DISUSUN OLEH
KELOMPOK 12
MEI HERIYANTI ( 2120603061)
BERLIKA IVWANDA APRILLIA (2120603073)
DELA ANGGERAENI ( 2120603078)
DOSEN PENGAMPU : IBU Ny. FATIMATUZ ZUHRO, M.E
PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS UIN RADEN FATAH
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah Studi Keislaman yang
berjudul “ISU-ISU KONTEMPORER KEAGAMAAN” sesuai dengan aktu yang ditentukan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Studi Keislaman.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih perlu disempurnakan, karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangatlah penulis harapkan sehingga
penulis dapat memerbaiki kesalahan-kesalahannya. Demikian makalah ini, semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perkembangan pemikiran intelektual muslim modern tidak puas menggunakan
alternatif-alternatif yang ditunjukan oleh kaum intelektual sekuler baru ataupun ulama
tradisional. Pandangan kebarat-baratan sekularis tidak memberikan ikatan yang memuaskan
dengan pondasi budaya yang menjadi identitas intelektual muslim. Selain itu, pada akhir abad
ke-19 yang dimaksud barat tidak hanya cara terbaru melakukan sesuatu, akan tetapi dominasi
kekuasaan serta kontrol terhadap masyarakat muslim sehingga intelektual yang terlalu sekuler
dipercaya sebagai agen imprealisme. Akan tetapi banyak didominasi dari pemerintah dan
tampaknya semua kelompok berpendidikan baru menyadari pentingnya reformasi dan
modernisasi. Yang pada akhirnya konservatisme mandek ulama gaya lama dipandang
berbahaya dan pada sebagian besar abad 19, tradisi tajdid masih diwakili oleh ulama yang
mempertahankan visi dunia non-modern.
Diantara dua alternatif ini terdapat beberapa orang yang bekerja untuk menciptakan
pendekatan muslim pada modernitas yang asli Islami dan juga efektif modern. Pada awal
abad 19, tampaknya sintesis seperti itu mungkin dicapai tanpa terlalu banyak mengalami
hambatan kemungkinan tersebut ditunjukkan oleh pengalaman Rifa‟a al-Tahtawi (1801-
1873), seorang sarjana Mesir yang berlatar pendidikan ulama tradisional yang menghabiskan
waktu lima tahun (1826-1831) di Paris sebagai Imam misi pendidikan yang dikirim oleh
pemimpin reformasi Mesir. Muhammad Ali Tahtawi percaya bahwa ulama-ulama bukan
sekedar penjaga tradisi yang baku dan mapan, beliau percaya akan pentingnya
mengadaptasikan syari‟ah kedalam situasi-situasi baru dan sah untuk berbuat begitu. Jika
ulama harus menginterpretasikan syari‟ah untuk kepentingan dunia modern, mereka harus
mengerti apa dunia modern itu.
Sebagai bagian dari Islam kawasan Asia Tenggara, Islam Indonesia sebenarnya
adalah Islam yang toleran, modern, moderat, dan pluralistik. Pergeseran tampilan Islam
kearah yang militan, keras, bahkan tidak jarang ada sekumpulan kelompok yang terlibat
dengan aksi teror, menyebabkan keheranan dari sejumlah pemerhati serta peneliti terutama
dari pihak luar (outsider). Sampai saat ini, Indonesia sendiri belum bisa steril dari Islam
radikal dan ancaman terorisme. ISIS merupakan contoh yang paling mutakhir. Kendati
berpusat di Irak dan Syiria, ternyata pengaruhnya hingga ke Indonesia.
1
Dari perubahan-perubahan yang terjadi sesuai perkembangan zaman maka akan
terjadi pula perubahan tradisi dan budaya yang mengalir dari suatu wilayah ke belahan bumi
lainnya yang berbeda tradisi. Perubahan tradisi tersebut mempengaruhi pola pikir yang akan
berimbas kepada pemahaman terhadap ajaran agama. Dengan pemahaman yang berbeda
tentu akan berpengaruh pula terhadap pelaksanaan syari‟at agama terutama syari‟at luhur
yang terkadung dalam Islam.
Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas warga Indonesia, banyaknya
orang yang menganut agama islam ini menjadikannya banyak organisasi yang beragam
menurut penganutnya terdahulu. Dari data Islam adalah agama terbesar di Indonesia dengan
jumlah pemeluk mencapai 85,2% dari jumlah 222 juta jiwa penduduk Indonesia
Gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme adalah suatu paham dan gerakan
keagaaman yang berpegang teguh pada prinsip keagaaman secara literal, bagi mereka yang
menganut agama islam pastinya mereka berpegang kokoh pada alquran dan hadist sebagai
prinsip dasar agama islam yang tidak perlu interpretasi.
B. Rumusan Masalah
2
C.Tujuan Pembuatan Makalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
terdahulu, sebab istilah tersebut digunakan bermula dari idelogi Eropa pada masa revolusi
Perancis tahun 1789-1794 M. Manusia pada zaman inipun masih berselisih dalam
menyampaikan definisi tentang terorisme, padahal terorisme adalah kalimat yang paling
banyak di gunakan di tahun-tahun terakhir ini. Yang mana sering dihubung-hubungkan
dengan aksi kekerasan yang di lakukan oleh kelompok-kelompok yang tidak diakui oleh
pemerintah yang secara terpisah berupaya mendapatkan kekuasaan ataupun pengaruh.
Walaupun kelompok ini tidak bisa melakukan pembunuhan (pembantaian) dalam skala besar
seperti yang dilakukan pemerintah dengan kekuatan militernya. Tetapi lebih sering lagi aksi
terorisme dilandasi oleh kepentingan-kepentingan agama.
Teror berasal dari bahasa latin, terrere, artinya menimbulkan rasa gemetar dan cemas.
Teroisme berarti menakut-nakuti (to terrify). Kata ini secara umum digunakan dalam
pengertian politik, sebagai suatu serangan terhadap tatanan sipil, semasa Pemerintah Teror
Revolusi Perancis akhir abad ke-18. Menurut bahasa “terorisme adalah melakukan sesuatu
yang menyebabkan orang menjadi panik, takut, gelisah, tidak aman dan menimbulkan
gangguan dalam bidang kehidupan serta interaksi manusia”. Sedangkan menurut syari‟at
“terorisme merupakan segala sesuatu yang mengakibatkan goncangan keamanaan,
pertumpahan darah, kerusakan harta atau pelampauan batas dengan berbagai bentuknya”.
Dari berbagai catatan sejarah terdapat dua kejadian yang dialami umat saat ini, yaitu
terorisme fisik merupakan peristiwa yang sekarang menjadi puncak sorotan masyarakat,
berupa peledakan, penculikan, bom bunuh diri, serta pembajakan dan juga terorisme ideologi
(pemikiran/ pemahaman), yaitu dengan menjelaskan segala pemikiran menyimpang dari
tuntunan Islam yang benar.
3. Pluralisme
Dilansir dari buku Kamus Sosiologi (2012) karya Agung Tri Haryanto dan Eko
Sujatmiko, pluralisme ialah kondisi masyarakat yang majemuk (berkaitan dengan sistem
sosial dan politiknya). Secara luas, pluralisme merupakan paham yang menghargai adanya
perbedaan dalam suatu masyarakat serta memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut
untuk tetap menjaga keunikan budayanya masing-masing. Selain itu, dalam konsep
pluralisme, kelompok-kelompok yang berbeda memiliki kedudukan yang sama. Tidak ada
yang mendominasi maupun menguasai antar kelompok.
Konsep pluralisme salah satunya diterapkan di Indonesia. Indonesia adalah negara yang
memiliki beragam etnis dan ras. Oleh karena itu, pluralisme diterapkan supaya masyarakat
saling menghargai antara satu sama lain serta untuk meminimalisir terjadinya konflik di
dalam masyarakat. Etnis, suku, dan ras yang ada di Indonesia memiliki kedudukan hukum
yang sama dan tidak ada pembedaan. Contohnya, masyarakat Jawa yang menganut sistem
patrilineal dan masyarakat Minangkabau menganut sistem matrilineal.
Salah satu nilai penting dalam pluralisme adalah toleransi. Toleransi tersebut
merupakan kesediaan untuk mengakui, serta juga menghargai satu sama lain.
5
Pluralisme memerlukan kemampuan untuk menerima perbedaan. Jadi, yang perlu
ditekankan dalam konsep pluralisme yaitu kesediaan serta kemampuan psikis untuk hidup
berdampingan dengan orang atau kelompok yang berbeda suku, adat, agama, bahasa, dan
etnis. Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain
adalah mutlak untuk dijalankan, sebagai bentuk dari keberagaman (pluralitas). Pluralisme dan
pluralitas sejatinya memiliki akar kata yang sama, yaitu kata 'plural' yang artinya jamak yaitu,
lebih dari satu. Lalu setelah mendapat imbuhan di bagian akhir, maknanya menjadi berbeda.
