Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ISLAM DALAM MENGHADAPI MASALAH TANTANGAN MODERNISASI

Penyusun:
Sherina Putri Tasya (2022080)

Dosen Pembimbing :
Zara Zerina Azizah, Amd, S.Pd.I, S.E, M.M

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
UNIVERISTAS MULIA BALIKPAPAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu dan sesuai harapan dengan judul “Islam dalam Menghadapi Masalah Tantangan
Modernisasi“ .

Dan tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Zara Zerina Azizah, Amd,
S.Pd.I, S.E, M.M selaku Dosen pembimbing. Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah dasar umum Pendidikan Agama Islam pada Semester 1 di FEB,
Universitas Mulia Balikpapan. Penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu selama penyusunan makalah ini.

Masih banyak kesalahan terhadap penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat di perlukan demi perbaikan makalah ini. Segala
kekurangan yang ada pada makalah ini adalah milik penyusun, dan segala kelebihannya milik
Tuhan Yang Maha Esa. Penyusun memohon maaf sebesar-besarnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya.

Balikpapan, 28 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................1
1.4 Manfaat......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

2.1 Pengertian Modernisasi..............................................................................................3


2.2 Konsep Islam tentang modernisasi............................................................................3
2.3 Perspektif Islam dalam implementasi modernisasi....................................................6
2.4 Karakteristik Ajaran Islam.........................................................................................8
2.5 Peran Islam menghadapi modernisasi yang terjadi saat ini.......................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................................9

A. Kesimpulan................................................................................................................9
B. Saran..........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam penglihatan dari penampakan dunia yang sangat kompleks ini, peran
agama bahwasanya tidak bisa dipandang sebelah mata. Tarik-menarik antara tradisi
(agama) dan juga nilai modernitas menjadi wacana yang masih hangat untuk selalu
diperdebatkan. Ada kesan bahwasanya agama yang ada itu bertolak belakang dengan
modernitas yang ada pada kehidupan manusia.
Agama Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW ini,
terdapat berbagai pedoman dan petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu
menyikapi hidup dan kehidupan yang ada.
Peradaban Islam dipahami sebagai akumulasi terpadu antara normanitas Islam
dan historis manusia di muka bumi ini yang selalu saja berubah ubah. Maka setiap zaman
yang ada dalam kehidupan ini akan selalu terjadi reinterpretasi dan reaktualisasi atas
ajaran Islam yang disesuaikan dengan tingkat pemikiran manusia yang ada pada zaman
ini.
Modernitas yang melanda dunia Islam, dengan segala efek positif dan negatifnya,
menjadi tantangan yang harus dihadapi umat Islam. Masyarakat Islam harus menjadi
modern tetapi harus tetap berada di dalam koridor ajaran Islam yang selalu
mengagungkan terhadap penetapan norma-norma yang selalu berguna bagi umat
manusia.

B. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang ingin digali dalam pembahasan ini terangkum dalam
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah modernisasi itu?
2. Apa saja konsep islam tentang modernisasi?
3. Bagaimana perspektif Islam dalam implementasi modernisasi?
4. Apa saja karakteristik ajaran Islam?
5. Bagaimana peran Islam menghadapi modernisasi yang terjadi saat ini?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Untuk menjelaskan pengertian modernisasi.
2. Untuk mengetahui konsep islam tentang modernisasi.
3. Untuk menjelaskan bagaimana perspektif Islam dalam implementasi modernisasi.
4. Untuk mengetahui karakteristik ajaran islam?
5. Untuk menjelaskan peran Islam menghadapi modernisasi yang terjadi saat ini.

1
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pembahasan ini, yaitu:

1) Manfaat Teoritis
1. Memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu yang berkaitan dengan
pembahasan implementasi Islam dalam menghadapi tantangan modernisasi.

2. Sebagai pijakan dan referensi pada pembahasan berikutnya yang berhubungan


dengan implementasi Islam dalam menghadapi tantangan modernisasi.

2) Manfaat Praktis
Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat agar
nantinya dapat mengetahui cara ataupun konsep Islam dalam menghadapi tantangan
modernisasi yang terkait cakupan dibidang IPTEK, ekonomi, politik, sosial-budaya, dan
juga pendidikan. Sehingga nantinya dapat menumbuhkan generasi yang paham akan
syariat Islam dan lebih memahami akan perkembangan agama Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Modernisasi


Arti kata modernisasi dengan kata dasar modern berasal dari bahasa Latin
modernus yang dibentuk dari kata modo dan ernus. Modo berarti cara dan ernus
menunjuk pada adanya periode waktu masa kini.
Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang
modern. Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju
masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan di mana
masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau
karakteristik yang dimiliki masyarakat modern.

