Anda di halaman 1dari 15

ISLAM TRADISIONAL DAN ISLAM MODERN

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas Moderasi Islam

Dosen pengampu :

Bobby Rachman Santoso, S.Sos.I., M.S.I.

Disusun oleh :
Kelompok 8
Nina Fauziah 12308193127

Halwin Muhtadin 12308193131

Risty Dwi Rahmawati 12308193116

Rumaisha Ghina Salsabila 12308193111

SEMESTER 1
JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM 1C
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya terhadap kami, sehingga dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah "Moderasi Islam" dalam bentuk makalah,
Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabiyullah Muhammad, SAW.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul
"Islam Tradisional dan Islam Modern" ini, masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami berharap dari makalah yang
kami susun ini dapat bermamfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun
pembaca. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Tulungagung, 12 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Pengertian Islam Tradisional dan Modern......................................................2


B. Ciri – Ciri Islam Tradisional dan Modern.......................................................4
C. Perbandingan Islam Tradisional dan Modern.................................................7
D. Studi Kasus Islam Tradisional dan Modern....................................................8

BAB III : PENUTUP...................................................................................................11

A. Kesimpulan......................................................................................................11
B. Saran................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sesungguhnya, Islam yang bersumber dari al-Qur'an dan Sunnah dan
diyakini sebagai kebenaran tunggal, ditafsirkan penganutnya secara berbeda
dan berubah-ubah, akibat perbedaan kehidupan sosial penganut yang juga
terus berubah. Dari perbedaan penafsiran itu lahirlah kemudian pemikiran fiqh
dan teologi yang berbeda. Jika diuraikan berdasarkan kerangka ideologis,
terdapat paling tidak empat kategorisasi umat Islam; tradisionalis-konservatif,
reformis-modernis, radikal-puritan, dan nasionalis-sekuler.Sebagaimana yang
terjadi pada kemunculan beberapa pemikiran teologi dan filsafat di dunia
Islam pada abad klasik, kemunculan gagasan tentang pemikiran ideologis di
atas tidak terlepas dari pengaruh kondisi sosial, kepentingan dan kondisi sosial
dan budaya bangsa yang sedang berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan islam tradisional dan islam modern?
2. Bagaimana ciri-ciri pola pemikiran islam tradisional dan islam modern?
3. Bagaimana perbandingan islam tradisional dengan islam modern ?
4. Apa saja studi kasus yang kita jumpai di lingkungan masyarakat saat ini ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu islam tradisional dan islam modern
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pola pemikiran islam tradisional dan islam modern
3. Untuk mengetahui perbandingan islam tradisional dengan islam modern
4. Untuk menegetahui studi kasus yang berderar di masyarakat dan cara
menanggulanginya

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam Tradisional dan Modern


1. Islam Tradisional

Islam tradisional merupakan terma untuk sesuatu yang irrational,


berpandangan tidak ilmiah, atau lawan dari segala bentuk kemoderenan.
Tradisional dianggap sebagai aliran yang berpegang teguh pada keaslian
Agama, melalui penafsiran terhadap kitab suci secara rigid dan literalis. Dari
segi etimologis, tradisional berarti kecenderungan untuk melakukan sesuatu
yan telah dilakukan oleh pendahulu, dan memandang masa lampau sebagai
otoritas dari segala bentuk yang telah mapan. Menurut Achmad Jainuri, kaum
tradisional adalah mereka yang pada umumnya diidentikan dengan ekspresi
Islam lokal, serta kaum elit kultur tradisional yang tidak tertarik dengan
perubahan dalam pemikiran serta praktikuler Islam.

Sementara itu, tradisionalisme adalah paham yang berdasar pada tradisi


dan merupakan lawan modernisme, liberalisme, radikalisme, dan
fundamentalisme. Berdasarkan pada pemahaman terhadap tradisi di atas, maka
tradisionalisme adalah bentuk pemikiran atau keyakinan yang berpegang pada
ikatan masa lampau dan sudah dipraktekan oleh komunitas Agama.

