Anda di halaman 1dari 10

Etika Komunikasi Dakwah menurut Al-Quran

Anita Ariani
Fakultas Dakwah IAIN Antasari

The Qur'an mentions dakwah as ahsanu qawla, good words and deeds. In such a
context, when the mission is communicated by a preacher, then he or she must have
good ethics if he or she wants to preach or to communicate with his or her audience.
In addition, in delivering the messages preachers should adjust to the circumstances
and the environment where they are preaching. Therefore, ethics is very important in
the process of propagation and communication activities. Because ethics is the
standard values as reference of behaviour. Without a good communication in
preaching, one is considered as rude. Therefore, a preacher must first have good
ethics and communication.
Keywords: Dakwaa, communication ethics, qaulan karima, qaulan sadida, qaulan
ma'rufa, qaulan baligha, qaulan layyina, qaulan maisura.

Alquran menyebut dakwah sebagai ahsanu qawla, artinya ucapan dan perbuatan
yang baik. Dalam konteks yang demikian, ketika dakwah dikomunikasikan oleh
seorang penyampai, maka ia harus mempunyai etika yang baik apabila ia ingin
berdakwah atau berkomunikasi dengan mad’u nya. Di samping itu, dalam
penyampaian pesan dakwah juru dakwah juga harus menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi mad’u, lingkungan, dan keadaan sekitar area dakwahnya. Oleh karena
itu etika sangat penting dalam proses aktivitas dakwah dan komunikasi. Sebab
etika adalah standar nilai-nilai yang harus dijadikan acuan dalam berbuat,
bertindak dan berperilaku. Tanpa ada suatu komunikasi yang baik dalam
berdakwah maka seseorang itu dinyatakan tidak mempunyai etika yang cukup baik
pula. Seorang pendakwah terlebih dahulu harus mempunyai etika yang baik dan
komunikasi yang baik.

Kata kunci: Dakwah, etika komunikasi, qaulan karima, qaulan sadida,


qaulan ma'rufa, qaulan baligha, qaulan layyina, qaulan maisura.

Berbicara komunikasi tidak terlepas hak dan kewajiban moral (akhlak);


dari etika komunikasi. Dalam perspektif kumpulan asas atau nilai yang
filsafat moral, etika berarti cabang berkenaan tentang akhlak; nilai
filsafat mengenai nilai-nilai dalam mengenai benar dan salah yang dianut
kaitannya dengan perilaku manusia, suatu golongan atau masyarakat (KBBI
apakah suatu tindakan yang dilakukan- 1995, 237).
nya itu benar atau salah, baik atau Etika, meski menyangkut persoalan
buruk. Dengan demikian, etika adalah tata susila atau moral, tetapi ia tidak
filasafat moral yang menunjukkan otomatis bisa membuat seseorang
bagaimana seseorang harus bertindak. menjadi baik. Etika hanya
Dalam Kamus Besar Bahasa menunjukkan sifat baik buruknya
Indonesia disebutkan, bahwa etika perbuatan seseorang. Di sini etika
berarti ilmu tentang apa yang baik dan hanya berfungsi sebagai pedoman, yang
tentang apa yang buruk dan tentang turut mempengaruhi seseorang untuk

Email penulis: anitaariani41@yahoo.co.id

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 11 No. 21, Januari – Juni 2012, 7-16 7
Anita Ariani Etika Komunikasi

