Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena telah memberikan kelancaran
kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Psikologi Perkembangan”
dalam bentuk makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa kami panjatkan kepada junjungan
besar kita Nabiyullah Muhammad SAW.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahawa kemampuan dan pengetahuan
yang terbatas, makalah yang berjudul “Perkembangan Kognitif Masa Bayi” ini masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu kami harapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk bisa
menyempurnakan pembuatan makalah ini, kami harap makalah yang kami susun ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II : PEMBAHASAN 2
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
ii
DAFTAR TABEL
iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa bayi berlangsung dua tahun pertama setelah periode bayi yang baru lahir dua
minggu. Masa bayi disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi dan mental bayi
menjadi fundasi kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Oleh karena itu,
peranannya sangat vital dan penting. Lagi pula, pada periode ini berlangsung proses
pertumbuhan yang cepat sekali.
Bayi yang baru lahir dan sehat, dengan cepat akan belajar menyesuaikan diri dengan
alam dan lingkungannya, dan melakukan tugas-tugas perkembangan tertentu. Ada tugas-
tugas melakukan kegiatan yang harus dilatihnya setiap waktu, agar bayi atau anak mampu
melakukan adaptasi sosial dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Perkembangan anak penting dijadikan perhatian khusus bagi orang tua. Sebab, proses
tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa mendatang. Jika
perkembangan anak luput dari perhatian orang tua (tanpa arahan dan pendampingan orang
tua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang hadir dan menghampiri mereka.
Belakanga ini banyak orang tua yang memperlakukan seorang bayi dengan tidak
sesuai. Penanganan yang dilakukan tidak sesuai denggan usia bayi yang cenderung masih
belum mengerti apa-apa dan masih dalam tahap pembelajaran.
Penanganan yang tidak sesuai akan membahayakan dampak psikologis si bayi dan
akan menjadi dasar terbentuknya karakter yang tidak baik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendapat Piaget mengenai perkembangan kognitif bayi?
2. Apa yang dimaksud dengan skema objek?
3. Bagaimana ciri-ciri inteligasi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pendapat Pieget mengenai perkembangan kognitif bayi.
2. Memahami pengertian skema objek.
3. Mengetahu serta memahamis ciri-citi inteligasi..
1
BAB II
PEMBAHASAN
Penyair Noah Perry pernah bertanya: “Who knows the thoughts of a child?”
Pertanyaan ini di jawab oleh Jean Piaget melalui penelitian yang dilakukannya. Jean
Piaget adalah tokoh yang berjasa karena upayanya untuk memahami cara berpikir
anak melalui berbagai wawancara dan pengamatannya yang seksama pada ketiga
anaknya, yaitu Laurent, Lucienne, dan Jacquiline. (Santrok, 1995). Piaget
mengelompokkan tahap perkembangan kognitif individu menjadi empat tahap yang
secara kualitatif berbeda, yaitu:1
1
Christiana Hari Soetjiningsih, Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai dengan Kanak-kanak Akhir
(Jakarta: Kencana, 2018), hal. 98
2
Pada tahap sensorimotor, gagasan anak mengenai suatu benda berkembang
dari periode “belum mempunyai gagasan” menjadi “sudah mempunyai gagasan”.
Gagasan mengenai benda sangat berkaitan dengan konsep anak tentang ruang dan
waktu yang juga belum terkoordinasi dengan baik. Struktur ruang dan waktu belum
jelas dan masih terpotong-potong, belum dapat disistematisir da diurutkan dengan
logis.
