DISUSUN OLEH:
ROSI ALANI PUTRI
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, Taufiq serta
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Mazhab-Mazhab
Fiqh dan Masalah-Masalah Fiqh Kontemporer.
Makalah ini dapat tersusun untuk memenuhi materi kuliah dan tugas mata kuliah Studi
Pengantar Ilmu Fiqih yang di berikan oleh Bapak Iskandar, S,SY. M.Pd Tersusunya
makalah ini, bagi penulis merupakan suatu kepuasan tersendiri, karena dengan tersusunya
makalah ini penulis menjadi giat membaca dan belajar sekuat tenaga maupun fikiran untuk
mencapai pemahaman yang lebih dalam, khususnya dalam memahami persoalan Mazhab-
Mazhab Fiqh dan Masalah-Masalah Fiqh Kontemporer yang berkembang di tengah
Masyarakat kita. Dengan memahami kriteria Fiqh melalui berbagai sumber maka
diharapkan kita khususnya penulis dapat mengambil hikmah dan menjalankan amalan
amalan yang benar benar hadist Nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa uraian makalah ini masih jauh dari harapan dan penulis berharap
adanya koreksi dan penilaian dari Bapak Iskandar S,SY. M.Pd selaku Dosen dan berharap
mendapatkan nilai yang terbaik, amin.
Tebo, 09 Desember 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................1
A. LATAR BELAKANG MASALAH............................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN...............................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN MATERI..............................................................3
A. PENGERTIAN MAZHAB FIQIH DAN MASALAH FIQH KONTEMPORER..........3
B. LAHIRNYA MAZHAB FIQH.....................................................................4
C. TOKOH-TOKOH MAZHAB FIQH.............................................................6
D. CONTOH-CONTOH PERBEDAAN HUKUM FIQH DAN CARA
MENGHADAPINYA.........................................................................................8
E. TUJUAN FIQH KONTEMPORER................................................................9
F. RUANG LINGKUP KAJIAN FIQH KONTEMPORER................................9
G. CONTOH MASALAH FIQIH KONTEMPORER.........................................9
BAB III. PENUTUP...........................................................................................16
A. KESIMPULAN...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam pada masa Rasulullah SAW apabila terdapat kekurangan paham
terhadap suatu hukum, Para Sahabat langsung menanyakan kepada Rasullah
SAW, Sehingga bisa cepat terselesaikan. Kemudian sepeninggalan Rasulullah
SAW, para Sahabat menggunakan pengalaman yang diperoleh dari perkataan,
perbuatan dan kebiasaan beliau ketika masih hidup. Sehingga seiring
perkembangan waktu pun banyak terjadi perbedaan mazhab ini terjadi karena
cara pandang yang berbeda dan juga ilmu yang berbeda dari para mujtahid,
meskipun rujukannya tetap pada Alqur’an dan Al-Sunnah.
Dunia saat ini memasuki era globalisasi dengan dampak positif dan
negatifnya. Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu, Islam telah tampil
sebagai agama yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara
hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, antara
ibadah dengan urusan muamalah.
Kita mengetahui bahwa manusia menghadapi berbagai macam
persoalan yang benar-benar membutuhkan pemecahan segera. Berbagai kasus
penyimpangan dalam berbagai sektor dan lini kehidupan terjadi, termasuk
misalnya penyimpangan yang berkaitan dengan praktik kedokteran.
Pada zaman yang kian berkembang ini telah banyak terjadi berbagai
macam kasus, di antaranya, seperti perbuatan mencegah kehamilan,
pengguguran kandungan, transplantasi organ tubuh maupun euthanasia. Dalam
memecahkan masalah ini, bagaimana pandangan Islam tentang hukum-hukum
perbuatan tersebut, untuk itu, dalam tulisan singkat ini, kami mencoba
menjelaskan hasil pemikiran-pemikiran para ulama mengenai masalah tersebut
dalam fiqih kontemporer.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Mazhab Fiqih dan Masalah Fiqih Kontemporer