berperilaku baik; melakukan kewajiban manusia dari tindakan yang sesuai


sebagaimana mestinya dan menjauhi dengan ke-inginannya, mengikat
larangan sebagaimana mestinya. manusia untuk melakukan sesuatu
Dalam proses komunikasi dikenal yang sebetulnya dibenci. Sanksi
adanya komunikator, komunikan, diberikan jika seseorang telah
pesan, saluran yang digunakan, dan melakukan pelanggaran terhadap
efek. Elemen-elemen ini akan saling kewajiban dan larangan, peraturan dan
berkaitan erat satu sama lainnya. ketentuan yang berlaku.
Begitu juga dalam konsep komunikasi Etika umumnya menurut Effendy
dakwah. Komunikasi adalah proses (1992) menyangkut perilaku seseorang
penyampaian suatu pesan kepada yang dinilai baik atau buruk tanpa
orang lain untuk memberi tahu atau merugikan orang lain. Misalnya seorang
untuk mengubah sikap, pendapat,atau pria yang memakai anting-anting,
perilaku, baik langsung secara lisan, seorang suami yang memaki-maki
maupun tidak langsung melalui media isterinya di tempat ramai, contoh-
(Effendy 1992, 5). contoh perilaku tersebut memang tidak
Adapun pengertian dakwah adalah merugikan orang lain, tetapi perilaku
suatu kegiatan ajakan, baik dalam tersebut dinilai orang lain tidak pantas
bentuk lisan, tulisan atau tingkah laku dilakukan, maka jika hal tersebut
dan sebagainya yang dilakukan secara dilakukan akan timbullah ejekan
sadar dan berencana dalam usaha seperti kampungan, orang udik, kurang
mempengaruhi orang lain, baik secara pergaulan, dan sebagainya. Tetapi, bila
individual maupun kelompok agar seseorang berperilaku dengan sengaja
supaya timbul dalam dirinya suatu merugikan atau menyinggung perasaan
pengertian, kesadaran, sikap orang lain, maka dinilai tidak etis.
penghayatan, serta pengalaman
terhadap ajaran agama sebagai
message yang disampaikan kepadanya Etika Komunikasi Dakwah dalam Al-
dengan tanpa adanya unsur-unsur Quran
paksaan (Arifin 1991, 6).
Dari kedua pengertian di atas, Ketika etika dikaitkan dengan
terdapat kesamaan proses dan hakikat komunikasi, maka etika itu menjadi
dari seorang untuk mempengaruhi dasar pijakan dalam berkomunikasi
orang lain. Perbedaannya hanya antar individu atau kelompok. Etika
terletak pada cara dan tujuan yang memberikan landasan moral dalam
dicapai. Untuk mencapai tujuan membangun tata susila terhadap
tersebut diperlukan etika komunikasi semua sikap dan perilaku individu atau
dan etika dakwah; etika komunikasi kelompok dalam komunikasi. Dengan
berdasarkan filsafat dan moral demikian, tanpa etika komunikasi itu
sedangkan etika dakwah berlandaskan dinilai tidak etis. Berdasarkan
Alquran dan sunnah. pengertian yang dikemukakan diatas,
Dalam konteks kehidupan manusia, dapat disimpulkan bahwa etika
maka kewajiban dan larangan merupa- komunikasi adalah tata cara ber-
kan suatu peraturan dan ketentuan komunikasi yang sesuai dengan standar
yang mengikat yang menuntut kesadar- nilai moral atau akhlak dalam menilai
an untuk melaksanakannya. Baik benar atau salah perilaku individu atau
kewajiban maupun larangan merupa- kelompok.
kan jaringan norma yang seolah-olah Etika komunikasi dibangun ber-
membelenggu manusia, mencegah dasarkan petunjuk Alquran, Islam

8 Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 11 No. 21, Januari – Juni 2012, 7-16
Etika Komunikasi Anita Ariani

mengajarkan bahwa berkomunikasi itu Artinya: “Dan di antara manusia (ada)


harus dilakukan secara beradab, penuh orang yang mempergunakan perkataan
penghormatan, penghargaan terhadap yang tidak berguna untuk menyesatkan
orang yang diajak bicara, dan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah
sebagainya. Ketika berbicara dengan
itu olok-olokan. Mereka itu akan
orang lain, Islam memberikan landasan memperoleh azab yang menghinakan” (QS.
yang jelas tentang tata cara berbicara. Luqman (31: 6)).
Tata cara berbicara kepada orang lain
itu misalnya harus membicarakan hal- Pada ayat lain, Alquran juga
hal yang baik, menghindari kebatilan, mengungkapkan perilaku kaum mu-
perdebatan, pembicaraan dan nafik yang suka menyiarkan berita
permasalahan yang rumit, tanpa konfirmasi dengan tujuan
menyesuaikan diri dengan lawan menyesatkan orang lain dan mencari
bicara, jangan memuji diri sendiri, dan keuntungan:
jangan memuji orang lain dalam
kebohongan.
Etika komunikasi dalam Islam          
  
