih luas. 3

Sejarah perkembangan ilmu ushul fiqh pada zaman para tabi'in dapat dijelaskan
secara rinci sebagai berikut:

• Munculnya Konsep Usul Fiqh

Pada zaman para tabi'in, terdapat beberapa perdebatan dan perbedaan pendapat
dalam memahami hukum-hukum Islam. Hal ini membuat para ulama pada masa itu mulai
memikirkan konsep usul fiqh untuk membantu mengambil keputusan dalam menentukan
hukum-hukum Islam.

• Pengembangan Metodologi

Para ulama pada masa itu mengembangkan metodologi dalam memahami dan
mengambil hukum-hukum Islam. Mereka menggunakan berbagai metode seperti qiyas
(analogi), ijma' (kesepakatan ulama), dan istihsan (kesenangan hati).

2 Abd. Rahman Dahlan,_Ushul Fiqh (Jakarta: AMZAH, 2014), hlm. 20-23.


3 Prof.Dr.H. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh jilid 2 (Jakarta: KENCANA, 2011), hlm. 259-262.
• Penulisan Karya-karya Penting

Pada masa para tabi'in, terdapat beberapa karya penting dalam ilmu usul fiqh yang
ditulis oleh ulama terkenal seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Syafi'i.
Karya-karya tersebut antara lain Al-Muwatta, Al-Mabsut, dan Al-Umm.

• Pemikiran Terkait Sumber Hukum Islam

Para ulama pada masa itu juga memikirkan terkait sumber hukum Islam. Mereka
mengakui sumber hukum Islam yang utama adalah Al-Quran dan Hadis, namun juga
mengakui adanya sumber lain seperti ijma' dan qiyas.4

D. Zaman Tabi’it Tabi’in


1. Imam Abu Hanifah
a. Biografi
Imam Abu Hanifah yang dikenal dengan dengan sebutan Imam Hanafi
bernama asli Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit Al Kufi, lahir di Irak pada tahun 80
Hijriah (699 M), pada masa kekhalifahan Bani Umayyah, Abdul Malik bin Marwan.
Beliau digelari Abu Hanifah, karena salah satu anaknya yang bernama Hanifah.
Menurut riwayat lain beliau bergelar Abu Hanifah, karena begitu taatnya dalam
beribadah kepada Allah. Ada juga yang meriwayatkan karena beliau begitu dekat
danneratnya berteman dengan tinta.
Imam Abu Hanifah dikatakan banyak belajar berbagai Ilmu fiqh, tafsir, hadis dan
tauhid dari para ulama yang alim. Diantara ulama yang menjadi gurunya selain
ImamHammad ibn Sulayman ialah ‘Ata’ ibn Abi Ribah, Hisyam ibn ‘Urwah, dan
Nafi’ ibn ‘Umar. Beliau juga berkesempatan menimba ilmu dari beberapa orang
sahabat Nabi SAW yang masih hidup, seperti ‘Abdullah ibn Mas'ud, Abdullah ibn
Abi Aufa dan Sahal bin Sa’ad. Abu Hanifah adalah seorang mujtahid yang ahli
ibadah.
Dalam bidang Fiqh beliau belajar kepada Hammad bin Abu Sulaiman pada
awal abad kedua hijriah dan banyak belajar pada ulama-ulama tâbi’in, seperti Atha
bin Abi Rabah dan Nafi’ Maula Ibnu Umar.Imam Abu Hanifah wafat dalam bulan
Rajab tahun 150 H (767 M) dalam usia 70 tahun pada masa pemerintahan khalifah
Abu Ja’far al Mansur, khalifah Abbasiyah yang kedua dan dimakamkan di kota
Baghdad.
b. Sebab Kemunculan
Perkembangan berbagai mazhab, selain didukung oleh fuqaha serta para
pengikut mereka, juga mendapat pengaruh dan dukungan dari penguasaan politik.
Mazhab Hanafi mulai berkembang ketika Abu Yusuf, murid abu Hanifah diangkat
menjadi Qadhi dalam pemerintahan tiga khalifah Abbasyiah: Al-mahdi, Al-hadi

