Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ISU FIQH KONTEMPORER”

Disusun guna memenuhi tugas Kelompok dalam


Mata Kuliah : Masailul Fiqhiyah
Dosen Pengampu : Husnu Ma’ab, S.PdI, M,Pd

Disusun Oleh Kelompok 05


Samsul Hadi
Rosmiatun
Suebah
Siti Hafizah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAH (STIT)
DARUSSALIMIN NW PRAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Isu Fiqih Kontemporer” tepat waktu. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan pada reformis Islam sejati Nabi Muhammad SAW pembawa umat
minazhulumati ilannur.
Sebagaimana dalam peribahasa bahwa “tak ada gading yang tak retak” ,
dalam penyusunan makalah ini pun kami menyadari bahwa banyak sekali
kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penyusunan di masa yang akan datang sangat kami harapkan.
Kami pun menghaturkan terima kasih kepada Bapak Husnu Ma’ab,S.PdI,
M,Pd sebagai Dosen Pembimbing mata kuliah “Maisalul Fiqhiya” yang tak
pernah lelah dan bosan memberikan bimbingannya dan arahannya yang selalu
membangunkan semangat kepada para mahasiswanya.
Dengan adanya pembuatan makalah ini, diharapkan dapat membantu
mahasiswa/i dalam menguasai materi pelajaran. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan senantiasa membawa kemudahan kita dalam belajar untuk meraih
prestasi yang kita inginkan.

Inan Batu, 15 0ktober 2023


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiqh Kontemporer....................................................................2
B. Ruang Lingkup Kajian Fiqh Kontemporer................................................4
C. Peranan Ushul Fiqh Dalam Menyelaraskan Problema Kehidupan
Masyarakat Yang Bersifat Dinamis...........................................................5
D. Beberapa Masalah Fiqh Kontemporer.......................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................13
B. Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi akhir akhir ini
telah menghasilkan banyak inovasi dan penemuan baru yang belum pernah
dijumpai atau dikenal pada masa sebelumnya. Karena penemuan itu
merupakan hasil kreasi dan inovasi manusia, maka sedikit banyak ada unsur-
unsur baru yang diciptakan, yang boleh jadi tidak sesuai atau bahkan berbeda
jauh dari masa masa sebelumnya. Diantara perkembangan pesat yang banyak
terjadi itu adalah dibidang kedokteran, ekonomi, muamalah, dan politik.
Perkara perkara baru dalam bidang kedokteran banyak bermunculan
belakangan ini, seperti dalam permasalahan bayi tabung, sewa rahim, cloning,
transplasi organ tubuh manusia, bank ASI, dan lain lain.
Sementara dalam masa modern sekarang umat islam islam lebih
berposisi sebagai objek, dimana setelah segala inovasi dan penemuan baru
dihasilkan dari luar, barulah kemudian dipulangkan kepada fiqih islam untuk
dimintai pandangan dan tinjauannya terhadap kebolehan dan ketidakbolehan,
halal dan haram, penemuan tersebut dalam perspektif hukum islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Fiqh Kontempore?
2. Apa Ruang Lingkup Kajian Fiqh Kontemporer?
3. Apa Saja Peranan Ushul Fiqh Dalam Menyelaraskan Problema Kehidupan
Masyarakat Yang Bersifat Dinamis?
4. Apa Saja Masalah Fiqh Kontemporer?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Fiqh Kontempore
2. Untuk Mengetahui Apa Ruang Lingkup Kajian Fiqh Kontemporer
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Peranan Ushul Fiqh Dalam Menyelaraskan
Problema Kehidupan Masyarakat Yang Bersifat Dinamis
4. Untuk mengetaui Apa Saja Masalah Fiqh Kontemporer