didasarkan pada prinsip-prinsip ajaran
Islam yang bersumber dari nilai-nilai           
Ilahiyah. Semua prinsip itu dijadikan
sebagai fondasi dasar dalam berpikir,
bersikap, berbicara, bertindak dan          
sebagainya dalam kehidupan umat
Islam tanpa kecuali. Karena, pada       
prinsipnya dengan siapapun umat
Islam berkomunikasi, mereka harus
menjunjung tinggi prinsip-prinsip yang
mendasari etika komunikasi dalam Artinya: “Dan apabila datang kepada
kehidupan di masyarakat, terutama mereka suatu berita tentang keamanan
ataupun ketakutan, mereka lalu me-
dalam keluarga.
nyiarkannya. dan kalau mereka
Dalam Alquran, cukup banyak ayat menyerahkannya kepada Rasul dan ulil
yang memberi kritik terhadap sikap dan Amri di antara mereka, tentulah orang-
perilaku buruk manusia. Perilaku orang yang ingin mengetahui kebenarannya
sebagian manusia yang suka (akan dapat) mengetahuinya dari mereka
menyebarkan berita bohong dengan (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena
motif untuk menyesatkan manusia karunia dan rahmat Allah kepada kamu,
sangat ditentang oleh QS. Luqman (31: tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali
6): sebahagian kecil saja (di antaramu)” (QS.
Al-Nisa (4: 83)).

         Oleh karena itu, Allah memerintah-
kan kepada manusia untuk teliti dalam
menerima informasi. ceck and recheck
           
perlu dilakukan terhadap informasi
yang berkembang atau yang diberikan
   seseorang agar tidak terjadi penipuan
informasi:

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 11 No. 21, Januari – Juni 2012, 7-16 9
Anita Ariani Etika Komunikasi

efektif/ keterbukaan), prinsip qaulan


 
      
    
  layyina (perkataan yang lemah lembut),
dan prinsip qaulan maisura (perkataan
          yang pantas).


        
Qaulan Karima
       Komunikasi yang baik tidak dinilai
dari segi rendahnya jabatan atau
Artinya: “Apakah mereka tidak memper- pangkat seseorang, tetapi ia dinilai dari
hatikan berapa banyak generasi yang telah perkataan seseorang. Cukup banyak
Kami binasakan sebelum mereka, Padahal orang yang gagal berkomunikasi dengan
(generasi itu) telah Kami teguhkan baik kepada orang lain disebabkan
kedudukan mereka di muka bumi, Yaitu memper-gunakan perkataan yang keliru
keteguhan yang belum pernah Kami dan berpotensi merendahkan orang
berikan kepadamu, dan Kami curahkan lain. Merendahkan orang lain sama
hujan yang lebat atas mereka dan Kami halnya memberikan citra buruk kepada
jadikan sungai-sungai mengalir di bawah orang lain. Hal inilah yang membuat
mereka, kemudian Kami binasakan mereka
hubungan tidak baik antara seseorang
karena dosa mereka sendiri, dan Kami
ciptakan sesudah mereka generasi yang kepada orang lain. Karena merasa
lain” (QS. Al-An‟am (6: 6)). perkataannya kurang dihargai, maka
lawan bicara cenderung tidak
Bahkan Alquran juga melarang meneruskan pembicaraannya dan
untuk mengikuti segala sesuatu yang secara tiba-tiba menjauhkan diri
tidak diketahui dan diragukan dengan membawa perasaan kecewa.
kebenarannya. Sebab hal itu bisa Yang semula senang kepada lawan
menyesatkan dan sulit dipertanggung- bicara, berubah menjadi benci hanya
jawabkan: karena perkataan.
Islam mengajarkan agar mem-
pergunakan perkataan yang mulia
            dalam berkomunikasi kepada siapa
pun. Perkataan yang mulia ini seperti
        terdapat dalam ayat Alquran yang
berbunyi:

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti


apa yang kamu tidak mempunyai          
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati,
       
semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya” (QS. Al-Isra (17: 36).
        
 
Dalam konteks itu, ada enam
komunikasi dakwah menurut Alquran,   
yaitu prinsip qaulan karima (perkataan
yang mulia), prinsip qaulan sadida
(perkataan yang benar/lurus), prinsip
qaulan ma’rufa (perkataan yang baik), Artinya: “Dan Tuhanmu telah me-
prinsip qaulan baligha (perkataan yang merintahkan supaya kamu jangan