Konsep anak tentang kausalitas (sebab akibat) pada tahap ini juga berkembang
dari “belum mempunyai konsep” menjadi “sudah mempunyai konsep”. Konsep
kausalitas ini juga berkembang sejalan dengan perkembangan konsep ruang dan
waktu anak. Semakin anak memahami konsep ruang dan waktu secara lengkap,
pemahamannya mengenai konsep kausalitas berkembang secara benar.2
Dari beberapa perkembangan konsep anak mengenai benda, ruang, waktu dan
kausalitas di atas, tampak jelas bahwa pengertian dan pengetahuan anak mengenai
dunia semesta ini adalah suatu proses yang berkembang dan bukan sesuatu yang
sudah jadi sejak awal. Karena merupakan sebuah proses yang berkembang, peran
pendidikan menjadi penting dalam rangka membantu anak untuk semakin mengerti
dan memahami alam semesta. Meskipun sederhana, tahap perkembangan awal
sensorimotor ini sangat penting. Tahap ini akan menjadi dasar perkembangan persepsi
dan inteligensi anak pada tahap-tahap berikutnya.
Inteligensi sensorimotor, meskipun didasarkan pada tindakan anak, sangat
membantu perkembangan anak dalam memecahkan persoalan. Misalnya, seorang
anak hendak menggapai suatu benda yang terletak jauh dari dirinya. Dengan
menggerak-gerakkan tangannya, anak ini mencoba meraih benda tersebut, tetapi tidak
berhasil. Akhirnya, dalam perkembangan waktu, ia mencoba menggerak-gerakkan
tongkat yang ada didekatnya ke arah benda tersebut dan berhasil mengambil benda
tersebut.
Menurut Piaget, mekanisme perkembangan sesnsorimotor ini menggunakan
proses asimilasi dan akomodasi. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak
dikembangkan dengan perlahan-lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi
terhadap skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan
pengalaman dan situasi yang baru.
Dalam meneliti tingkah laku masa kanak-kanak ini, Piaget menggunakan
metode gabungan, yaitu dengan metode naturalistis dan eksperimental informal.
2
Paul Suparno, Psikologi Perkembangan Jean Piaget (Jogjakarta: Kanisius, 2001), hal. 26
3
Metode naturalistis merupakan metode penelitian dimana objek yang diteliti dibiarkan
secara natural bertingkah laku dan subjek yang meneliti tidak mencampuri tingkah
laku objeknya. Dalam penelitiannya, Piaget mengamati ketiga anaknya sendiri secara
alamiah. Ia mengamati apa yang dibuat dan dikerjakan serta dialami anak-anaknya
dari umur 0 sampai 2 tahun. Ia membiarkan apa pun terjadi secara alami. Ia tidak
menggunakan alat ukur yang khusus, kecuali bahwa ia dengan teliti mencatat semua
yang terjadi selama waktu yang lama (longitudinal). Sampelnya juga hanya tiga, jadi
terbatas. Piaget tidak menggunakan pengamat lain untuk mengecek relibilitas
pengamatannya. Beberapa metode eksperimental informal sering ditambahkan untuk
melihat apakah tingkah laku anak berubah atau tidak (Ginsburg & Opper, 1988).