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiqh Kontemporer
Fiqh menurut bahasa adalah mengetahui sesuatu dengan mengerti.
Adapun fiqh menurut istilah adalah ilmu tentang hukum syara’ yang bersifat
amali diambil dari dalil-dalil yang tafsili.1
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kontemporer berarti
sewaktu, semasa, pada waktu atau masa yang sama, pada masa kini, dewasa
ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa fiqh kontemporer adalah tentang
perkembangan pemikiran fiqh dewasa ini. Dalam hal ini yang menjadi titik
acuan adalah bagaimana tanggapan dan metodologi hukum islam dalam
memberikan jawaban terhadap masalah-masalah kontemporer.
Adapun yang melatarbelakangi munculnya isu Fiqh kontemporer
yaitu akibat adanya arus modernisasi yang meliputi hampir sebagian besar
Negara- Negara yang dihuni oleh mayoritas umat islam. Dengan adanya arus
moderenisasi tersebut, mengakibatkan munculya berbagai macam perubahan
dalam tataan sosial umat islam, baik yang menyangkut ideologi, politik,
sosial, budaya dan sebagainya. Berbagai perubahan tersebut seakan-seakan
cenderung menjauhkan umat dari nilai-nilai agama.
Perkembangan kehidupan manusia selalu berjalan sesuai dengan
ruang dan waktu, dan ilmu fiqh adalah ilmu yang selalu berkembang karena
tuntutan kehidupan zaman. Fiqh adalah ilmu yang sangat penting bagi
kehidupan umat islam.
Dengan semakin berkembangnya arus informasi dan jaringan
komunikasi dunia, terjadi pulalah apa yang disebut dengan proses
modernisasi. Modernisasi tersebut melahirkan berbagai macam bentuk
perubahan baik secara struktural maupun kultural.2
Perubahan struktural berarti perubahan yang hanya meliputi struktur
sosial belaka, yakni jalinan dan hubungan satu sama lain dari keseluruhan
unsur sosial. Unsure-unsur sosial yang pokok adalah kaidah-kaidah, lembaga-
1
Anwar, Syahrul.2010. Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh. Bogor : Ghalia Indonesia. Hlm. 13
2
Azhar, Muhammad. 1996. Fiqh Kontemporer. Yogyakarta: Lesiska. Hlm. 57

2
lembaga, kelompok-kelompok dan lapisan sosial. Sedangkan perubahan
secara kultural lebih bersifat ideologis atau immaterial yakni perubahan nilai-
nilai, pemikiran dan sebagainya. Dalam era modernisasi dewasa ini, salah
satu aspek pemikiran yang turut mengalami tuntutan perubahan adalah di
bidang hukum islam.
Mengingat hukum islam merupakan salah satu bagian ajaran agama
yang terpenting, maka perlu ditegaskan di sini aspek mana yang mengalami
perubahan dalam kaitannya dengan hokum islam tersebut. Karena agama
dalam pengertiannnya sebagai wahyu Tuhan tidak akan berubah, tetapi
tentang pemikiran manusia tentang ajarannya, terutama dalam hubungan
dengan penerapannya di dalam dan di tengah-tengah masyarakat yang selalu
berubah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa perubahan yang dimaksud
bukanlah perubahan secara tekstual tetapi secara kontekstual. Teks Al-Qur’an
tentunya tidak mengalai perubahan, tetapai pemahaman dan penerapannya
dapat disesuaikan dengan konteks perkembangan zaman. Karena perubanhan
sosial merupakan suatu proses kemasyarakatan yang berjalan secara terus
menerus, maka perubahan penerapan dan pemahaman ajaran islam juga harus
bersifat kontinu sepanjang zaman. Dengan demikian ialam akan tetap relevan
dan actual, serta mampu menjawab tantangan modernitas.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan sosial secara umum ada dua macam. Ada yang terletak di dalam
masyarakat (factor intern) seperti bertambah dan berkurangnya jumlah
penduduk, adanya penemuan-penemuan baru, terjadinya pertentangna atau
konflik dalam masyarakatdan timbulnya pemberontakan atau revolusi di
dalam masyaakat itu sendiri. Dan ada pula yang bersumber dan sebagai
pengaruh dari masyarakat lain (factor ekstern) seperti terjadinya peperangan
dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Pengaruh-pengaruh unsur perubahan di atas dapat menimbulkan
peruhan dalam system pemikiran islam termasuk pembaharuan dalam hokum
islam. Dengan demikian hokum islam akan tetap mampu mengembangkan