10 Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 11 No. 21, Januari – Juni 2012, 7-16
Etika Komunikasi Anita Ariani

menyembah selain Dia dan hendaklah akan individualitas dan pandangan


kamu berbuat baik pada ibu bapakmu pribadinya dengan membantu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang meningkatkan potensinya untuk
di antara keduanya atau Kedua-duanya menjadi siapa atau apapun.
sampai berumur lanjut dalam
Dakwah secara qaulan karima ini
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada dapat digunakan ketika menghadapi
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah mad’u atau sasaran yang tergolong
kamu membentak mereka dan ucapkanlah lanjut usia dan perkataan yang
kepada mereka Perkataan yang mulia” (QS. digunakan adalah perkataan yang
al-Isra (17: 23)). mulia, santun, penuh penghormatan
dan penghargaan, tidak menggurui dan
Dalam ayat ini, Allah tidak hanya tidak memerlukan retorika yang
meng-ingatkan pentingnya ajaran meledak-ledak, karena mereka mudah
tauhid untuk mengesakan Allah agar tersinggung.
manusia tidak ter-jerumus ke dunia
kemusyrikan, melainkan juga
memerintahkan kepada anak agar Qaulan Sadida
selalu berbakti kepada orang tua.
Wujud kebaktian anak kepada orangtua Menurut Jalaluddin Rahkmat (1998,
adalah dengan tulus ikhlas memelihara 78) mengartikan qaulan sadida sebagai
keduanya ketika mereka berusia lanjut. pembicaraan yang benar, jujur.
Berkata kasar kepada orang tua Sedangkan Pickthall menerjemahkan-
dilarang karena hal itu bisa menyakiti nya “Straight to the point”, yang
perasaan orang tua. Penghormatan diartikan pembicaraan yang lurus,
kepada orang tua tidak mesti melalui tidak bohong, dan tidak berbelit-belit.
penampakan sikap dan perilaku yang Muhammad Natsir (2000, 190) dalam
baik, melalui perkataan yang sopan dan Fiqhud Dakwah menyebutkan pendapat
penuh hormat juga sebagai wujud yang tidak jauh berbeda, yaitu kata
penghormatan anak kepada orang tua. yang lurus (tidak berbelit-belit), kata
Bahkan tidak hanya kepada orang tua, yang benar, keluar dari hati yang suci
kepada orang lain atau orang yang lebih bersih dari ucapan yang demikian rupa,
tua, seorang anak harus berkata sopan sehingga dapat mengenai sasaran yang
dan penuh hormat. dituju, lewat upaya mengetuk pintu
Qaulan karima menyiratkan suatu akal dan hati mereka yang dihadapi.
prinsip utama dalam etika komunikasi Berkata benar berarti berkata jujur,
Islam, yakni penghormatan. apa adanya, jauh dari kebohongan.
Komunikasi dalam Islam harus Orang yang jujur adalah orang yang
memperlakukan orang lain dengan dapat dipercaya. Setiap perkataan yang
penuh rasa hormat (Amir 1999, 88). keluar dari mulutnya selalu
Prinsip ini sejalan dengan komunikasi mengandung kebenaran. Berkata benar
humanistis dari Carl Rogers dan Erich memberikan efek psikologis yang positif
From, atau komunikasi dialogis dari terhadap jiwa seseorang. Orang yang
Martin Boner. selalu berkata benar adalah orang yang
Menurut Mafri Amir (1999, 88-89) sehat jiwanya. Perasaannya tenang,
orang lain dinilai dari harga diri dan senang dan bahagia, jauh dari resah
integritasnya sebagai manusia. Mitra dan gelisah sebab ia tidakk pernah
dalam dialog diakui sebagai pribadi dan menzholimi orang lain dengan
bukan sekadar toleransi, sekalipun kita kedustaan. Siapapun menyukai orang
menentangnya. Hak orang lain diakui yang jujur, karena ia dapat dipercaya

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 11 No. 21, Januari – Juni 2012, 7-16 11
Anita Ariani Etika Komunikasi

