Anda di halaman 1dari 11

KONSEP MODEL PEMBELAJARAN PIRAMIDA

(TEACHING PYRAMID MODEL)


MAKALAH (REVISI)
KONSEP MODEL PEMBELAJARAN PIRAMIDA (TEACHING
PYRAMID MODEL)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “Pengembangan Sosial Emosional”

Dosen : Aisyah Khumairo, S.Sos.I, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelompok 3, Kelas A
Diaz Maulidya                                   1601030058
Dina Pratiwi                                       1601030014
Lekar Aini                                          1601030060
Pratiwi Laili Putri Dewi                     1601030023
Siti Nur Aziza                                    1601030024
Tita Pertama Wati                              1601030008

Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD)


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
TAHUN AJARAN 2018-2019

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi robbil ‘alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat,
rahmat, dan  karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Konsep Model Pembelajaran Piramida (Teaching Pyramid Model).
Makalah ini merupakan sebagian syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Pengembangan
Sosial Emosional.
            Dalam penulisan makalah ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah terutama kepada :
1. Aisyah Khumairo, S.Sos.I, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Pengembangan Sosial
Emosional.
2. Ayah dan Ibu tercinta di rumah yang selalu memberikan dukungan dan do`a
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan guna menyempurnakan penulisan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan pendidikan anak usia dini.
Wassalamu’alaikum. Wr.Wb

Metro, 02 Oktober 2018

                                                                                                Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .........................................................................       i
DAFTAR ISI .........................................................................................       ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ...........................................................................        1
B.    Rumusan Masalah .......................................................................        3
C.    Tujuan .........................................................................................        3

BAB II PEMBAHASAN
A.    Konsep Dasar Piramida...............................................................        4
B.    Pengertian Model Pembelajaran Piramida (TPM).......................        5         
C.    Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Piramida (TPM).................        6
D.    Tingkatan Model Pembelajaran Piramida (TPM)........................        7

BAB III PENUTUP


Kesimpulan .................................................................................       14

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
 
      A.    Latar Belakang        
Sikap sopan santun sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Orang tua, gur dan teman sebaya
menjadi salah satu yang berperan penting dalam mempengaruhi sikap sopan santun. Orang tua,
guru dan teman sebaya biasanya dijadikan sebagai role model bagi anak dalam bertindak,
berperilaku serta bersikap karena pada fase-fase awal kehidupan, anak banyak sekali belajar
melalui peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orang disekitarnya. Orang tua
maupun guru harus selalu menunjukkan sikap sopan satun karena secara otomatis anak akan
mengadopsi tata krama tersebut dalam perilaku sehari-hari. Selain itu, orang tua, guru harus
memberikan pengaruh edukatif seluas-luasnya kepada anak, agar dapat membantu
mengembangkan perilaku anak yang positif, karena perilaku ini dpat terbentuk melalui interaksi
dan kebiasaan sehari-hari. Selain itu, orang tua, guru harus memberika pengaruh edukatif seluas-
luasnya kepada anak agar dapat membantu mengembangkan perilaku anak yang positif, karena
perilaku ini dapat terbentuk melalui interaksi dan kebiasaan sehari-hari.
Sikap sopan santun dalam kurikulum 2013 PAUD termasuk pada kompetensi inti-2 (KI-
2) untuk kompetensi int sikap sosial dengan kompetensi dasar sikap sosial (KI-2) yaitu 2.14
memiliki perilaku yang mencerminkan sikap rendah hati dan sopan santun kepada orang tua,
pendidik, dan teman. Sikap ini tercermin dari perilaku anak seperti tidak angkuh, ramah menyapa
siapa pun, bermuka riang saat berbicara, tidak suka melebih-lebihkan diri sendiri, berbicara
dengan santun dan suara lembut, senderhana, tenang, tidak pamer, memiliki sikap terbuka, tidak
ingi menang sendiri, sopan dan hormat kepada siapapun, menhargai teman dan orang yang lebih
tua dari usianya. Sikap sopan santun sudah mulai diterapkan pada anak sejak anak memasuki
sekolah Khususnya di TK sikap sopan santun sudah mulai diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran, misalnya mengajarkan kepada anak untuk mengucapkan salam, membiasakan
anak untuk mencium tangan guru, membiasakan anak berdo’a dengan tertib.
Program Teaching Pyramid Model berdsarkan kurikulum 2013 terdiri dari tga level
framework intervensi praktis yaitu, tahap pertama yang meliputi dua kegiatan yaitu pertama
membangun hubungan yang positif antara guru dan anak. dalam membangun hubungan positif
guru harus menampilkan perilaku hangat, ramah, perhatian kepada anak, melibatkan diri dalam
aktifitas rutin dan bermain anak, merespon pembicaraan anak, menyapa anak dengan
menyebutkan namanya, memberikan pujian jika anak sudah banyak melakukan hal yang baik.
Keduan, mendesain lingkungan yang kondusif yang dilakukan melalui perubahan pada
lingkungan fiisk dan menyediakan sarana yang dapat secara konsisten dan terus menerus
mengembangkan perilaku yang tepat.
Tahap kedua yaitu menggunakan strategi pengajaran untuk meningkatkan sikap sosial
dan spiritual anak diantaranya tentang mengembangkan sikap sopan santun kegiatan yang
dilakukan diantaranya cara menyampaikan terima kasih setelah mendapatkan bantuan, tata cara
berdo’a, tata cara makan, tata cara memberi salam yang diajarkan melalui kegiatan bercerita,
demonstrasi, dan bercakap-cakap.
Tahap ketiga yaitu memberikan layanan indiidual yang diberikan berdasarkan
pemahaman terhadap masalah perilaku anak. kegiatan ini hanya diebrikan pada anak-anak yang
memiliki masalah perilaku yang sulit diubah da belum sesuai harapan. Memebrikan layanan
individual direncanakan dan diimplementasikan oleh staf sekolah, keluarga bahkan staf
profesional seperti psikolog, dikter, pekerja sosial, jika perilaku anak sangat sulit untuk dirubah.
    