2. Bagaimana Sejarah Lahirnya Mazhab.
1
3. Siapa saja Tokoh Mazhab Fiqh.
4. Apa contoh perbedaan hukum Fiqh
5. Apa Tujuan dari Fiqh Kontemporer
6. Apa saja Ruang Lingkup Fiqh Kontemporer
7. Apa saja Contoh dalam Fiqh Kontemporer
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Pengertian Mazhab dan Masalah Fiqih Kontemporer
2. Mengetahui Sejarah Lahirnya Mazhab
3. Mengetahui Tokoh Mazhab Fiqh
4. Mengetahui contoh perbedaan hukum Fiqh
5. Mengetahui Tujuan dari Fiqh Kontemporer
6. Mengetahui Ruang Lingkup Fiqh Kontemporer
7. Mengetahui Contoh dalam Fiqh Kontemporer
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
disesuaikan dengan konteks perkembangan zaman. Karena perubahan social
merupakan suatu proses kemasyarakatan yang berjalan secara terus menerus,
maka perubahan penerapan dan pemahaman ajaran Islam juga harus bersifat
kontinnu sepanjang zaman. Dengan demikian Islam akan tetap relevan dan
actual, serta mampu menjawab tantangan modernitas.
4
rentang waktu 13 tahun; dan Fase kedua ialah fase Madinah ialah
semenjak beliau tiba di Madinah sampai beliau Wafat yang lamanya 10
tahun.
Al-Qur’an sebagai sumber syariat dan Fiqih islam yang pertama
diturunkan pada fase Makkah kebanyakan menyinggung persoalan
Aqidah, jadi dalam fase ini sedikit sekali ayat-ayat yang menyinggung
masalah hukum, hanya dalam bidang tertentu seperti Shalat, Puasa dan
Zakat.
Kemudian setelah tiba fase Madinah, islam telah meluas, banyak
bangsa-bangsa yang bukan arab mulai memeluk agama islam,
Masyarakat dan Negara Islam mulai terbentuk, hajat pada peraturan-
peraturan yang akan digunakan mengatur masyarakat dan negara yang
baru lahir itu, barulah turun ayay-ayat Al-Qur’an yang bertalian dengan
hukum. Dasar hukum pada masa itu semuanya kembali pada wahyu, baik
wahyu yang berupa Al-Qur’an maupun Sunnah. Sedangkan perinciannya
diterangkan oleh rasul.
- Periode Kedua
Yaitu masa terbentuknya Mazhab-Mazhab dan Pembukaannya.
Periode ini dimulai setelah berakhir periode pertama dan berakhir pada
pertengahan abad ke-4 hijriah. Pada akhir periode ini Negara Islam kian
lama kian melemah. Hal ini tentunya memberi pengaruh yang besar
dalam perkembangan fiqih islam. Akibat kekuasaan Negara makin
lemah, penghormatan terhadap ilmu pengetahuan dan orang berilmu
makin berkurang, tidak jarang pula adanya tekanan terhadap orang yang
berilmu untuk mengeluarkan sesuatu pendapat menurut kemauan
penguasa yang akhirnya membawa pengaruh yang sangat buruk terhadap
ilmu pengetahuan fiqih islam. Kemerdekaan berfikir makin berkurang
yang membuat umatnya hanya menerima yang ada (taklid).
Tetapi disamping itu, sebagai permulaan periode ini ialah semakin
berkembangnya mazhab-mazhab dalam islam terutama 4 Mazhab yang
sangat terkenal, yang tersebar luas keseluruh penjuru Negara Islamdan
5
dianut oleh kebanyakan umat islam. Disamping itu pada awal periode ini
Al-Qur’an dan As-sunnah serta pendapat para sahabat dan Tabi’in serta
ilmu pengetahuan lainnya yang sangat berguna sudah dibukukan.
- Periode Ketiga
Terjadi pada masa berkembangnya taklid dan masa
berkembangnya fiqih islam di abad modern ini. Periode ini dimulai pada
pertengahan abad ke-4 hijriah dikala Negara Islam terpecah belah. Di
Andalusia berdiri Negara Umayah, di Afrika berdiri Negara
Fathimiyyah, di Mesir berdiri Negara Iksyidiyah dan periode ini berakhir
sampai tibanya serangan bangsa Tartar ke kota Baghdad. Perpindahan
dari periode II ke Periode III tidak dengan sekaligus tetapi secara
berangsur-angsur. Pada Fase pertama adalah fase transisi karena masih
dekat dengan periode yang dahulunya sedang adat istiadat belum banyak
berubah. Maka fukaha dalam fase ini hanya mengikuti jejak fukaha pada
periode lampau. Hanya ada satu yang menonjol dalam fase ini. Suatu hal
yang belum terjadi pada masa lampau ialah pengangkatan qadi-qadi
hanya terbatas pada orang-orang yang bermazhab Hanafi, sedang di
Andalusia dan Afrika Utara terbatas kepada orang-orang yang
bermazhab maliki.