3
dirinya sesuai dengan tuntutan zaman (modenitas). Tanpa adanya upaya
pembaharuan pemikiran dimaksud tentu akan menimbulkan kesulitan dalam
kemasyarakatan hkum sebagai salah satu pilar masyarakat, sedangkan
kehidupan masyarakat itu sendiri senantiasa mengalami perkembangan, maka
upaya pembaharuan pemahaman hokum islam pun harus dapat mengikuti
perubahan itu.
B. Ruang Lingkup Kajian Fiqh Kontemporer
Ruang lingkup fiqh kontemporer mencakup masalah-masalah fiqh
yang berhubungan dengan situasi kontemporer (modern). Kajian fiqh
kontemporer mencakup masalah-masalah fiqh yang berhubungan dengan
situasi kontemporer (modern) dan mencakup wilayah kajian dalam Al-Qur’an
dan Hadits. Kajian fiqh kontemporer tersebut dapat dikategorikan ke dalam
beberapa aspek:3
1. Aspek hukum keluarga, seperti ; akad nikah melalui telepon, penggunaan
alat kontrasepsi, dan lain-lain.
2. Aspek ekonomi, seperti; system bunga dalam bank, zakat profesi, asuransi,
dan lain-lain.
3. Aspek pidana , seperti ; huku pidana islam dalam sistem hukum nasional.
4. Aspek kewanitaan seperti, ; busana muslimah (jilbab), wanita karir,
kepemimpinan wanita, dan lain-lain.
5. Aspek medis, seperti ; pencangkokan organ tubuh atau bagian organ tubuh,
pembedahan mayat, euthanasia, ramalan genetika, cloning, penyebrangan
jenis kelamin dari pria ke wanita atau sebaliknya, bayi tabung, percobaan-
percobaan dengan tubuh manusia dan lain-lain.
6. Aspek teknologi, seperti ; menyembelih hewan secara mekanis, seruan
adzan atau ikrar basmalah dengan kaset, makmum kepada radio atau
televisi, dan lain-lain.
7. Aspek politik (kenegaraan), seperti ; yakni perdebatan tentang perdebatan
sekitar istilah “Negara islam”, proses pemilihan pemimpin, loyalitas
kepada penguasa (kekuasaan), dan lain sebagainya.