      B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merumuskan masalah yaitu:
1.      Bagaimanakah Konsep Dasar Piramid itu?
2.      Apakah yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Piramida (TPM)?
3.      Apa saja Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Piramida (TPM)?
4.      Bagaimanakah Tingkatan Model Pembelajaran Piramida (TPM)?

        C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan yang didapat, yaitu:
1.      Agar dapat mengetahui Konsep Dasar Piramid.
2.      Agar dapat mengetahui maksud dari Model Pembelajaran Piramida (TPM).
3.      Agar dapat mengetahui Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Piramida (TPM).
4.      Agar dapat mengetahui Tingkatan Model Pembelajaran Piramida (TPM).

BAB II
PEMBAHASAN
      A.    Konsep Dasar Piramid
Piramid adalah metode pendidikan untuk semua anak yang berusia antaraa 2 hingga 7
tahun. Metode ini memiliki sejumlah ciri seperti rangangan bahasa, bercerita secara interaktif,
kegiatan bermain dan pembelajaran inisiatif tambahan.
Kurikulum piramid dibuat dengan komponen cara guru memperlakukan anak-anak.
Kurikulum yang di ambil dari teori kasih sayang ini mecangkup keamanan dan kesejahteraan,
dukungan emosional, pengasuhan, dan pemahaman. Pelengkapan komponen penghubung adalah
komponen guruan atau cara guru merangsang perkembangan anak- anak, dan berusaha
memahami apa yang mendorong mereka dari dalam dan dari luar.
1.      Hubungan antara konsep-konsep dasar.
Jika seorang akan mengembangkan inisaitif terkait erat. Kedekatan memberi jarak yang
memungkinkan. Jika anak merasa aman, mereka biasanya melakukan penjelajahan. Hubungan
natar konsep juga penting, tapi guru juga harus mempertimbangkan kebutuhan hubungan anak
kebutuhan akan rassa aman, kebutuhan untuk menjadi diri sendiri, kebutuhan untuk menguasai
banyak hal serta kebutuhan pendidikn anak.
2.      Mengoptimalkan
Jika komponen penghubungannya optimal, anak bisa bertindk pada tingkat yang normal. Selama
usia dini, guru harus memastikan bahwa komponen penghubung terwujud dalam bentuk yang
bisa membantu anak berfungsi dengan cara normal.
3.      Muatan
Muatan metode piramid dalam hubunganya tiga kecerdasan kecerdasan dan menunjukan bidang
perkembangan mana yang terlibat dalam semua kecerdasan.
4.      Tiga kecerdasan
Dalam metode piramud, kamu memulai dari tiga kecerdasan yaitu: kecerdasan kognitif,
kecerdasan emosi, kecerdasan fisik.
a.       Kecerdasan kognitif: kemampuan untuk mengendalikan bahasa dan pikiran dan bekerja
menggunakan kedua hal ini.
b.      Kecerdasan emosi: kecerdasan merunjuk pada kemampuan untuk merasakan emosi diri sendiri,
emosi orang dan bertindak secara sosial.
c.       Kecerdasan fisik
Kecerdasan fisik adalah kemampuan memulai gerakan, mengendalikannya dan mengekspresikan
diri dengan kreatif.