Dalam pengertian konservatif, tradisionalisme sperti kata Karl Mannheim,


“a tendency to cling to vegetative patterns, to old ways of live. It is a reaction
against deliberate reformingtendencies and characterized by almost fear of
innovation”(adalah suatu kecenderungan yang sangat kuat untuk kembali
kepada kehidupan lampau (salafusshalih). Hal ini, tentunya merupakan
sesuatu yang kontraversi dengan perubahan dan perkembangan zaman).

Dibidang pemikiran Islam, tradisionalisme adalah suatu ajaran yang


berpegang pada Sunnah Nabi, yang diikuti oleh para sahabat dan secara
keyakinan telah dipraktekan oleh komunitas Muslim. Kaum tradisionalis di
Indonesia adalah mereka yang konsisten dan berpegang teguh pada mata

2
rantai sejarah serta pemikiran ulama-ulama terdahulu dalam perilaku
keberagamannya.

Kaum tradisional meyakini syariah sebagai hukum Tuhan yang telah


dipahami dan dipraktekansemenjak beberapa abad silam dan sudah terkristal
dalam beberapa mahdzab fiqih. Dalam bahasa fauzlur Rahman, mereka lebih
cenderung memahami syari’ah sebagimana yang telah dipraktekkan oleh
ulama terdahulu.

2. Islam Modern

Islam modern dalam bahasa Indonesia untuk merujuk suatu kemajuan


selau dipakai kata modern, modernisasi , atau modernisme. Masyarakat Barat
menggunakan istilah modernisme tersebut untuk suatu yang mengandung arti
pikiran, aliran atau paradigma baru. Dari penjelasan definisi diatas dapat
diartikan bahwa perkembangan pemikiran dan peradaban berarti terbukanya
pikiran manusia dan kebudayaan pada era saat ini.

Lawan dari tradisional adalah modern, yaitu suatu istilah yang


diidentikkan dengan zaman teknologi. Modernitas adalah sebuah sikap yang
mempertanyakan problem masa lampau, bentuk tradisional harus
dipertanyakan dan diuji, tidak ada sikap kembali ke belakang. Ide-ide masa
lampau tidak relevan lagi di masa sekarang.

Kata modern, modernisme, modernisasi, modernitas, dan beberapa istilah


yang terkait dengannya, selalu dipakai orang dalam ungkapan sehari-hari.
Karena perubahan makna yang terdapat di dalamnya, istilah-istilah ini
seringkali memiliki makna yang kabur. Modern adalah sebuah istilah
korelatif, yang mencakup makna baru lawan dari kuno, innovative sebagai
lawan tradisional. Meskipun demikian, apa yang disebut modern pada suatu
waktu dan tempat, dalam kaitannya dengan budaya, tidak akan memiliki arti
yang sama baik pada masa yang akan datang atau dalam konteks yang lain.

Bagi muslim modernis, Islam memberikan dasar bagi semua aspek


kehidupan manusia di dunia, baik pribadi maupun masyarakat, dan yang

3
dipandang selalu sesuai dengan semangat perkembangan. Oleh karena itu,
bagi kaum modernis tugas setiap muslim adalah mengimplementasikan semua
aspek ajaran Islam dalam kehidupan nyata. Dasar pandangan ini dibentuk oleh
satu keyakinan bahwa Islam memiliki watak ajaran yang universal.

Secara umum, orientasi ideologi keagamaan modernisme Islam


ditandai oleh wawasan keagamaan yang menyatakan bahwa Islam merupakan
nilai ajaran yang memberikan dasar bagi semua aspek kehidupan dan
karenanya harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi mereka,
pengamalan ini tidak hanya terbatas pada persoalan ritual-ubudiyah, tetapi
juga meliputi semua aspek kehidupan social kemasyarakatan.

