Disusun oleh :
Fina Restiana
BAB II
PEMBAHASAN
Solusi: Membaca diikuti kata-kata bergambar agar menari anak untuk membaca.
b. Masa kanak-kanak akhir
Permasalahan membaca dan pemahaman di SD saat ini umumnya menggunakan sistem
klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan berdasarkan kecepatan rata-rata
memahami isi buku atau siswa merasa bahwa pembelajaran membaca pemahaman yang
dilakukan oleh guru terlalu cepat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup
penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses perkembangan
kognitif tersebut. Selain itu karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus
dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta
didik, pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki
anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua
dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita
sebagai calon pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan
kognitif dan tahap-tahap karakteristik perkembangan kognitif agar kita mampu mengetahui
perkembangan kemampuan kognitif masing-masing anak.
DAFTAR PUSTAKA
Pertumbuhan Intelek / Kognitif Remaja Jean Piaget, seorang ahli psikologi kognitif,
membagi perkembangan intelek/ kognitif menjadi empat tahap : Tahap sensori-
motoris (0-2 tahun). Pada tahap ini segala perbuatan merupakan perwujudan dari
proses pematangan aspek motorik. Melalui pematangan motoriknya, anak
mengembangkan kemampuan mempersepsi, sentuhan-sentuhan, gerakan-gerakan
dan belajar mengkoordinasikan tindakannya. Tahap praoperasional (2-7 tahun).
Tahap ini disebut juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya
memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana intuitif, dalam arti
semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tapi oleh unsur
perasaan, kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang
bermakna, dan lingkungan sekitarnya. Tahap operasional konkret (7-11 tahun).
Pada tahap ini anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah
mulai berkembang rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati, menimbang,
mengevaluasi, dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain dalam cara-cara yang
kurang egosentris dan lebih objektif, sudah mulai memahami hubungan fungsional
karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan, tetapi masih harus dengan
bantuan benda konkret dan belum mampu melakukan abstraksi. Tahap operasional
formal (11 tahun ke atas). Pada tahap ini sudah mampu melakukan abstraksi,
memaknai arti kiasa dan simbolik, dan memecahkan persoalan-persoalan yang
bersifat hipotesis Remaja, seharusnya sudah berada pada tahap operasional formal
dan sudah mampu berpikir abstrak, logis, rasional serta mampu memecahkan
persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis. Oleh karena itu, setiap keputusan
perlakuan terhadap remaja sebaiknya dilandasi oleh dasar pemikiran yang masuk
akal sehingga dapat diterima oleh mereka. Tanpa mempertentangkan kedua
kelompok radikal itu, perkembangan intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh dua
faktor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada
kenyataannya tidak terpisah secara sendiri-sendiri melainkan seringkali merupakan
resultan dari interaksi keduanya. Pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap
perkembangan intelektual itu dapat dijelaskan berikut ini. 1. Faktor Hereditas
Semenjak dalam kandungan, remaja telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya
kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan apakah
akan menjadi kemampuan berfikir setara normal, di atas normal atau di bawah
normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal
apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu,
peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak. 2. Faktor
Lingkungan Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam
memengaruhi perkembangan intelek remaja, yaitu keluarga dan sekolah. a)
Keluarga Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua
adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan
sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak
untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada
anak untuk merealisasikan ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan
dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat
keterampilan, dan alat-alat yang dapat mengembangkan daya kreativitas anak.
Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orang
tua. b) Sekolah Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk
meningkatkan perkembangan anak tersebut perkembangan berpikir anak. Dalam hal
ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual remaja terletak di
tangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut : Menciptakan
interaksi atau hubungan yang akrab dengan remaja/peserta didik. Dengan hubungan
yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga
segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru
mereka. Memberi kesempatan kepada para remaja/peserta didik untuk berdialog
dengan orang-orang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa para
peserta didik ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan,
sangat menunjang perkembangan intelektual peserta didik. Menjaga dan
meningkatkan pertumbuhan fisik remaja, baik melalui kegiatan olahraga maupun
menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta
didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik, perkembangan intelektualnya
juga akan terganggu Meningkatkan kemampuan berbahasa remaja, baik melalui
media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan untuk
berpendapat atau mengemukakan ide.
Source: http://www.eurekapendidikan.com/2014/11/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.html
Disalin dan Dipublikasikan melalui Eureka Pendidikan