Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam
Disusun Oleh:
Rasa syukur senantiasa kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman serta kesehatan, sehingga kami diberi waktu dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul ‘ ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS’
Tidak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih yang kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah . Ucapan terima kasih ini kami
sampaikan kepada:
1. Bapak Irhamsyah Putra M.A. selaku dosen yang mempercayakan makalah islam
dan modernitas.
2. Tidak lupa, kedua orang tua yang telah memberikan dukungan serta doa yang
tidak henti-hentinya kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
3. Rekan kerja yang membantu terlaksananya tugas makalah ini.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah Studi
Islam. Dan pada makalah ini akan dibahas mengenai islam dan tantangan modernitas.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna dan juga
masih banyak kesalahan yang kami yakini ada di luar batas kemampuan kami. Oleh karena
itu, kami dengan senang hati menerima kritik serta saran dari para pembaca.
Wassalamualaikum Wr,Wb.
Penulis
i
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................13
3.2 Saran......................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kajian tentang Islam dan modernisasi selalu saja menarik perhatian. Tema keislaman dan
kemodernan merupakan sebuah wacana pemikiran, yang mampu membangkitkan gairah
intelektual untuk mendiskusikannya. Hal ini menarik perhatian terutama berkaitan dengan
Islam yang kompatibel dengan kemodernan, dan memiliki hubungan organik dengan
modernitas. Karena itu umat Islam memiliki kelenturan yang luar biasa dalam melakukan
adaptasi dengan perkembangan modern. Islam merupakan agama yang paling siap menerima
proses modernisasi.
Dalam usaha pembaruan ala Barat (sekulerisme), usaha pembaruan malah menjadi usaha
pendangkalan dan pemusnahan ajaran Islam. Sedangkan pembaruan dimaksud Islam adalah
kembali kepada ajaran Islam yang murni dengan tetap menjaga esensi dan karakteristik ajaran
Islam. Dalam kenyataanya selain radiasi modernisasi yang kuat dari luar, kekeroposan di
dalam Islam sendiri juga terjadi. Mengakibatkan gerakan-gerakan perlunya pembaharuan
dalam Islam. Namun, dalam perjalanannya di dalam Islam terjadi perbedaan pandangan
tentang bagaimana menyikapi dan menindaklanjuti pembaharuan atau modernisasi dalam
Islam.
Pada abad modern ini terus berkembang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia sudah
berubah maju memberikan penemuan-penemuan yang mengefisiensikan kebutuhan manusia.
Masa modern ini memberikan kita prinsip-prinsip modern yang selalu menguatamakan
rasionalitas. Namun dunia islam masih terpaku pada masa-masa gemilang dan berpegang
teguh dengan tradisi-tradisi. Banyak kaum muslim pada masa ini masih ingin untuk berbalik
ke masa lalu dan menginginkan segala sikap dan pengaruh saat itu teraplikasi ke dalam dunia
modern ini. Tetapi hal itu tidak mungkin terjadi ketika keadaan sudah berubah total. Kaum
3
muslim seharusnya bangkit dengan kemajuan dan ilmu pengetahuan tetapi tetap berpegang
teguh pada Al-Qur’an maupun As-Sunnah.
Konsep mondernitas di barat pun tidak sepenuh baik. Barat pun seakan-seakan melakukan
imprealisme budaya terhadap budaya masyarakat lainnya. Menurut keyakinan mereka bahwa
yang tidak mengikuti peradaban di barat merupakan masyarakat yang terbelakang dan
tradisional. Kaum muslim sendiri lebih suka untuk menyebut prinsip-prinsip modern yang
masuk sebagai pembaharuan Islam dibandingkan dengan modernisasi Islam.
Semangat kaum muslim untuk menempuh pendidikan dan perkembangan teknologi akan
memberikan sumbangan peradaban di masa modern ini. Pembaharuan dimaksudkan untuk
memunculkan pengetahuan baru demi kemajuan masyarakat muslim. Kaum muslim juga harus
tetap
4
1.3 Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini antara lain:
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Pengertian Modernitas Dalam Prespektif Islam
Agama Islam, bagi kita, merupakan keyakinan. Bagi bangsa Indonesia, secara empiris,
Islam merupakan bagian agama terbesar rakyat. Karena itu, sikap-sikap yang diterbitkan oleh
agama Islam, akan mempunyai pengaruh besar sekali bagi proses perubahan sosial di
Indonesia.