3
Azhar, Muhammad. 1996. Fiqh Kontemporer. Yogyakarta: Lesiska. Hlm. 22

4
8. Aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah, seperti ; tayammum
dengan selain tanah (debu), ibadah kurban dengan uang, menahan haid
karena demi ibadah haji, dan lain sebagainya.
Adapun mengenai kajian yang berkenaan dengan Al-Qur’an dan
hadits yang erat hubungnnya dengan fiqh kontemporer, antara lain adalah
masalahmetodologi pemahaman hokum islam (ushul fiqh), persoalan histories
dan sosiologis ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits Nabi, kajian tentang
maqaashidut-tasyri’ (tujuan hokum), keterbukaan kembali pintu ijtihad, soal
kemaslahatan umum, adapt istiadat mayarakat yang berlaku, tentang teori
nasakh dan teori ellat hokum, tentang ijma’ dan lain-lain.
Kajian hokum fiqh kontemporer tidak terlepas dari aspek material dan
formalnya hokum islam, serta mana yang permanent dalam hokum islam
(tasyri’iyyah) dan mana yang bersifat relatif (berubah) atau ghairu-tasyri.
C. Peranan Ushul Fiqh Dalam Menyelaraskan Problema Kehidupan
Masyarakat yang Bersifat Dinamis
Ushul fiqh memegang peranan penting dan posisi strategis dalam
melahirkan ajaran islam rahmatan lil ‘alamin. Ushul fiqh menjadi arena
untuk mengkaji batasan, dinamika, dan makna hubungan antara Tuhan dan
manusia. Melihat fungsinya yang demikian, rumusan fiqh seharusnya bersifat
dinamis dan terbuka terhadap upaya-upaya penyempurnaan. Sifat dinamis dan
terbuka terhadap perubahan ini sebagai konsekuensi logis dari tugas fiqh,
yang harus selalu berusaha menyelaraskan problema kemanusiaan yang terus
berkembang dengan pesat dan akseleratif dengan dua sumber rujukan
utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadits.4
Adanya dinamika zaman yang terus berkembang dan melahirkan
bentuk perubahan, baik perubahan yang bersiafat structural maupun cultural
kemasyarakatan.
D. Beberapa Masalah Fiqh Kontemporer
Sebagai contoh, di era modern ini berkembang konsep perjanjian
asuransi. Konsep perjanjian asuransi (akad at-ta’min) merupakan jenis akad

4
Anwar, Syahrul.2010. Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh. Bogor : Ghalia Indonesia. Hlm 183

5
baru yang belum pernah ada pada masa permulaan perkembangan fiqh islam.
Oleh karena itu masalah ini menimbulkan perdebatan di kalangan ulama masa
kini. Sebelum ke pembahasan lebih lanjut kita perlu mengetahui apa itu
asuransi.
1. Definisi Asuransi
Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris insurance yang dalam
bahsa Indonesia telah menjadi bahasa popular dan diadopsi dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia dengan padanan kata “penanggungan”.5
Sedangkan asuransi menurut istilah, ada beberapa definisi yang
dikemukakan oleh beberapa pendapat :
a. Menurut Robert L. Merh Yang dikutip oleh M.Syakir Sula : asuransi
adalah suatu alat untuk mengurangi risiko dengan menggabungkan
sejumlah unit-unit yang berisiko, agar kerugian individu secara kolektif
dapat diprediksi. Kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian
dibagi dan didistribusikan secara proporsional di antara semua unit
dalam gabungan tersebut.6
b. Dalam kitab Undang-Undang Hukmu Dagang Pasal 246 yang
berbunyi : asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan
mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan
pergantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertenntu.7
c. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, asuransi adalah pertanggungan
perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar
iuran dan pihak yang lan berkewajiban memberikan jaminan
sepenuhnya kepada pembayar iuran, apabila terjadi sesuatu yang

5
Ali, Hasan. 2004. Asuransi Dalam Perspektif Hukum. Jakarta :Kencana. Hlm 57
6
Sula, Muhammad Syakir.2004. Asuransi Syariah, Konsep dan Sistem Operasional.
Jajarta: Gema Insani. Hlm 26
7
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 540

6
menimpa dirinya atau barang miliknya yang diasuransikan sesuai
dengan perjanjian yang dibuatnya.
Dari definisi-definisi tersebut dapat dipahami bahwa asuransi
adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak
penanggung menerima premi asuransi dari tertanggung, dengan
imbalan kewajiban untuk menanggung kerugian atau kerusakan yang
diderita oleh tertanggung.
Di atas telah dikemukakan bahwa asuransi adalah suatu
perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak pertama
berkewajiban menyerahkan iuran yang disebut premi, sedangkan pihak
kedua berkewajiban memberikan jaminan da tanggung apabila di
kemudian hari mengalami kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa dalam asuransi ada
tiga hal yang masalah pokok:
a. Premi
Premi adalah bayaran asuransi atau harga sebagai jaminan
penanggung asuransi untuk bertanggung jawab. Dalam asuransi,
premi mungkin juga mempunyai nilai tanggungan untuk tambahan
kepada anggota lain dalam masyarakat yang mengalami kerugian,
sehingga dengan demi kian peserta (anggota) juga menjadi
penanggung.
b. Resiko
Risiko yang tadinya menjadi beban bagi seseorang dapat
dialihkan kepada pihak lain yang bersedia mengambil alih dengan
pesaratan tertentu.
maka perlu dipenuhi kriteria Risiko ada yang bisa
diasuransikan dan adapula yang tidak bisa. Agar risiko dapat
diasuransikan - kriteria sebagai berikut:
 Risiko dapat dinilai dengan uang