B. Ciri – Ciri Pemikiran Islam Tradisional dan Modern

Islam tradisional merupakan model pemikiran yang berusaha berpegang


pada tradisi-tradisi yang telah mapan. Bagi mereka, segala persoalan umat telah
diselesaikan secara tuntas oleh para ulama terdahulu. Tugas kita sekarang
hanyalah menyatakan atau merujukkan kembali. Perbedaan kelompok ini dengan
fundamentalis terletak pada penerimaannya pada tradisi. Fundamentalismembatasi
tradisi yang diterima hanya sampai pada khulafa' al-rasyidin , sedang tradisionalis
melebarkan sampai pada salaf al-shalih , sehingga mereka bisa menerima kitab-
kitab klasik sebagai bahan rujukannya. Islam tradisional sebenarnya adalah suatu
ajaran yang berpegang pada Al-Quran, Sunnah Nabi, yang diikuti oleh para
Sahabat dan secara keyakinan telah dipraktekkan oleh komunitas Muslim (Ahlu al
Sunnah wa alJama’ah), memegang dan mengembangkan ajaran fiqh madzhab
empat.

4
 Ciri-ciri (Corak Pemikiran) Islam Tradisional :

a.) Eksklusif (tertutup) atau fanatik sempit, tidak mau menerima pendapat,
pemikiran dan saran dari kelompok lain (terutama dalam bidang agama). Hal ini
dikarenakan mereka mengganggap bahwa kelompoknya yang paling benar.

b.) Tidak dapat membedakan antara hal-hal yang bersifat ajaran dengan yang
non-ajaran.Dengan ciri demikian, islam tradisionalis mengganggap semua hal
yang ada hubungannya dengan agama sebagai ajaran yang harus dipertahankan.

c.) Berorientasi kebelakang. Islam tradisionalis menilai bahwa berbagai keputusan


hukum yang diambil oleh para ulama di masa lampau merupakan contoh ideal
yang harus diikuti. Hal demikian muncul sebagai akibat dari pandangan mereka
yang terlampau mengagungkan paraulama masa lampau dengan segala atributnya
yang tidak mungkin dikalahkan oleh paraulama atau sarjana yang muncul
belakangan.

d.) Cenderung tekstualis-literalis. Cenderung memahami ayat-ayat al-quran


secara tekstual tanpa melihat latar belakang serta situasi sosial yang menyebabkan
ayat-ayat al-quran tersebut diturunkan, sehingga jangkauan pemakaian suatu ayat
sangat terbatas pada kasus-kasustertentu saja tanpa mampu menghubungkannya
dengan situasi lain yang memungkinkandijangkau oleh ayat tersebut. Sedangkan
dengan cirinya yang literalis, islam tradisionalis kurang dapat menangkap pesan
atau makna yang terkandung dibelakang ayat. Akibat dari ciri yang demikian itu
maka mereka meniru segala macam yang dicontohkan Nabi dan ulama pada masa
lampau, seperti cara nabi berpakaian berikut modenya seperti mengenakan jubah,
berjanggut, memakai surban, memakan dengan tangan, tidak mau menggunakan
produk- produk teknologi modern, cenderung back to nature dan sebagainya.

e). Cenderung kurang menghargai waktu

f.) Cenderung tidak mempersalahkan tradisi yang terdapat dalam agama. Pada
waktu islamdatang ke indonesia, di indonesia sudah terdapat berbagai macam
agama dan tradisi yang berkembang dan selanjutnya ikut mewarnai tradisi dan

5
paham keagamaan yang ada. Tradisiyang demikian itu tidak dipermasalahkan
yang penting dapat menentramkan hati dan perasaan mereka.

g.) Cenderung lebih mengutamakan perasaan daripada akal pikiran.

h.) Cenderung bersifat jabariyah dan teosentris, yaitu sikap pasrah, patuh dan
tunduk pada Tuhan diiringi dengan keyakinan bahwa segala sesuatu jika Tuhan
mengizinkan akan terjadi.

i.) Kurang menghargai ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

j.) Jumud dan statis. Jumud adalah pikiran dimana tak bisa melihat sesuatu yang
ada lebih luaslagi , dengan demikian islam tradisionalis cenderung tidak mau
mengikuti perubahan dan mempertahankan apa-apa yang dipandangnya sudah
baik sejak dahulu, tanpa mempertanyakannya secara.