2.2 Konsep Islam tentang Modernisasi


Konsep Islam tentang modernisasi terbagi menjadi 4 bidang yaitu: bidang IPTEK,
bidang ekonomi, bidang politik, dan bidang pendidikan.

a. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Pada zaman modern seperti sekarang ini, ukuran maju tidaknya suatu bangsa
justru diukur dari penguasaan bangsa itu terhadap IPTEK. Jika suatu bangsa itu
menguasai IPTEK, maka bangsa tersebut dikategorikan sebagai bangsa yang maju.
Sebaliknya, jika suatu bangsa itu tertinggal dalam penguasaan IPTEK, maka
bangsa itu dipandang sebagai bangsa yang belum maju atau biasa disebut bangsa
tertinggal atau disebut bangsa berkembang.
Dalam pandangan Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat urgen
bagi kehidupan umat manusia. Tanpa menguasai IPTEK manusia akan tetap dalam
lumpur kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan. Penguasaan manusia
terhadap IPTEK dapat mengubah eksistensi manusia dari yang semula manusia
sebagai abdullah menjadi khalifatullah. Oleh karena itu, Islam menetapkan bahwa
hukum mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi adalah wajib. Tanpa
menguasai IPTEK umat manusia akan mengalami banyak hambatan dan kesulitan
dalam menjalani kehidupan di jagat raya ini.
Allah SWT. menjanjikan orang yang beriman dan berilmu dengan kedudukan
yang istimewa di sisi-Nya. Begitu pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan
seorang manusia, sehingga Allah memuliakan orang-orang yang beriman dan
berilmu. Islam tidak membedakan antara satu disiplin ilmu dan disiplin ilmu
lainnya. Semua disiplin ilmu dipandang penting dan mulia di sisi Allah. Islam juga
mencintai keindahan (seni). Karena seni itu indah dan keindahan adalah sifat
tuhan. Jadi, cinta kepada keindahan berarti cinta kepada tuhan karena tuhan

3
mencintai keindahan. Dengan cinta kepada keindahan, manusia akan membumikan
sifat tuhan dalam kehidupan. Manusia tersebut disebut sebagai insan
kamil. Begitulah konsep islam terhadap iptek.

b. Bidang Ekonomi
Prinsip ekonomi konvensional menunjukkan bahwa dengan modal seadanya
dan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal itu sangat kontras dengan
prinsip ekonomi islam yang menunjukkan bahwa ekonomi ialah berkorban secara
tidak kikir dan tidak boros dalam rangka mendapatkan keuntungan yang layak.
Dalam Islam, ekonomi ialah berkorban secara tidak kikir dan tidak boros
dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan yang layak. Dengan demikian,
pengorbanan tidak boleh sekecil- kecilnya ataupun tertentu saja, melainkan
pengorbanan yang tepat harus sesuai dengan keperluan yang sesungguhnya
sehingga mutu produksi dapat terjamin.
Kekuatan ekonomi sangat berpengaruh terhadap eksistensi dan wibawa suatu
bangsa. Dengan ekonomi yang kuat dan stabil, suatu negara 10 dapat membantu
negara lain, memajukan negara lain, dan mempunyai daya tawar politik terhadap
negara lainnya. Setelah perang dingin antara blok timur dan blok barat berakhir,
maka kriteria negara kuat beralih dari ukuran kuat secara militer ke ukuran kuat
yang dilihat secara ekonomi. Sebuah negara dipandang kuat, bukan karena
kekuatan militernya tetapi karena kekuatan ekonominya. Sebaliknya negara itu
dianggap lemah, manakala ekonominya tidak maju, tidak stabil, dan tidak kuat
meskipun secara militer kuat. Sistem ekonomi di dunia sekarang ini sudah
cenderung liberal. Karena sistem ekonomi dunia ada yang berkiblat ke sosialis dan
ada yang berkiblat ke liberalis yang melahirkan sistem kapitalis. Sistem ekonomi
Islam tidak kapitalis tetapi juga tidak sosialis. Islam mempunyai sistem tersendiri
yang berbeda dari kedua sistem.

