Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERAN HUKUM ISLAM DI ERA GLOBALISASI


Makalah disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :
Siti Alfiyatun Nikmah (1223014)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


INSTITUT ISLAM NAHDLATUL ULAMA
KABUPATEN TEMANGUNG
TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Periode Madhab dan Perkembangan Fiqih” dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dasar program studi Ekonomi Syariah semester satu di INISNU Temanggung.
Makalah ini tersusun tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah Subhanahu Wata’ala yang selalu memberikan kemudahan,
kelancaran dan senantiasa melindungi setiap waktu.
2. Kepada kedua orang tua saya yang selalu mendukung secara moral
maupun materil, membimbing dan membantu memberi semangat.
3. Ibu Eko Sariyekti, S.H.I., M.S.I. selaku dosen pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia yang sudah memberikan arahan, saran dan masukan
yang positif sehingga tersusunya makalah ini.
4. Seluruh pihak yang telah membantu dan memfasilitasi buku selama
proses penyusunan makalah ini.

Temanggung, 15 Januari 2024

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi….......................................................................................................iii
BAB I………....................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3

BAB II……......................................................................................................4
PEMBAHASAN…….......................................................................................4
A. Perbedaan madhab-madhab dalam Ilmu Fiqih.....................................4
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi madhab Ilmu Fiqih........................5
C. Bagaimana Proses pembentukan...........................................................7
D. Bagaimana peran Ijtihad.......................................................................9

BAB III.............................................................................................................11

PENUTUP.........................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

Daftar Pustaka...................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi, sebagai gejala paling monumental dalam perkembangan
dunia kontemporer, memunculkan dinamika yang kompleks dan melibatkan
interaksi antarnegara, lintasbudaya, serta perubahan mendalam dalam sistem
sosial, ekonomi, dan politik. Globalisasi menawarkan peluang untuk pertukaran
pengetahuan, inovasi, dan pembangunan, tetapi sekaligus menciptakan tantangan
baru yang mempengaruhi fundamental struktur masyarakat. Dalam konteks ini,
peran Hukum Islam menjadi sangat penting sebagai penunjuk arah moral dan
normatif di tengah arus globalisasi yang terus berkembang.
Hukum Islam, sebagai sistem hukum yang berasal dari wahyu Ilahi,
memberikan dasar etika yang kokoh dan pedoman hukum bagi masyarakat
Muslim. Dalam era globalisasi ini, di mana nilai-nilai lokal dan global seringkali
bertentangan, Hukum Islam muncul sebagai instrumen utama untuk
mempertahankan dan menyelaraskan nilai-nilai agama dengan tuntutan dunia
global. Pada titik ini, penelitian tentang peran Hukum Islam di era globalisasi
menjadi semakin mendesak, mengingat kompleksitas tantangan yang dihadapi
masyarakat Muslim.
Globalisasi telah menciptakan lingkungan di mana ideologi dan sistem
hukum saling bersaing. Sistem hukum yang tumbuh dari tradisi Barat seringkali
mendominasi panggung global, membawa implikasi terhadap identitas dan nilai-
nilai lokal. Dalam hal ini, Hukum Islam berfungsi sebagai penyeimbang yang
dapat membantu masyarakat Muslim mempertahankan identitas kultural dan
agama mereka, sambil tetap berpartisipasi dalam masyarakat global.
Dalam makalah ini, kita akan menggali lebih dalam mengenai peran
Hukum Islam di era globalisasi, mengidentifikasi tantangan dan peluang yang
dihadapi, serta menganalisis strategi adaptasi yang diterapkan oleh sistem hukum
ini. Dengan merinci dampak globalisasi terhadap masyarakat Muslim, makalah ini
akan menjelajahi bagaimana Hukum Islam dapat bertindak sebagai alat untuk

1
menjaga integritas nilai-nilai agama, mempromosikan keadilan sosial, dan
memastikan keseimbangan antara modernitas dan tradisi.
Melalui pemahaman yang mendalam terhadap peran Hukum Islam dalam
era globalisasi, diharapkan makalah ini dapat memberikan pandangan yang lebih
kaya tentang dinamika hukum di dunia Muslim saat ini, serta memberikan
wawasan terhadap upaya membangun sistem hukum yang responsif dan relevan di
tengah perubahan global yang terus berlangsung.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Peran Hukum Islam Di Era Globalisasi?
2. Apa dampak globalisme dan pengarunyhnya pada hukum islam?
3. Bagaimana karakteristik universalitas hukum Islam memengaruhi tata
nilai, kehidupan umat manusia, dan kontribusi Islam terhadap kemajuan di
berbagai bidang?
4. Bagaimana peran ijtihad dalam perkembangan madhab dalam ilmu fiqih?

C. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan madhab-madhab dalam ilmu fiqih
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan madhab
dalam ilmu fiqih
3. Mengetahui proses terbentuknya madhab
4. Mengetahui peran ijtihad dalam perkembangan madhab dalam ilmu fiqih

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Hukum Islam Di Era Globalisasi


Islam juga dikenal sebagai rahmatan lil ‘alamin, yang berarti "Allah SWT
menyatakan bahwa Dia telah menjadikan Muhammad sebagai rahmat bagi seluruh
alam." Pesan ini perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Oleh karena itu, untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin,
pemahaman yang mendalam diperlukan agar amalan-amalan ini dapat dilakukan
dengan damai, tenang, dan tentram dalam menjalankan kehidupan mereka. Di era
globalisasi, tujuan hukum Islam juga mencakup mencapai kemaslahatan,
ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia di seluruh
dunia.
Pemahaman yang mendalam dalam menetapkan dan menerapkan syari’at
Islam bagi umat manusia adalah bentuk penerapan hukum Islam yang bersumber
dari wahyu Allah SWT dan sunnah Nabi. Kenyataannya, kemaslahatan,
ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan kehidupan manusia tergantung sejauh
mana manusia mematuhi anjuran syari’at Islam. Kehendak manusia terhadap
syari’at Islam pada awalnya memberikan kebebasan dari kemusyrikan dan
penindasan, dan semangat jihad yang terpancar dari syari’at Islam membawa pada
kejayaan dan kemajuan peradaban umat Islam di seluruh dunia.
Namun, kemunduran peradaban umat Islam dimulai dengan kelalaian,
pengingkaran, dan melemahnya semangat jihad. Tantangan yang dihadapi dalam
era globalisasi adalah kembali kepada roh syari’at Islam pada awalnya, yang dapat
menjadi contoh dan penyemangat untuk memperkuat integritas kemanusiaan
berbasis tauhid. Selain itu, diperlukan pengembangan etos keilmuan, amal saleh,
dan gerakan pembaharuan yang menunjukkan bahwa hukum Islam senantiasa
dinamis, universal, dan responsif terhadap dinamika kemajuan zaman.

B. Dampak Globalisme dan Pengarunyhnya pada Hukum Islam

Globalisme adalah pandangan bahwa kebijaksanaan nasional harus


mempertimbangkan seluruh dunia sebagai lingkungan yang dapat dipengaruhi

3
secara politik. Saat ini, globalisasi terjadi karena kemajuan cepat dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek), yang berdampak signifikan pada masyarakat
dan negara, terutama negara berkembang yang sedang menuju perkembangan
iptek. Sebaliknya, negara maju telah menjadi pemain utama dalam kancah global
dengan pencapaian ipteknya. Oleh karena itu, negara-negara berkembang perlu
berinovasi agar tidak terus-menerus menjadi objek dominasi negara maju.1
Globalisasi juga dapat diartikan sebagai kesatuan hukum nasional, yang
merupakan kecenderungan kontrak atau hubungan antar bangsa di dunia modern.
Hal ini didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
kecenderungan ini berkembang menuju jaringan komunikasi internasional yang
tidak lagi terbatas oleh batas yuridis formal kewilayahan. Globalisasi didorong
oleh pengaruh ideologi, produk, ekonomi, sosial, dan budaya, membuka peluang
bagi terciptanya rambu-rambu hukum Islam yang terabaikan.
Dalam era globalisasi, setiap negara diharapkan untuk berpartisipasi dan
menyesuaikan diri. Untuk umat Islam, terutama yang sebagian besar berada di
negara berkembang, hal ini menantang karena adanya pesatnya perkembangan
teknologi, ekonomi, dan sosial budaya. Tantangan ini memerlukan solusi hukum
Islam yang efektif agar umat Islam dapat menjalani aktivitas mereka sesuai
dengan ketentuan hukum Islam yang berlaku. Elastisitas dan fleksibilitas hukum
Islam menjadi kunci eksistensinya dalam menghadapi permasalahan dan
perkembangan yang muncul di masyarakat.2
Dampak globalisasi pada dunia Islam juga dapat dilihat dalam
homogenisasi budaya yang muncul. Meskipun kebudayaan masyarakat di dunia
sangat beragam, globalisasi cenderung mengarah pada homogenisasi. Identitas
kelompok, etnis, dan agama menjadi terancam hilang. Sebagai contoh, fenomena
penggunaan jilbab di kalangan wanita Islam dapat diartikan sebagai upaya
mempertahankan identitas keislaman di tengah arus globalisasi budaya, yang
dapat membawa implikasi pada homogenitas pakaian wanita saat ini.
Tantangan lain bagi hukum Islam melibatkan peningkatan pasar produk
makanan, minuman, kosmetika, dan obat-obatan yang tidak jelas status halal atau