Dengan karakter demikian, tradisionalisme islam menjadi sasaran kritik


gerakan modernisme islam yang menolak sama sekali produk-produk intelektual
yang menjadi landasan konstruksi tradisionalisme, sehingga sampai tahapan
tertentu. Tradisi pemikiran klasik ditinggalkan, dan yang dominan adalah
keterpesonaan terhadap berbagai aliran pemikiran Barat.

Masyarakat modern adalah masyarakat yang telah mengalami transformasi


teknologi dan pengembangan ilmu pengetahuan yang telah menyajikan berbagai
perkembangan pesat dalam membentuk mindset dan gaya hidup masyarakat.
Adanya konsentrasi tenaga kerja di pusat urban (kota), pengorganisasian
pekerjaan yang ditentukan berdasarkan efektivitas atau profit, penerapan ilmu
pengetahuan dan teknlogi dalam proses produksi, munculnya antagonism
terpendam atau nyata antara pemilik modal dengan buruh, berkembangnya
ketimpangan dan ketidakadilan sosial, serta system ekonomi berlandaskan usaha
dan kompetisi bebas yang terbuka (Martono, 2012: 82).

 Adapun ciri-ciri dari masyarakat modern, seperti :


a) perkembangan pemikiran dan peradaban berarti terbukanya pikiran
manusia dan kebudayaannya pada era saat ini.

6
b) Cenderung menginterprestasikan ajaran islam dengan menggunakan
pendekatan, termasuk dari Barat.
c) Memiliki pola piker yang rasional.
d) Memiliki sikap untuk mengikuti model Barat di bidang pendidikan,
teknologi, dan industry atau telah terbawah arus modernisasi
e) Pemikiran kaum modern bukan haanya terbatas pada bidang teknologi
ataupun industry, akan tetapi juga merambah ke dalam bidang pemikiran
islam yang bertujuan untuk mengimbangkan keyakinan agama dengan
pemikiran modern.
f) Bersikap lebih terbuka terhadap pengalaman yang lebih baru.

C. Perbandingan Islam Tradisional dan Modern

Nilai kehidupan yang dipegangi oleh masyarakat tradisional adalah tidak


menjaga waktu, statis, fanatik, tertutup, orientasi pada masa lalu, status otomatis
(ascriptive), keterikatan primodial (seperti famili, suku, agama) dan tidak lugas.
Sementara, nilai kehidupan masyarakat modern dilandasi oleh karakterisasi
sebagai kebalikan dari masyarakat tradisional seperti, menjaga waktu, dinamis,
toleran, terbuka, orientasi pada masa depan, status karena prestasi, keterikatan
pada lingkungan yang lebih luas (berupa bangsa, pergaulan internasional), netral
terhadap agama dan aliran serta lugas (Noer, 1983 :6).

Sejalan dengan hal itu, Harun Nasution membagi pola kehidupan masyarakat
Islam kepada tradisionalisme dan rasionalisme. Masyarakat tradisional katanya
statis dalam bergerak, tekstual dalam berpikir, dan kurang mengfungsikan akal
(rasio). Sebaliknya masyarakat rasional mempunyai kedinamisan dalam bergerak,
kontektual namun ada nilai tekstual dalam berpikir, memporsikan akal
(intelektual) lebih besar (Nasution, 1987: 73).