4 Abd. Rahman Dahlan,_Ushul Fiqh (Jakarta: AMZAH, 2014), hlm. 23-24.


dan Al-Rasyid. Al-Kharaj adalah kitab yang disusun atas permintaan khalifah Al-
Rasyid dan kitab ini adalah rujukan pertama rujukan Hanafi.
c. Sumber Hukum dalam Istinbath
Abu Bakar Muhammad Ali Thaib al-Baghdadi dalam kitabnya, al-Baghdadi
menjelaskan bahwa dasar-dasar pemikiran fiqh Abu Hanifah sebagai berikut: “aku
(Abu Hanifah) mengambil kitab Alah. Bila tidak ditemukan di dalamnya, aku ambil
dari sunah Rasul, jika aku tidak menemukan pada kitab dan sunahnya, aku ambil
pendapat sahabat-sahabat. Aku ambil perkataan yang aku kehendaki dan aku
tinggalkan pendapat-pendapat yang tidak aku kehendaki. Dan aku tidak keluar dari
pendapat mereka kepada pendapat orang lain selain mereka. Adapun apabila telah
sampai urusan itu atau telah datang kepada Ibrahim, as-Syaibani, Ibnu Sirin, al-
Hasan, Atha’, Said, dan Abu Hanifah menyebut beberapa orang lagi mereka orang-
orang yang telah berijtihad”
2. Imam Malik
a. Biografi
Nama lengkap beliau adalah Malik Bin Anas bin Malik bin Abi ‘Amar al-
Asybahi al-‘Arabiy al-Yamniyyah. Ibunya bernama ‘Aisyah binti Syarik al-
Azdiyyah dari Kabilah al-Yamaniyyah. Beliau dilahirkan tahun 93 H / 789 M. (712
M) di Kota Madinah dan meninggal tahun 179 H/ 789 M. Dalam usia 87 tahun.
Kakeknya bernama Malik, yang datang ke Madinah setelah Rasulullah saw Wafat.
Sedang kakeknya termasuk golongan “Tabi’in”, yang banyak meriwayatkan al-
Hadits dari Umar bin Khatab, ‘Utsman Bin ‘Affan dan Thalhah, sehingga wajar jika
beliau tumbuh sebagai sosok Ulama’ terkemuka dalam bidang ilmu Hadits dan
Fiqh. Guru yang dianggapnya paling berpengaruh adalah Abdullah ibn Yazid ibn
Hurmuz, seorang Tabi’in muda. Di antara gurunya juga adalah Nafi’, tabi’in tua
dan budak dari Abdullah bin Umar.
b. Sebab Kemunculan
Mazhab Malik berkembang di khilafah timur atas dukungan al-Mansyur dan
di khilafah barat atas dukungan Yahya Ibnu Yahya ketika diangkat menjadi qadhi
oleh para khalifah Andalusia. Di Afrika, Al-Mu’iz Badis mewajibkan seluruh
penduduk untuk mengikuti Mazhab Maliki.
c. Sumber Hukum dalam Istinbath
Sistematika sumber hukum atau istinbath Imam Malik, paada dasarnya ia
tidak menulis secara sistematis. Akan tetapi para muridnya atau madzhabnya
menyusun sistematika Imam Malik. Sebagaimana qadhi’iyyad dalam kitabnya al-
Mudharrak, sebagai berikut: “sesungguhnya manhaj Imam dar al-Hijrah, pertama
ia mengambil kitabullan, jika tidak ditemukan dalam kitabullah, ia mengambil as-
Sunnah (kategori as-Sunnah menurutnya hadits-hadits nabi dan fatwa-fatwa
sahabat), amal ahli al-Madinah, al-Qiyas, al-Mashlahah al-Mursalah, Sadd adz-
Dzara’i, al-‘Urf dan al-‘Adat”.
3. Imam Syafi’i
a. Biografi
Al-Imam al-Shafi’i lahir pada masa pemerintahan Abbasiyyah, tepatnya
pada tahun 150 H/767 M di Gazza Palestina dengan nama kecil Muhammad. Orang
tua al-Shafi’i berasal dari Makkah yang sedang merantau ke Palestina. Nama
lengkapnya ialah Abu ‘Abd Allah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Usman
bin Shafi’i bin al-Sa’ib bin Ubayd bin ‘Abd Yazid bin Hashim bin al-Muthallib bin
‘Abd Manaf. Sedangkan nama al-Shafi’i diambil dari nama kakeknya, Shafi’i.

