Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ISLAM DAN MODERNISASI


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama

DISUSUN OLEH :

FACHRURRAZI
NIM : 230504121

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2023/2024

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada BAPAK Muhammad Fauzi
sebagai Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
2.1 Islam dan Modernisasi...........................................................................3
2.2 Modernisasi dan Rasionalisasi...............................................................4
2.3 Pengaruh Modernisasi di Dunia Islam...................................................5
BAB III PENUTUP............................................................................................7
3.1 Kesimpulan............................................................................................7
3.2 Saran......................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kajian tentang Islam dan modernisasi selalu saja menarik perhatian. Tema
keislaman dan kemodernan merupakan sebuah wacana pemikiran, yang mampu
membangkitkan gairah intelektual untuk mendiskusikannya. Hal ini menarik
perhatian terutama berkaitan dengan Islam yang kompatibel dengan kemodernan,
dan memiliki hubungan organik dengan modernitas. Karena itu umat Islam
memiliki kelenturan yang luar biasa dalam melakukan adaptasi dengan
perkembangan modern. Islam merupakan agama yang paling siap menerima
proses modernisasi.1
Muhammad Abduh sendiri mengatakan bahwa Islam tertutup oleh kaum
muslimin (al-Islam mahjub bi al muslimin), salah satu ungkapan kunci kaum
modernis. Itu semua konsisten dengan jalan argumentasi yang telah dibicarakan di
atas. Bahwa dari waktu ke waktu senantiasa ada usaha pembaharuan, penyegaran
atau pemurnian pemahaman umat kepada agamanya adalah sesuatu yang menyatu
dengan sistem Islam dan sejarah.2
Hubungan agama, khususnya Islam dengan modernisasi sepertinya
mendapat perhatian yang utama dari para intelektual Muslim. Sebab, peranan
agama akan menjadi sangat krusial pada era tersebut. Pada era masyarakat
modern (untuk tidak menyebutpasca-modern) muncul kondisi sosial yang
menuntut pemaknaan kembali doktrin-doktrin agama atau penyelaman kembali
iman seseorang.3

1
Jalaludin Rakhmat, et.al, “Prof. Dr. Nurcholish Madjid: Jejak Pemikiran dari Pembaharu
sampai Guru Bangsa”, Cet. Ke-I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 386.

2
Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam, Cet Ke-II (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h.
60-61.
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari judul dan latar belakang permasalahan diatas maka yang akan dikaji
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengertian dari Islam dan Modernisasi?
b. Apa Itu Modernisasi dan Rasionalisasi?
c. Apa Pengaruh Modernisasi di Dunia Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis dan menjelaskan pengertian Islam dan Modernisasi serta
menyoroti bagaimana nilai-nilai Islam dapat diinterpretasikan dan
diintegrasikan dalam konteks modernisasi.
b. Merinci konsep modernisasi dan rasionalisasi, menyoroti perbedaan dan
hubungan antara keduanya. Memahami dampak rasionalisasi terhadap
perkembangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan dalam proses modernisasi.
c. Menganalisis dampak modernisasi di dunia Islam, terutama dalam aspek
sosial, politik, dan budaya. Menyelidiki bagaimana masyarakat Muslim
merespon dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut serta
implikasinya terhadap identitas dan nilai-nilai tradisional.

3
Dedy Djamaluddin Malik dan Idi Subandy Ibrahim, Zaman Baru Islam Indonesia (Bandung:
Zaman Wacana Mulia. 1998), h. 190.
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Islam dan Modernisasi


Modernitas yang melanda dunia Islam, dengan segala efek positif dan
negatifnya, menjadi tantangan yang harus dihadapi umat Islam di tengah
keterpurukannya. Umat Islam dituntut bekerja ekstra keras mengembangkan
segala potensinya untuk menyelesaikan permasalahannya. Tajdid sebagai upaya
menjaga dan melestarikan ajaran Islam menjadi pilihan yang harus dimanfaatkan
secara maksimal oleh umat Islam.
Tantangan yang kita hadapi dewasa ini sebenarnya bukan dalam bidang
ekonomi, politik, social, dan budaya, akan tetapi tantangan pemikiranlah yang
sedang kita hadapi saat ini Sebab persoalan yang yang ditimbulkan oleh bidang-
bidang ekonomi, politik, social, dan budaya ternyata bersumber dari pemikiran.
Diantara tantangan pemikiran yang paling serius saat ini adalah bidang
pemikiran keagamaan. Tantangan yang sudah lama kita sadari adalah tantangan
internal yang berupa kejumudan, fanatisme, taklid buta, bid‟ah, khurafat, dan
sebagainya.4
Sejak masuknya sekularisme ke dunia Islam, baik melalui kolonialisme
maupun interaksi budaya, dunia pemikiran Islam hampir tak pernah tenang dan
tentram. Polemik dan benturan pemikiran senantiasa mewarnai perjalanan
peradaban Islam. Hampir setiap negeri Muslim menyimpan sekurang-kurangnya.
dua kubu pemikiran: kubu Islam dan kubu sekuler. Di Negara-negara Arab,
khususnya Mesir, perdebatan dalam bidang pemikiran terkadang sampai ke
tingkat yang serius. Dahulu, ada Ali Abdur Raziq, penulis kitab Al Islam wa
Ushul al Hukum, ia diajukan ke sidang Dewan Guru Besar al Azhar gara-gara
karyanya yang menafikan peran politik Rasulullah saw. Ada yang dihukum
murtad seperti Hasan Hanafi karena karya-karyanya (semisal Minal Aqidah ilats
Tsaurah) yang melecehkan aqidah dan ajaran Islam. Ada pula yang di fasakh
dengan istrinya seperti Nasr Abu Zeid, bahkan ada yang mati tertembak, seperti
Faraq Foudah. Hal ini memberikan betapa sengitnya pertarungan pemikiran di
negeri sarang ulama itu.5