untuk mengemban amanah yang jujur karena jujur membawa kamu


diberikan. kepada kebaikan, dan kebaikan
Jalaluddin Rakhmat (1998, 78-79) membawa kamu kepada surga”. Supaya
mengungkap-kan pendapatnya bahwa orang tidak meninggalkan keturunan
kata benar itu mempunyai beberapa yang lemah, menurut Jalaluddin
makna yakni sesuai dengan kriteria Rakhmat (1998), Alquran menyuruh
kebenaran dan kejujuran (tidak orang selalu berkata benar. Anak-anak
bohong). dilatih berkata jujur, karena kejujuran
melahirkan kekuatan, sedangkan
1) Kebenaran kebohongan sering melahirkan
Arti kebenaran yang pertama ialah kelemahan dan mencerminkan rendah
sesuai dengan kriteria kebenaran. diri, pengecut dan ketakutan sementara
Sebagai orang Islam, ucapan yang berkata benar mencermin-kan
benar tentu ucapan yang sesuai dengan keberanian.
Alquran, asSunnah dan ilmu. Alquran Jadi dengan demikian keturunan
menyatakan bahwa berbicara yang yang lemah di sini dapat dipahami
benar adalah persyaratan untuk sebagai keturunan yang tidak jujur.
kebenaran (kebaikan, kemaslahatan) Keturunan seperti ini dinilai lemah
amal. Bila ingin menyukseskan karya karena perkataannya tidak sesuai
kita, bila ingin memperbaiki dengan perbuatannya sehingga sulit
masyarakat kita, menurut Jalaluddin untuk dipercaya atau dengan kata lain
Rakhmat (1998) kita harus keturunan seperti ini dinilai sebagai
menyebarkan pesan yang benar. keturunan yang munafik.
Dengan kata lain, masyarakat menjadi
rusak bila isi pesan komunikasi tidak
benar. Qaulan Ma’rufa
Bila dihubungkan dengan dakwah,
maka kegiatan penyampaian pesan- Qaulan ma‟rufa dapat diterjemahkan
pesan kebenaran haruslah sesuai dengan ungkapan yang pantas. Kata
dengan Alquran dan asSunnah sebagai ma’rufa berbentuk isim maf’ul yang
landasan normatif ajaran Islam. Dalam berasal dari madhinya, „arafa. Salah
penyampaian Islam ini diperlukan satu pengertian ma‟rufa secara
sebuah kemasan yang cermat, jitu dan etimologis adalah al-khair atau al-ihsan,
tepat, sehingga dapat pula mengenai yang berarti yang baik-baik. Jadi
sasaran. Jadi, sebagai seorang da‟i qaulan ma‟rufa mengandung pengertian
membutuhkan strategi dalam perkataan atau ungkapan yang baik
menggunakan kata-kata yang tepat dan pantas (Amir 1999, 85). Dalam
agar kebenaran itu bisa diterima Alquran ungkapan qaulan ma‟rufa
sebagai sebuah kebenaran, karena ditemukan dalam surah Al-Baqarah;
kebenaran inilah yang menjadi agenda 235, Al-Ahzab; 32, Al-Baqarah; 263, An-
kerja bagi da‟i. Nisaa; 5 dan 8. Dalam surah Al-
Baqarah ayat 263 tersebut Allah
2) Kejujuran (tidak bohong) berfirman:
Arti kedua qaulan sadida adalah
ucapan yang jujur, tidak bohong. Nabi
Muhammad Saw bersabda, “jauhi          
dusta, karena dusta membawa kamu
kepada dosa, dan dosa membawa kamu     
kepada neraka. Lazimkanlah berkata

12 Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 11 No. 21, Januari – Juni 2012, 7-16
Etika Komunikasi Anita Ariani