Pluralisme, mendapat imbuhan -isme yang pada akhirnya mengacu kepada makna
yang khas yaitu sebuah 'pemahaman'. Maka pluralisme dalam hal agama menjadi sebuah
'pemahaman' yang menganggap agama-agama yang ada (jamak, lebih dari satu agama)
seluruhnya benar, karena meskipun nama Tuhannya berbeda, cara menyebah Tuhannya
berbeda tetapi hakikatnya Tuhan yang disembah tetap satu, Tuhan yang sama.
Dari definisi kedua istilah tersebut, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa
pluralisme agama dari sudut pandang Islam adalah salah, sebab bertentangan dengan aqidah
Islam. Islam tidak hanya mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Allah SWT, namun Islam juga
menuntut kita mengingkari Tuhan-Tuhan selain Allah SWT (sebagaimana Tuhan yang
diyakini agama lain). Dalam hal ibadah, juga demikian, kita hanya diperintahkan beribadah
sesuai dengan tuntunan syara', selain dari itu maka tertolak, karena kaidah ushul nya untuk
masalah ibadah, seluruhnya adalah haram, kecuali ada dalil yang memerintahkannya, maka
konsekuensinya semua tata cara ibadah agama lain harus kita yakini tidak akan diterima oleh
Allah SWT.
Secara teologis perempuan dan laki-laki diciptakan semartabat, sebagai manusia yang
se-“citra” dengan Allah. Namun, tidak bisa dipungkiri, dalam realitas kultural agama antara
keduanya sering terjadi ketidakadilan yang mengakibatkan kekerasan terutama pada kaum
hawa. Di masyarakat, kita kerap menyaksikan kekerasan terhadap perempuan dengan
berbagai kejadian, seperti kekerasan fisik, emosional, psikologi, entah secara privat maupun
publik.
“ Manusia di alam nyata ini adalah sama. Ayah mereka adalah Adam dan ibunya
adalah Hawa. Jika mereka mempunyai kemuliaan pada asal usul mereka yang patut
dibanggakan, maka tak lebih dari tanah dan air”.
Tampak dari keterangan di atas, bahwa pada dasarnya seluruh umat manusia itu sama.
Lalu, dari keturunan yang sama itu berkembang menjadi keluarga, komunitas, masyarakat,
dan dalam bentuk yang lebih besar lagi tergabung dalam berbagai negara yang berbeda di
belahan bumi ini.
6
Masyarakat yang sudah semakin banyak dan tersebar di berbagai wilayah, dalam ayat
di atas diharuskan untuk saling mengenal satu sama lainnya ,agar di antara mereka terjalin
hubungan yang baik dan menumbuhkan sifat saling tolong-menolong dalam berbagai bentuk
kebaikan. Karena, seluruh umat manusia ini berasal dari keturunan yang satu yaitu
Adam dan Hawa.Beberapa contoh Al-Qur‟an memihak pada kaum perempuan pertama, dulu
perempuan tidak boleh menerima warisan, namun sekarang boleh meskipun perbandingannya
satu banding dua dengan laki-laki. Lalu kedua, dulu perempuan tidak boleh menjadi saksi
dalam sebuah perkara, namun sekarang boleh meskipun minimal dua orang saksi perempuan
yang nilainya sama dengan satu orang saksi laki-laki.
Secara normatif, semua agama adalah antikekerasan. Kita harus mampu menciptakan
ruang yang adil, damai, dan cerah bagi kehidupan, sehingga kekerasan dapat kita lawan
dengan kelembutan hati, serta kepekaan nurani perempuan. Alangkah indahnya dunia kita,
manakala perempuan yang merupakan mayoritas makhluk Tuhan yang menjadi pelopor
antikekerasan ditengah kehidupan dengan hati, keramahan, dan kasih sayang.