2.2 Modernisasi dan Rasionalisasi


4
Muhammad Nurdin Sarim, Telaah Kritis Pluralisme Agama (sejarah, factor, dampak dan
solusinya), hal. 1
3
Rasionalisasi dan rasionalisme merupakan dua kata berasal dari satu akar
kata yang sama, yaitu Rasio, reason (Inggris), ratio (latin) yang berarti hubungan
atau pikiran. Sedangkan dalam bahasa Yunani tedapat tiga istilah yang
secaragaris besar memiliki arti yang sama yaitu : phronesis, nous, dan logos. 6
Rasionalisme adalah sebuah pendekatan filosofis yang menekankan akal budi
(rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul, dan bebas
dari pengamatan indrawi. 7

Rasionalisasi memiliki dua arti, yaitu arti posotif dan arti negatif. Arti
positifnya ialah: “membuat rosional (masuk akal) atau membuat sesuatu dengan
akal budi atau menjadi masuk akal”. Sedangkan arti negatifnya ialah:
“pembenaran berdasarkan motif-motif tersembunyi (yang biasanya egoistik).
Dalam arti negatif ini, alasan-alasan yang diberikan dalam rasionalisasi
umumnya adalah penemuan-penemuan yang tidak benar yang lebih dapat
diterima oleh ego seseorang ketimbang kebenaran itu sendiri”. Jadi rasionalisasi
adalah suatu upaya untuk menjadikan atau membuat sesuatu itu menjadi rasional
(masuk akal) dengan memberikan alasan-alasan agar sesuatu itu dapat diterima
oleh akal dan diterima oleh orang lain.8

Dalam perkembangan lebih jauh, modernisasi ini selalu disamakan dengan


Rasionalisasi, 16 yang memberikan kekuasaan kepada akal dalam mengatur dan
menentukan jalan hidup yang akan ditempuh, inilah yang membawa manusia
kepada kekafiran dan kemusyrikan. Bencana besar yang menimpa umat Islam
dewasa ini adalah terperosok dalam kemusyrikan yang mungkin tidak disadari
akibat keawaman seseorang. Kita terkadang melihat bahwa musyrik itu hanya
orang yang menyembah tuhan dengan cara ritual agama di luar Islam, percaya
kepada roh halus yang dapat memberikan pertolongan kepadanya, dan orang
yangmenyimpan ilmu sesat. Tidak itu saja, orang yang menerima ajaran Karl
Max, Lenin, Darwin, dan pemikir-pemikir Barat lainnya, sebenarnya sudah
menjadi musyrik, apalagi dengan jelas-jelas membela dan memperjuangkannya.9

5
Adian Husaini, Penyesatan Opini (Pengantar: Daud Rasyid), (Jakarta: Gema Insani, 2002),
hal. Vii.

6
Loren Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm.925.

7
Ibid.,hlm. 929.

8
Loren Bagus, Kamus Filsafat, hlm. 292
4
5

Nuansa baru yang diberikan oleh Cak Nur terhadap modernisasi nampak
jelas pada pemberian makna terhadap modernisasi yang semakna dengan
rosionalisasi sehingga menghasilkan sebuah pemahaman-pemahaman baru,
diantaranya: sekularisasi, pluralisme, intellectual freedom dan idea of progress.
Pembaruan (modernisasi) harus dimulai dengan dua tindakan yang saling erat
hubungannya, yaitu melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional, dan mencari
nilai- nilai yang berorientasi ke masa depan.

