Anda di halaman 1dari 18

Tugas Agama

FIQIH DAN PERMASALAHAN


KONTEMPORER

Disusun Oleh:
841419088: Sabrina Auliya Monoarfa
841419059: Almalia Ahmad
841419084: Alvina Agnesia Ramumpuk
841419057: Isniyati Yasin
841419055: Halim B. Nasir

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

‫ّحمن ال ّر ِحيْم‬
ِ ‫هللا الر‬
ِ ‫بِسْم‬
Assalamu’alaikum wr. wb

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, serta kepada keluarga,
sahabat, kerabat beliau sekalian.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
kami semua kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah
Agama Islam yang berjudul “Fiqih dan Permasalahan Kontemporer” dapat selesai
sesuai waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Agil Bahsoan, S.Ag, M.Ag selaku dosen mata kuliah agama Islam Universiatas
Negeri Gorontalo
2. Kedua orang tua.
3. Teman teman sekalian

Yang mana telah memberikan dukungan, bantuan, beserta dorongan semangat agar
makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan
yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain. Semoga
semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan ataukata-kata di
dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Gorontalo, 27 Agustus 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….……..ii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………..1

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………..1

1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………….….1

1.3 TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………2

2.1 PENGERTIAN FIQH KONTEMPORER…………………………………...….2

2.2 TUJUAN FIQH KONTEMPORER…………………………….……………….3

2.3 RUANG LINGKUP KAJIAN FIQH KONTMEPORER…………...…….…….3

2.4 CONTOH MASALAH FIQH KONTEMPORER……………………………...4

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….………..14

3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………….14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dunia saat ini memasuki era globalisasi dengan dampak positif dan negatifnya.
Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu, Islam telah tampil sebagai agama yang
memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia, antara ibadah dengan urusan muamalah.
Kita mengetahui bahwa manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang
benar-benar membutuhkan pemecahan segera. Berbagai kasus penyimpangan dalam
berbagai sektor dan lini kehidupan terjadi, termasuk misalnya penyimpangan yang
berkaitan dengan praktik kedokteran.
Pada zaman yang kian berkembang ini telah banyak terjadi berbagai macam
kasus, di antaranya, seperti perbuatan mencegah kehamilan, pengguguran kandungan,
transplantasi organ tubuh maupun euthanasia. Dalam memecahkan masalah ini,
bagaimana pandangan Islam tentang hukum-hukum perbuatan tersebut, untuk itu, dalam
tulisan singkat ini, kami mencoba menjelaskan hasil pemikiran-pemikiran para ulama
mengenai masalah tersebut dalam fiqih kontemporer.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari fiqh kontemporer?


2. Apa tujuan dari fiqh kontemporer?
3. Apa saja ruang lingkup kajian fiqh kontemporer?
4. Apa saja contoh masalah fiqh kontemporer?
1.2 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian serta tujuan fiqh kontemporer
2. Untuk tujuan dari fiqh kontemporer
3. Untuk mengetahui ruang lingkup kajian fiqh kontemporer
4. Untuk mengetahui contoh-contoh masalah fiqh kontemporer

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FIQH KONTEMPORER

Fiqh menurut bahasa adalah mengetahui seusatu dengan mengerti. Adapun fiqh
menurut istilah adalah ilmu tentang hukum syara yang bersifat amali diambil dari dalil-
dalil yang tafsili.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kontemporer berarti sewaktu,


semasa, pada waktu atau masa yang sama, pada masa kini, dewasa ini. Jadi dapat
disimpulkan bahawa fiqh kontemporer adalah tentang perkembangan pemikiran fiqh
dewasa ini. Dalam hal ini yang menjadi titik acuan adalah bagaimana tanggapan dan
metodologi hukum Islam dalam memberikan jawaban terhadap masalah-masalah
kontemporer.