Eksperimen informal adalah eksperimen yang tidak tersusun sebelumnya secara jelas,
tetapi ditambahkan secara spontan karena melihat situasi yang cocok atau yang perlu
ditangani. Misalnya, Piaget mengamati bahwa anaknya selalu memegang-megang
tangan ibunya bila digendong. Secara spontan, Piaget lalu mendekatkan tangannya
sendiri untuk melihat apakah juga akan dipegang-pegang oleh anak tersebut.3
D. Periode-periode Sensorimotor
Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode:
1. Refleks (0-1 bulan)
2. Kebiasaan (1-4 bulan)
3. Reproduksi kejadian yang menarik (4-8 bulan)
4. Koordinasi skemata (8-12 bulan)
5. Eksperimen (12-18 bulan)
6. Representasi (18-24 bulan)
3
Ibid., hal. 27-28
4
Refleks (0-1 Refleks Belum ada Fragmentasi, Egosentris
bulan) pembedaan terpecah Tidak ada
kausalitas
Kebiasaan (1-4 Kebiasaan Belum ada Mulai ada Belum ada
bulan) Koordinasi tangan dan pembedaan koordinasi ruang pembedaan
mulut gerakan diri dan gerakan diri
Ikuti benda yang bergerak benda luar dan objek luar
dan suara Pembedaan awal Kausalitas
Imitasi awal belum
berkembang
Reproduksi Ulangi hal-hal yang Mulai ada Ada koordinasi Dirinya sebagai
kejadian menarik Antisipasi letak ruang penyebab semu
menarik (4-8 Koordinasi tangan dan benda yang kejadian
bulan) mata bergerak
Perbedaan sarana dan Klasifikasi benda
tujuan awal
Pengertian dan
pemahaman awal
Koordinasi Perbedaan sarana dan Permanensi Konsep ruang Awal kausalitas
skemata (8-12 tujuan benda ada, tetapi masih dari luar
bulan) Menemukan sarana baru Mencari benda- berpusat pada
Koordinasi skemata benda yang dirinya
bersembunyi
Eksperimen Penemuan sarana baru Permanensi Sadar akan Diri sebagai
(12-18 bulan) Adaptasi pada situasi baru benda hubungan antara benda diantara
Keingintahuan besar Tahu benda-benda benda-benda
pemindahan dalam ruang, lain, sebagai
benda antarbenda dan objek tindakan
dirinya
Representasi Representasi simbol Lengkap Sadar akan Sebab akibat
(18-24 bulan) mulai Tahu benda yang gerakan disadari
Koordinasi internal tidak tampak
Meniru model yang baru
atau yang tidak ada disitu
5
Periode paling awal tahap sensorimotor adalah refleks. Ini berkembang sejak
seorang bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi
kebanyakan bersifat refleks, spontan, tidak disengaja dan tidak terbedakan. Tindakan
seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara
refleks. Refleks yang pokok pada periode ini mengisap, meraba, menangis serta
menggerakkan tangan dan kepala. Bila kita dekatkan suatu benda dimulut seorang
bayi, ia akan mengisap benda tersebut. Bila kita mendekatkan suatu benda ditelapak
tangannya, ia akan memegang dan menggenggam benda tersebut. Di sini seorang bayi
belum dapat membedakan jenis-jenis rangsangan. Ia akan menggenggam benda apa
pun yang didekatkan di telapak tangannya. Ia akan mengisap benda apa pun yang di
dekatkan di mulutnya. Pada periode ini, seorang bayi mengasimilasi semua
rangsangan melalui sistem refleks dengan cara yang tidak terbedakan (Wadsworth,
1989). Menurut Piaget, seorang bayi yang dibiasakan makan dengan sendok akan
mengalami kesulitan dalam menyusu. Sementara itu, bila bayi dibiarkan mengisap
susu ibu, ia akan makin terampil melakukan kegiatan tersebut (Piaget, 1981).4
6
dan “mengenal” benda-benda yang diisap. Piaget (1981) memberikan contoh,
meskipun bayi mengisap apapun, pada suatu saat ia akan menolak mengisap jarinya
karena ia ingin mengisap susu ibu. Dalam proses ini, bayi tersebut mulai mengadakan
pembedaan antara jari dan susu ibu. Meskipun bayi belum mempunyai konsep akan
benda, ia sudah mulai membedakannya.
Konsep Benda. Menurut Piaget, seorang bayi belum mempunyai konsep benda
pada periode ini. Bilaseorang bayi mencari dan menemukan susu ibu, tidak selalu
harus dimengerti sebagai suatu objek yang disadari. Bagi seorang bayi, semua benda
adalah sama, yaitu sebagai objek untuk diisap.
Konsep kausalitas. Pada periode ini, bayi masih egosentris dan tidak sadar
akan sebab-akibat suatu hal (Wadsworth, 1989). Egosentris menunjuk kepada
keadaan kognitif seseorang di mana ia memandang dunua hanya dari sudut
pandangnya sendiri, tanpa sadar behwa sudut pandang lain itu ada. Bagi seorang bayi,
ini berarti bahwa belum ada konsep diri sebagai suatu objek dalam dunia objek-objek
yang lain. Ia belum dapat membedakan antara dirinya dan lingkungannya. Pada
periode ini, tidak ada relasi kausal antara kejadian-kejadian. Bayi belum dapat
mengerti bahwa benda-benda dapat saling mempengaruhi satu sama lain.