c. Bidang Politik
Kesalahpahaman terhadap islam sering muncul dan menyatakan bahwa islam
disebarkan dengan politik dan kekerasan bukan dengan jalan dakwah dan cultural.
Padahal islam adalah agama yang menyayangi dan menghormati perbedaan.
Peperangan dan lain sebagainya adalah perbuatan pihak lain yang ingin
mengacaukan kedamaian agama ini dengan cara membawa nama islam dalam
kepentingannya.
Politik dalam Islam disebut siyāsah, merupakan bagian integral (tak
terpisahkan) dari fikih Islam. Salah satu objek kajian fikih Islam adalah siyāsah
atau disebut fikih politik. Fikih politik secara global membahas masalah-masalah
berkaitan dengan ketatanegaraan (siyāsah dusturiyyah), hukum internasional

4
(siyāsah dauliyyah), dan hukum yang mengatur politik keuangan negara (siyāsah
māliyyah).

a. Siyāsah dusturiyah (Hukum tata negara)


Materi yang dikaji tentang cara dan metode suksesi kepemimpinan,
kriteria seorang pemimpin, hukum mewujudkan kepemimpinan politik,
pembagian kekuasaan (eksekutif, legislative dan yudikatif), institusi
pertahanan keamanan, institusi penegakan hukum (kepolisian) dan lain-
lainnya.

b. Siyāsah dauliyyah (Hukum politik yang dapat mengatur


hubungan internasional)
Objek kajiannya adalah hubungan antar-negara Islam dengan sesama
negara Islam, hubungan negara Islam dengan negara non-muslim, hubungan
bilateral dan multilateral, hukum perang dan damai, gencatan senjata,
hukum kejahatan perang dan lain-lain.

c. Siyāsah māliyah (Hukum politik yang mengatur keuangan negara)


Konten yang dibahas adalah sumber-sumber keuangan negara, distribusi
keuangan negara, perencanaan anggaran negara dan penggunaannya,
pengawasan dan pertanggungjawaban penggunaan keuangan negara dan
pilantropi Islam.

d. Bidang Pendidikan
Pendidikan dalam islam bertujuan untuk memanusiakan manusia. Karena
manusia dikaruniai Allah SWT. Berupa akal dan hati, maka dari itu manusia
dipercayakan untuk menjadi khalifah atau pemimpin di bumi ini. Untuk
menjadi seorang pemimpin perlu proses pendidikan. Pendidikan menjadikan
manusia sadar atas eksistensi dirinya sebagai manusia yang bertugas sebagai
pengabdi dijalan Allah dan khalifah (pemimpin) di muka bumi ini.

Tujuan luhur pendidikan dalam islam adalah untuk merealisasikan ubudiah


kepada Allah. Untuk mewujudkan tujuan luhur tersebut, menurut An-
Nahlawi, islam mengemukakan tiga metode:
a. Pedagogis psikologis yang lahir dalam dirinya yang didorong oleh rasa
khauf dan cinta kepada Allah serta amar ma‟ruf nahi munkar.
b. Saling menasihati kepada sesama agar menepati kebenaran dan
menetapi kesabaran.
c. Menggunakan jalur kekuasaan untuk mengamankan hokum bagi
masyarakat muslim sehingga keamanan berjalan stabil dan masyarakat
menikmati keadilan hukum.