Perkembangan kehidupan manusia selalu berjalan sesuai dengan ruang dan waktu,
dan ilmu fiqh adalah ilmu yang selalu berkembang karena tuntutan kehidupan zaman. Fiqh
adalah ilmu yang sangat penting bagi kehidupan umat Islam. Dengan semakin
berkembangnya arus informasi dan jaringan komunikasi dunia, terjadi pulalah apa yang
disebut dengan proses modernisasi. Modernisasi tersebut melahirkan berbagai macam
bentuk perubahan baik secara structural maupun kultural.

Berdasarkan hal di atas, bahwa perubahan yang dimaksud bukanlah perubahan secara
tekstual tetapi secara kontekstual. Teks Al-Qur’an tentunya tidak mengalami perubahan,
tetapi pemahaman dan penerapannya dapat disesuaikan dengan konteks perkembangan
zaman. Karena perubahan social merupakan suatu proses kemasyarakatan yang berjalan
secara terus menerus, maka perubahan penerapan dan pemahaman ajaran Islam juga harus
bersifat kontinnu sepanjang zaman. Dengan demikian Islam akan tetap relevan dan actual,
serta mampu menjawab tantangan modernitas.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan sosial


secara umum ada dua macam. Ada yang terletak di dalam masyarakat (faktor intern)
seperti bertambah dan berkurangnya jumlah penduduk, adanya penemuan-penemuan baru,
terjadinya pertentangna atau konflik dalam masyarakatdan timbulnya pemberontakan atau
revolusi di dalam masyaakat itu sendiri. Dan ada pula yang bersumber dan sebagai

2
pengaruh dari masyarakat lain (faktor ekstern) seperti terjadinya peperangan dan pengaruh
kebudayaan masyarakat lain.

Pengaruh-pengaruh unsur perubahan di atas dapat menimbulkan peruhan dalam


system pemikiran Islam termasuk pembaharuan dalam hukum islam. Dengan demikian
hukum islam akan tetap mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan zaman
(modenitas). Tanpa adanya upaya pembaharuan pemikiran dimaksud tentu akan
menimbulkan kesulitan dalam kemasyarakatan hukum sebagai salah satu pilar masyarakat,
sedangkan kehidupan masyarakat itu sendiri senantiasa mengalami perkembangan, maka
upaya pembaharuan pemahaman hukum Islam pun harus dapat mengikuti perubahan itu.

2.2 TUJUAN FIQH KONTEMPORER

Dr. Yusuf Qardlawi dalam salah satu kitabnya secara implisit mengungkapkan betapa
perlunya fiqh kontemporer. Dengan adanya kemajuan yang cukup mendasar, timbul
pertanyaan bagi kita, mampukan ilmu fiqh menghadapi zaman modern? Hukum Islam
mampu menghadapi zaman, dan masih relevan untuk diterapkan. Tapi, untuk menuju
kesana, perlu syarat yang harus dijalani secara konsekuen. Untuk merealisir tujuan
penciptaan fiqh kontemporer tersebut Qardlawi menawarkan konsep ijtihad. Ijtihad yang
perlu dibuka kembali. Menapak-tilasi apa yang telah dilakukan ulama salaf. Dalam hal
yang berkaitan dengan hukum kemasyarakatan, kita perlu bebas madzhab. Pandangan
Prof. Said Ramadan tentang hal serupa. Semua pendapat yang harus ditimbang dengan
kriteria Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan semua manusia sesudah Rasulullah saw. Dapat
berbuat keliru. Dalam segala hal dimana tidak ada teks yang mengikat, maka
pertimbangan masalah sajalah yang mengikat dan bahwa aturan demi masalah dapat
berubah bersama perubahan kedaan di masa terdahulu.

