Anda di halaman 1dari 14

MAKALA

ISLAM DALAM GLOBALISASI

Diserahkan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


PENDIDIKAN AGAMA

DISUSUN OLEH :
Kelompok XI

MUZRIA : 2310411120
MOH. IKHSAN : 2310411136
ROSMILA : 2310411116

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


Semesta Alam karena atas izin dan kehendaknya makala sederhana ini
dapat kami rampungkan tepat pada waktunya dengan Judul “ISLAM
DALAM GLOBALISASI”

Penulisan dan pembuatan makala ini bertujuan untuk


memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama.

Dalam penulisan makala ini kami menemui berbagai hambatan


yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan kami mengenai hal yang
berkenan dengan punulisan makala ini.

Kami menyadari akan kemampuan kami yang masih sangat


amatir. Dalam makala ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi
kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa
yang akan datang

Harapan kami, makalah ini dapat menjadi track record dan


menjadi referensi bagi kami dalam mengarungi masa depan. Kami juga
berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yagn
membacanya.

Donggala ..........
Oktober 2023

Penyusun

(Kelompok XI)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Nelakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Permasalahan.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Respon Agama Islam Terhadap Globalisasi............................................2
B. Modernisme dan Reformisme Islam..........................................................3
C. Fundamentalisme dan Radikalisme Islam.................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi berasal dari kata “Globe” yang berarti bola bumi karena
akselerasi penyebaran informasi yang luar biasa dan cepat bahkan kita tidak
membutuhkan waktu yang lama dan uang yang cukuop banyak untuk menjelajahi dunia,
kita hanya cukup Klik Google Earth, disana kita akan mendapatkan informasi yang
lengkap tentang bumi dan isinya. Bersamaan dengan derasnya arus globalisasi yang
tidak bisa dikendalikan sehingga kemajuan-kemajuan tersebut mengubah dan
mengarahkan kebudayaan kita dan bahkan melebihi angan-angan kita, kemajuan
teknologi telah menguasai seluruh dunia sehingga sangat mudah untuk mendapatkan
informasi bahkan tidak sedikit budaya-budaya barat mempengaruhi budaya timur. Ini
semua karena tidak ada lagi pembatsan, coba kita liat gaya hidup ala islam dengan
memakai hijab dan busana muslimah. Akan tetapi dizaman yang katanya penuh dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat jarang sekali kita jumpai wanita mengenakan
pakaian muslimah.semua itu karena pengatuh derasnya dunia luar. Cuciam W. Ye,
mengatakan bahwa modernitas adalah budaya dunia, karena semua negara ini
membutuhkan dan perubahan mencapoi tujuan-tujuan dengan mudah dan fleksibel.
Terciptanya budaya modern didasarkan pada teknologi yagn maju dan semangat dunia
ilmiah dan pandangan hisup yang rasional dikalangan manusia
B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana Response Agama Islam Terhadap Globalisasi ?


b. Bagaimana Modernisme dan Reformisme Islam ?
c. Bagaimana Fundamentalisme dan Radikalisme Islam ?

C. Tujuan Permasalahan

a. Memahami Response Agama Islam Terhadap Globalisasi


b. Memahami Modernisme dan Refoemisme Islam
c. Memahami Fundamentalisme dan Radikalisme Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Respon Agama Islam Terhadap Globalisasi

Perubahan Sosial yang berlangsung amat cepat sebagai dampak dari

globalisasi, melahirkan berbagai persoalan, baik secara sosial, ekonomi, politik dan

agam. Pada satu sisi, era globalisasi meberi peluang lebar bagi semua komunitas untuk

“berbaur” dengan komunitas lain. Disisi lain, globalisasi justru menebar ancaman bagi

komunitas yang tidak siap menahan derasnya arus globalisasi yang sedang

berlangsung pada saat ini. Berbagai komunitas agama baik di indonesia maupun di

negara-negara lain memiliki keperihatinya bersama menyangkut globalisasi. Pada

sebuah konfrensi internasional tentang agama dan globalisasi, yang diselenggarakan

oleh Center for religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) Gajah Mada University

& Indonesia Consortium for Religious Studies (ICRS-Yogya), 30 Juni – 3 Juli 2008 di

Pasca Sarjana UGM, problem globalisasi bila ditinjau dari berbagai sisi, baik sosial,

budaya, ekonomi, politik maupun media telah melahirkan perilaku negatif pula dalam

kehidupan manusia. Demikian pandangan umum yang disampaiakn sejumlah panelis

yang hadir dalam kegiatan tersebut.