b. Sebab Kemunculan
Mazhab Malik berkembang di khilafah timur atas dukungan al-Mansyur dan
di khilafah barat atas dukungan Yahya Ibnu Yahya ketika diangkat menjadi qadhi
oleh para khalifah Andalusia. Di Afrika, Al-Mu’iz Badis mewajibkan seluruh
penduduk untuk mengikuti Mazhab Maliki. Mazhab Syafi’i membesar di Mesir
ketika Shalahuddin al-Ayubi merebut negeri itu.

c. Sumber Hukum dalam Istinbath


Pola pikir Imam asy-Syafi’i secara gariss besar dapat dilihat dari kitab al-
Umm yang menguraikan sebagai berikut: “ilmu itu bertingkat secara berurutan
pertama-tama adalah al-Qur’an dan as-Sunnah apabila telah tetap, kemudian kedua
Ijma’ ketika tidak ada dalam al-Qur’an an as-Sunnah dan ketiga Sahabat Nabi
(fatwa sahabi) dan kami tahu dalam fatwa tersebut tidak adanya ikhtilaf di antara
mereka, keempat ikhtilah sahabat Nabi, kelima qiyas yang tidak diqiyaskan selain
kepada al-Qur’an dan as-Sunnah karena hal itu telah berada di dalam kedua sumber,
sesungghunya mengambil ilmu dari yang teratas”.
4. Imam Ahmad bin Hanbal
a. Biografi
Imam Ahmad bin Hanbal adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal bin Hilal al-Syaibani. Beliau dilahirkan di Baghdad pada bulan Rabiul Awal
tahun 164 H/780 M.29
b. Sebab Kemunculan
Mazhab Hanbali menjadi kuat pada masa pemerintahan Al-Mutawakkil.
Waktu itu al-Mutawakkil tidak mengangkat seorang qadhi kecuali dengan
persetujuan imam Ahmad Ibnu hambal.
c. Sumber Hukum Istinbath
Adapun dasar-dasar hukum yang digunakan Imam Ahmad bin Hanbal adalah:5
1. Al-Qur’an dan Hadits, yakni apabila beliau mendaparkan nash, maka beliau
tidak lagi memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak memperhatikan
pendapat-pendapat sahabat yang menyalahinya.

