Di susun oleh :
Muhammad Abdul Basit
21220200068
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya bertujuanuntuk
menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan
yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain.Semoga
semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan ataukata-kata di
dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
A. Pengertian Fiqih Kontemporer...........................................................................6
B. Tujuan Fiqh Kontemporer..................................................................................7
C. Pemikiran Islam Tentang Fiqh Kontemporer.....................................................8
D. Ruang Lingkup Kajian fiqh Kontemporer..........................................................9
E. Contoh Fiqih Kontemporer...............................................................................11
1. Fiqih Kontemporer Munakahat........................................................................11
F. Hikmah Mempelajari Fiqih Kontemporer........................................................11
BAB II.........................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................................13
B. Saran.................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pi karena belum terwujudnya konsepsi islam yang lebih kotekstual, maka dengan
rasa ketidak berdayaan mereka mengikuti saja konsepsi yang tidak islami. Hal
tersebut akhirnyamenggugah naluri pakar hukum islam yang lebih relevan dengan
perkembanganzaman.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Fiqh adalah ilmu yang sangat penting bagi kehidupan umat islam. Dengan
semakin berkembangnya arus informasi dan jaringan komunikasi dunia, terjadi
pulalah apa yang disebut dengan proses modernisasi. Modernisasi tersebut
melahirkan berbagai macam bentuk perubahan baik secara strukturalmaupun kultural.
Perubahan struktural berarti perubahan yang hanya meliputi struktur sosial belaka,
yakni jalinan dan hubungan satu sama lain dari keseluruhan unsur sosial.Unsur-unsur
sosial yang pokok adalah kaidah-kaidah, lembaga-lembaga,kelompok-kelompok dan
lapisan sosial. Sedangkan perubahan secara kultural lebih bersifat ideologis atau
immaterial yakni perubahan nilai-nilai, pemikiran dan sebagainya. Dalam era
modernisasi dewasa ini, salah satu aspek pemikiran yangturut mengalami tuntutan
perubahan adalah di bidang hukum islam. Mengingat hukum islam merupakan salah
satu bagian ajaran agama yang terpenting, maka
Dr. Yusuf Qardlawi dalam salah satu kitabnya secara implisit mengungkapkan
betapa perlunya fiqh kontemporer. Dengan adanya kemajuan yangcukup mendasar,
timbul pertanyaan bagi kita, mampukah ilmu fiqh menghadapi zaman modern?.
Masih relevankah hukum islam -yang lahir 14 abad silam-diterapkan sekarang?.
Tentu saja kita, sebagai muslim, akan menjawabnya. Hukum islam mampu
menghadapi zaman, dan masih relevan untuk diterapkan “tidak asalbicara, memang.
Tapi, untuk menuju kesana, perlu syarat yang harus dijalani secarakonsekuen. Untuk
merealisir tujuan penciptaan fiqh kontemporer tersebut Qardlawi menawarkan konsep
ijtihad. ijtihad yang perlu di buka kembali. Manapaak-tilasi apa yang telah dilakukan
ulama salaf. Dalam hal yang berkaitan dengan hukum kemasyarakatan, kita perlu
bebas madzhab.Pandangan Prof. Said Ramadan tentang hal serupa. Semua pendapat
yang harus di timbang dengan kriteria Al-Qur’an dan As- sunnah. Dan semua
manusia sesudah Rasulullah SAW dapat berbuat keliru. Dalam segala hal dimana
tidak adateks yang mengikat, maka pertimbangan masalah sajalah yang mengikat.
dan bahwa aturan demi maslahah dapat berubah bersama perubahan keadaan di masa,
Prof. Dr. Haru Nasution membagi ciri pemikiran islam ke dalam tiga
zaman,yakni zaman klasik ( abad VII-XII ) zaman ini disebut juga oleh beliau
sebagaizaman rasional, zaman pertengahan ( tradisional ) abad XIII-XVIII dan
zamanmodern (kontemporer) abad XIX- . Berdasarkan kriteria di atas, fiqih klasik
yangdi maksud adalah pola pemahaman fiqih abad VII-XII, sedangka fiqih
kontemporer,adalah pola pemahaman fiqih abad XIX dan seterusnya. Yang menjadi
fokus kajiandisini adalah; adakah relevansinya antara pola pemahaman fiqih
kontemporer dengan fiqih klasik, lalu di mana letak relevansi pemahaman antara
kedua zamantersebut?