Islam memandang modernitas sebagai sebuah diskursus wacana pemikiran yang menarik
dan mampu membangkitkan intelektual untuk didiskusikan. Modernitas sebagai gerakan
pembaharuan yang berawal di Eropa menawarkan cara pandang baru terhadap fenomena
kebudayaan. Modernitas muncul sebagai sejarah penaklukan nilai-nilai lama abad pertengahan
oleh nilai-nilai baru modernis. Kekuatan rasional digunakan untuk memecahkan segala
persoalan kemanusiaan dan menguji kebenaran lain seperti wahyu dan mitos tradisional.
Alhasil, islam dan modernisasi adalah dua hal yang harus terus berjalan saling
berkesinambungan.
Kaitan Islam dengan modernisasi dimaknai sebagai upaya menafsirkan Islam melalui
pendekatan rasional untuk mensesuaikannya dengan perkembangan zaman dengan melakukan
adaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dumia modern yang sedang berlangsung.
Mengetahui kedudukan modernisasi dalam Islam, harus Kembali kepada konsep Al-Qur’an.
Modernisasi merupakan suatu keharusan bagi umat Islam bukan hanya kegunaan
praktisnya, tetapi karena Islam sendiri mengandung nilai-nilai kemodernan. Apa yang disebut
dengan kemodernan sekarang ini semuanya terkandung ajaran agama Islam. Yang tidak terima
Islam adalah mengidentikan sesuatu yang modern sebagai sesuatu yang bersifat Barat dengan
segala macam aspek implikasinya. Selain itu Islam juga menolak akses-akses negative dan
patologis dari kehidupan masyarakat modern industrial yang salah arah dengan mengatas
namakan modernitas yang sesungguhnya. Nilai-nilai seperti kerja keras, penghargaan yang
tinggi akan waktu, sikap ekpertis (menghargai) pentingnya kemampuan teknis dan keahlian,
Pendidikan, demokrasi dan lain-lain termasuk nilai-nilai kehidupan modern yang terkandung
dalam ajaran Islam Ghaffar.
7
Maka modernisasi dalam Islam menuntut tiga hal pokok yaitu:
1. Memelihara inti bangunan asal, tetap menjaga waktu dan karakteritisnya bahkan
menampilkan serta memperhatikan inti ajaran-ajaran murninya.
2. Memperbaiki hal-hal yang telah runtuh dan menguatkan kembali sendi-sendi yang
dianggap lemah.
Agar konteks kekinian tidak bertentangan dengan Al-qur'an dan Sunnah, maka konsep
dasar kemodernan dalam islam harus dipedomani. Adapun konsep dasar tersebut menurut Ibnu
Taimiyah yaitu :
1. Tidak mempercayai logika (akal) secara penuh untuk menentukan kebenaran aqidah
dan syariat
2. Menjauhi sikap subjektifitas dan mental figuritas dalam mencari kebenaran, serta
menekankan pentingnya perujukan kepada Al-Qur'an dan Sunnah dalam menentukan
kebenaran.
3. Dasar dan sumber syari'at Islam adalah Al Qur'an yang diinterpretasikan (ditafsirkan)
oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam, selanjutnya di tangkap oleh sahabat dan
di turunkan oleh generasi tabi'i tabi'in.
4. Tidak fanatik (ta'sub) dengan pemikirannya (ide-idenya) dan ide orang lain, tetapi
cenderung bebas berpikir dan hanya terikat pada Al-Qur'an dan Sunnah dan atsar.
(1995)
Dari konsep dasar tersebut di atas semakin jelaslah bahwa modern dan Islam tidak sama
dengan kehidupan Barat yang merujuk kepada kasus yang terjadi di masyarakat. Islam
memandang modernitas sebagai sebuah diskursus wacana pemikiran yang menarik dan mampu
membangkitkan intelektual untuk didiskusikan. Modernitas sebagai gerakan pembaharuan
yang berawal di Eropa menawarkan cara pandang baru terhadap fenomena kebudayaan.
Modernitas muncul sebagai sejarah penaklukan nilai-nilai lama abad pertengahan oleh nilai-
nilai baru modernis. Kekuatan rasional digunakan untuk memecahkan segala persoalan
kamanusiaan dan menguji kebenaran lain seperti wahyu dan mitos tradisional. Islam dan
modernisasi adalah dua hal yang harus terus berjalan saling berkesinambungan.