5 Atmaja,k,f.2017.Perkembangan Ushul Fiqh Dari Masa Ke Masa jurnal ilmu syariah 5 (1): 8-12.
2. Ahmad bin Hanbal berfatwa dengan fatwa para sahabat, ia memilih pendapat
sahabat yang tidak menyalahinya (ikhtilaf) dan yang sudah sepakat.
3. Apabila fatwa sahabat berbeda-beda, Ahmad bin Hanbal memilih salah satu
pendapat mereka yang lebih dekat kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.
4. Ahmad bin Hanbal menggunakan Hadits Mursal dan Dhaif apabila tidak ada
atsar, qaul sahabat atau ijma’ yang menyalahinya.
5. Apabila tidak ada dalam nash, as-Sunnah, qaul sahabat, riwayat masyhur, hadits
mursal dan dhaif, Ahmad bin Hanbal menganalogikan (menggunakan qiyas)
dan qiyas baginya adalah dalil yang digunakan dalam keadaan terpaksa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Makalah "Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqh dari Zaman Rasulullah hingga
Zaman Para Tabi'in" membahas tentang perkembangan ilmu Ushul Fiqh sejak zaman
awal Islam hingga masa tabi'in. Ilmu Ushul Fiqh adalah cabang ilmu dalam studi hukum
Islam yang bertujuan untuk memahami prinsip-prinsip dasar dalam penentuan hukum
Islam.
Makalah ini menjelaskan bahwa pada masa Rasulullah dan para sahabat, ilmu
Ushul Fiqh belum terbentuk dengan jelas, meskipun sudah ada prinsip-prinsip dasar
dalam penentuan hukum Islam yang ditegakkan. Pada masa itu, penentuan hukum Islam
didasarkan pada dalil-dalil Quran dan Sunnah, serta pemahaman para sahabat yang
mendapat pengajaran langsung dari Rasulullah.
Selanjutnya, pada masa tabi'in, munculah para ahli Ushul Fiqh yang mulai
merumuskan prinsip-prinsip dasar dalam penentuan hukum Islam. Para ahli Ushul Fiqh
tersebut berusaha memahami dasar-dasar hukum Islam dari sumber-sumber hukum yang
ada, seperti dalil-dalil Quran dan Sunnah, serta mengembangkan metode-metode dalam
penentuan hukum.
Makalah ini juga menjelaskan tentang perkembangan ilmu Ushul Fiqh pada masa
tabi'in, di mana para ahli Ushul Fiqh mencoba mengembangkan teori-teori tentang dalil-
dalil hukum dan menyelesaikan perbedaan pendapat dalam penentuan hukum.
Kesimpulannya, makalah ini menjelaskan bahwa pada masa awal Islam, ilmu
Ushul Fiqh belum terbentuk dengan jelas. Namun, pada masa tabi'in, para ahli Ushul
Fiqh mulai merumuskan prinsip-prinsip dasar dalam penentuan hukum Islam dan
mengembangkan metode-metode dalam penentuan hukum. Ilmu Ushul Fiqh merupakan
bagian penting dari studi hukum Islam yang telah mengalami perkembangan sejak
zaman awal Islam dan terus berlanjut hingga masa kini.
Sejarah ushul fiqh atau ilmu usul al-fiqh merupakan bagian penting dari ilmu
syari'ah Islam yang berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar dalam menentukan hukum
syariat. Perkembangan sejarah ushul fiqh menjadi penting karena mengikuti
perkembangan zaman dan kebutuhan manusia yang semakin kompleks dalam
menghadapi permasalahan hukum dalam kehidupan sehari-hari.
Perkembangan sejarah ushul fiqh ini dimulai sejak zaman Rasulullah SAW
hingga saat ini. Pada masa awal, para sahabat dan tabi'in mengambil hukum dari hadis-
hadis yang disampaikan langsung oleh Rasulullah SAW. Kemudian, pada masa
berikutnya, muncul berbagai madzhab yang dikembangkan oleh para ulama untuk
mempermudah masyarakat dalam memahami hukum Islam.
Selanjutnya, pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriyah, para ulama mulai
mengembangkan ilmu ushul fiqh dengan merumuskan prinsip-prinsip dasar dalam
menentukan hukum syariat. Hal ini dilakukan agar hukum syariat bisa lebih mudah
dipahami dan diterapkan oleh masyarakat.
Pada masa selanjutnya, terjadi berbagai perdebatan di antara para ulama tentang
metodologi dalam memahami hukum syariat. Hal ini membuat perkembangan ilmu
ushul fiqh semakin berkembang dan memunculkan banyak tokoh-tokoh penting dalam
sejarah ushul fiqh, seperti Al-Imam al-Shafi'i, Al-Imam al-Ghazali, dan Ibnu
Taymiyyah.
Perkembangan ilmu ushul fiqh hingga saat ini terus berkembang seiring dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Seiring dengan
itu, muncul pula berbagai perdebatan dan pemikiran baru yang memperkaya kajian ushul
fiqh.
Semoga penjelasan singkat tentang perkembangan sejarah ushul fiqh ini dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai pentingnya ilmu ushul fiqh dalam
menentukan hukum syariat Islam serta perkembangannya dari masa ke masa.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga bisa menambah wawasan pengetahuan
kepada penulis serta para pembaca dalam memahami setidaknya sedikit yaitu tentang
Sejarah Perkembangan Ushul Fiqh, dari Zaman Rasulullah sampai Tabi’it Tabi’in. Dan
kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan karena keterbatasan
ilmu yang kami miliki. Kami sangat mengharapkan bimbingan, saran serta kritik dari
semua pihak yang membaca makalah ini yang bersifat membangun dan konstrutif demi
perbaikan makalah ini agar lebih baik di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Rahman Dahlan. 2014. Ushul Fiqh, Jakarta, AMZAH
Atmaja,k,f.2017. Perkembangan Ushul Fiqh Dari Masa Ke Masa jurnal ilmu syariah 5 (1)

Prof.Dr.H. Amir Syarifuddin. 2014. Ushul Fiqh Jilid 1, Jakarta, KENCANA


Prof.Dr.H. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh jilid 2 (Jakarta: KENCANA, 2011)

Anda mungkin juga menyukai