6
Hanifah. Jadi Mazhab Hanafi adalah nama dari kumpulan-kumpulan
pendapat yang berasal dari imam Abu Hanifah dan Murid-muridnya serta
pendapat-pendap[at yang berasal dari para pengganti mereka sebagai
perincian dan perluasan pemikiran yang telah digariskan oleh mereka yang
kesemuanya adalah hasil dari pad cara dan metode ijtihad ulama-ulama irak.
Mazhab Maliki
Pendiri dari Mazhab ini adalah Malik bin Anas bin Abu Amir. Lahir
pada tahun 92 M = 712 M di Madinah. Selanjutnya dalam kalangan umat
islam beliau lebih dikenal dengan sebutan Imam Malik. Imam Malik
terkenal dengan imam dalam bidang hadis Rasulullah SAW. Imam Malik
belajar pada ulama-ulama Madinah. Yang menjadi guru pertamanya ialah
Abdur Rahman bin Hurmuz. Beliau juga belajar kepada Nafi’ Maula ibnu
Umar dan Ibnu Syihab Az Zuhri. Adapun yang menjadi guru dalam bidang
Fiqih ialah Rabi’ah bin Abdur Rahman. Imam Malik adalah Imam Negeri
Hijaz, bahkan tokohnya semua bidang Fiqih dan Hadis. Dasar Mazhab
Maliki adalah Al-Qur’an, As Sunnah, Ijma’, Tradisi Penduduk Madinah.
Mazhab Syafi’i
Madzhab ini dibangun oleh Al imam Muhammad bin Idris asy Syafi'i
seorang keturunan Hasyim bin Abdul Muthalib. Beliau lahir di tahun 150 H
bersamaan pada tahun wafatnya imam abu Hanifah yang menjadi madzhab
yang pertama. Dasar atau sumber hukum yang dipakai imam Syafi'i dalam
mengistinbat hukum Syara' adalah Al qiyas, al istishab, Al kitab, Sunnah
mutawatirah, Al ijma', Khabar Ahad.
Mazhab Hambali
Pendiri madzhab Hambali adalah Al imam abu Abdillah Ahmad bin
hanbal bin hilal azzdahili Assyaibani, beliau lahir di Baghdad pada tahun
164 H dan wafatnya tahun 241 H. Adapun dasar madzhabnya dalam
mengistinbatkan hukum adalah, Nash Al Qur'an atau Nash hadist, fatwa
sebagian sahabat, pendapat sebagian sahabat, hadist Mursal atau hadist doif,
qiyas.
7
D. CONTOH-CONTOH PERBEDAAN HUKUM FIQIH DAN CARA
MENGHADAPINYA
Contoh perbedaan hukum Fiqih dalam Tayamum adalah para imam
Mazhab sepakat bahwa jika seseorang melihat air setelah shalat, maka ia tidak
wajib mengulangi shalatnya, walaupun waktu shalat masih ada.
Menurut kesepakatan para Imam Mazhab, Tayamum tidak dapat
menghilangkan hadas. Dawud berpendapat bahwa tayamum dapat
menghilangkan hadas. Namun pendapat ini lemah karena kalau dapat
menghilangkan hadas, kenapa tayammum batal ketika diperoleh air.
Imam Syafi’I, Imam Maliki dan Hambali berpendapat tidak boleh
mengerjakan dua shalat fardhu dengan satu tayammum, baik bagi orang yang
muslim maupun musafir. Dengan demikian juga pendapat sejumlah Sahabat
Nabi SAW dan Tabi’in. sedangkan Hanafi berpendapat bahwa tayammum
seperti wudhu. Boleh mengerjakan beberapa shalat dengan satu tayammum
hingga diperoleh air. Demikian juga pendapat ats-Tsawri dan al-Hasan.