7
 Risiko harus berupa risiko murni, artinya hanya berpeluang
menimbulkan kerugian.
 Kerugian timbul akibat bahaya atau peristiwa yang tidak pasti
 Tertanggung harus memiliki .insureble interest.
 Tidak dilarang Undang-Undang dan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum.8
c. Tanggungan atau jaminan
Perjanjian asuransi biasa ditafsirkan sebagai perjanjian
jaminan terhadap kerugian. Apabila seseorang bersedia menerima
pembayaran iuran atau premi dari tertanggung maka sebagai
imbalannya ia harus menanggung kerugian yang menimpa
tertanggung. Namun tidak semua kerugian bias diganti oleh
penanggung. Criteria yang bisa diganti oleh penanggung adalah
sebagai berikut :
 Kerugian berasal dari peristiwa yang tidak pasti.
 Peristiwa tidak pasti tersebut ditanggung oleh penanggung.
 Terdapat hubungan kausalitas antara peristiwa tidak pasti dengan
kerugian.
 Penggantian kerugian didasarkan kepada asas keseimbangan.
2. Pendapat ulama tentang hukum asuransi konvensional
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan keabsahan praktik
hokum asuransi. Secara garis besar, controversial terhadap masalah ini
dapat dipisah menjadi dua kelompok, yaitu : pertama ulama yang
mengharamkan asuransi dan kedua ulama yang membolehkan asuransi.
Pendapat Ulama yang mengharamkan asuransi : menurut jumhur
ulama di antaranya Syaikh Muhammad Bakhit, Wahbah Zuhaili, K.H Ali
Yafie, Syaikh Muhammad Yusuf Al-Qardhawi, Muhammad Muslehudin
dan Syaikh Abu Zahrah mengatakan bahwa pada hakikatnya akad asuransi
termasuk dalam akad gharar, yaitu suatu akad yang yang tidak jelas ada
tidaknya sesuatu yang diakadkan.
8
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 546

8
Perjanjian asuransi modern ditentang oleh ulama atau cendekiawan
islam dengan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Asuransi adalah perjanjian pertaruhan
b. Asuransi merupakan perjudian
c. Asuransi jiwa merupakan suatu usaha yang dirancang untuk
meremehkan iradat Allah
d. Asuransi melibatkan urusan yang tidak pasti
e. Asuransi mengandung unsur riba
Sedangkan menurut sebagian ulama yang membolehkan asuransi.
Syaikh Abdurrahman Isa, Guru besar Universitas Al-Azhar, menyatakan
bahwa asuransi merupakan bentuk muamalah gaya baru yang belum
dijumpai pada masa imam-imam madzhab dan para sahabat Nabi.
Muamalah ini menghasilkan kemaslahatan ekonomi yang banyak. Para
ulama menetapkan bahwa kepentingan umum yang selaras dengan hukum
syara’ patut diamalkan. Oleh karena asuransi menyangkut kepentingan
umum, maka hukumnya mubah menurut syara’ bahkan dianjurkan.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh ulama-ulama lain,
diantaranya seperti Muhammad Yusuf Musa, Syaikh Wahhab Khallaf, dan
Muhammad Al-Bahi, antara lain mengatakan bahwa asuransi dibolehkan
karena:
a. Asuransi merupakan suatu usaha yang bersifat tolong menolong
b. Asuransi mirip dengan akad mudharobah, dan bertujuan
mengembangkan harta benda
c. Asuransi tidak mengandung unsure riba
d. Asuransi tidak mengandung tipu daya
e. Asuransi tidak mengurangi tawakal kepada Allah
f. Asuransi adalah suatu usaha untuk menjamin anggotanya yang jatuh
melarat karena suatu musibah
g. Asuransi memperluas lapangan kerja baru