2.3 RUANG LINGKUP KAJIAN FIQH KONTEMPORER

Ruang lingkup fiqh kontemporer mencakup masalah-masalah fiqh yang berhubungan


dengan situasi kontemporer (modern). Kajian fiqh kontemporer mencakup masalah-
masalah fiqh yang berhubungan dengan situasi kontemporer (modern) dan mencakup
wilayah kajian dalam Al-Qur’an dan Hadits. Kajian fiqh kontemporer tersebut dapat
dikategorikan ke dalam beberapa aspek:

1. Aspek hukum keluarga, seperti ; akad nikah melalui telepon, penggunaan alat kontra
sepsi, dan lain-lain.

3
2. Aspek ekonomi, seperti ; system bunga dalam bank, zakat profesi, asuransi, dan lain-
lain.
3. Aspek pidana , seperti ; hukum pidana islam dalam sistem hukum nasional
4. Aspek kewanitaan, seperti ; busana muslimah (jilbab), wanita karir, kepemimpinan
wanita, dan lain-lain.
5. Aspek medis, seperti ; pencangkokan organ tubuh atau bagian organ tubuh,
pembedahan mayat, euthanasia, ramalan genetika, cloning, penyebrangan jenis
kelamin dari pria ke wanita atau sebaliknya, bayi tabung, percobaan-percobaan
dengan tubuh manusia dan lain-lain.
6. Aspek teknologi, seperti ; menyembelih hewan secara mekanis, seruan adzan atau
ikrar basmalah dengan kaset, makmum kepada radio atau televisi, dan lain-lain.
7. Aspek politik (kenegaraan), seperti ; yakni perdebatan tentang perdebatan sekitar
istilah “Negara islam”, proses pemilihan pemimpin, loyalitas kepada penguasa
(kekuasaan), dan lain sebagainya.
8. Aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah, seperti ; tayammum dengan selain
tanah (debu), ibadah kurban dengan uang, menahan haid karena demi ibadah haji, dan
lain sebagainya.

2.4 CONTOH MASALAH FIQH KONTEMPORER


1. Keluarga berencana
Keluarga berencana adalah suatu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang
berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau
pencegahan pertemuan antara sperma dari laki-laki dan telur dari perempuan ketika
terjadinya hubungan antara suami istri.
Tujuan dari keluarga berencana adalah untuk mewujudkan kesejahteraan
keluarga. Adapun faktor-faktor yang mendorong dilaksanakannya keluarga
berencana adalah sebagai berikut:
 Kepadatan penduduk
 Pendidikan
 Kesehatan

Menurut Mahyuddin (1998:59) melaksanakan KB dibolehkan dalam ajaran


Islam, karena pertimbangan ekonomi, kesehatan dan pendidikan, artinya KB
dibolehkan bagi orang-orang yang tidak sanggup membiayai kehidupan anak-anak,

4
kesehatan dan pendidikannya, bahkan menjadi dosa baginya jika dia melahirkan
anak yang tidak terurus masa depannya, yang pada akhirnya menjadi beban bagi
masyarakat, karena orang tuannya tidak sanggup membiayai hidupnya, kesehatan
dan pendidikannya. Firman Allah ta’ala:

‫ليخش الذين لو تركوا من خلفِهم ذريةً ضعافا خافوا عليهم فليتّقوا هللا وليقولوا‬
َ ‫و‬
‫قوال سديدا‬

“Dan hendaklah orang-orang merasa khawatir kalau mereka meninggalkan di


belakang mereka anak cucu yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
kesejahteraannya. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan
mengucapkan perkataan yang benar” (An-nisa : 9)

Ayat ini menerangkan bahwa kelemahan ekonomi, kurang stabilnya kondisi


kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak akibat kekurangan makanan yang
bergizi menjadi tanggung jawab kedua orang tuanya.

2. Alat kontrasepsi
Alat kontrasepsi adalah alat untuk mencegah atau mengatur terjadinya
kehamilan, alat-alat kontrasepsi ditinjau dari segi fungsinya dapat dibagi menjadi 3
macam:
 Mencegah terjadinya ovulasi
 Melumpuhkan sperma
 Menghalangi pertemuan antara sel telur dengan sperma.

Dari segi metode, kontrasepsi dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:

a. Cara kontrasepsi sederhana:


1) Tanpa memakai alat atau obat, yang disebut dengan cara tradisional, yaitu:
senggama terputus dan pantang berkala.
2) Menggunakan alat atau obat, yaitu: kondom, diafragma atau cap, cream, jelly
dan cairan berbusa, tablet berbusa (vaginal tablet).
b. Kontrasepsi dengan metode efektif:
1) Tidak permanen: pil, IUD (intra Uterine Device), suntikan.
2) Permanen: tubektomi (Sterilisasi untuk wanita), vasektomi (sterilisasi untuk
pria).