Disamping itu, ada juga nilai yang mempersinambungkan antara


tradisionalisme dengan modernisme dalam Islam, yakni nilai yang berlaku untuk
kedua kelompok yang bersifat abadi. Mungkin, inilah yang di sebut nilai dasar.
Dalam aplikasinya, nilai dasar tidak akan jalan, kalau tidak ada nilai

7
instrumentalnya yang merupakan alat dan wahan yang diperlukan dalam
menghadapi tantangan hidup (Noer, 1983: 17)

D. Studi Kasus Islam Tradisional dan Modern

 Islam Tradisional

Dikatakan juga, masyarakat tradisional lebih banyak menggunakan cara


pandang ke masa lalu. Mereka sangat teguh memegang pesan-pesan nenek
moyang dan orang tua, bahkan hal itu dirasakan mengikat. Karena terlalu
mengagungkannya, akhirnya bisa menjadi khayali. Artinya, sesuatu yang
sebenarnya tidak agung dibuat seperti agung. Kebiasaan orang-orang tua dijadikan
teladan yang harus diikuti. Berlainan dengan tradisi yang sudah turun-temurun
dianggap penyimpangan. Penyimpangan tidak dapat diterima mereka. Akibatnya,
baik secara terpaksa atau suka rela, orang harus menyesuaikan diri dengan
keadaan. Sebaliknya, tuntunan orang modern lebih tertuju ke masadepan
dengantitik tekan pada kepastian. Kepastian adalah sesuatu yang diinginkan. Oleh
sebab itu, harus ada planning dan programming. Segala hambatan diusahakan
untuk disingkirkan dengan adanya perencanaan dan tidak secara kebetulan. Masa
lalu tidak diperhatikan lagi. Dengan demikian, orang tradisional bersikap statis
(Noer, 1983: 7).

Oleh sebab itu, tidak jarang orang modern cenderung ingin mencari
sesuatu yang baru yang dipandangnya lebih maju. Dengan demikian, sikapnya
terbuka, sebagai kebalikan sikap orang tradisional. Ketertutupannya (orang
tradisional) ditandai dengan memandang orang lain dengan rasa curiga. Apa yang
dipunyai orang lain dianggapnya ganjil dan mungkin juga tidak wajar. Itulah
KONTEKSTUAIITA Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I Vol.21 N0.2,
Des2006 57 sebabnya, orang tradisional dicap fanatik, sebaliknya orang modern
dicap toleran (Noer, 1983: 8).

8
 Islam Modern

Sejauh pembahasan ini, dapat dikatakan bahwa modernisasi keagamaan


ternyata tidak timbul dengan sendirinya, melainkan sebagai respon atas diaiektika
yang muncul di masyarakat. Beberapa faktor yang menjadi katalisator bagi
munculnya modernisasi keagamaan Islam di Indonesia adalah; Pertama, faktor
sosial-budaya. Pembaharuan (modernisasi) yang muncul pada masa awal di
Indonesia tampaknya lebih dipengaruhi oleh faktor sosial budaya.

Ketika Islam masuk ke Indonesia, sebenarnya secara tidak langsung telah


terjadi proses akulturasi yang terjadi begitu lama. Konsekuensi dari akulturasi
semacam ini adalah semangat keberagamaan yang khas Indonesia. Sehingga
ketika Clifford Geertz melakukan studi tentang Islam di Indonesia,
kebingungannya nampak ketika dia membagi mesyakarat Jawa (Indonesia) itu
terbagi kepada tiga kategori, yakni "priyai" (berorientasi Jawa-Hindu), "santri"
(berorientasi Islam), dan "abangan" (berorientasi animistik) (Ward, 1999 : 22). 38
KONTEKSTUAIITA Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I Vol.21 N0.2, Des
2006 Asimilasi budaya pribumi dengan tradisi Islam memang kerap membawa
seorang pad acaraberagama yang campur aduk (sinkretik), sehingga mengundang
beberapa ulama yang sudah terdidik di Timur-Tengah untuk mengadakan
pembaharuan, purifikasi demi membersihkan agama dari unsur-unsur
irrasionalitas, takhyayul dan bid'ah.