5
2.3 Perspektif Islam dalam Implementasi Modernisasi
IPTEK dalam pandangan Islam tidak bebas nilai, baik secara ontologis,
epistemologis maupun aksiologis. Dalam pandangan Islam sumber ilmu itu terbagi dua
yaitu: yang pertama adalah Ayat-ayat Qur‟aniyah adalah wahyu tuhan yang allah
swt kepada rasulullah saw, termaktub dalam mushaf untuk kemaslahatan umat manusia.
Kedua ayat kauniah yaitu alam semesta sebagai ciptaan allah yang diteliti dengan
paradigma ilmiah dan menggunakan akal yang merupakan ciptaan Allah swt.
Dalam bidang ekonomi juga terdapat riba yang harus di perhatikan oleh
masyarakat Islam. Seorang pakar ekonomi Islam yaitu Syafi‟i Antonio menjelaskan jenis-
jenis riba, yaitu:
1. Riba Qardh adalah Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
disyaratkan terhadap yang berutang (muqtaridh).
2. Riba Jāhiliyah adalah utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam
tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan.
3. Riba Nasī`ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
riba yang dipertukarkan dengan jenis barang riba lainnya. Riba dalam Nasī`ah
muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang
diserahkan satu waktu dan yang diserahkan waktu berbeda.
Kehidupan demokrasi akan terasa menjadi berkah dan mendatangkan
kemaslahatan bagi segenap rakyat jika dibingkai dengan nilai-nilai keilahian. Demokrasi
akan menjadi bencana manakala para pelakunya menjauhkan diri dari nilai nilai Ilahi.
Contohnya yang terjadi di beberapa negara Afrika, Timur Tengah, Eropa Timur, Asia
Selatan dan lain-lainnya. Nilai-nilai Ilahiah yang terkandung dalam fikih siyāsah (disebut
prinsip-prinsip siyāsah) sepertinya tidak lagi dijadikan etika dalam perpolitikan mereka.
Prinsip prinsip siyāsah antara lain:
1. Al-Amānah
Kekuasaan adalah amanah (titipan), maksudnya titipan Tuhan. Amanah tidak
bersifat permanen tetapi sementara. Sewaktu-waktu pemilik yang sebenarnya
dapat mengambilnya. Setiap yang diberi amanah akan dimintai pertanggung
jawabannya. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin
dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban menyangkut
kepemimpinannya dan rakyat yang dipimpinnya”. (Muttafaq Alaih)
2. Al-„Adalah
Kekuasaan harus didasarkan atas prinsip keadilan. Kekuasaan dalam
pandangan Islam bukanlah tujuan, tetapi sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan
kekuasaan, menurut Al-Mawardi adalah menjaga agama, mewujudkan
kesejahteraan, dan keadilan umat. Kekuasaan harus dijalankan di atas landasan
keadilan dan untuk menegakkan keadilan agar tujuan utama kekuasaan tercapai
yaitu kesejahteraan umat.

6
3. Al-Hurriyyah
Al-Hurriyah artinya kemerdekaan dan kebebasan. Kekuasaan harus dibangun
di atas dasar kemerdekaan dan kebebasan rakyat yakni kemerdekaan dalam
berserikat, berpolitik, dan dalam menyalurkan aspirasinya. Adapun kebebasan
adalah kebebasan dalam berpikir dan berkreasi dalam segala aspek kehidupan.
4. Al-Musāwāh
Al-Musāwāh secara etimologis yang dapat diartikan “kesetaraan”, “kesamaan”.
Siyāsah harus dibangun di atas fondasi kesamaan dan kesetaraan. Semua warga
negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap negara dan juga
berkedudukan sama di hadapan hukum. Tidak boleh ada diskriminasi karena
gender, ras, agama dan kesukuan dalam politik, ekonomi, budaya, hukum dan
lain-lain. Negara harus menjamin semua warga untuk merdeka dalam
berpolitik dan bebas dalam kehendak dan tindakan menuju kemaslahatan.
5. Tabadul al-Ijtima
Tabadul al-Ijtima artinya tanggung jawab sosial. Siyāsah tidak lepas dari
tanggung jawab sosial. Secara individual, kekuasaan merupakan sarana untuk
mendapatkan kesejahteraan bagi para pelakunya, mewujudkan kesejahteraan
bersama. Tanggung jawab sosial dapat diwujudkan dalam bentuk pengaturan
filantropi Islam dengan baik, misalnya, dalam membangun manajemen zakat,
infak, sedekah dan wakaf, atau dalam membuka lapangan kerja secara luas dan
terbuka bagi semua lapisan masyarakat yang membutuhkannya. Tidak
mungkin urusan lapangan kerja diserahkan kepada pemerintah saja. Lapangan
kerja akan semakin luas manakala melibatkan pihak swasta.
Pendidikan harus menyentuh tiga ranah tersebut yakni akal, hati dan fisik. Jika
akal saja yang didik dan hati diabaikan, maka akan lahir manusia cerdas secara
intelektual, tetapi tidak mempunya hati, alias tidak memiliki moral religius. Sebaliknya,
jika hatinya saja yang dididik, tentu akan lahir manusia berkarakter dan bermoral, tetapi
miskin secara intelektual. Demikian juga, kalau hanya jasmani yang didik, maka akan
lahir manusia yang hebat secara fisik, tetapi miskin secara intelektual dan spiritual. Jika
ketiga ranah yang didik, maka akan lahir insan kamil (manusia paripurna).

Untuk menghadapai semua itu prespektif islam sangat di perlukan untuk


mengimplementasikan hal-hal diatas agar sesuai kaidah islam.