5
3) Cara keluarga berencana lainnya yang dapat digunakan untuk mengendalikan
kelahiran: abortus, induksi haid (menstrual regulation).

Dari metode-metode di atas para ulama berpendapat bahwa pembatasan atau


pencegahan kelahiran secara mutlak bertentangan dengan kehendak Allah yang
telah menciptakan bumi dan makhluknya dengan kekuatan produksi yang
berlimpah-limpah. Alam yang diciptakan Allah ini tidak akan kurang untuk
menutupi kebutuhan manusia sekian dekade.

3. Pengguguran Kandungan
Aborsi adalah pengguguran janin dari rahim ibu hamil baik sudah berbentuk
sempurna atau belum atau mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya
atau sebelum bayi itu dapat lahir secara alamiah.
Aborsi(pengguguran) ada 2 macam:
1. Abortus spontan ialah yang tidak disengaja. Abortus spontan bisa terjadi karena
penyakit syphilis, kecelakaan dan sebagainya.
2. Abortus provokatus atau disebut pula abortus dengan sengaja. Abortus dengan
sengaja ini dibagi kedalam 2 bagian yaitu:
a. Abortus artificialis therapicus, yaitu abortus yang dilakukan oleh dokter atas
indikasi medis.

Abortus provokatus criminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpa dasar indikasi
medis.

Apabila Islam memperbolehkan seorang muslim untuk mencegah kehamilan


karena alasan-alasan yang mengharuskannya, maka Islam tidak memperbolehkan
melakukan kejahatan terhadap kandungan tersebut apabila sudah terjadi.

Masalah pengguguran kandungan telah menyebabkan perbedaan pendapat di


kalangan para ulama. Menurut Ayatullah al-Uzhma dalam bukunya “Fatwa-fatwa 2”
menggugurkan janin haram secara syar’i dan sama sekali tidak diperolehkan. Para ahli
fiqih sepakat bahwa pengguguran kandungan yang telah berusia 4 bulan hukumnya
haram, sedangkan para ulama fiqh dari kalangan Hanafiyah berpendapat bahwa
pengguguran kandungan yang belum berusia 4 bulan dibolehkan.

6
Jika pengguguran kandungan itu semata-mata bertujuan untuk menyelamatkan
nyawa ibu atas anjuran dokter yang terpercaya, maka harus memilih salah satu masalah
yang lebih sedikit resikonya daripada hal lainnya.

‫ب احفِّهم‬ ْ ‫تعارض‬
ِ ‫ بارتكا‬w‫ت َمفسدتا ِن روع َى اعظ ُمهما ضررا‬ َ ‫اذا‬

“Manakala berhadapan dua macam mafsadah, maka yang dipertahankan adalah


yang lebih besar risikonya, sedangkan yang lebih ringan risikonya dikorbankan”.

Kesimpulannya, bahwa keselamatan hidup ibu yang lebih diutamakan daripada


nyawa janinnya, dengan pertimbangan bahwa kehidupan ibu di dunia ini sudah nyata,
sedangkan kehidupan janin belum tentu. Selain itu, mengorbankan ibu lebih banyak
risikonya daripada mengorbankan janinnya.

4. Transplantasi Organ Tubuh


Transpalantasi yakni pencangkokan organ tubuh yang rusak (sudah tidak
berfungsi) dengan organ lain yang sejenis. Secara teknis dalam dunia medis ada 3
jenis transplantasi.
1. Auto transplantasi, pencangkokan internal dalam tubuh seseorang.
2. Homo transplantasi. Dalam teknik ini, donor (pemberi organ) dan resipein
(penderita yang ditransplantasi organnya) sama-sama manusia.
3. Hetero transplantasi, yakni resipiennya manusia, sementara donornya hewan.