Agama akana terus dihadapkan pada posisi krusial dan akan sulit

menjadi rujukan bagi pemeluknya dalama melengkapi perubahan kehidupan yang

semakin cepat,” jelasnya. Agar agama dapat kontekstual terhadap perkembangan

zaman, perlu dikembangakan sikap kritis terhadap segala tafsir agama yang telah

kehilangan konteks zaman. Melalui kritik yang profesional, agama diharapkan dapat

berfungsi kembali sebagai jawaban atas persoalan umat manusia, jelasny. Pandangan

dalam konteks agama, misalnya pada pandangan sejumlah pemikiran keagamaan.

Pengaruh globalisasi terhadap agama, setidaknya dapat dilihat dari munculnya dua

respons agama yang tampaknya berlawanan.


Respon pertama, komunitas agama bisa atau maupun merambah dunia

global artinya, mereka ‘menerima’ globalisasi sebagai bagian dari proses hidup yang

sudah digariskan tuhan. Dan manusia, sebagai khalifa, ditugaskan untuk “mengawal”-

nya. Ada pandangan kultural yang menjadi alasan kelopok ini. Bahwa sejatinya semua

umat manusia dengan beragam jenisnya ada dalam kebersamaan. Mereka dapat

belajar satu sama lain sehingga dapat menjalin kerja sama sehingga pada akhirnya

mengantar umat beragama pada kesatuan kemanusiaan sebagai satu keluarga.

Adapun respon kecenderungan sebaliknya. Yakni kecenderungan


komunitas agama tertentu merespon globalisasi dengan menolak, mengasingkan diri
sembari menekankan perbedaan. Fenomena ini, dapat kita lihat dan rasakan dari
muncul dan mengutnya fundamentalisme agama, baik di komunitas islam, kristen,
hindu dan agama lainya serta beragam “fundamentalisme” nasionalisme disejumlah
tempat. Hal itu menjadi fakta yang tak terbantahkan. Selain itu, lahir pula anomi
untuk mengglobalkan komunitas agama tertentu, seperti penyebaran idiologi
“khalifah” dan juga kritenisasi.

Dari kedua pandangan di atas, tentu saja para pemuka agama harus
cermat menghadapi permasalahn tersebut. Bila mereka tidak cermat melihat
fenomena ini, bukan tidak mungkin yang tejadi justru benturan antar komunitas
agama. Alih-alih agama dapat menjadi benteng yang kokoh membendung arus
globalisasi, yang terjadi mereka justru terjebak dalam pertikaian.
B. Modernisme dan Reformisme Islam
a. Modernisme

Modernisme dalam khasanah masyarakat barat mengandung makna


pikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat,
institusi-institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang
ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen. Pembaharuan
dalam islam merupakan pemikiran-pemikiran untuk mengatasi masalah-masalah baru.
Pembaharuan dalam islam muncul berawal dari kesadaran pemimpin-pemimpin dan
itelektual muslim yang selama ini berbeda dalam kemunduran, sedangkan dunia barat
semakin maju.
Hal ini dirasakan ketika Napoleon menguasai mesin yang merupakan kota terpemting
dalam islam. Yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Mughal di India dan kerajaan
Safawi di Persia. Sehingga lahirlah peradaban moderen dalam islam.

Moderenisme Islam adalah sebuah ideologi politik yang dirumuskan oleh


kaum modernis untuk menjadi basis bagi sebuah gerakan politik. Kaum modernis
meyakini dan menerima islam sebagai ajaran yang bersifat universal, berlaku sebagai
petunjuk bagi umat manusia sepanjang zaman. Sebagai ajaran universal, maka dalam
penataan kehidupan masyarakat, ajaran islam memberikan petunjuk kebijaksanaan
ilahi agar islam mampu menghadapi tantangn zaman yang terus berubah.