9
Fatwa Majlis Ulama Indonesia yang ditandatangani oleeh ketua
umum K.H Sahal Mahfuddh dan sekretaris umum H.M.Din Syamsudin,
pada prinsipnya menolak asuransi konvensional, tetapi menyadari realita
dalam masyarakat bahwa asuransi tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,
DSN MUI dalam fatwanya memutuskan tentang pedoman umum Asuransi
syariah, antara lain tidak boleh mengandung gharar, penipuan, maisir
(perjudian), riba (bunga), zhulm (penganiayaan), riswah (suap), barang
haram, dan maksiat.
Dari uraian tersebut di atas terlihat bahwa masalah khilafiah atau
diperselisihkan para ulama. Namun perbedaan tersebut terjadi ketika di
Negara-negara muslim belum dibentuk asuransi syariah yang berdasarkan
syariah. Apabila di Negara-negara muslim sudah dibentuk asuransi
ayariah, maka semua umat islam yang akan melakukan transaksi asuransi
wajib bermuamalah dengan asuransi syariah, dan tidak ada alasan lagi
untuk menghindarinya.9
3. Asuransi Syariah
Di dalam referensi hukum islam, asuransi disebut dengan istilah
thadamun, takaful, dan at-ta’min. kata thadamun, takaful, dan at-ta’min
atau asuransi diartikan dengan “saling menanggung atau tanggung jawab
sosial”.
Islam memandang “pertanggungan” sebagai suatu fenomena sosial
yang dibentuk atas dasar saling tolong menolong dan rasa kemanusiaan.
4. Landasan Asuransi Syariah
Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan
hukum praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asuransi syariah
dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada
nilai-nilai yang ada dalam ajaran islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul.
Al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas ayat yang menjelaskan
tentang praktik asuransi seperti yang ada pada saat ini. Walaupun begitu

9
Muslich, Ahmad Wardi. 2010. Fiqh Muamalat. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm 551

10
Al-Qur’an masih mengakomodir ayat-ayat yang mempunyai muatan nilai-
nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, seperti nilai dasar tolong
menolong, kerjasama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap
peristiwa kerugian di masa mendatang.
Di antara ayat Al-Qur’an yang mempunyai muatan nilai-nila yang
ada dalam praktik asuransi yaitu seperti yang terdapat dalam firman Allah
SWT surat Al-Maidah ayat 2 :
Tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan
taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksanya”. (Al-Maidah: 2)
Ayat ini memuat perintah (amr) tolong menolong antar sesame
manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan
anggota (nasabah) perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar
digunakan sebagai dana sosial (tabarru). Dana sosial ini berbentuk
rekening tabarru pada perusahaan asuransi dan difungsikan untuk
menolong salah satu anggota (nasabah) yang sedang mengalami musibah.
Demikian pula yang terdapat dalam surat Al-Baqoroh ayat 185
tentang nilai-nilai yang ada pada praktik asuransi. Allah berfirman:
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu”. (Al-Baqoroh: 185)
Dalam ayat di atas Allah menjelaskan bahwa keudahan adalah
sesuatu yang dikehendaki oleh-Nya dan sebaliknya, kesukaran adalah
sesuatu yang tidak dikehendaki oleh-Nya. Dalam praktik bisnis asuransi,
ayat tersebut dapat dipahami bahwa dengan adanya lembag asuransi
seseorang dapat memudahkan untuk menyiapkan dan merencanakan
kehidupannya di masa mendatang dan dapat melindungi kepentingan
ekonominya dari sebuah kerugian yang tidak disengaja.
Melihat uraian di atas, dapatlah kita kemukakan bahwa persoalan
fiqh kontemporer di masa akan datang lebih komplek lagi disbanding yang
kita hadapi sekarang. Hal tersebut disebabkan arus perkembangan zaman