8
2.3 Macam – Macam Tantangan Modernitas
Istilah modern secara bahasa berarti baru, kekinian, akhir, up-todate dan lawan dari lama,
kolot. Esensi modernisasi adalah sejenis tatanan sosial modern atau yang sedang berada dalam
proses menjadi modern. Istilah modern berkaitan dengan karakteristik dan bias diterapkan
untuk manusia dan juga yang lainnya , Pergulatan modernitas dan tradisi dalam dunia Islam
melahirkan upaya-upaya pembaharuan terhadap tradisi yang ada. Harun Nasution menyebut
upaya tersebut sebagai gerakan pembaruan Islam, bukan gerakan modernisme Islam.
Islam modern tidak selalu mengarah pada reaffirmasi Islam dalam kehidupan muslim.
Sebaliknya, yang sering terjadi adalah westernisasi dan sekularisasi seperti pada kasus Turki.
Apa yang disampaikan Azra adalah kenyataan modernisme dalam makna subyektifnya,
sedangkan Nasution mencoba melihat modern dengan makna obyektif. Memang harus diakui,
ekspansi gagasan modern oleh bangsa Barat tidak hanya membawa sains dan teknologi, tetapi
juga tata nilai dan pola hidup mereka yang sering kali berbeda dengan tradisi yang dianut
masyarakat obyek ekspansi. Baik dalam makna obyektif atau subyektifnya, modernitas yang
diimpor dari bangsa Barat membuat perubahan dalam masyarakat muslim, di segala bidang.
Pada titik ini umat Islam dipaksa memikirkan kembali tradisi yang pegangnya berkaitan
dengan perubahan yang sedang terjadi. Respons ini kemudian melahirkan gerakan-gerakan
pembaruan. Seperti Muhammad Abduh di Mesir, Hasan al-Banna di Mesir, Mawdudi di India
dan colonel Qadhafi di Libia.Tetapi, pembaruan Islam bukan sekedar reaksi muslim atas
perubahan tersebut. Degradasi kehidupan keagamaan masyarakat muslim juga menjadi faktor
penting terjadinya gerakan pembaruan. Banyak tokoh-tokoh umat yang menyerukan
revitalisasi kehidupan keagamaan dan membersihkan praktek-praktek keagamaan dari tradisi-
tradisi yang dianggap tidak Islami.
Perubahan-perubahan besar dalam pola kehidupan umat Islam Muara yang diharapkan dari
proses dialektika nilai-nilai Islam dengan modernitas adalah keberlakuan Islam di era modern.
Ini terjadi jika upaya tersebut berhasil dengan baik. Sebaliknya, ketidakberhasilan proses
tersebut dapat membuat agama kehilangan relevansinya di zaman modern. Peristiwa
penolakan terhadap geraja di awal zaman modern di Eropa dapat terulang kembali dalam
konteks yang berbeda dengan dunia Islam. Islam memiliki potensi kuat untuk menjawab
tantangan tersebut. Ernest Gellner, seperti yang dikutip Majid, menyatakan bahwa di antara
9
tiga agama monoteis; Yahudi, Kristen dan Islam, hanya Islamlah yang paling dekat dengan
modernitas. Ini karena ajaran Islam tentang universalisme, skripturalisme (ajaran bahwa kitab
suci dapat dibaca dan dipahami oleh siapa saja, tidak ada kelas tertentu yang memonopoli
pemahaman kitab suci dalam hierarki keagamaan), ajaran tentang partisipasi masyarakat
secara luas (Islam mendukung participatory democracy), egalitarianisme spiritual (tidak ada
sistem kerahiban-kependetaan), dan mengajarkan sistematisasi rasional kehidupan sosial.
Dua model ini merupakan respons terhadap kondisi internal umat Islam dan tantangan
perubahan zaman akibat modernitas. Model pertama disebut purifikasi, upaya pemurnian
akidah dan ajaran Islam dari percampuran tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan Islam.
Sedang model kedua disebut dengan pembaruan Islam atau modernisme Islam.
a) Banyak perubahan idiologi atau cara berpikirnya, seperti adanya kesamaan derajat
antara laki-laki dan wanita, padahal bagaimanapun juga antara laki-laki dan wanita
sudah ada kodrat masing-masing, tidak akan mungkin antara laki-laki dan wanita sama
Hukum Islam adalah hukum yang dibuat untuk kemaslahatan hidup manusia dan oleh
karenanya hukum Islam sudah seharusnya mampu memberikan jalan keluar dan petunjuk
10
terhadap kehidupan manusia baik dalam bentuk sebagai jawaban terhadap suatu persoalan yang
muncul maupun dalam bentuk aturan yang dibuat untuk menata kehidupan manusia itu sendiri.