Seseorang tidak boleh mengorbankan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri.
Mengambil organ orang lain ketika ada hajat atau dalam kondisi darurat dapat
menimbulkan mafsadah bagi orang lain. Donor akan kehilangan salah satu organ
tubuhnya. Dengan demikian jika pengambilan organ tersebut tidak mengandung
mafsadah, berarti boleh-boleh saja. Maka dari itu, transplantasi dari organ tubuh orang
lain tak dilarang, selama tidak menimbulkan mafsadah.

Transplantasi organ-organ mati dengan merusak jasad mayyit dengan tegas fiqih
menyatakan tidak boleh. Larangan ini semata-mata demi menjaga kemuliaan mayyit.
Akan tetapi, ketika dalam kondisi darurat atau ada keperluan yang mendesak, para
ulama berselisih pendapat.

 Kalangan Malikiyyah berpendapat bahwa dalam kondisi apapun tidak boleh


memakan daging manusia, sekalipun dia khawatir akan mati.

7
 Kalangan Syafi’iah, menurut mereka, boleh makan organ mayat manusia selama
tidak ditemukan makanan yang lain.
 Menurut Hanabilah, dalam kondisi darurat, boleh makan mayat manusia yang
halal darahnya.
Ketika kondisi darurat, mayoritas ulama membolehkan mengkonsumsi organ
mayat manusia. Kebolehan ini diterbitkan semata-mata untuk memelihara jiwa dan
kehormatan manusia, dengan catatan tidak ditemukan organ yang lain.
Begitu pula transplantasi organ babi, kalangan Syafi’iyah berpendapat bahwa
seseorang boleh menyambung tulangnya dengan benda najis, jika memang tidak ada
benda lain yang sama atau lebih efektif. Jadi, organ babi baru dibolehkan jika tidak
ada organ lain yang menyamainya. Menurut kalangan Hanafiyah, berobat dengan
barang haram, tidak dibolehkan.

Dari kedua pendapat di atas, transplantasi dengan menggunakan organ babi,


boleh-boleh saja. Kebolehan ini, bisa diberikan selama tidak ada benda lain yang sama
atau lebih efektif.

5. Euthanasia

Euthanasia adalah tindakan memudahkan kematian seseorang dengan tanpa


merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si
sakit baik dengan cara positif maupun negatif.

Secara medis, euthanasia baru dilaksanakan jika penyakit tersebut tidak


mungkin disembuhkan lagi. Namun demikian, faktor ketidakmampuan biaya juga
menjadi pertimbangan.
Dalam dunia medis, dikenal 3 macam euthanasia.
1. Euthanasia aktif.
Disebut euthanasia aktif apabila dokter atau tenaga kesehatan lainnya dengan
sengaja melakukan suatu tindakan untuk memperpendek (mengakhiri) hidup
pasien.
2. Euthanasia tak langsung.
Euthanasia ini terjadi apabila dokter atau tenaga medis lainnya tanpa maksud
mengakhiri hidup pasien melakukan suatu tindakan medis untuk meringankan
hidup pasien. Walaupun mereka mengetahui bahwa tindakan tersebut dapat
memperpendek hidup pasien.
8
3. Euthanasia pasif.
Yakni apabila dokter atau tenaga medis lainnya secara sengaja tidak lagi
memberikan bantuan yang dapat memperpanjang hidup pasien.

Islam sangat memperhatikan keselamatan dan kehidupan manusia. Karena itulah,


Islam melarang seseorang melakukan bunuh diri. Sebab, pada hakikatnya jiwa yang
bersemayam pada jasadnya bukanlah miliknya sendiri. Sebaliknya, jiwa merupakan
titipan Allah SWT yang harus dipelihara dan harus digunakan secara benar. Maka dari
itu, dia tidak boleh membunuh dirinya sendiri.

Allah SWT berfirman:

‫ و من يفعل ذلك عدوانا و ظلما فسوف نصليه نارا‬.‫وال تقتلوا انفسكم ان هللا كان بكم رحيما‬
‫وكان ذلك على هللا يسيا‬

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu (sendiri). Sesungguhnya Allah SWT


Maha penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar
dan aniaya, maka kami kelak akan memasukkannya ke dalam api neraka. Yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah”.