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, metode berpikir ulama klasik
terkaitlangsung dengan al-qur’an dan hadist, sehingga banyak melahirkan ijtihad
yang
kualitatif, hal ini banyak di contohkan oleh para sahabat nabi terutama Umar bin
Khattab. Metode berpikir itu pulalah yang di tiru oleh imam-imam mazhab fiqih
seperti imam Malik, Abu hanafiah, Syafi’i, dan ibnu hambal. Juga oleh
paramutakallimin seperti: Washil bin ‘Atha’, Abu al-huzail, Al- jubba’i, Al-asy’ari,
Al-maturidi, dan Al-ghozali.Sedangkan pemikiran zaman pertengahan, berbeda
dengan pemikiranzaman klasik, menjadi terikat sekali dengan hasil pemikiran para
ulama zamanklasik. Ruang geraknya sempit, pemikiran rasional diganti dengan pola
pemikirantradisional. Dalam menghadapi maslah-masalah baru mereka tidak lagi
secaralangsung menggali ke al-qur’an dan hadist tetapi lebih banyak terikat denga
produk.
a) Aspek hukum keluarga, seperti: pembagian harta waris, akad via telepon,
perwakafan, nikah hamil, KB, dll.
b) Aspek ekonomi, seperti: Sistem bungan dalam bank, zakat mal dalam
perpajakan, kredit dan arisan, zakat profesi, asuransi, dll.
c) Aspek pidana, seperti: Hukum potong tangan, hukum pidana islam dalam
sistemnasional,dll.
d) Aspek kewanitaan, seperti: busana muslimah (jilbab), wanita
karir,kepemimpinan wanita, dll.
e) Aspek medis, seperti: pencakokan bagian organ tubuh, pembedaha
mayat,kontasepsi mantap, rekayasa genetika, pemilihan jenis kelamin,
ramalan genetika,konseling genetika, perubahan genetika, revolusi biologik,
cloning, percobaandengan tubuh manusia, penyeberang jenis kelamin dari pria
ke waniat atausebaliknya, kornea mata, bayi tabung, bank susu, bank darah,
bank sperma,vasektomi dan tubektomi dalam aneka variasinya, transfusi
darah, insemniasisperma manusia dengan hewan, dll.
f) Aspek teknologi, seperti: penyembelihan hewan secara mekanis, seruan azan
atau basmalah dengan kaset, makmum kepada radio atau televisi, memberi
salamdengan bel, penggunaan hisab dengan meninggalkan rakyat, dll.
g) Aspek politik (kenegaraan) yakni tentang perdebatan sekitar istilah
‘negaraislam’ proses pemilhan pemimpin, loyalitas kepada penguasa, dsb.
h) Aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah, seperti,; tabungan
haji,tayamum dengan selain tanah (debu), ibadah qurban dengan uang,
menahan haidkarena demi ibadah haji, dan lain-lain.Itulah hal-hal yang sering
jadi bahan kajian di tengah-tengah masyarakatmuslim di tengah-tengah
masyarakat muslim dewasa ini.Mengenai wilayah kajian yang berkenaan
dengan al-qur’an dan hadits yangerat hubungannya dengan fiqih kontemporer,
antara lain adalah masalah metodelogi pemahaman hukum islam, yang perlu
dilakukan pengakajian mendalam lagi, persoalan histories dan sosiologis ayat-
ayat al-qur’an maupu hadist nabi, kajiantentang maqoosiduttasrii’ (tujuan
hukum) dan hubungannya dengan formalitas hukum, keterbukaan kembali
pintu ijtihad, soal kemaslahatan umum, adat istiadat masyarakat yang berlaku,
tentang teori nasakh dan teori I’llat hukum, tentang ijma’,dll.
Ruang lingkup kajian fiqih kontemporer tidak terlepas dari aspek
materialdan formalnya hukum islam, serta mana yang permanen dalam hukum
islam dan mana yang bersifat relatif (berubah) atau ghoiruttasyri’. Kajian
tentang aspek moralitas dan formalitas hukum inilah yang menjadi ajang
kajian
Kata “munakahat” yang terdapat dalam bahasa Arab yang berasal dari
akar Kata na-ka-ha, yang dalam bahasa Indonesia kawin atau perkawinan.
Kata kawinadalah terjemahan dari kata nikah dalam bahasa Indonesia. Kata
menikahi berartimengawini, dan menikahkan sama dengan mengawinkan
yang berarti menjadikan bersuami. Dengan demikian istilah pernikahan
mempunyai arti yang sama dengan perkawinan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atasdengan
sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Di Akses Dari
https://www.academia.edu/38110884/MAKALAH_AGAMA_FIKIH_KONTEMPO
RER(Tasikmalaya 31 januari 2022) mutakin_sahrul.
http://fazarsodik.blogspot.co.id/2016/03/makalah-problematika-fiqih-
kontemporer.htmlhttp://diyahhalimatusadiya.blogspot.co.id/2013/05/fiqh-
kontemporer.htmlhttps://muamalatku.com/halal-haram-hukum-bitcoin-dalam-islam/