E. TUJUAN FIQIH KONTEMPORER
Dr. Yusuf Qardlawi dalam salah satu kitabnya secara implisit
mengungkapkan betapa perlunya fiqh kontemporer. Dengan adanya kemajuan
yang cukup mendasar, timbul pertanyaan bagi kita, mampukan ilmu fiqh
menghadapi zaman modern? Hukum Islam mampu menghadapi zaman, dan
masih relevan untuk diterapkan. Tapi, untuk menuju kesana, perlu syarat yang
harus dijalani secara konsekuen. Untuk merealisir tujuan penciptaan fiqh
kontemporer tersebut Qardlawi menawarkan konsep ijtihad. Ijtihad yang perlu
dibuka kembali. Menapak-tilasi apa yang telah dilakukan ulama salaf. Dalam hal
yang berkaitan dengan hukum kemasyarakatan, kita perlu bebas madzhab.
Pandangan Prof. Said Ramadan tentang hal serupa. Semua pendapat yang harus
ditimbang dengan kriteria Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan semua manusia
sesudah Rasulullah saw. Dapat berbuat keliru. Dalam segala hal dimana tidak
ada teks yang mengikat, maka pertimbangan masalah sajalah yang mengikat dan
bahwa aturan demi masalah dapat berubah bersama perubahan kedaan di masa
terdahulu.
8
F. RUANG LINGKUP KAJIAN FIQIH KONTEMPORER
Ruang lingkup fiqh kontemporer mencakup masalah-masalah fiqh yang
berhubungan dengan situasi kontemporer (modern). Kajian fiqh kontemporer
mencakup masalah-masalah fiqh yang berhubungan dengan situasi kontemporer
(modern) dan mencakup wilayah kajian dalam Al-Qur’an dan Hadits. Kajian
fiqh kontemporer tersebut dapat dikategorikan ke dalam beberapa aspek:
1. Aspek hukum keluarga, seperti ; akad nikah melalui telepon,
penggunaan alat kontra sepsi, dan lain-lain.
2. Aspek ekonomi, seperti ; system bunga dalam bank, zakat profesi,
asuransi, dan lain-lain.
3. Aspek pidana , seperti ; hukum pidana islam dalam sistem hukum
nasional
4. Aspek kewanitaan, seperti ; busana muslimah (jilbab), wanita karir,
kepemimpinan wanita, dan lain-lain.
5. Aspek medis, seperti ; pencangkokan organ tubuh atau bagian organ
tubuh, pembedahan mayat, euthanasia, ramalan genetika, cloning,
penyebrangan jenis kelamin dari pria ke wanita atau sebaliknya, bayi
tabung, percobaan-percobaan dengan tubuh manusia dan lain-lain.
6. Aspek teknologi, seperti ; menyembelih hewan secara mekanis, seruan
adzan atau ikrar basmalah dengan kaset, makmum kepada radio atau
televisi, dan lain-lain.
7. Aspek politik (kenegaraan), seperti ; yakni perdebatan tentang
perdebatan sekitar istilah “Negara islam”, proses pemilihan pemimpin,
loyalitas kepada penguasa (kekuasaan), dan lain sebagainya.
8. Aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah, seperti ; tayammum
dengan selain tanah (debu), ibadah kurban dengan uang, menahan haid
karena demi ibadah haji, dan lain sebagainya.
G. CONTOH MASALAH GIQIH KONTEMPORER
1. Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah suatu aktivitas dalam kehidupan sehari-
hari yang berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan
9
terjadinya pembuahan atau pencegahan pertemuan antara sperma dari
laki-laki dan telur dari perempuan ketika terjadinya hubungan antara
suami istri.