7
seorang bayi yang menyusu mempunyai kebiasaan memegang buah dada ibu dengan
tangannya karena tindakan itu dirasa menyenangkan. Dalam kebiasaan yang
didasarkan pada skema sensorimotor ini, belum ada pembedaan antara sarana dan
hasil. Hasil hanya kebetulan diperoleh karena gerakan yang mengarah ke situ, tanpa
diketahui bahwa sarana (gerakan) itu memang dipilihnya (Piaget & Inhelder, 1969).
Menurut Baldwin, pada periode ini terjadi proses reaksi sirkuler pertama
(Piaget, 1981; Ginsburg & Opper, 1988). Istilah ini digunakan untuk menjelaskan
bagaimana seorang anak mengulang-ulang kembali apa yang ia senangi sehingga
menjadi kebiasaan. Bayi mulai mencoba untuk menemukan kembali tingkah laku
yang efektif dengan trial and error. Misalnya seorang bayi mengembangkan
kebiasaan mengisap jari. Awalnya, ia tidak dapat mengangkat tangannya kemulut,
lalu pelan-pelan mencoba, dan akhirnya ia dapat mengisap ibu jari. Setelah itu, ia
menjadi lebih cepat melakukan kembali seluruh proses. Maka dari itu, terjadilah suatu
kebiasaan mengisap jari. Di sini, terjadi proses asimilasi dan sekaligus akomodasi.6
Pada tahap ini, bayi juga mulai meniru (imitasi). Menurut Piaget, “meniru”
adalah suatu ungkapan bayi untuk mengenal realitas dan berinteraksi dengan dunia
secara efektif. 7
Konsep Benda. Bila kita mendekatkan suatu objek pada bayi dan ia
menjamahnya sebentar, kemudian objek tersebut kita jauhkan, bayi akan mulai
mencari benda tersebut. Ia akan mendapatkan benda itu sejauh bennda itu masih dapat
dilihat dan terjangkau. Tampak di sini bahwa adanya benda itu tidak permanen (tidak
tetap). Namun jelas bahwa sudah ada pembedaan awal, yaitu benda yang dijamahnya
dengan benda yang dicarinya setelah dijauhkan.
6
Ibid., hal. 33
7
Ibid., hal. 34
8
Konsep Ruang. Pada periode ini, mulai ada koordinasi ruang yang berbeda.
Misalnya, ada koordinasi gerak tangan dan mulut bayi. Bayi mulai mengikuti benda
bergerak atau yang mengeluarkan suara. Namun, bayi belum sampai pada pemahaman
ruang sebagai “tempat” semua objek yang ada. Pada periode ini juga, mulai ada
konsep tentang waktu. Misalnya, seorng bayi menantikan ibunya untuk
memandiknnya.
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apa
pun yang ada disekitarnya (Piaget & Inhelder, 1969). Tingkah laku bayimsemakin
berorientasi ke objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia mulai meraba,
memanipulasi benda yang dijamah, menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan
rasa jamah. Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-
kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali
peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder). Misalnya, di atas
ranjang seorang bayi diletakkan mainan yang akan berbunyi bila talinya dipegang.
Suatu saat, ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang bagus dan ia
senang. Maka, ia akan mencoba menarik-narik tali itu agar muncul bunyi menarik
yang sama (Wadsworth, 1989).
Menurut Ginsburg dan Opper, ada beberapa unsur yang dapat diamati dalam
pengulangan permainan di atas.