Dalam menghadapkan islma dengan zaman itu, kaum modernis


menggalakkan ijtihad, mendorong tumbuhnya pemikiran baru. Tiap zaman akan
memiliki tantangn yang berbeda, karena itu pemikiran harus tetap terbuka, tidak
terkungkung oleh warisaan trasdisi masa lalu. Karena itu kaum modernis bersikap
lebih fleksibel untuk melakukan dialog antara pemikiran dengan berbagai perbedaan
yang berbeda. Kaum modernis tegas menolak sekularisme, agama dengan kehidupan
sosial dan politik tidak mungkin dipisahkan. Islam mencakup segalanya. Islam tidak
hanya berurusan dengan akhirat, tetapi juga berurusan dengan kehidupan duniawi,
yang tak mungkin dipisahkan satun dengan yang lainya.

modernisasi islam menganggap islam tidaklah membentuk sistem dalam


bidang apapun. Islam memberi petunjuk, manusia berijtihad membangun sistem
dianggap sebagai sesuatu yagn fleksibel, tergantung pada kebutuhan zaman islam
mengajarkan prinsip, penerapan diserahkan kepada ijtihad. Karena itu kaum modernis
berpendapat bahwa tidak ada satu model negara yang diajarkan islam. Model bisa
beda, sepanjang prinsip diterapkan. Prinsip-prinsip itu antara adalah keadilan, hukum
harus ditegaskan, syura dilaksanakan dan kepentingan umum wajib diutamakan.

b. Reformisme Islam

reformisme dapat diartikan dengan suatu golongan yang berpaham


tentang pemikiran yang menitik beratkan pada arti pengembalian orisinialitas
pemahaman dan praktek islam kepada kahjian literal Al-Qur’an dan Sunnah. Seorang
toko yaitu Ibn-Taimiyah (728 H / 1328 M). Hal ini tergambar dalam hadits Rasulullah
SAW disaat “Khutbatul Wada” yang artinya : “ Aku Tinggalakan kepadamu dua
perkara, jika kamu
Mau berpegang teguh kepada keduanya, maka kamu tidak akan sesat selamaya, kedua
hal tersebut adalah Al-Qur’an dan Sunnahku”. Umat islam sekarang ini menghadapi
tantangan, yaitu:

• Tekanan (pressure) dari dunia modern, di mana kita harus tetap tegak di atas
akidah dan syariat islam.

• Adanya kerapuhan masyarakat islam yang mengalami kemunduran dalam segala


bidang (iptek,akhlak dan tejadinya perpecahan yang merongrong ukhuwah
Islamiyah).

C. Fundamentalisme dan Radikalisme Islam

a. Fundamentalisme

Istilah fundamentalisme muncul pertama kali di kalangan agama Kristen


di Amerika Serikat. Istilah ini pada dasarnya merupakan istilah inggris kuno
kalanagan Protestan yang secara khusus diterapkan kepada orang-orang yang
berpandangan bahwa al-kitab harus diterima dan ditafsirkan secara harfiah.

Di kamus besar bahasa Indonesia menyebutkan kata”fundamental”


sebagai kata sifat yang meberikan pengertian “bersifat dasar (pokok); mendasar”.
Diambil dari kata “fundamental” yang berarti dasar, asas, alas, fondasi (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Dengan demikian fundamentakisme dapat diartikan dengan paham
yang berusaha untuk memperjuangakan atau menerapkan apa yang dianggap
mendasar.

secara makro. Faktor yang melatar belakangi lahirnya gerakan


fundamentalisme adalah situasi politik baik tingkat domestik maupun di tingkat
internasional. Ini dapat dibuktikan dengan munculnya gerakan fundamentalis pada
masa akhir khalifah Ali Bin Abi Thalib, di mana situasi dan kondisi sosial politik tidak
kondusif. Pada masa khalifah ali, perang saudara berkecamuk hebat antara kelompok
Ali dan Muawiyah karena masalah pembunuhan Utsman.

Dari sekelumit paparan deskripsi historis kemunculan fundamentalisme


Islam, dapat dinyatakan bahwa memang ada beberapa karakter/ciri khas yang bisa
dilekatkan kaum fundamentalisme. Karakteristik fundamentalisme secara umum
adalah skriptualisme, yaitu keyakinan harfiah terhadap kitab suci yang merupakan
firman Tuhan dan dianggap tanpa kesalahan. Dengan keyakinan itu, dikembangkanlah
Gagasan dasar yang menyatakan bahwa suatu agama tertentu dipegang secara kokoh
dalam bentuk literal dan bulat tanpa kompromi, pelunakan, reinterprestasi, dan
pengurangan. Dalam beberapa kelompok islam, di dalamnya terdapat karakteristik
gerakan islam fundamentalis, diantaranya:

Pertama, mereka cenderung melakukan interprestasi literal terhadap


teks-teks suci agama dan menolak pemahaman kontekstual atas teks agama karena
pemahaman seperti itu dianggap mereduksi kesucian agama.

kaum fundamentalismemenklaim kebenaran tunggal. Menurut mereka,


kebenaran hanya ada di dalam teks dan tidak ada kebenaran di liar teks bahkan
kebenaran hanya ada pada pemahaman mereka terhadap apa yang dianggap sebagai
prinsip-prinsip agama. Mereka tidak memberi ruang kepada pemahaman dan
penafsiran selain mereka. Sikap yang demikian ini adalah sikap otoriter.