1
Muhammad Abu Zahrah, Llshul Fiqh, (Al-Araby: Dal ai-Fikr, 1958), hal. 26
2
Sudirman Teba, Perkembangan MutaWir Hukum Islam di Asia Tenggara, (Bandung: Mizan, 1993),
hal. 14

4
haramnya. Selain itu, kemajuan telekomunikasi, seperti kasus akad nikah via
telepon, dan praktik perbankan yang masih mengandung unsur riba, menjadi isu
kompleks. Selanjutnya, permasalahan pembolehan aborsi dan kebebasan seks
dalam Konferensi Internasional tentang Penduduk dan Pembangunan di Kairo
pada tahun 1994 juga menjadi bagian dari dinamika masyarakat yang
membutuhkan solusi hukum Islam yang tepat.
Meskipun begitu, tantangan-tantangan tersebut pada dasarnya bukanlah
permasalahan yang sulit ditemukan jawabannya dalam hukum Islam. Meskipun
hukum Islam bersumber dari al-Qur'an dan al-Sunnah, namun memiliki ragam
konsep dan formulasi. Sebagai hasilnya, terdapat berbagai aliran atau mazhab
dengan metodologi kajian yang berbeda, yang dapat memberikan jawaban
terhadap berbagai persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat.
Dalam konteks makanan dan minuman, serta kosmetika dan obat-obatan,
hukum Islam telah menetapkan haramnya beberapa jenis, seperti daging babi dan
khamr, namun ada pula yang belum jelas statusnya, seperti minyak babi dan bir.
Penetapan hukum terhadap jenis yang tidak jelas status halal atau haramnya
harus mempertimbangkan bahan, cara perolehan, dan prosedur pembuatannya.
Jika ketiga aspek tersebut diketahui, maka hukum penggunaan dapat ditetapkan.
Pertimbangan terkait riba dalam praktik perbankan juga memunculkan
perbedaan pendapat di antara ulama. Sebagian mengharamkan bunga bank
karena dianggap setara dengan riba, sebagian membolehkannya karena dianggap
berbeda dengan riba yang diharamkan, dan sebagian lain mengizinkannya dalam
keadaan darurat. Pemikiran ini mencerminkan elastisitas hukum Islam dalam
menanggapi isu-isu ekonomi.3
Secara ideal, aturan hukum Islam di bidang ekonomi bertujuan untuk
mencapai keadilan ekonomi, pemerataan, dan menghindari kesenjangan ekonomi
serta eksploitasi antar lapisan masyarakat. Dalam konteks ini, dihapusnya praktik
bunga dalam bank Islam menjadi langkah positif. Sebagai gantinya,
diperkenalkan sistem bagi hasil, seperti mudharabah dan syarikah, sebagai
bentuk kerjasama usaha yang adil dan menghindari praktik eksploitatif.4

3
Chuzaimah T. Yanggo dan 1-lafiz Anshary A.Z (ed), Problematika Hukum Islam Kontemporer,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), ed. 1. cet. 2. hal. 46
4
Sudirman Teba, Perkembangan MutaWir Hukum Islam di Asia Tenggara.., hal, 15-16.

5
Pemikiran ini melahirkan gagasan pembentukan bank Islam dan
diresmikan dengan pembukaan Islamic Development Bank pada tahun 1975.
Keanggotaan bank ini melibatkan negara-negara Islam yang berkomitmen
terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam. Sementara itu, tantangan era globalisasi
juga mencakup praktik pinjam meminjam uang dengan bunga dalam koperasi-
koperasi di instansi pemerintah atau swasta, yang meskipun dasar hukumnya
tidak jelas, dianggap sebagai keadaan darurat.

C. Karakteristik Universalitas Hukum Islam Memengaruhi Tata Nilai,


Kehidupan Umat Manusia, Dan Kontribusi Islam Terhadap Kemajuan
Di Berbagai Bidang

D. Bagaimana Peran Ijtihad Dalam Perkembangan Madhab Dalam Ilmu


Fiqih
Ijtihad memainkan peran kunci dalam perkembangan madhab dalam ilmu
fiqih Islam. Ijtihad adalah proses penalaran dan upaya untuk mencari solusi
hukum berdasarkan sumber-sumber hukum Islam, seperti Al-Quran, hadis, ijma'
(konsensus ulama), dan qiyas (analogi).
Berikut adalah peran penting ijtihad dalam perkembangan madhab:
1. Penafsiran Hukum: Ijtihad memungkinkan ulama untuk menafsirkan teks-
teks hukum Islam dengan mempertimbangkan konteks sosial, budaya, dan
waktu. Melalui ijtihad, ulama dapat memahami makna dan implikasi
hukum yang terkandung dalam sumber-sumber hukum. Ini memungkinkan
mereka untuk mengembangkan pemahaman yang lebih terperinci dan
relevan terhadap masalah-masalah hukum yang dihadapi oleh umat Islam.
2. Menjawab Tantangan Kontemporer: Ijtihad memungkinkan ulama untuk
menjawab tantangan dan perubahan kontemporer yang dihadapi oleh umat
Islam. Dalam menghadapi masalah-masalah baru yang tidak tercakup
secara langsung dalam sumber-sumber hukum, ijtihad memungkinkan
ulama untuk menggunakan prinsip-prinsip hukum yang ada untuk mencari
solusi yang sesuai dengan konteks zaman dan tempat.