8
Ibid., hal. 35-36
9
Dalam proses itu, ada akomodasi karena bayi tidak hanya mengulangi, tetapi
mecoba-coba mencari gerakan yang paling efektif. Pada periode ini, bayi mulai
tertarik pada lingkungan luar dan mulai mengembangkan tingkah laku yang dapat
menghasilkan sesuatu.
Relasi primitif. Seorang bayi pada periode ini sudah dapat membedakan relasi
antara intensitas gerakan tangan dan suara permainan ular-ularan yang diletakkan di
atas tempat tidurnya. Bila ia menarik talinya lebih kuat, suara yang dihasilkan lebih
keras. Menurut Piaget, persepsi tentang pembedaan intensitas ini merupakan awal
pemikiran kuantitatif. Pada periode ini, bayi mulai dapat meniru lebih banyak hal dan
lebih sistematis.9
Konsep benda. Pada periode ini, konsep bayi akan benda mulai ada. Hal ini
dapat dilihat dari gejala-gejala berikut (Ginsburg &Opper, 1988).
9
Ibid., hal. 37
10
ditutup seluruhnya. Baginya, boneka itu seakan tidak “ada”. Tetapi, bila
sebagian kecil boneka itu kelihatan, ia akan mebuka tutupnya, mencari dan
menemukan boneka tersebut.10
Konsep ruang. Pada peroide ini, mulai ada koordinasi ruang berbeda.
Misalnya, dalam kegiatan menyusu, seorang bayi telah mengkoordinasikan ruang
gerak mulut dan jamahan tangannya pada puting susu ibu.
Konsep kausalitas. Pada periode ini, bayi masih egosentris. Ia melihat dirinya
sebagai penyebab utama untuk segala aktivitas. Ia belum dapat melihat bahwa orang
lain atau benda lainmenjadi sebab suatu kejadian (Wadsworth, 1989).
10
Ibid., hal. 38
11
Ibid., hal. 39
11
mencari suatu benda yang disembunyikan (Wadsworth, 1989). Pada periode ini, bayi
mulai sadar bahwa benda mempunyai unsur yang tetap.12
Konsep ruang. Dari kenyataan bahwa seorang bayi dapat mencari benda yang
tersembunyi, tampak bahwa ia mulai mempunyai konsep tentang ruang. Ruang
dianggap sebagai suatu “tempat umum” di mana benda-benda berada. Namun, tetap
harus disadari bahwa pengertian ruang bagi bayi masih berpusat pada dirinya sendiri.
Tempat atau ruang suatu benda masih tergantung pada cara bayi itu mencari benda
tersebut, dan bukan pada kenyataan benda itu berada (Gruber &Voneche, 1995).
Maka, bagi bayi, ruang suatu benda dapat tidak ada bila ia tidak dapat
menemukannya.
Konsep kausalitas. Pada tahap ini, menurut Wadsworth, bayi sadar untuk
pertama kalinya bahwa objek lain dapat menyebabkan aktivitas tertentu. Ia mulai
mengerti bahwa benda-benda lain yang ada di luar dirinya dapat menjadi penyebab
(kausal) suatu kegiatan. Di sini, konsep kausalitas mulai muncul. Misalnya, Laurent,
bayi Piaget, tertawa gembira waktu Piaget menggelitik kakinya. Waktu Piaget
menghentikan gelitikan, bayi itu memegang tangan Piaget dan mendorongkan tangan
itu pada kakinya agar tetap menggelitiknya.13
12
sangat besar pada tahap ini. Anak mulai menggunakan gerakan-gerakan dan tindakan
yang bervariasi untuk menghasilkan produk yang bervariasi.