Islam merupakan agama bagi bangsa-bangsa yang tersebar di pertengahan bumi yang
secara menyeluruh jumlahnya mencapai lebih dari 1.000.000.000 jiwa. Dari sisi latar
belakang etnis, bahasa, adat, organisasi politik, pola kebudayaan, dan teknologi, mereka
menampilkan keragaman kemanusiaan, namun Islam menyatukan mereka. Meskipun
seringkali tidak menjadi totalitas kehidupan mereka, namun Islam terserap dalam konsep,
aturan keseharian, memberikan tata ikatan kemasyarakatan, serta memenuhi hasrat mereka
meraih kebahagiaan hidup. Karena keberagaman tersebut, Islam berkembang menjadi
keluarga terbesar umat manusia.
Astronom Islam pertama ialah al-Farizi (777 M). Astronom-astronom lain adalah al-
Farghani, al-Battani, al-Thusi, „Umar al-Khayyam (1048-1131 M), dan beberapa kota di
Spanyol Islam. Al-Battani (858-929 M), misalnya, melakukan koreksi terhadap karya-karya
Ptolomeus, sedangkan kalender yang dibuat „Umar al-Khayyam dipandang lebih tepat dari
kalender yang dibuat Gregorius. Bapak ilmu kimia Islam ialah Ibn Hayyan (721-815 M). Dia
mengarang kitab mengenai konsentrasi air raksa. Nama besar di bidang ilmu pengetahuan
optika adalah Ibnu Haytsam, yang dalam bukunya menentang teori Euclid dan Ptolomeus,
bahwa benda dapat dilihat karena mata mengirim cahaya ke dalam benda itu. Teori Ibnu
Haytsam adalah sebaliknya, benda dapat dilihat karena benda mengirim cahaya ke mata.
Sementara dalam geografi, nama al-Khawarizmi juga pernah memberikan sumbangsih
terhadap ilmu pengetahuan. Dia mengarang kitab berjudul Surat al-„Ardh (Peta Bumi), yang
mendedahkan tentang peta dunia Islam pada zamannya. Al-Mas‟udi mengelilingi dunia
sampai ke Nusantara, lalu demikian juga dengan Ibnu Bathutah.
7
Penerjemah-penerjemah terkenal adalah Adelard Bath, Gerard Cremona, dan lain-
lain. Pada penutup abad ke-13 M, filsafat dan sains yang dikembangkan ulama Islam itu telah
berpindah ke Eropa. Akibatnya, renaisans pun timbul di benua itu. Dari sini bisa dilihat
bahwa peran intelektual muslim sangat besar, sehingga orang-orang Eropa memiliki
peradaban. Merekalah yang menjadi guru orang Eropa selama enam ratus tahun.
Zaman modern, dimulai sejak abad ke-19 sampai fajar millennium ketiga, dunia
Islam yang membentang dari Maroko (Afrika Utara) hingga Nusantara (Indonesia) sedang
dilanda sorak-sorai gemuruh pesta kebangkitan Islam. Dunia Barat di satu sisi, menatapnya
dengan penuh harap, senyuman, dan antusiasme. Terdapat semacam keyakinan kaum
muslimin, bahwa kebangkitan Islam yaitu suatu proses yang taken for granted (diterima
begitu saja). Hal ini diperkuat oleh pengakuan banyak pengamat, sarjana Barat maupun
Timur, bahwa fenomena kebangkitan Islam tidak hanya terjadi secara historis, sosiologis, dan
politis, tetapi juga sebagai proses natural. Pencarian akan identitas Islam, dan formulasi
respon-respon Islam atau alternatif-alternatif terhadap tantangan globalisasi dapat disaksikan
abad ke-20. Pencarian dan usaha-usaha pemunculan Islam sebagai alternatif ini sudah
merupakan sebuah fenomena global.