6
3. Pengembangan Prinsip-prinsip Hukum: Melalui ijtihad, ulama dapat
mengembangkan prinsip-prinsip hukum yang lebih luas dan umum.
Prinsip-prinsip ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
hukum yang belum diatur secara spesifik dalam sumber-sumber hukum.
Pengembangan prinsip-prinsip ini memungkinkan hukum Islam untuk
tetap relevan dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan perubahan
sosial.
4. Keberagaman Pendapat: Ijtihad memungkinkan adanya keberagaman
pendapat dalam pemahaman dan penerapan hukum Islam. Setiap madhab
memiliki metodologi ijtihad yang berbeda, yang menghasilkan perbedaan
pendapat dalam memahami dan menerapkan hukum. Keberagaman ini
memberikan ruang bagi umat Islam untuk memilih pendapat yang sesuai
dengan keyakinan dan konteks mereka sendiri.
5. Kontinuitas dan Fleksibilitas: Ijtihad memungkinkan adanya kontinuitas
dan fleksibilitas dalam perkembangan hukum Islam. Dengan melibatkan
proses ijtihad, hukum Islam dapat berkembang dan menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman dan kebutuhan umat Islam. Ijtihad
memungkinkan adanya pembaruan dan penyesuaian dalam pemahaman
dan penerapan hukum Islam tanpa mengubah prinsip-prinsip dasarnya.
ijtihad memiliki peran penting dalam perkembangan madhab dalam ilmu
fiqih. Ijtihad memungkinkan ulama untuk terus memperbarui dan
mengembangkan pemahaman hukum Islam, menjawab tantangan kontemporer,
dan memastikan relevansi hukum Islam dalam kehidupan umat Islam.5

5
Abdul Wahab Khallaf, Sejarah pembentukan dan perkembangan hukum
Islam, terj. Wajidi Sayadi,(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002),92.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari rumusan masalah diatas sebagai berikut:
1. perbedaan antara madhab-madhab dalam ilmu fiqih dan bagaimana
perbedaan tersebut mempengaruhi praktik keagamaan. Dalam penelitian
ini, akan dibahas perbedaan-perbedaan mendasar antara madhab-madhab
dalam hal pemahaman, interpretasi, dan penerapan hukum-hukum Islam.
Selain itu, akan dilihat pula bagaimana perbedaan tersebut berdampak
pada praktik keagamaan sehari-hari.
2. faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan madhab dalam ilmu
fiqih. Penelitian ini akan mencakup faktor-faktor seperti sejarah, budaya,
lingkungan sosial, dan pemikiran tokoh-tokoh ulama yang mempengaruhi
pembentukan dan perkembangan madhab-madhab dalam ilmu fiqih.
3. proses terbentuknya madhab dalam ilmu fiqih Islam. Dalam penelitian ini,
akan dijelaskan bagaimana madhab-madhab dalam ilmu fiqih Islam
terbentuk melalui proses historis yang melibatkan tokoh-tokoh ulama,
perdebatan, dan penyebaran pemikiran-pemikiran hukum.
4. peran ijtihad dalam perkembangan madhab dalam ilmu fiqih. Dalam
penelitian ini, akan dipelajari bagaimana ijtihad, yaitu upaya untuk
mencari pemahaman dan solusi hukum yang baru, mempengaruhi
perkembangan dan perubahan dalam madhab-madhab dalam ilmu fiqih.
Akan dianalisis pula bagaimana ijtihad dijalankan oleh ulama-ulama dalam
konteks madhab-madhab tersebut.
Dengan kesimpulan rumusan masalah di atas, diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang madhab-madhab dalam
ilmu fiqih dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya, serta peran
ijtihad dalam proses tersebut.

8
Daftar Pustaka
Subhi Mahmashani, Falsafah al-Tasyri’ fi al-Islam, terj.Ahmad Sujono,
(Bandung: Al-Ma’arif,1981),35 .
Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-usul, 131.
Abdul Wahab Khallaf, Sejarah pembentukan dan perkembangan hukum
Islam, terj. Wajidi Sayadi,(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002),92.

Anda mungkin juga menyukai