Hukum Islam dituntut untuk dapat menyahuti persoalan yang muncul sejalan dengan
perkembangan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan
pentingnya mempertimbangkan modernitas dalam hukum Islam. Oleh karena hukum Islam
hidup di tengah-tengah masyarakat dan masyarakat senantiasa mengalami perubahan maka
hukum Islam perlu dan bahkan harus mempertimbangkan perubahan (modernitas) yang terjadi
di masyarakat tersebut.
Bagaimana respon Muslim terhadap modernitas, sebagaimana dicatat oleh John Obert
Voll, secara sederhana bisa diklasi fikasikan menjadi dua arus besar utama yakni aliran
revivalisme atau fundamentalisme di satu sisi dan aliran modernisme di sisi yang lain. Yang
pertama berarti aliran yang berpegangteguh pada fundamen agama dalam hubungannya
dengan modernitas melalui penafsiran terhadap kitab suci secara rigid dan literal. Sementara
itu, kelompok kedua adalah kelompok keagamaan yang melakukan penafsiran terhadap
doktrin agama untuk menyesuaikannya dengan perkembangan pemikiran modern. Mereka
bermaksud mengintegrasikan Islam dengan nilai-nilai dan gagasan Barat modern." Dalam
bahasa. lain, yang pertama disebut oleh Akbar S. Ahmed sebagai kelompok yang intinya ingin
melakukan konfrontasi terhadap modernitas sedangkan kelompok terakhir cenderung memilih
jalan integrasi dan konsensus.
Dari itulah dalam merespon modernisasi, umat Islam terbagi menjadi beberapa kelompok.
Ada yang merespon secara berbalikan, yaitu dengan sikap anti modernisme dan pada akhirnya
anti Barat. Ada yang menjadikan Barat sebagai kiblat dan role model dalam masa depan dan
bahkan untuk way of life mereka. Kelompok ini memandang bahwa konsepsi tradisional
memiliki kelemahan dalam menghadapi modernisasi.Ada lagi kelompok ketiga yang bersikap
kritis, namun tidak secara otomatis anti modernisasi dan anti Barat.
Semua perbedaan sikap, terjadi karena terjadi perbedaan antara ajaran ideal Islam dengan
praktik yang terjadi di lapangan. Kedua permasalahan tersebut (the ideal and the practical)
akhirnya menjadi sumber konflik di antara umat Islam di dunia ini. Sebagai contoh adalah
11
bentuk ajaran dan konsep bernegara di Madinah pada masa Rasulullah, yang selalu menjadi
utopia di kalangan umat Islam.
Dari cara pandang yang berbeda tersebut, di dunia Islam muncul berbagai macam bentuk
pemikiran ideologis, antara kelompok yang memandang Islam sebagai model dari sebuah
realitas (models of reality) dan kelompok yang memandang Islam sebagai model untuk sebuah
realitas (models for reality). Yang pertama mengisyaratkan bahwa Agama adalah representasi
dari sebuah realitas, sementara yang kedua mengisyaratkan bahwa Agama merupakan konsep
bagi realitas, seperti aktivitas manusia. Dalam pemahaman yang kedua ini Agama mencakup
teori-teori, dogma atau doktrin bagi sebuah realitas.
Ketika zaman modern mulai masuk dalam kehidupan, nilai-nilai agama akan mudah
terkikis. Umat Islam harus lebih selektif dalam menghadapi modernisasi yang terjadi.
Cara pertama yang harus dilakukan adalah membangun pondasi agama sekuat
mungkin untuk setiap umat melalui pendidikan di dalam keluarga. Jika sudah
memiliki pondasi yang kuat, adanya modernisasi tidak akan menggoyahkan
kepercayaan dalam diri masing-masing.
Ketika dunia ditantang dengan adanya modernisasi, Islam tetap bisa mempertahankan
eksistensinya dan menjaga kaidah-kaidah yang sudah ada, dengan cara meningkatkan
kegiatan keagamaan. Setelah membekali ajaran Islam di dalam keluarga, selanjutnya
beralih ke lingkungan masyarakat. Masyarakat Indonesia sangat menyukai gotong
royong dan berkumpul dengan sanak saudara dan tetangga. Setiap peringatan hari-hari
besar Islam, secara tidak langsung telah meningkatkan ketaqwaan kita kepada Tuhan
sekaligus sebagai ajang silaturrahmi.
Islam selalu mengajarkan umatnya untuk berjihad atau berjuang atas nama agama. Hal
ini perlu dilakukan, tetapi harus tetap dijalan kebenaran tanpa melukai dan merugikan
orang lain. Misalnya saja Anda niat bekerja untuk mendapatkan pahala dari Allah
SWT.