Islam sebagai ajaran global yang memiliki ajaran universal merupakan bagian yang
tidak bisa dipisahkan dari globalisasi. Menyikapi masalah globalisasi, maka prinsip-prinsip
ajaran Islam yang universal bisa dijadikan dasar berpijak bagi umat muslim. Dalam
menyikapi globalisasi ekonomi yang merupakan bagian dari realita saat ini, Islam sebagai
sebuah ajaran moralitas memberikan batasan-batasan supaya tidak terjadi eksploitasi antara
manusia yang satu dengan yang lain. Islam menghendaki persamaan (musawwah) atas prinsip
harta tidak hanya beredar di kelompok-kelompok tertentu saja. Perilaku ekonomi Islam
bertujuan untuk menyejahterakan semua pihak. Prinsip utama dari ekonomi Islam di era
global yaitu tauhid yang merupakan keesaan dan kedaulatan Allah SWT. Konsepsi ini
menuntut adanya kepatuhan terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan tanpa syarat. Dalam
konsepsi ini, eksistensi manusia disatukan dalam ketaatan kepada Allah, yang akan
berimplikasi pada aktivitas ekonomi, yaitu tidak ada diskriminasi. Lalu, keadilan merupakan
hal yang penting karena keadilan menjadi suatu titik tolak dalam membangun kesejahteraan
hidup. Dari sini akan muncul kedinamisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selanjutnya, tanggung jawab dalam prinsip ekonomi Islam adalah setiap pelaku ekonomi
harus bertanggung jawab, baik dari sisi akses ataupun aktivitasnya kepada diri sendiri dan
masyarakat ataupun bangsa. Demikian juga tidak dibolehkan terjadi kerusakan ekologi
sebagai akibat manfaat teknologi yang berlebihan. Prinsip ekonomi Islam ini muncul dalam
rangka melakukan kritik dan solusi atas banyaknya kekurangan yang terdapat dalam ekonomi
kapitalis.
Pada aspek budaya, Islam mempunyai kebudayaan sendiri yang kosmopolit, tetapi
Islam juga mengakui eksistensi kebudayaan lokal. Kosmopolitanisme budaya Islam dibentuk
oleh budaya lokal, tempat Islam itu tersebar. Sebagai bukti konkret, kita mengenal Islam
Jawa, Islam Madura, Islam Iran dan lain sebagainya, yang meskipun secara kultur tidak sama,
tetapi tetap dalam kesatuan Islam. Islam pada waktu berasimilasi yang membentuk tatanan
kebudayaan baru yang khas. Lalu, pendidikan seharusnya mengutamakan kepentingan
moralitas sebagai bagian yang esensial dalam tata kehidupan manusia.
8
Namun, tidak berarti antipati terhadap modernisme yang merupakan produk Barat.
Oleh karena itu, pendidikan adalah sistem bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yang berangkat dari ajaran Al-Qur‟an dan sunah, sebagai pembaharuan
pemikiran yang dapat merespon tantangan zaman tanpa mengabaikan aspek teologis
dogmatis, dan sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan sikap serta mental manusia yang
benar-benar bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa tanpa mengenal batas akhir.
Pada aspek teknologi, Islam menghendaki teknologi yang tepat guna, dalam arti, tidak
hanya memberikan kemudahan dan kenyamanan, akan tetapi juga tetap menempatkan
manusia sebagai subjek penentu. Teknologi juga tidak boleh mengeksploitasi alam secara
membabi buta sehingga merusak ekosistem yang ada. Globalisasi yang berangkat dari
penggunaan teknologi yang merusak ekologi inilah yang dilarang dalam Islam. Pada aspek
seni, terutama seni musik yang relatif paling cepat perkembangannya dibanding dengan seni
yang lain, suasana globalnya sangatlah terlihat, bentuk musik yang menjadi top di suatu
wilayah bisa dengan cepat diadopsi wilayah lain, sebagaimana yang terjadi dalam dunia
mode dan pakaian. Oleh karena itu, penyebaran dari aspek yang disebutkan di atas, kita harus
memfilternya agar pengaruh globalisasi tidak membawa dampak yang negatif secara
signifikan.
9
Sedangkan modernisme mengandung pengertian gerakan membuat suatu perubahan
paradigma berpikir dalam ruang lingkup masyarasuatu bangsa ke arah perubahan sesuai
dengan teknologi, seni politik, budaya, dan sebagainya. Perubahan tersebut secara langsung
maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keidupan beragama dan berimbas kepada
pemahaman terhdaap akidah.
Bagi banyak pengamat, sejarah silam di masa modern pada intinya adalah sejarah
dampak Barat terhadap masyarakat Islam, yang khususnya sejak abad ke-19 M mereka
memandang Islam sebagai suatu masa yang semati-matinya menerima pengaruh yang
formatif dari Barat. Dari penggalan sejarah yang dikemukakan, ternyata yang menjadi faktor
kemunduran itu ialah perhelatan di dalam tubuh umat muslim itu sendiri yang membuat
melemahnya muwahadah umat.