Konsep benda. Konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Konsep
tentang permanensi benda menjadi lebih kuat. Pada periode ini, seorang anak sudah
mulai memperhitugkan perpindahan berurutan suatu objek. bila seorang anak melihat
mainannya dipindahkan dari tempat A ke tempat B, ia akan mencoba mencari mainan
itu mulai dari tempat B, yakni tempat terakhir ia melihat pemindahan. Meskipun
demikian, anak belum dapat mengikuti perpindahan yang tidak dilihatnya
(Wadsworth, 1989).14
Periode ini adalah periode terakhir pada tahap inteligasi sensorimotor. Pada
periode ini, seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak
hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetapi juga dengan koordinasi internal
dalam gambarannya (Piaget & Inhelder, 1969). Pada periode ini, anak berpindah dari
periode inteligensi sensorimotor ke inteligensi representatif. Secara mental, seornag
anak mulai dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut
(Wadsworth, 1989). Anak memperkembangkan sarana-sarana baru untuk
memecahkan persoalan, tanpa tergantung pada trial and error melulu.15
Pada periode ini, anak mulai dapat meniru suatu model yang sudah tidak ada.
Di sini, tampak bahwa anak sudah mempunyai gambaran akan model itu meskipun
model tersebut sudah tidak ada. Anak sudah dapat menyajikan dan mempresentasikan
14
Ibid., hal. 42
15
Ibid., hal. 43
13
model yang tidak ada dalam suatu simbol. Anak mampu menyajikan secara mental
suatu objek atau tindakan yang sudah tidak ada. Bila ia berhadapan dengan model
baru, anak tidak perlu meniru dengan berbagai macam percobaan, tetapi cukup
dengan gerakan mental. Oleh karena itu, ia dapat meniru dengan lebih cepat.
Konsep benda. Konsep akan benda sudah maju. Representasi ini membiarkan
anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Anak tidak
hanya dapat menemukan objek yang kelihatanyya disembunyikan, tetapi dapat
mencari dan menemukan objek-objek yang sungguh-sungguh disembunyikan. Dalam
proses ini, gambaran dalam pikiran anak digunakan dalam pencarian. Dengan
berkembangnya konsep anak akan benda, kesadaran anak akan kausalitas juga
berkembang. Representasi yang dimiliki anak memungkinkan ia untuk
memperkirakan hubungan kausalitas secara lebih akurat (Wadsworth, 1989).
Konsep ruang. Anak sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat
mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi. Ia dapat menyusun
langkah-langkah yang masuk akal dan cepat untuk menemukan benda tersebut.16
14
yang dihadapi. Baik rangsangan maupun tindakan terhadap rangsangan tidak lebih
daripada suatu kualitas yang ada pada persepsi. Pada periode kebiasaan awal, juga
belum ada konsep akan objek, meskipun seorang bayi dapat memanggil orang tuanya
dengan menangis. Tetapi, sewaktu bayi mulai melihat benda dengan mata dan
menggerakkan kepala ke arah suara, mulailah di sini awal adanya konsep permanensi
suatu benda. Bayi dapat menemukan benda yang tersembunyi sebagian, tetapi masih
belum dapat menemukan benda yang tersembunyi seluruhnya. Benda yang ditutup
seakan tidak ada sama sekali.
Pada periode berikutnya, yaitu periode koordinasi skemata, bayi mulai dapat
mencari benda yang tersembunyi di belakang layar. Di sini, mulai ada konservasi
akan benda, benda itu tetap ada meskipun tidak kelihatan. Namun, seorang bayi masih
tetap mencari benda di tempat ia melihatnya semula. Pada periode eksperimen dan
representasi, konsep tentang benda sudah lengkap. Permanensi benda sudah
dimengerti.17
Cukup jelas dari proses perkembangan di atas bahwa konsep kekekalan benda
merupakan fungsi adanya ruang dan waktu. Tahap awal menyatakan bahwa benda itu
tidak ada bila tidak tampak di tempat. Jelas juga bahwa pembentukan skema benda
berkaitan dengan bagaimana seorang bayi mampu mengorganisir ruang dan waktu,
skemanya akan benda belum terbentuk dengan baik. Perkembangan skema benda,
ruang dan waktu juga menunjang konsep anak tentang kausalitas.
F. Ciri-ciri Inteligensi
Piaget menjelaskan beberapa ciri inteligensi sensorimotor dalam perbedaan dengan
inteligensi operasional.