Dalam komentarnya (tentang ayat ini), Imam Fakhrurrazi menyatakan bahwa


secara fitrah, manusia beriman tidak akan melakukan tindakan bunuh diri. Akan
tetapi, dalam kondisi tertentu misalnya karena frustasi, mengalami kegagalan dan
sebagainya akan terbuka peluang cukup besar untuk melakukannya. Dalam rangka
itulah, Al-Quran melarang keras kaum mukminin untuk melakukan bunuh diri.

Karena alasan itu pula, seorang pesakitan dalam Islam dianjurkan untuk segera
berobat. Sebab, orang berobat pada hakikatnya dalam rangka mempertahankan
kehidupannya.

Di sisi lain, seseorang juga dilarang keras membunuh orang lain. Secara global,
kalangan syafi’iah menjunjung jumhurul ulama membagi pidana pembunuhan
menjadi 3.

 Pembunuhan secara sengaja.


 Pembunuhan semi sengaja.
 Pembunuhan keliru.

9
Dari penjelasan di atas euthanasia aktif bisa masuk dalam kategori pembunuhan
sengaja. Karena, dokter melakukan hal itu secara sengaja dan jelas-jelas menggunakan
obat yang pada biasanya memang bisa mempercepat kematian si pasien.

Berbeda dengan euthanasia pasif, Dalam kasus ini si dokter sudah tidak mampu
lagi untuk memberikan pertolongan medis. Karena itu, ia tidak bisa dipersalahkan
begitu saja. Lebih-lebih, jika keluarga pasien yang sudah tidak mampu lagi
membiayai pengobatan meminta sendiri agar si pasien tidak diobati.

Imam al-Nawawi berkomentar dalam kitabnya al-Majmu’, jika seseorang yang


sakit tidak mau berobat semata-mata karena tawakkal kepada Allah SWT, maka hal
itu lebih utama. Malah makruh hukumnya, memaksa dia untuk berobat”.

6. Bedah Mayat
Dalam Islam hukum pembedahan mayat dlihat berdasarkan tujuan dari
dilakukannya pembedahan mayat tersebut. Jika pembedahan mayat dilakukan demi
kebaikan, apalagi demi kebaikan banyak orang maka hal tersebut diperbolehkan.
Namun, jika pembedahan mayat dilakukan semata-mata untuk keburukan dan
pelampiasan dendam maka hal tersebut tidaklah diperbolehkan.

Pembedahan mayat yang diperbolehkan oleh beberapa Ulama adalah sebagai berikut :

 Pembedahan mayat untuk keperluan pendidikan

Dalam kasus ini pembedahan mayat diperlukan untuk mempraktekan dan


menerapkan teori yang telah didapat oleh para mahasiswa kedokteran atau kesehatan
lainnya. Tanpa melakukan hal tersebut maka para mahasiswa kedokteran dan
kesehatan tidak dapat mengetahui ilmu anatomi manusia.

 Pembedahan mayat untuk keperluan forensik

Manusia meninggal dikarenakan berbagai macam faktor dan kejadian, diantaranya


adalah faktor kecelakaan, pembunuhan, kesehatan atau bahkan belum diketahui apa
penyebabnya. Lalu disitulah kegunaan dilakukannya pembedahan mayat atau forensik,
yaitu untuk menyelidiki penyebab kematian seseorang dan mencari kebenaran hukum
dari peristiwa yang terjadi.

10
Pada intinya, tujuan pembedahan mayat forensik adalah untuk menetapkan hukum
secara adil seperti yang tertera dalam (QS. An-Nisa[4] : 58) bahwa kita sebagi umat
muslim dianjurkan untuk menetapkan hukum di antara manusia secara adil.