Kedua, mereka menolak pluralisme dan relativisme bagi kaum


fundamentalisme, pluralisme merupakan produk yang keliru dari pemahaman terhadap
teks kitab suci. Pemahaman dan sikap yang tidak selaras dengan pandangan kamu
fundamentalisme merupakan bentuk dari relativisme keagamaan, yang terutama
muncul tidak hanya karena intervensi nalar terhadap teks kitab suci, tetapi juga
karena perkembangan sosial kemasyarakatan yang telah lepas dari kendali agama.

Ketiga, mereka memonopoli kebenaran atas tafsir agama. Kaum


fundamentalis cenderung menganggap dirinya sebagai penafsir yang paling benar
sehingga memandang sesat aliran yang tidak sepaham dengan meraka. Di dalam
khasanah islam perbedaan tafsir merupakan suatu yang biasa, sehingga dikenal
benyak mazhab. 4 mazhab terbesar di indonesia adalah Ikhwanul Muslimin, Salafi
atau Wahabi, Hizbut Tahrir, dan Habib.

Sikap keagamaan yang seperti ini berpotensi untuk melahirkan


kekerasan. Dengan dalil atas nama agama, atas nama membela islam atas nama tuhan
mereka melakukan tindakan kekerasabn, pengrusakan, penganiayaan, dan bahkan
sampai pembunuhan.
Keempat, setiap gerakan mereka fundamentalisme hampir selalu dapat
dihubungkan dengan fanatisme, eksklusifme, intoleran, radikalisme dan militanisme.
Kamu fundamentalisme selalu megambil bentuk perlawanan yang sering bersifat
radikal terhadap ancaman yang dipandang membahayakan ekstensi agama.

Beberapa karakteristik lain dari gerakan fundamentalisme islam yaiut :

• Mempunyai prinsip interpensi ajaran agama yang berbeda atau bersebangan dengan
tradisi yang berlaku. Kemudian secara aktif, kelompok ini akan bergerak
memperjuangakan hasil penafsiranya tersebut dengan berbagai cara; dari kritik
persuasif hingga tindakan tegas yang menjurus anarkhisme. Pada titik inilah
fundamentalisme kerap dipersepsikan sebagai gerakan negatif.

• Lazimnya kelompok ini memiliki perilaku yang eksklusif, tertutp, dan mencurigai
kelompok lain. Kendati dalam sebuah kesempatan bisa sangan terbuka untuk
berdialog dengan kelompok lain tetapi tujuannya sekedar membantah argumentasi
mereka.

• Berkat keyakinan akan kebenaran pemahamanya tentang ajaran agama, kelompok


fundamentalisme selalu aktif menyebarkan pahamnya, agresif dalam merekrut
pengikut baru, dan sebagainya.

• Keyakinyan akan perlunya upaya yang sungguh-sungguh (jihad) dalam mencapi


keselamatan hidup baik di dunia ataupun di akhirat menjadi kelompok
fundamentalisme senantiasa giat dan militan melakukan segala aktifitasnya.

b. Radikalisme

radikalisme dalam bahasa indonesia berarti amat keras menuntut


perubahan. Sementara itu, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan
sosial dan politik dengan xara drastis dan kekerasan. Dalam perkembangan bahwa
radikalisme kemudian diartikan juga sebagai faham yang menginginkan perubahan
besar.

Menurut Horasce M Kallen, radikalisme ditandai oleh tida


kecenderungan umum.

Pertama, radikalisme merupakan respnon terhadap kondisi yang sedang


berlangsung. Respons tersebut muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan, atau bahka
Perlawanan. Masalah-masalah yang di tolak dapat berupa asumsi, ide lembaga, atau
nilai-nilai yang dapat bertanggung jawab terhadap keberlangsungan keadaan yagn di
tolak.