1. Inteligensi sensorimotor didasarkan pada tindakan praktis, maka hanya dapat
diturunkan pada urutan periode-periode, tetapi tidak pernah dapat sampai kepada
representasi yang menyeluruh.
2. Sensorimotor hanya membawa sampai pada kepuasan praktis, yaitu berhasilnya
suatu tindakan dalam situasi tertentu, bukan pada pengetahuan. Maka, inteligensi
sensorimotor adalah inteligensi dalam aksi, bukan refleksi.
3. Karena sensorimotor berkaitan dengan entitas real, maka hanya menyangkut jarak
pendek antara subjek dan objek. Oleh karena itu, seorang anak tidak dapat
mengerti suatu benda yang sangat jauh ataupun yang sudah terlalu lama dialami.
17
Ibid., hal. 45
15
Anak sulit mengerti suatu peristiwa sejarah yang sudah terjadi bertahun-tahun
yang lalu.
4. Mengenai periode-periode sensorimotor, diberikan bebrapa catatan.
a) Umur hanyalah merupakan pendekatan. Periode-periode itu tergantung pada
banyaknya faktor yang berbeda-beda untuk setiap anak, seperti
pengaruhlingkungan sosial dan kematangan fisis.
b) Urutan periode tetap. Anak harus melalui periode sebelumnya untuk
berkembang ke periode berikutnya yang lebih maju, dan tidak sebaliknya.
Setiap periode berikutnya adalah perkembangan periode sebelumnya.
c) Perkembangan itu gradual dan merupakan proses yang kontinu, tidak
meloncat-loncat, dan tidak terjadi dalam suatu waktu begitu saja.18
18
Ibid., hal. 47
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan kognitif sensorimotor seorang anak berkembang dari lahir
sampai sekitar berumur 2 tahun. Anak mengalami perkembangan kognitif secara
bertahap. Pada waktu lahir (0-1 bulan), tingkah laku bayi lebih refleks. Pada umur 1-4
bulan, bayi mulai membuat diferensi objek dan koordinasi mata dan suara. Pada umur
4-8 bulan, bayi mulai membuat reproduksi akan tindakan-tindakan yang menarik.
Pada umur 8-12 bulan, ia mulai menggunakan sarana untuk mencapai tujuan, melihat
permanensi benda, dan sadar bahwa benda lain dapat menjadi sebab tindakannya.
Pada umur 12-18 bulan, ia mencoba mencari pemecahan melalui eksperimen, trial
and error. Pada akhir tahun ke dua (18-24 bulan), anak mulai mampu
menggambarkan objek dan kejadian dengan simbol. Kemampuan ini
membebaskannya dari inteligensi sensorimotor dan berkembang ke inteligensi
representasional.
Menurut Piaget, seorang anak membentuk pengetahuannya sendiri. Proses
asimilasi dan akomodasi yang terjadi pada anak dalam menghadapi lingkungannya
menunjukkan bahwa anak aktif membentuk pengetahuannya sudah sejak lahir. Setiap
periode baru dicirikan oleh tingkah laku yang menunjukkan secara kualitatif struktur
kognitif anak. Dalam perkembangan ini, setiap periode perkembangan disatukan
dalam keseluruhan struktur kognitif anak. Perkembangan itu terus-menerus dan
berurutan karena periode yang sebelumnya menjadi tumpuan perkembangan periode
berikutnya.
B. SARAN
Usia bayi merupakan usia emas, karena pada usia tersebut otak anak akan
mulai terhubung jaringan-jaringan di dalamnya. Oleh karena itu, penting bagi orang
tua ataupun orang di sekitar bayi untuk membantu perkembangan otaknya, dengan
memberikan stimulus-stimulus yang dapat merangsang perkembangan otanya supaya
dapat dikembangkan secara optimal
17
DAFTAR PUSTAKA
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Jogjakarta: Kanisius.
18