Dakwah seperti ini disampaikan


Artinya: “Perkataan yang baik dan dengan cara-cara santun, beradab, dan
pemberian maaf lebih baik dari sedekah menjunjung tinggi martabat manusia
yang diiringi dengan sesuatu yang sebagai makhluk yang dimuliakan.
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Dakwah semacam ini sangat
Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (QS. Al-
diperlukan, karena secara faktual
Baqarah (2: 263).
kondisi objek dakwah sangat heterogen
tingkat pendidikannya, sosial, ekonomi,
Dalam ayat ini Allah
lingkungan kerja dan tempat
memperingatkan bahwa perkataan yang
tinggalnya. Semuanya mempunyai pola
baik atau pantas dan pemberian maaf
pikir dan perilaku mereka, termasuk
lebih baik daripada pemberian sedekah
dalam merespon dakwah yang
yang diiringi dengan perkataan yang
dilakukan oleh para juru dakwah.
menyakitkan hati penerima. Islam
Etika dakwah yang diajarkan di sini
mengajarkan agar ketika memberi
lebih menekankan budi pekerti yang
orang lain yang minta sedekah disertai
baik seperti dakwah yang dilakukan
dengan perkataan yang baik, bukan
oleh Rasulullah Saw, beliau datang
diiringi dengan perkataan yang kasar.
untuk menyempurnakan akhlak,
Sebab perkataan yang kasar dapat
walaupun pada zaman Rasulullah tidak
menyakiti perasaan orang lain. Jika
ada istilah seperti itu, dengan situasi
tidak mampu memberi harus ditolak
dan kondisi berbeda, latar belakang
dengan perkataan yang baik dan sopan
berbeda, tetapi pada prinsip dan
sehingga orang yang minta sedekah itu
tujuannya sama.
senang mendengarnya. Islam juga
Kesuksesan Rasulullah Saw dalam
mengajarkan memberi maaf itu lebih
dakwah, beliau mengetahui dan
baik daripada meminta maaf. Oleh
memahami psikologi dari mad’u yang
karena itu, jika seseorang telah
dihadapinya sehingga beliau tahu
melakukan kesalahan kepada orang
kapan dan saat di mana ia harus bicara
lain, karena salah bicara misalnya,
dan saat di mana ia harus diam, kapan
lebih baik saling memaafkan dari pada
harus bersikap keras dan kapan harus
memendam kesalahan. Saling mencari-
bersikap lemah lembut. Keberhasilan
cari kesalahan orang lain bukanlah
dakwah Rasulullah Saw dalam
jalan keluarnya, malahan menumpuk-
membina masyarakat ditandai dengan
numpuk kesalahan. Sebab orang yang
empat hal, dan di antaranya adalah
gemar mencari kesalahan orang lain
argumen yang kuat, susunan kata yang
cenderung menjelekkan orang itu
seksama, dan akhlak yang mulia.
dengan menggunakan seburuk-buruk
perkataan. Orang seperti ini dapat
dinilai sebagai orang yang tidak
Qaulan Baligha
memiliki etika dalam komunikasi.
Dalam konteks komunikasi inilah
Qaulan baligha adalah frase yang
para da‟i harus cermat dalam melihat
terdapat dalam Alquran. Baligha
bahkan dalam membaca situasi dan
berasal dari kata balagha yang artinya
kondisi mad’unya. Muballig yang
sampai atau fashih. Dalam konteks
cerdas, apabila menyampaikan materi
komunikasi, frase ini dapat diartikan
kepada mad’u sesuai dengan apa yang
sebagai komunikasi yang efektif.
dibutuhkan mereka menyangkut
Pengertian ini didasarkan pada
permasalahan yang mereka hadapi,
penafsiran atas perkataan yang
serta bagaimana cara menanggulangi-
nya.

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 11 No. 21, Januari – Juni 2012, 7-16 13
Anita Ariani Etika Komunikasi

berbekas pada jiwa mereka yang secara otomatis diserap oleh


terdapat dalam Alquran: sasarannya. Pembentukan citra atau
atribut terhadap diri da‟i merupakan
          pertimbangan sasaran dakwah dalam
menerima dan mengambil sikap
  
       terhadap isi pesan yang disampaikan
da‟i tersebut.
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang Aristoteles, sebagaimana yang
yang Allah mengetahui apa yang di dalam
dikutip Jalaluddin Rakhmat (1998, 79),
hati mereka. karena itu berpalinglah kamu
dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, ber-pendapat ada tiga cara persuasi
dan Katakanlah kepada mereka Perkataan untuk mempengaruhi manusia yang
yang berbekas pada jiwa mereka” (QS. al- efektif, yaitu ethos, phatos, dan logos.
Nisa 63). Ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak
yang baik, dan maksud baik (good
Ayat di atas memberikan isyarat sense, good moral character, dan good
bahwa komunikasi itu efektif bila will). Hal tersebut menunjukkan
perkataan yang disampaikan itu kualitas komunikator yang tinggi dan
berbekas pada jiwa seseorang. Dalam ini akan sangat efektif untuk
keluarga, komunikasi yang berbekas di mempengaruhi komunikannya. Dalam
jiwa itu penting. Komunikasi ini hanya teori modern, menurut Jalaluddin
terjadi bila komunikasi yang Rakhmat (1998, 85) ada istilah
berlangsung itu efektif mengenai trussworthinnes dan expertress.
sasaran. Artinya apa yang
dikomunikasikan itu secara terus
terang, tidak bertele-tele, sehingga tepat Qaulan Layyina
mengenai sasaran yang dituju.
Menurut Jalaluddin Rakhmat (1998: Islam mengajarkan agar mengguna-
85), ada dua hal yang patut diperhatik- kan komunikasi yang lemah lembut
an supaya komunikasi itu efektif: kepada siapapun. Dalam keluarga,
pertama, apa yang dibicarakan sesuai orang tua sebaiknya berkomunikasi
dengan sifat-sifat pendengar; kedua, isi pada anak dengan cara lemah lembut,
pembicaraan menyentuh hati dan otak jauh dari kekerasan dan permusuhan.
pendengar. Dengan menggunakan komunikasi
Apabila dihubungkan dengan lemah lembut, selain ada perasaan
dakwah, maka isttilah frame of bersahabat yang menyusup ke dalam
reference dan field of experience ini relung hati anak, ia juga berusaha
haruslah diperhatikan oleh da‟i sebelum menjadi pendengar yang baik. Perintah
menyampaikan pesan kepada sasaran- menggunakan perkataan yang lemah
nya. Dengan demikian seorang da‟i lembut ini terdapat dalam surah Thaha
harus memiliki banyak perbendaharaan ayat 44, yang berbunyi:
kata, bahasa dan sikap dalam
berdakwah. Hal tersebut menunjukkan
adanya hubungan yang sangat erat         
dengan keahlian da‟i dalam mengolah
isi pesannya agar mudah dipahami, Artinya: “Maka berbicaralah kamu
karena kondisi kepribadian da‟i itu berdua kepadanya dengan kata-kata
turut pula mempengaruhi efektifitas yang lemah lembut” (QS. Thaha (20:
dakwah dan secara realitas psikologis, 44)).
pesan yang disampaikan da‟i itu tidak