Kedua, faktor politik. Berbarengan dengan itu pula, kedatangan pihak


asing yang telah membawa kesengsaraan dan krisis di berbagai dimensi
kehidupan, mulai dari ekonomi, pendidikan, sehingga krisis kebudayaan. Di
samping proyek kristenisasi yang dibawa serta oleh kaum imperialisme sedikit
banyak menggugah semangat dan menimbulkan resistensi di kalangan umat Islam
Indonesia. Mereka yang mendapat pendidikan yang memadai, terutama yang
berasal dari luar negeri (Barat dan Timur Tengah) mulai mengalihkan perhatian
dari pada sekedar kritik budaya (internal) kepada aksi politik menentang
imperialisme. Dari sekedar men of idea menuju men of power yang mengerakkan.

9
Ketiga, faktor pendidikan. Keterbelakangan di bidang pendidikan telah
dari awal menarik perhatian kaum modernis Islam. Terlebih ketika itu dikaitkan
dan dibandingkan dengan kemajuan bangsa asing. Kalangan modernis kemudian
menyimpulkan bahwa keterbelakangan tersebut, diantaranya, disebabkan oleh
kekakuan model pendidikan yang hanya berkutat pada kitab kuning, pengajaran
moral dan tarekat-tarekat. Padahal kemajuan umat Islam juga harus didukung oleh
kemajuan di bidang teknologi sebagaimana yang dimiliki oleh bangsa asing. Di
sinilah kaum modernis Islam menawarkan sikronisasi dan integrasi antara
pendidikan Islam dan pendidikan ala Barat.

Keempat, faktor teologis. Persoalan besar yang dihadapi umat Islam


dewasa ini adalah kemajemukanagamayang niscaya dan tidak bisa dielakkan di
negara Indonesia. Untuk menjembatani persoalan tersebut, umat Islam kembali
harus melakukan pembacaan ulang terhadap telogi mereka. Dalam konteks itulah
lahir sebuah teologi Islam pluralis yang mencoba membangun sebuah
keberagamaan inklusif dan saling pengertian (mutual understanding)
antarpemeluk agama di Indonesia.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seperti yang kita ketahui bahwa islam modern dalam hal pemikiran berarti
corak pemikiran dalam islam yang berlaku sesuai dengan tuntutan zaman, dan
akan menyesuaikan dengan sesuatu model yang baru, berupaya dengan sungguh-
sungguh untuk melakukan reinterprestasi terhadap pemahaman, pemikiran, dan
pendapat tentang permaalahan keislaman yang dilakukan oleh pemikiran
terdahulu, untuk disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dengan demikian
pembelajaran tentang tradisi budaya local sebagai bagian dari tradisi islam
nusantara akan lebih memahami tentang bagaimana perjuangan para penyebar
islam di nusantara sehingga dapat meneladani dan menghargai jasa-jasa para
pahlawan agama dan bangsa tersebut. pengorbanan para pendahulu mereka. Dapat
dikatakan bahwa islam tradisi tidak berarti menutup diri terhadap kemajuan, tetapi
islam merupakan agama yang menyuruh umatnya untuk maju dan mengelola
segala potensi yang telah diberikan Allah SWT untuk manusia.

B. Saran

Setelah pembahasan makalah ini diharapkan kepada semua masyarakat pada


khususnya umat islam dapat memahami betul tentang adanya Islam tradisional
dan Islam pada zaman modern, serta memelajari benar tentang percampuran
antara tradisional dan modern sehingga tidak ada kesalah fahaman. Dengan
mengenal perbedaan dan persamaan yang ada diharapkan para mahasiswa dapat
memahami betul apa yang menjadi problem dalam Islam tradisonal dan modern.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Abdul. 2016. Dakwah Dalam Perspektif Paradigma Tradisionalisme dan


Reformisme. XV(1). (Online), (http://jurnaluniversitasislamassyafiyah.ac.id),
diakses pada 15 September 2019

Chatib, Adrianus. 2006. Kontekstualita jurnal penelitian sosial keagamaan. Vol 21


No.2(Online)(https://media.neliti.com/media/publications/37133-ID-
tradisionalisme-dan-modernisme-studi-tentang-nilai-nilai-dalam-kehidupan-
masyara.pdf), diakses 27 september 2019

12

Anda mungkin juga menyukai