 Pembedahan mayat untuk keilmuan

Didunia ini masih ada jenis-jenis penyakit yang belum diketahui obatnya dan
dengan melakukan autopsi klinis, para dokter atau ilmuwan kesehatan akan membedah
mayat untuk mencari tahu jalan keluar dan jawaban dari keraguan atau ketidaktahuan
mengenai persoalan medis yang mereka hadapi. Dalam Islam diperbolehkan untuk
mengembangkan ilmu kesehatan dan pembedahan mayat untuk keilmuan pada dasarnya
bertujuan untuk mengantisipasi dan menemukan obat dari penyakit yang pada saat itu
belum ditemukan obatnya.

Ada beberapa ulama yang tidak memperkenankan pembedahan pada perut mayat
karena hal tersebut dianggap tidak menghormati orang yang sudah meninggal, dan
pembedahan mayat hanya boleh dilakukan jika ada seorang ibu yang meninggal dalam
keadaan hamil dan janin yang ada dalam kandungannya berumur enam bulan keatas serta
memiliki harapan besar untuk hidup, maka harus dilakukan pembedahan untuk
mengeluarkan dan menyelamatkan janin tersebut.

Rasulullah SAW bersabda : “Memecah tulang mayat sama haramnya dengan


memecah tulang manusia hidup.” (HR. Abu Dawud dari Aisyah binti Abu Bakar dengan
sanadd syarat Muslim).

Ada pula beberapa ulama yang tidak memperbolehkan pembedahan mayat


dikarenakan dalam proses pembedahan, mayat dipotong daging dan tulangnya, diangkat
organ tubuh dan disentuh sana-sini. Hal tersebut sama saja seperti tidak memperlakukan
mayat dengan baik dan dianggap tidak menghormati orang yang sudah meninggal.

Jadi, pembedahan mayat dalam Islam diperbolehkan namun harus berdasarkan pada
kebutuhan darurat dan haruslah bermanfaat serta sesuai dengan sumber pokok ajaran
Islam dan menggunakan mayat orang yang kafir harbi.

7. Transfusi Darah

Donor darah adalah suatu kegiatan pemberian atau sumbangan darah yang dilakukan
oleh seseorang secara sengaja dan sukarela kepada siapa saja yang membutuhkan

11
transfusi darah. Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia dengan cara
memindahkannya dari tubuh orang yang sehat kepada tubuh orang yang
membutuhkannya, untuk mempertahankan hidupnya/menyelamatkan jiwanya.

Pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk najis menurut
hukum Islam. Maka agama Islam melarang mempergunakannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Keterangan tentang haramnya mempergunakan darah, terdapat
pada beberapa ayat yang berbunyi:

·          ‫حُرِّ َم ْت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ِنز ِير َو َما ُأ ِه َّل‬
‫…لِ َغي ِْر هللاِ بِ ِه‬
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[*], daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah” … [Q.S. al-Maidah (5): 3].

[*] Ialah: darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surah al-An‘am (6)
ayat 145.

Tetapi bila berhadapan dengan hajat manusia untuk mempergunakannya dalam


keadaan darurat, sedangkan sama sekali tidak ada bahan lain yang dapat dipergunakan
untuk menyelamatkan nyawa seseorang maka najis itu boleh dipergunakannya hanya
sekedar kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan; misalnya seseorang menderita 
kekurangan darah karena kecelakaan, maka hal itu dibolehkan dalam Islam untuk
menerima darah dari orang lain, yang disebut “transfusi darah”. Hal tersebut, sangat
dibutuhkan (dihajatkan) untuk menolong seseorang dalam keadaan darurat, sebagaimana
firman Allah swt dalam surah al-Baqarah (2) ayat 173, yang artinya:

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,


dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak
(pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya” …

Dan firman Allah dalam surah al-An’am (6) ayat 119:

“Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya”.

12
Dan kaidah fiqh yang berbunyi :

Tidak ada yang haram bila berhadapan dengan darurat dan tidak ada yang makruh
bila berhadapan dengan hajat (kebutuhan).