Tujuan dari keluarga berencana adalah untuk mewujudkan
kesejahteraan keluarga. Adapun faktor-faktor yang mendorong
dilaksanakannya keluarga berencana adalah sebagai berikut:
Kepadatan penduduk
Pendidikan
Kesehatan
Menurut Mahyuddin (1998:59) melaksanakan KB dibolehkan dalam
ajaran Islam, karena pertimbangan ekonomi, kesehatan dan pendidikan,
artinya KB dibolehkan bagi orang-orang yang tidak sanggup membiayai
kehidupan anak-anak, kesehatan dan pendidikannya, bahkan menjadi
dosa baginya jika dia melahirkan anak yang tidak terurus masa depannya,
yang pada akhirnya menjadi beban bagi masyarakat, karena orang
tuannya tidak sanggup membiayai hidupnya, kesehatan dan
pendidikannya.Firman Allah ta’ala:
10
Mencegah terjadinya ovulasi
Melumpuhkan sperma
Menghalangi pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Dari segi metode, kontrasepsi dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
Cara kontrasepsi sederhana:
- Tanpa memakai alat atau obat, yang disebut dengan cara
tradisional, yaitu: senggama terputus dan pantang berkala.
- Menggunakan alat atau obat, yaitu: kondom, diafragma atau cap,
cream, jelly dan cairan berbusa, tablet berbusa (vaginal tablet).
Kontrasepsi dengan metode efektif:
- Tidak permanen: pil, IUD (intra Uterine Device), suntikan.
- Permanen: tubektomi (Sterilisasi untuk wanita), vasektomi
(sterilisasi untuk pria).
- Cara keluarga berencana lainnya yang dapat digunakan untuk
mengendalikan kelahiran: abortus, induksi haid (menstrual
regulation).
Dari metode-metode di atas para ulama berpendapat bahwa
pembatasan atau pencegahan kelahiran secara mutlak bertentangan
dengan kehendak Allah yang telah menciptakan bumi dan
makhluknya dengan kekuatan produksi yang berlimpah-limpah.
Alam yang diciptakan Allah ini tidak akan kurang untuk menutupi
kebutuhan manusia sekian decade.
3. Pengguguran Kandungan
Aborsi adalah pengguguran janin dari rahim ibu hamil baik sudah
berbentuk sempurna atau belum atau mengeluarkan hasil konsepsi dari
rahim sebelum waktunya atau sebelum bayi itu dapat lahir secara
alamiah.
Aborsi(pengguguran) ada 2 macam:
- Abortus spontan ialah yang tidak disengaja. Abortus spontan bisa
terjadi karena penyakit syphilis kecelakaan dan sebagainya
11
- Abortus Provokatus atau disebut pula abortus dengan sengaja.
Abortus dengan sengaja ini dibagi kedalam 2 bagian.
Apabila Islam memperbolehkan seorang muslim untuk mencegah
kehamilan karena alasan-alasan yang mengharuskannya, maka Islam
tidak memperbolehkan melakukan kejahatan terhadap kandungan
tersebut apabila sudah terjadi.
Masalah pengguguran kandungan telah menyebabkan perbedaan
pendapat di kalanganpara ulama. Menurut Ayatullah al-Uzhma dalam
bukunya “Fatwa fatwa 2” menggugurkan janin haram secara syar’i dan
sama sekali tidak diperolehkan. Para ahli fiqih sepakat bahwa
pengguguran kandungan yang telah berusia 4 bulan hukumnya haram,
sedangkan para ulama fiqh dari kalangan Hanafiyah berpendapat
bahwa pengguguran kandungan yang belum berusia 4 bulan dibolehkan.
Jika pengguguran kandungan itu semata-mata bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa ibu atas anjuran dokter yang terpercaya, maka
harus memilih salah satu masalah yang lebih sedikit resikonya daripada
hal lainnya.
Kesimpulannya, bahwa keselamatan hidup ibu yang lebih
diutamakan daripada nyawa janinnya, dengan pertimbangan bahwa
kehidupan ibu di dunia ini sudah nyata, sedangkan kehidupan janin
belum tentu. Selain itu, mengorbankan ibu lebih banyak risikonya
daripada mengorbankan janinnya.
4. Transplantasi Organ Tubuh
Transpalantasi yakni pencangkokan organ tubuh yang rusak (sudah
tidak berfungsi) dengan organ lain yang sejenis. Secara teknis dalam
dunia medis ada 3 jenis transplantasi.
Auto transplantasi, pencangkokan internal dalam tubuh
seseorang
Homo transplantasi. Dalam teknik ini, donor (pemberi organ)
dan resipein (penderita yang ditransplantasi organnya) sama-
sama manusia
12
Hetero transplantasi, yakni resipiennya manusia, sementara
donornya hewan.