Tradisi yang dinamis menghendaki adanya pembaruan yang tekun


dikembangkan, karena tidak memiliki arti jika mengenang kejayaan masa lalu
tanpa kemampuan mengembangkan warisan kultural yang ditinggalkannya
dalam status dialog yang dinamis dan lestari, yang menyatakan dirinya dalam
gagasan-gagasan kreatif zaman sekarang. Orientasi dan kerinduan akan
kehidupan masa lampau yang berlebihan, harus digantikan dengan pandangan ke
masa depan. Hal senada juga diungkapkan oleh Andre Beufre yang mengatakan:
“Garis-garis pemikiran kita yang tradisional harus dibuang jauh-jauh, sebab
sekarang ini jauh lebih penting mempunyai kemampuan melihat ke depan dari
pada mempunyai kekuatan dengan ukuran besar yang daya gunanya masih harus
dipersoalkan.10

2.3 Pengaruh Modernisasi di Dunia Islam


Gerakan pembaharuan yang berkembang di berbagai tempat khususnya
dikawasan Timur Tengah telah memberikan pengaruh besar kepada gerakan
kebangkitan Islam di Indonesia. Ide gerakan pembaharuan tersebut masuk ke
Indonesia melalui berbagai saluran, antaranya lewat kontak para intelektual
muslim Indonesia dengan intelektual muslim Timur Tengah, dan kontak jemaah
haji Indonesia dengan jemaah luar.11

Bermula dari pembaharuan pemikiran dan pendidikan Islam di


Minangkabau, yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh
masyarakat Arab di Indonesia yang ditandai dengan berdirinya organisasi
9
Daud Rasyid, Pembaruan Islam dan Orientalisme Dalam Sorotan (Bandung : Syamil, 2006),
hlm. 2

10
Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung:Mizan, 1987),

hlm. 206.

11
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: Karya Toha Putra, tt), hlm 195
6

Jami’atul Khair (1905), organisasi ini pada dasarnya terbuka untuk semua
golongan muslim, namun mayoritas anggotanya adalah orang-orang Arab.12

Kebangkitan Islam semakin berkembang membentuk organisasi-organisasi


sosial keagamaan, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor (1909) dan Solo
(1911), Persyarikatan Ulama di Majalengka, Jawa Barat(1911), Muhammadiyah
di Yogyakarta (1912), Persatuan Islam (Persis) di Bandung (1920-an), Nahdatul
Ulama (NU) di Surabaya (1926), dan Persatuan Tarbiyah Islamiah (Perti) di
Candung, Bukittinggi (1930), dan Partai-partai Politik, seperti Sarekat Islam (SI)
yang merupakan kelanjutan dari SDI, Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) di
Padang Panjang (1932) yang merupakan kelanjutan dan perluasan dari organisasi
pendidikan Thawalib dan Partai Islam Indonesia (PII) pada tahun 1938.13

Organisasi-organisasi sosial keagamaan Islam dan organisasi-organisasi


yang didirikan kaum terpelajar menandakan tumbuhnya benih- benih
nasionalisme dalam pengertian modern, yang dikemudian hari berperanaktif
dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia.

12
Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, (Bandung:Pustaka
Setia, 2001), hlm 117

13
Badri Yatim, Op.Cit., hlm 258.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulannya, keterlibatan Islam dalam proses modernisasi menghadirkan
tantangan dan peluang yang harus dikelola dengan bijak. Diperlukan pendekatan
yang seimbang antara melestarikan nilai-nilai Islam yang mendasar dan
merespons dinamika modernitas. Dalam era di mana interkoneksi global semakin
erat, pemahaman yang mendalam tentang hubungan antara Islam dan
modernisasi menjadi kunci untuk membangun masyarakat yang inklusif,
dinamis, dan berdaya saing.

3.2 Saran
Untuk menjalani hidup seimbang antara Islam dan kehidupan masa kini, kita
dapat mencoba Pahami Ajaran Islam dengan Cara Kontemporer, Bicarakan dan
Dengarkan, Berikan Kesempatan yang Sama untuk Semua, dan Manfaatkan
Teknologi untuk Kebaikan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Adian Husaini, Penyesatan Opini (Pengantar: Daud Rasyid), (Jakarta: Gema Insani,
2002), hal. Vii.

Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam,


(Bandung:Pustaka Setia, 2001), hlm 117

Badri Yatim, Op.Cit., hlm 258.

Daud Rasyid, Pembaruan Islam dan Orientalisme Dalam Sorotan (Bandung :


Syamil, 2006), hlm. 2

Dedy Djamaluddin Malik dan Idi Subandy Ibrahim, Zaman Baru Islam Indonesia
(Bandung: Zaman Wacana Mulia. 1998), h. 190.

hlm. 206.

Ibid.,hlm. 929.

Jalaludin Rakhmat, et.al, “Prof. Dr. Nurcholish Madjid: Jejak Pemikiran dari
Pembaharu sampai Guru Bangsa”, Cet. Ke-I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), h. 386.

Loren Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm.925.

Loren Bagus, Kamus Filsafat, hlm. 292

Muhammad Nurdin Sarim, Telaah Kritis Pluralisme Agama (sejarah, factor, dampak
dan solusinya), hal. 1

Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: Karya Toha Putra, tt), hlm 195

Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung:Mizan, 1987),

Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam, Cet Ke-II (Jakarta: Bulan Bintang,
1984), h. 60-61.

Anda mungkin juga menyukai