Dengan demikian dilihat dari urgensinya, donor darah dalam hukum Islam tidak
lepas dari unsur kemaslahatan yang bersifat dharury, yaitu menyelamatkan jiwa manusia
dalam keadaan darurat. Sebab jika tidak menggunakan sesuatu yang diharamkan, yaitu
darah (benda najis), maka seseorang akan meninggal. Dalam hal ini, orang sakit yang
kekurangan darah harus dibantu dengan donor darah.

8. Bayi Tabung

Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik pembuahan sel telur
(ovum) di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi
masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil.

Menurut Syekh Ali Jum’ah, salah satu ulama yang menjadi mufti Al-Azhar Mesir
mengatakan bahwa praktik bayi tabung tersebut dibolehkan agama. Tetapi dengan syarat
sperma suami tidak tercampur dengan sperma lain saat proses inseminasi. Jika tercampur
sperma milik orang lain, meskipun sedikit, maka praktik inseminasi haram dilakukan dan
sperma milik orang lain tersebut harus dibuang karena dapat menyebabkan tertukarnya
nasab. Sebab, menukar nasab dengan sengaja adalah tindakan kejahatan yang dilarang
agama dan pelakunya diancam akan diberi siksaan pedih.

Seorang istri yang ingin mengandung lewat inseminasi buatan harus yakin
sepenuhnya bahwa sperma yang akan disuntikkan benar-benar milik suaminya, tidak
tercampur dengan sperma lain, baik sperma milik kerabat dekat maupun kerabat jauh.
Praktik inseminasi ini harus dilakukan dan di bawah arahan dokter yang dapat dipercaya
dan ahli di bidangnya.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dapatlah kita kemukakan bahwa persoalan fiqih kontemporer di masa akan datang
lebih komplit lagi dibanding yang kita hadapi hari ini. Hal tersebut disebabkan arus
perkembangan zaman yang berdampak kepada semakin terungkapnya berbagai persoalan
umat manusia, baik hubungan antara sesame maupun dengan kehidupan alam sekitarnya.
Kompleksitas masalah tersebut tentunya akan membutuhkan pemecahan masalah
berdasarkan nilai-nilai agama. Disinilah letak betapa pentingnya rumusan ideal moral
maupun formal dari fiqih kontemporer tersebut, yang tidak lain bertujuan untuk menjaga
keutuhan nilai ketuhanan, kemanusiaan dan kealaman, terutama yang menyangkut
dengan aspek lahiriyah kehidupan manusia di dunia ini.

Teks Al-Qur’an tentunya tidak mengalami perubahan, tetapi pemahaman dan


penerapannya dapat disesuaikan dengan konteks perkembangan zaman. Karena
perubahan social merupakan suatu proses kemasyarakatan yang berjalan secara terus
menerus, maka perubahan penerapan dan pemahaman ajaran Islam juga harus bersifat
kontinu sepangjang zaman. Dengan demikian Islam akan tetap relevan dan aktual, serta
mampu menjawab tantangan modernitas.

14
DAFTAR PUSTAKA

 http://fazarsodik.blogspot.co.id/2016/03/makalah-problematika-fiqih-kontemporer.html
http://diyahhalimatusadiya.blogspot.co.id/2013/05/fiqh-kontemporer.html
http://farisah-amanda.blogspot.com/2010/03/fiqih-kontemporer.html

http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/13268.html

http://diyahhalimatusadiya.blogspot.com/2013/05/fiqh-kontemporer.html

https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-membedah-mayat-dalam-islam

https://fazarsodik.blogspot.com/2016/03/makalah-problematika-fiqih-kontemporer.html

https://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/05/08/114856-apa-hukum-
bayi-tabung-menurut-islam-

KATA PENGANTAR
Seraya mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikanRahmat serta
Hidayah-Nya, sehingga kita masih dalam keadaan sehat. Dan
khususnya, kami (penyusun) bisa menyelesaikan Makalah dengan judul ‘FikihKontemporer ‘.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya bertujuanuntuk
menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan yang
kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain.Semoga semuanya
memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan ataukata-kata di dalam makalah ini,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

iii

Anda mungkin juga menyukai