Seseorang tidak boleh mengorbankan orang lain demi kepentingan
dirinya sendiri. Mengambil organ orang lain ketika ada hajat atau dalam
kondisi darurat dapat menimbulkan mafsadah bagi orang lain. Donor
akan kehilangan salah satu organ tubuhnya. Dengan demikian jika
pengambilan organ tersebut tidak mengandung mafsadah, berarti boleh-
boleh saja. Maka dari itu, transplantasi dari organ tubuh orang lain tak
dilarang, selama tidak menimbulkan mafsadah.
Transplantasi organ-organ mati dengan merusak jasad mayyit
dengan tegas fiqih menyatakan tidak boleh. Larangan ini semata-mata
demi menjaga kemuliaan mayyit. Akan tetapi, ketika dalam kondisi
darurat atau ada keperluan yang mendesak, para ulama berselisih
pendapat.
Kalangan Malikiyyah berpendapat bahwa dalam kondisi apapun
tidak boleh memakan daging manusia, sekalipun dia khawatir
akan mati.
Kalangan Syafi’iah, menurut mereka, boleh makan organ mayat
manusia selama tidak ditemukan makanan yang lain.
Menurut Hanabilah, dalam kondisi darurat, boleh makan mayat
manusia yang halal darahnya.
Ketika kondisi darurat, mayoritas ulama membolehkan
mengkonsumsi organ mayat manusia. Kebolehan ini diterbitkan
semata-mata untuk memelihara jiwa dan kehormatan manusia, dengan
catatan tidak ditemukan organ yang lain.
Begitu pula transplantasi organ babi, kalangan Syafi’iyah
berpendapat bahwa seseorang boleh menyambung tulangnya dengan
benda najis, jika memang tidak ada benda lain yang sama atau lebih
efektif. Jadi, organ babi baru dibolehkan jika tidak ada organ lain yang
menyamainya. Menurut kalangan Hanafiyah, berobat dengan barang
haram, tidak dibolehkan.
13
Dari kedua pendapat di atas, transplantasi dengan menggunakan
organ babi, boleh-boleh saja. Kebolehan ini, bisa diberikan selama
tidak ada benda lain yang sama atau lebih efektif.
5. Euthanasia
uthanasia adalah tindakan memudahkan kematian seseorang
dengan tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan
meringankan penderitaan si sakit baik dengan cara positif maupun
negatif.
Islam sangat memperhatikan keselamatan dan kehidupan manusia.
Karena itulah, Islam melarang seseorang melakukan bunuh diri. Sebab,
pada hakikatnya jiwa yang bersemayam pada jasadnya bukanlah
miliknya sendiri. Sebaliknya, jiwa merupakan titipan Allah SWT yang
harus dipelihara dan harus digunakan secara benar. Maka dari itu, dia
tidak boleh membunuh dirinya sendiri.
6. Bedah Mayat
Dalam Islam hukum pembedahan mayat dlihat berdasarkan tujuan
dari dilakukannya pembedahan mayat tersebut. Jika pembedahan mayat
dilakukan demi kebaikan, apalagi demi kebaikan banyak orang maka
hal tersebut diperbolehkan. Namun, jika pembedahan mayat dilakukan
semata-mata untuk keburukan dan pelampiasan dendam maka hal
tersebut tidaklah diperbolehkan.
Manusia meninggal dikarenakan berbagai macam faktor dan
kejadian, diantaranya adalah faktor kecelakaan, pembunuhan, kesehatan
atau bahkan belum diketahui apa penyebabnya. Lalu disitulah
kegunaan dilakukannya pembedahan mayat atau forensik, yaitu untuk
menyelidiki penyebab kematian seseorang dan mencari kebenaran
hukum dari peristiwa yang terjadi.
7. Transfusi Darah
Donor darah adalah suatu kegiatan pemberian atau sumbangan darah
yang dilakukan oleh seseorang secara sengaja dan sukarela kepada siapa
saja yang membutuhkan transfusi darah. Transfusi darah adalah
14
memanfaatkan darah manusia dengan cara memindahkannya dari tubuh
orang yang sehat kepada tubuh orang yang membutuhkannya, untuk
mempertahankan hidupnya/menyelamatkan jiwanya.