Kedua, radikalisme tidak berhenti pada upaya penolakan, melainkan


terus berupaya mengganti tatanan lain. Ciri ini menunjukan bahwa di dalam
radikalisme terkandung atau program pandangan dunia (World View) tersendiri. Kamu
radikalis berupaya kuat untuk menjadikan tatanan tersebut sebagai ganti dari
tatanan yang sudah ada.

Ketiga, kaum radikal memiliki keyakinan yang kuat akan kebenaran


program atau ideologi yang mereka bawa. Dalam gerakan sosial, kaum radikalis
memperjuangakan keyakinan yang mereka anggap benar dengan sikap emosional yang
menjurus pada kekerasan.

Kita liat teori ini sedikit banyak pembenaranya tatkala terjadi konflik
atas nama agama dan aksi terorisme di mana-mana. Secara empirik, radikalisme
agama di belahan dunia muncul dalam bentuknya yang paling konkret, yakni kekerasan
atau konflik. Di Bosnia misalnya, kaum ortodoks, katolik dan islam saling membunuh.
Di Irlandia Utara, umat Katolik dan Protestan saling bermusuhan. Begitu juga di
Tanah Air terjadi konflik antaragama di Poso dan di Ambon. Kesemuanya ini
memberikan penjelasan betapa radikalisme agama sering kali menjadi pendorong
terjadi konflik dan ancaman bagi masa depan perdamaian.

Pandanga ini tetap hidup dalam kelompok sempalan beberapa agama dan
semuanya berakar pada radikalisme dalam penghayatan agama dan semuanya berakar
pada radikalisme dalam penghayatan agama. Secara teroris, radikalisme muncul dalam
aksi penolakan, perlawanan, dan keinginan dari komunitas tertentu agar dunia ini
diubah dan ditata sesuai dengan doktrin agamanya.

Karena itulah, bentuk-bentuk radikalisme agama yang dipraktikan oleh


sebagian umat seharusya tidak sampai menghadirkan ancaman bagi masa depan
bangsa. Pluralisme tetap menjadi komitmen kita semua untuk membangaun bangsa
yang modern, yang di dalamnya terdapat banyak agama dan etnis secara damai.
Pluralisme adalah simbol bagi suksesnya kehidupan masyarakat majemuk. Karena itu ,
agama yang dimiliki oleh masing-masing umat tetap terjaga sebagai sosok keyakinan
Yang tidak melampaui batas. Sebab, bagaimanapun agama sangat diperluakan untuk
mengisi kehampaan spritual umat, tetapi segala bentuk ekspresinya tidak boleh
menghadirkan ancaman bagi masa depan dunia yang damai. Kalau kaum radikalis agama
mengekspresikan keyakinannya dalam bentuk kekerasan maka ini merupakan ancaman
besar bagi pluralisme.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perubahan sosial yang berlangsung amat cepat sebagai dampak dari


globalisasi, melahirkan berbagai persoalan, baik secar sosial, ekonomi, politik dan
agama. Pada satu sisi, era globalisasi memberi peluang lebar bagi semua komunitas
untuk “berbaur” dengan komunitas lain.

Moderenisme dalam khasanan masyarakat Barat mengandung makna


pikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat,
institusi-institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang
ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Modern.

Reformisme dapat diartikan dengan suatu golongan yang berpaham


tentang pemikiran yang menitik beratkan pada arti pengembalian orisinialitas
pemahaman dan praktek islma kepada kajian literal Al- Qur’an dan Sunnah.

Di kamus besar bahasa indonesia menyebutkan kata “fundamental”


sebagai kata sifat yang memberikan pengertian”bersifat dasar (pokok); mendasar”,
di ambil dari kata “fundament” yang berarti dasar, asas, alas, fondasi.

Radikal dalam bahasa indonesia berarti amat keras menuntut perubahan.


Sementara itu, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial dan
politik dengan cara drastis dan kekerasan. Dalam perkembanganya bahwa radikalisme
kemudian diartikan juga sebagai faham yang menginginkan perubahan besar.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Pranada Media


Group
Muhammad Said Ramadan Al-Buti Tayyib Tizini. 2002. Finsing Islam
Dialog Tradisionalisme-Liberalisme Islam. Terj. Ahmad
Mulyadi
dan Zuhairi Misrawi. Jakarta Erlangga
Azyumardi Azra. 2002. Historiografi Islam Kontemporer. Jakarta
Gramedia Pustaka Utama
Ribut Karyono. 2003. Fundamentalisme Dalam Kristen – Islam
Yogyakarta Kalika Press.

Anda mungkin juga menyukai