11
yang berdampak kepada semakin terungkapnya berbagai persoalan ummat
manusia, baik hubungan antar sesame maupun dengan kehidupan alam
sekitarnya..
Kompleksitas persoalan tersebut tentunya akan membutuhkan
pemecahan masalah berdasarkan nilai-nilai agama. di sinilah letak betapa
pentingnya rumusan ideal moral maupun formal dari fiqh kontemporer
tersebut, yang tidak lain bertujuan untuk menjaga keutuhan nilai
ketuhanan, kemanusiaan, dan kealaman, terutama yang menyangkut
dengan aspek lahiriah kehidupan manusia di dunia ini.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

12
Latar belakang munculnya isu Fiqh kontemporer yaitu akibat adanya
arus modernisasi yang meliputi hampir sebagian besar Negara- Negara yang
dihuni oleh mayoritas umat islam. Modernisasi tersebut melahirkan berbagai
macam bentuk perubahan baik secara struktural maupun kultural.
Teks Al-Qur’an tentunya tidak mengalai perubahan, tetapi
pemahaman dan penerapannya dapat disesuaikan dengan konteks
perkembangan zaman. Karena perubanhan sosial merupakan suatu proses
kemasyarakatan yang berjalan secara terus menerus, maka perubahan
penerapan dan pemahaman ajaran islam juga harus bersifat kontinu sepanjang
zaman. Dengan demikian islam akan tetap relevan dan aktual, serta mampu
menjawab tantangan modernitas.
Ruang lingkup fiqh kontemporer meliputi aspek hukum keluarg,
aspek ekonomi, aspek pidana, aspek kewanitaan, aspek medis, aspek
teknologi, aspek politik (kenegaraan), dan aspek yang berkaitan dengan
pelaksanaan ibadah.
Sifat dinamis dan terbuka terhadap perubahan ini sebagai konsekuensi
logis dari tugas fiqh, yang harus selalu berusaha menyelaraskan problema
kemanusiaan yang terus berkembang dengan pesat dan akseleratif dengan dua
sumber rujukan utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Kompleksitas persoalan-persolan baru yang muncul di masa kini
tentunya akan membutuhkan pemecahan masalah berdasarkan nilai-nilai
agama. Di sinilah letak betapa pentingnya rumusan ideal moral maupun
formal dari fiqh kontemporer tersebut.
B. Saran
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa makalah yang kami buat ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami
harapkan dari para pembaca guna perbaikan untuk pembuatan makalah
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al Qardhawi, Yusuf. Ijtihad Kontemporer, Surabaya : Risalah Gusti, 1995.

13
Anwar, Syahrul.2010. Ilmu Fiqh & Ushul Fiqh. Bogor : Ghalia Indonesia.
Arifin , Bey. Terjemah Sunan An-Nasai, Semarang : CV Syi Syifa, 1992.
Azhar, Muhammad. 1996. Fiqh Kontemporer. Yogyakarta: Lesiska.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah , Depok : Al-Quran Tajwid ,
2008.
Mubarok, Jaih. Fiqh Kontemporer, Bandung : Pustaka Setia, 2003.
Saleh, Hasan . Kajian Fiqh Nawawi& Fiqh Kontemporer , Jakarta : Rajawali
Press , 2008.
Qardhowi , Yusuf. Fatwa – fatwa Kontenporer, Jakarta : Gema Insani Press,
1996.

14

Anda mungkin juga menyukai