Dengan demikian dilihat dari urgensinya, donor darah dalam hukum
Islam tidak lepas dari unsur kemaslahatan yang bersifat dharury, yaitu
menyelamatkan jiwa manusia dalam keadaan darurat. Sebab jika tidak
menggunakan sesuatu yang diharamkan, yaitu darah (benda najis), maka
seseorang akan meninggal. Dalam hal ini, orang sakit yang kekurangan
darah harus dibantu dengan donor darah.
8. Bayi Tabung
Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah
teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Bayi tabung
adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika
metode lainnya tidak berhasil.
Menurut Syekh Ali Jum’ah, salah satu ulama yang menjadi mufti Al-
Azhar Mesir mengatakan bahwa praktik bayi tabung tersebut dibolehkan
agama. Tetapi dengan syarat sperma suami tidak tercampur dengan
sperma lain saat proses inseminasi. Jika tercampur sperma milik orang
lain, meskipun sedikit, maka praktik inseminasi haram dilakukan dan
sperma milik orang lain tersebut harus dibuang karena dapat
menyebabkan tertukarnya nasab. Sebab, menukar nasab dengan sengaja
adalah tindakan kejahatan yang dilarang agama dan pelakunya diancam
akan diberi siksaan pedih.
Seorang istri yang ingin mengandung lewat inseminasi buatan harus
yakin sepenuhnya bahwa sperma yang akan disuntikkan benar-benar
milik suaminya, tidak tercampur dengan sperma lain, baik sperma milik
kerabat dekat maupun kerabat jauh. Praktik inseminasi ini harus
dilakukan dan di bawah arahan dokter yang dapat dipercaya dan ahli di
bidangnya.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam pandangan mazhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali, wali merupakan
syarat dalam pernikahan, sehingga dianggap tidak sah apabila pernikahan tidak
memakai wali. Para ulama sepakat mengenai kedudukan wali untuk
menikahkan anaknya yang kecil, gila ataupun yang kurang kemampuan
akalnya.Akan tetapi apabila anaknya sudah balig, berakal Imam Abu Hanifah
berbeda pendapat dengan ulama lainnya. Menurut Abu Hanifah, bagi yang
berakal, baligh apalagi statusnya janda ia berhak untuk menikahkan dirinya
sendiri. Jumhur ulama tetap dengan pendapatnya semula, yaitu pernikahan
akan sah jika adanya wali baik anak tersebut kecil, dewasa, balig ataupun janda.
Menurut mazhab Hanabilah, tetap harus ada izin (persetujuan) baik janda
ataupun gadis, sedangkan menurut mazhab Maliki dan Syafi‟i persetujuan
hanya untuk janda, apabila masih gadis tidap perlu mendapat persetujuan dari
anak tersebut meskipun adanya persetujuan akan lebih baik bagi pernikahan
yang akan dilangsungkan.
Dapatlah kita kemukakan bahwa persoalan fiqih kontemporer di masa
akan datang lebih komplit lagi dibanding yang kita hadapi hari ini. Hal tersebut
disebabkan arus perkembangan zaman yang berdampak kepada semakin
terungkapnya berbagai persoalan umat manusia, baik hubungan antara sesame
maupun dengan kehidupan alam sekitarnya. Kompleksitas masalah tersebut
tentunya akan membutuhkan pemecahan masalah berdasarkan nilai-nilai
agama. Disinilah letak betapa pentingnya rumusan ideal moral maupun formal
dari fiqih kontemporer tersebut, yang tidak lain bertujuan untuk menjaga
keutuhan nilai ketuhanan, kemanusiaan dan kealaman, terutama yang
menyangkut dengan aspek lahiriyah kehidupan manusia di dunia ini.
Teks Al-Qur’an tentunya tidak mengalami perubahan, tetapi pemahaman
dan penerapannya dapat disesuaikan dengan konteks perkembangan zaman.
Karena perubahan social merupakan suatu proses kemasyarakatan yang
berjalan secara terus menerus, maka perubahan penerapan dan pemahaman.
16
DAFTAR PUSTAKA
17