14 Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 11 No. 21, Januari – Juni 2012, 7-16
Etika Komunikasi Anita Ariani

Kebanyakan anak merasa takut bila Qaulan Maisura


orang tuanya berbicara dengan intonasi
yang tinggi, mata melotot sambil Dalam komunikasi, baik lisan
berkacak pinggang, dan dibarengi maupun tulisan, dianjurkan untuk
dengan kata-kata kasar seperti anak mempergunakan bahasa yang mudah,
kurang ajar, anak bodoh, anak ringkas, dan tepat sehingga mudah
kampang, anak tidak tahu diuntung, dicerna dan dimengerti. Dalam Alquran
dan sebagainya. Sikap dan perkataan ditemukan istilah qawlan maisura yang
kasar seperti itu tidak baik untuk merupakan salah satu tuntunan untuk
dibiasakan, karena tidak mendidik. melaku-kan komunikasi dengan
Jika orang tua memarahi anak, mempergunakan bahasa yang mudah
marahlah sewajarnya, bukan marah dimengerti dan melegakan perasaan.
yang berlebih-lebihan. Marahlah karena Misalnya, dalam surah Al-Isra ayat 28
pendidikan, bukan marah karena yang berbunyi:
dorongan hawa nafsu belaka. Tetapi,
daripada mungkin sia-sia, lebih baik
mendidik dengan sikap lemah lembut.     
     
Sebab mendidik anak dengan lemah
lembut, lebih banyak mencapai sukses     
daripada lewat kekerasan. Sebab
kekerasan itu akan membentuk
kepribadian anak yang keras kepala. Di Artinya: “Dan jika kamu berpaling dari
dalam keluarga sering ditemukan anak mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang kamu harapkan, maka
yang keras kepala yang tidak mau
Katakan-lah kepada mereka ucapan yang
menuruti perintah orang tua. pantas” (QS. Al-Isra (17: 28)).
Penolakan itu terjadi bukan karena
anak tidak mampu untuk Maisura seperti yang terlihat pada
melakukannya, tetapi karena perintah ayat di atas sebenarnya berakar pada
itu menggunakan komunikasi yang kata yasara, yang secara etimologi
kasar dan cacian. Seandainya tidak berarti mudah atau pantas. Sedangkan
dengan perintah itu menggunakan qawlan maisura, menurut Jalaluddin
komunikasi yang lemah lembut, tanpa Rakhmat (1998), sebenarnya lebih tepat
emosional, tanpa caci maki, maka anak diartikan ucapan yang menyenangkan
dengan senang hati menuruti perintah lawannya adalah ucapan yang
itu. Meski ketika itu anak merasa lelah, menyulitkan. Bila qawlan maa‟rufa
tetapi ia berusaha untuk menaati berisi petunjuk lewat perkataan yang
perintah orang tuanya. baik, qawlan maisura berisi hal-hal
Qawlan layyina ini adalah etika yang menggembirakan lewat perkataan
komunikasi yang diimbangi dengan yang mudah atau pantas.
sikap dan perilaku yang baik, lemah Para ahli komunikasi menyebutkan
lembut, tanpa emosi dan caci maki, dua dimensi komunikasi. Ketika
atau dalam bahasa komunikasi antara berkomunikasi komunikator tidak
pesan verbal dan non verbal harus hanya menyampaikan isi (content),
seimbang. Bila dihubungkan dengan tetapi juga mendefinisikan hubungan
dakwah, qawlan layyina ini dapat sosial (relation). Isi yang sama dapat
dilakukan da‟i dengan sikap lemah meng-akrabkan para komunikator atau
lembut ketika menghadapi mad‟u atau menjauh-kannya, menimbulkan
sasarannya, agar pesan yang persahabatan atau permusuhan.
disampaikannya cepat dipahami.

Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 11 No. 21, Januari – Juni 2012, 7-16 15
Anita Ariani Etika Komunikasi

Dimensi komunikasi yang kedua ini sebelum menyampaikan pesan-pesan


sering disebut metakomunikasi. dakwahnya.
Salah satu prinsip etika komunikasi
Islam menurut Jalaluddin Rakhmat Kesimpulan
ialah setiap komunikasi harus
dilakukan untuk mendekatkan Berdasarkan uraian terdahulu dapat
manusia dengan Tuhan dan hambanya disimpulkan bahwa etika komunikasi
yang lain. Islam mengharamkan setiap sangat efektif digunakan dalam dakwah
komunikasi yang membuat manusia karena antara komunikasi dan dakwah
bercerai-berai apalagi membenci mempunyai kesamaan, baik dari segi
hamba-hamba Allah yang lain. pengertian, komponen, maupun tujuan.
Termasuk dosa paling besar dalam Sementara perbedaannya hanya
Islam ialah memutuskan ikatan kasih terletak pada isi pesannya. Komunikasi
sayang (Amir 1999, 91). Sebagaimana isi pesannya bersifat umum, sedangkan
yang disebutkan dalam hadis Nabi yang dakwah isi pesannya bersifat khusus
berbunyi: (menyangkut masalah agama).
Etika komunikasi menurut
Jalaluddin Rakhmat (1998),
‫ قال‬:‫عن أبى جبيربن مطعم رضي هللا عنه قال‬
berdasarkan prinsip-prinsip
ّ‫ "ال يدخل الجنة‬: ‫رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم‬ komunikasi dalam Alquran yaitu ada 6
.) ‫ يعني قاطع رحيم ( م ّتفق عليه‬,"‫قاطع‬ prinsip: qaulan karima (perkataan yang
mulia); qaulan sadida (perkataan yang
Artinya: “Dari Jabir bin Muth‟im r.a. benar/lurus); qaulan ma’rufa
menceritakan, bahwa Rasulullah Saw (perkataan yang baik); qaulan baligha
bersabda, “Tidak akan masuk surga orang (perkataan yang efektif, terbuka,
yang memutuskan kasih sayangnya dengan transparan); qaulan layyina (perkataan
orang lain”
yang lemah lembut); dan qaulan
maisura (perkataan yang pantas).
Dalam konteks qaulan maisura ini
pada hakikatnya berhubungan dengan
isi pesan yang disampaikan oleh
Referensi
komunikator atau dengan kata lain cara
bagaimana menyampaikan pesan agar
Amir, Mafri. 1999. Etika Komunikasi
mudah dipahami dan dimengerti secara
Massa dalam Pandangan Islam.
spontan tanpa harus berpikir dua kali
Jakarta: Logos.
sehingga diperlukan bahasa
Arifin, M. 1991. Psikologi Dakwah.
komunikasi yang gampang, mudah,
Jakarta: Bumi Aksara.
ringan, pantas dan berisi hal-hal yang
Departemen Pendidikan dan
menggembirakan. Dengan demikian
Kebudayaan. 1995. Kamus Besar
terjadilah komunikasi yang efektif yang
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
dapat me-numbuhkan kesenangan dan
Pustaka.
terciptanya hubungan sosial yang baik.
Effendy, Onong Uchjana. 1992.
Di dalam dakwah qaulan maisura
Dinamika Komunikasi. Bandung:
dapat digunakan oleh da‟i sebagai
Remaja Rosdakarya.
teknik dalam berdakwah agar pesan
Natsir, M. Fiqhud Dakwah. 2000.
yang disampaikan mudah diterima,
Jakarta: Media Dakwah.
ringan, dan pantas, serta tidak berliku-
Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Catatan
liku, yakni dengan cara
Kang Jalal. Bandung: Remaja
mempertimbangkan dan memperhatik-
Rosdakarya.
an mad’u yang akan dijadikan sasaran

16 Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 11 No. 21, Januari – Juni 2012, 7-16

Anda mungkin juga menyukai