Dengan melihat kejadian tersebut, tergugahlah hati Ibnu Taimiyah untuk melakukan
perubahan islam pada peralihan abad 13 dan 14 H. Sehingga dengan usahanya Ibnu Taimiyah
disebut sebagai bapak tajdid atau reformis Islam. Ia melakukan kritik tajam yang selalu
menuju kearah seruan agar umat islam kembali kepada al-Quran dan Sunnah serta memahami
kembali kedua sumber hukum Islam dengan landasan ijtihad.
Namun jika dianalisa lebih global modernisme bukanlah suatu kekalahan antara dua
orientasi kultural antara Timur dan Barat, atau antara Islam dengan non Islam. Namun yang
sesungguhnya adalah antara dua zaman yang berbeda, misalnya abad Agraria dan abad
Teknis. Atau keunggulan zaman “sejarah” terhadap zaman “pra-sejarah” dengan dimensi
yang jauh lebih besar serta intensitas yang jauh lebih hebat.
Tetapi nampaknya segi kekurangan paling serius daripada abad modern ini ialah
dalam hal yang menyangkut diri kemanusiaan yang paling mendalam, yaitu bidang
kerohanian serta keagamaan. Hal inilah yang diantisipasi sebelumnya oleh Ibnu Taimiyah
dalam menghadapi modernisasi. Maka, dengan adanya dari waktu ke waktu usaha
pembaharuan, atau penyegaran, ataupun pemurnian pemahaman umat kepada agamanya
merupakan sistem yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah bagi umat islam sebagai suatu
yang telah diisyaratkan oleh Nabi.
10
Radikalisme merupakan paham atau aliran untuk bertujuan mengadakan
permbaharuan ataupun perubahan secara dratis dalam bidang social dan politik, seperti
cotohnya ingin mendirikan sebuah Negara yang islami dan meruntuhkan semua sebuah
Negara yang tidak sesuai dengan paham mereka.Berawal dengan suatu aliran atau paham
kemudian muncullah Radikalisme sebagai sebuah organisasi yang bergerak dengan mengatas
nama kan agama khusus nya Agama Islam. Sehingga muncullah istilah “jihad fi sabilillah” ,
“mati syahid”, “khilafah” dan “ islami State” (Negara Islam) kemudian menjadi isu popular
dan sering diteriakkan untuk menggalang sebuah simpati aggota yang dimanfaatkan sebagai
kepentingan politik. Dalam hal ini sering terjadinya agama sebagai objek yang menarik untuk
alasan mereka hingga sangat mencoreng nama baik Agama Islam.
Fundamentalisme dan Radikalisme Islam merupakan sebuah organisasi yang
mengatas namakan agama untuk mereka melakukan sebuat pemberontakan untuk membuat
sebuah Negara yang Islami menurut kepemahaman mereka dan menolak untuk
perkembangan zaman karena mereka ingin membuat zaman tetap sama sepeti zaman lampau
Nabi. Seperti sering disebut dengan ISIS yang selalu melakukan terror kepada semua orang
yang tidak sependapat atau se Agama dengan mereka, Seperti cotohnya terjadinya kasus “
serangan bom ditiga gereja Surabaya dan diduga pelakunya adalah kelompok militin yang
menamakan diri Negara Islam atau sering disebut juga dengan ISIS”.
11
Sedangkan menurut saya Fundamentalisme dan Radikalisme ini bisa disebarkan melalui
lingkungan sekitar, dimana seseorang bisa terpengaruh atau mengikutin kegiatan di sekitar
lingkungan nya .Banyak kasus orang yang menjadi ISIS karena lingkuan seperti teman yang
mengajak maupun keluarga yang sudah menjadi salah satu anggotanya.
12
Meningkatkan pemahaman akan hidup bersama
Hal ini perlu kita semua melakukan pemahan akan hidup bersama agar terciptanya toleransi
akan perbedaan agama, suku, rasa tau pemaham lainnya, disitu kita harus memiliki sikap
teleransi untuk hidup bersama.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Liberalisme Islam merupakan sebuah ideologi indoktriner yang lebih menekankan pada
kebebasan individu dalam mengimplementasikan serta mengaktualisasikan nilai-nilai
ajaran islam. Pada konteks ini manusia adalah sebagai titik sentral dalam berbuat dan
bertindak. Instrument yang dikedepankan dalam Islam liberal adalah berpikir empiric dan
rasional. Islam dan terorisme merupakan ajaran dan aktivitas untuk menciptakan
kekhawatiran dengan tujuan pokok mengubah kebijakan dengan tindak kekerasan sebagai
instrumen di Indonesia, menurut Kusnanto kelompok laskar jihad bukan berarti terorisme.