12
4. Memanfaatkan Kecanggihan Teknologi dalam Batas Wajar dan Sesuai Anjuran Islam
Zaman Rasulullah di masa lampau memang masih terbatas, khususnya untuk bidang
teknologi. Adanya smartphone hingga internet memunculkan banyak perubahan yang
juga berpengaruh pada ajaran Islam. Agar setiap muslim tidak mudah terseret,
kecanggihan teknologi yang ada saat ini harus dimanfaatkan secara layak dan wajar.
Misalnya saja jika memiliki media sosial, maka digunakan untuk berdakwah, menjalin
silaturrahmi, hingga digunakan untuk mengaji.
Modernisasi yang terjadi akan membuat dunia semakin tampak berbeda, karena setiap
umat muslim bisa melihat apa saja yang terjadi di seluruh belahan dunia. Cara
mencegah lunturnya agama Islam terhadap adanya modernisasi, salah satunya adalah
meningkatkan rasa toleransi kepada siapapun.
Jadi, salah satu bentuk penyikapan Muslim terhadap modernitas adalah menolaknya secara
tegas sambil kembali kepada idealisasi masa lampau dalam bentuknya yang rigid dan literal,
yang oleh banyak akademisi gejala itu disebut dengan fundamentalisme. Kelompok
fundamentalis melihat bahwa modernitas tidak akan mampu membawa dunia ini ke arah
cahaya terang. Sebaliknya, justru mengantarkan ke arah obscurantisme,"
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Modernisasi Islam adalah upaya menafsirkan Islam melalui pendekatan rasional
untuk mensesuaikannya dengan perkembangan zaman dengan melakukan adaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di dunia modern yang sedang berlangsung.
Sebenarnya modernisasi bukanlah sesuatu hal yang substansial untuk ditentang
kalau masih mengacu pada ajaran Islam. Sebab Islam adalah agama universal yang tidak
akan membelenggu manusia untuk bersikap maju, akan tetapi harus berpedoman kepada
Islam. Dalam Islam yang tidak dibenarkan adalah Westernisasi, yaitu total way of life di
mana faktor yang paling menonjol adalah sekularisme, sebab sekulraisme selalu berkaitan
dengan ateisme dan sekularisme itulah sumber segala imoralitas.
Pemikiran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam timbul terutama sebagai
hasil kontak yang terjadi antara dunia Islam dan Barat. Dengan adanya kontak itu, umat
Islam sadar bahwa mereka telah mengalami kemunduran dibandingan dengan Barat.
Kesadaran itu membuat umat Islam berusaha mengejar ketertinggalan serta memulihkan
kembali kekuatan Islam seperti sebelumnya.
Inti dari modernisasi yang kemudian menjadi esensial dan sejalan dengan ajaran
agama Islam adalah rasionalisasi yakni usaha untuk menundukkan segala tingkah laku
kepada kalkulasi dan pertimbangan akal. Rasionalisasi pada selanjutnya akan mendorong
ummat Islam untuk bisa bersikap kritis dan meninggalkan taqlid yang dikecam dalam
Islam. Dengan demikian, pada dasarnya modernisasi bukanlah sebuah esensi yang
bertentangan dengan ajaran dasar agama Islam.
1.2 Saran
Dengan adanya keterbatasan penulis dalam memahami pesan literature maupun dari analisis
teknis yang dimiliki tentang modernitas, hal ini bisa disempurnakan lagi oleh mahasiswa yang
memiliki ketertarikan kuat terhadap materi ini dengan memahami dan mengaplikasikan hal baik
nya dalam kehidupan sehari hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
Harahap , Syahrin (2015). Islam&Modernitas : dari teori modernisasi hingga penegakan kesalehan
modern : Jakarta Kencana
Azyumardi Azra (2012). Pendidikan Islam : tradisi dan modernisasi di tengah tantangan milenium
III : Jakarta Kencana
GAZALBA ,Sidi (1971). Modernisasi dalam persoalan : Bagaimana sikap islam : Jakarta Bulan
Bintang
JABLI , FUAD JAMHARI (2002). IAIN modernisasi Islam di indonesia : Jakarta Logos Wacana
Ilmu
ASFAROH (1999) Islam dan modernisasi : tinjauan tentang sikap umat Islam. Undergraduate
thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya.
MUHAMMAD ANAS MA’ARIF (2016). Pendidikan Islam Dan Tantangan Modernitas. Nidhomul
Haq : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam.
15