7
2.4 Karakteristik Ajaran Islam
Karakter ajaran islam digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang berkaitan
dengan modernisasi. Berikut ini adalah karakteristik tersebut:
1. Rasional.
Ajaran islam adalah ajaran yang sesuai akal dan nalar manusia. Nalar
mendapat nilai tertinggi dalam ajaran islam. Karena dengan nalar dapat
diketahui hadist yang sahih atau tidak sahih. Tidak hanya itu, di dalam Al-
Qur‟an juga dijelaskan perlu menggunakan akal dalam sikap beragama.
2. Sesuai dengan fitrah manusia.
3. Tidak mengandung kesulitan
4. Tidak mengandung banyak taklif
5. Bertahap

2.5 Peran Islam dalam menghadapi Modernisasi yang terjadi saat ini

Islam dipahami secara rasional tidak sekedar dogma. Islam sebagai agama
rasional adalah agama masa depan, yaitu agama yang membawa perubahan untuk
kemajuan seiring dengan kemajuan kehidupan modern. Sebaliknya, Islam yang
dipahami secara tekstual dan dogmatis akan sulit eksis dan sulit beradaptasi dengan
lingkungan kemajuan yang semakin cepat perubahannya. Islam kontekstual akan
menjadi solusi dan pemandu dalam memecahkan berbagai problem kehidupan umat
manusia. Islam yang dipahami secara tekstual akan menjadi penghambat kemajuan,
padahal Islam merupakan ajaran yang berkarakter rasional, fleksibel, adaptasi, dan
berwawasan ke masa depan.
Menurut Kuntowijoyo, ada lima program reinterpretasi untuk memerankan
kembali misi rasional dan empiris islam yang bisa dilaksanakan saat ini dalam rangka
menghadapi modernisasi.
1. Perlunya dikembangkan penafsiran social structural lebih daripada penafsiran
individual ketika memahami ketentuan-ketentuan tertentu di dalam Al-Qur‟an.
2. Mengubah cara berpikir subjektif ke cara berpikir objektif untuk menyuguhkan
islam pada cita-cita yang objektif.
3. Mengubah islam yang normative menjadi teoritis. Jika berhasil, banyak disiplin
ilmu yang secara orisinal dapat dikembangkan menurut konsep-konsep Al-Qur‟an
4. Mengubah pemahaman yang ahistoris menjadi historis.
5. Merumuskan formulasi-formulasi wahyu yang bersifat umum menjadi formulasi-
formulasi yang spesifik dan empiris.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Memang sejatinya, kata modernisme tidak hanya berarti orientasi kepada


kemodernan, tetapi lebih merupakan sebuah terminology khusus. Sebab pada faktanya
modernisasi tersebut adalah modernisasi agama, yaitu sebuah sudut pandang religious
yang didasari oleh keyakinan bahwa kemajuan ilmiah dan budaya modern membawa
konsekuensi reaktualitasi berbagai ajaran keagamaan tradisional mengikuti disiplin
pemahaman filsafat ilmiah yang tinggi.
Inti dari modernisasi yang kemudian menjadi esensial dan sejalan dengan ajaran
agama Islam adalah rasionalisasi yakni usaha untuk menundukkan segala tingkah laku.
kepada kalkulasi dan pertimbangan akal. Rasionalisasi pada selanjutnya akan mendorong
Umat Islam untuk bisa bersikap kritis dan meninggalkan taklid yang dikecam dalam
Islam. Dengan demikian, pada dasarnya modernisasi bukanlah sebuah esensi yang
bertentangan dengan ajaran dasar agama Islam.

B. Saran

Adapun saran yang penyusun berikan kepada pembaca, diantaranya :


-Para pembaca dapat lebih memahami dan mengkritisi tantangan yang dihadapi Islam
dalam modernisasi yang terjadi.
-Bagi generasi muda, khususnya mahasiswa mulailah berlatih kepekaan terhadap
dinamika kehidupan beragama Islam dengan baik sehingga mampu memberikan
kontribusi yang positif terhadap agama Islam.

Demikianlah makalah mengenai Islam dalam menghadapi Masalah Tantangan


Modernisasi ini disampaikan, penyusun berharap kepada pembaca agar dapat
memberikan kritikan maupun masukkan yang positif demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan faedah bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/20742/2/3._BAB_I.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/108589-ID-menghadapi-tantangan-modernisasi-
dengan.pdf

https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/10186/mod_resource/content/3/Bagaimana%20
Islam%20Menghadapi%20Tantangan%20Modernisasi%3F.pdf

Azra, Azzumardi, Pemikiran Islam Tradisidan modernitas Menuju Milinium Baru,


Ciputat : Logos, 1999

Sutrisno & Suyatno. 2015. Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern.


Yogyakarta: Kencana

10

Anda mungkin juga menyukai