Dari data diatas bisa kita simpukan bahwa penting untuk kita semua mengetahui tentang
Fundamentalisme dan Radikalisme itu dan apa yang harus kita lakukan jika kita menemui
itu disekitar kita. Banyak hal yang harus kita pelajari agar kita tidak salah sajan untuk
kehidupan dimasa yang akan dalam, mungkin masih banyak orang yang tetap ingin hidup
seperti zaman dahulu\lampau karena mereka yang minim akan pemahaman maka dari itu
kita perlu memberi pemahaman luas untuk mereka semua agar lebih mengerti dan
menjahui gerakan ini. Masih banyak di Negara kita sendiri yang harus kita benahi dan
kita perdamaikan tentang paham\pendapat yang sberbeda agar Negara tercinta kita ini
terjahui dari gerakan ini dan menjadi Negara yang amna dan damai. Dan perlu juga untuk
kesadaran diri sendiri agar tidak memanfaatkan keadaan dan membuat semua orang
terpecah belah hanya karena kepentingan mereka sendiri dipolitik. Jihat yang benar yaitu
jihat dijalan allah saw. Bukan jihat yang dilakukan karena kepentingan pribadi.
B. Saran
sebagai makhluk sosial yang hidup di era globalisasi ditengah-tengah kemajuan zaman,
sudah seharusnya kita dapat menyeimbangkan pemikiran antara zaman dan agama, oleh
karena itu kita harus di bekali oleh ilmu pengetahuan yang mumpuni agar kita dapat
menyelaraskan dan lebih bijak dalam berkehidupan sosial. Tentu saja kita tidak boleh
lupa akan ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Berdasarkan data yang saa buat tersebut, saya menyarankan untu kita semua agar lebih
menambah wawasan da pendidikan agar kita tidak mudah dibohongi seseorang
dimanfaatkan. Kita juga harus memiliki jiwa toleransi karena kita hidup dibumi ini tidak
sendiri melainkan bersama dan juga perlunya kesadaran diri dari semua orang agar tidak
lagi ada Fundamentalisme dan Radikalisme di Negara kita
14
Daftar Pustaka
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/2055/islam-dan-kesetaraan-gender-hubungan-
pengoptimalisasi-potensi-kaum-perempuan-indonesia-menurut-ajaran-islam.html
https://www.kompasiana.com/rujiankhairi/567e5cc0967a61a707ebf1c6/pluralisme-pluralitas-
2-istilah-yang-harus-disikapi-dengan-benar
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/21/170016669/pluralisme-definisu-dan-
dampaknya?page=all
Qadir, Zuly. 2010. Islam Liberal: Varian-Varian Liberalisme Islam di Indonesia 1991-2002,
(Yogyakarta: LkiS Yogyakarta).
Machasin. 2011. Islam Dinamis Islam Harmonis, (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2011).
Nasution, Khoiruddin. 2009. PengantarStudi Islam, (Yogyakarta: ACAdeMIa + TAZZAFA).
Wijdan. 2007. PemikirandanPeradaban Islam, (Yogyakarta: SafiriaInsania Press, 2007),
ZulyQadir. 2010. Islam Liberal: Varian-Varian Liberalisme Islam di Indonesia 1991-2002,
(Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2010), hlm.87.
Nashruddin Umar. 2012. Argumenkesetaraan gender, hal 35
Abdul Hakim, Atang. &JaihMubarok. 2011. MetodologiStudi Islam. Bandung:
RemajaRosdaKarya.
Allbrow, Martin. & Elizabeth King. 1990. Globalization Knowledge and Society. London:
Sage Publication.
SafrilMubah, Ahmad. 2015. Isu-isuGlobalisasiKontemporer. Yogyakarta: GrahaIlmu.adig-
aday.blogspot.com
media.neliti.com
jagokata.com
s3pi.umy.ac.id
https://www.viva.co.id/amp/arsip/750112-tiga-hal-penyebab-radikalisme-dan-
fundamentalisme?page=all&utm_medium=all-page
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_Surabaya_(2018)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Fundamentalisme_Islam
https://pesantren.uii.ac.id/2020/11/23/islam-fundamentalis/
https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2019/10/31/9-cara-mencegah-radikalisme-dan-
terorisme-3/
15