      B.     Pengertian Model Pembelajaran Piramida (TPM)


Model Piramida adalah kerangka kerja berbasis penelitian, atau pendekatan, karena
dengan sengaja mengajarkan keterampilan sosial-emosional kepada anak-anak untuk membantu
mereka menjadi sukses di sekolah.[1] Menurut Fox et.al, model pembelajaran Piramida adalah
untuk mengembangkan perkembangan sosial dan emosional pada bayi dan anak-anak. Model
Piramida awalnya digambarkan sebagai kerangka intervensi untuk anak-anak berusia di bawah
25 tahun dalam pengaturan anak usia dini. Namun menurut Hunter & Hemmeter, pembaharuan
dari model ini menetapkan pedoman untuk pelaksanaan kerangka intervensi bayi, balita dan
anak-anak prasekolah, dan termasuk intervensi yang diperlukan untuk mendukung anak-anak
yang memiliki perkembangan yang khas dan yang memiliki atau berisiko mengalami
keterlambatan atau cacat perkembangan.[2]
Model Pembelajaran Piramida menyajikan kerangka yang mengembangkan
perkembangan sosial dan emosional, mendukung perilaku anak yang sesuai, mencegah perilaku
yang menantang, dan mengatasi perilaku bermasalah. Pusat Studi Anak dan Keluarga WestEd
menawarkan paket pengembangan profesional yang komprehensif untuk bayi/balita, prasekolah,
dan pendidik SD tingkat awal. WestEd's Teaching Pyramid didasarkan pada praktik berbasis
bukti yang awalnya dikembangkan oleh Pusat di Yayasan Sosial Emosional dalam pembelajaran
tingkat awal (CSEFEL), disahkan oleh California Department of Education (CDE), dan
disejajarkan dengan Sistem Pembelajaran dan Pengembangan Awal California.[3]

      C.    Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Piramida


Berikut ini adalah prinsip-prinsip panduan dalam model pembelajaran piramida, di
antaranya:[4]
1.      Mendukung perkembangan sosial dan emosional anak-anak untuk mencegah perilaku yang
menantang.
2.      Intervensi individualisasi untuk memenuhi minat, kekuatan, dan kebutuhan khusus anak-anak
dan keluarga.
3.      Mendukung pembangunan keterampilan dengan intensitas yang cukup untuk mempengaruhi
perubahan.
4.      Penerapan strategi dalam konteks rutinitas/kebiasaan sehari-hari dan lingkungan yang terjadi
secara alami.
5.      Memastikan konsistensi dari penggunaan melalui proses yang sistematis.
6.      Memodifikasi strategi untuk memenuhi kebutuhan budaya dan bahasa keluarga anak.

       D.    Tingkatan Model Pembelajaran Piramida


Model ini menggambarkan tiga tingkatan pelaksanaan intervensi: promosi universal
untuk semua anak; pencegahan sekunder untuk mengatasi kebutuhan intervensi untuk anak-anak
yang berisiko mengalami penundaan emosi sosial, dan intervensi tersier diperlukan untuk anak-
anak dengan tantangan yang terus-menerus.
1.      Tingkat Pertama : Perkembangan Universal
Tingkat pertama dari model piramida ini melibatkan dua level pelaksanaan yang sangat
penting untuk mengembangkan perkembangan sosial anak-anak. Tingkat pertama dari
pelaksanaan adalah penyediaan pengasuhan dan responsif hubungan pengasuhan kepada anak.
Ini termasuk keluarga atau pengasuh utama dan pengasuh atau guru dalam program anak usia
dini. Selain fokus pada hubungan dengan anak, tingkat piramida ini juga menggambarkan
kebutuhan untuk mengembangkan kemitraan dengan keluarga dan hubungan kolaboratif di
antara intervensi atau anggota tim kelas.
Menurut National Research Council, terdapat banyak bukti bahwa penyediaan hubungan
yang responsif dan hubungan pola asuh sangat penting bagi perkembangan anak. Pada tahun-
tahun awal perkembangan, anak-anak ada dalam lingkup hubungan dengan orang tua, guru,
orang dewasa lainnya yang peduli dalam hidup mereka dan akhirnya teman sebaya. Lingkup ini
membekali konteks di mana pertumbuhan emosi sosial yang sehat dan kapasitas untuk
membentuk hubungan positif yang kuat dengan orang dewasa dan teman sebaya berkembang.
Tingkat hubungan model piramida mencakup praktik-praktik seperti: mendukung secara aktif
keterlibatan anak-anak; menanamkan aturan dalam kegiatan sehari-hari, terencana, dan aktivitas
bermain anak; merespon percakapan anak; mengembangkan upaya komunikatif anak dengan
keterlambatan dan ketidakmampuan bahasa.
Tingkat kemajuan secara umum yang kedua adalah penyediaan lingkungan yang
mendukung. Dalam pengaturan lingkungan rumah dan masyarakat, tingkat piramida ini mengacu
pada penyediaan lingkungan yang mendukung serta interaksi keluarga yang akan
mengembangkan perkembangan sosial dan emosional anak. penerapan secara umum untuk anak
dengan atau beresiko keterlambatan atau ketidakmampuan termasuk menerima perintah dan
dukungan dalam lingkungan inklusif yang menawarkan konteks sosial yang kaya yang penting
untuk pengembangan keterampilan sosial dan hubungan sebaya.
Dalam program perawatan dan pendidikan awal, tingkat piramida ini mengacu pada
desain ruang kelas dan program-program yang memenuhi standar pendidikan awal berkualitas
tinggi. Ini termasuk penerapan kurikulum yang membantu perkembangan semua bidang
perkembangan anak, penggunaan pendekatan pengajaran yang sesuai dengan perkembangan dan
budaya, desain lingkungan fisik yang aman yang mengembangkan pembelajaran aktif dan
perilaku yang sesuai, penyediaan bimbingan positif dan eksplisit untuk anak-anak pada aturan
dan harapan, dan perencanaan jadwal dan kegiatan-kegiatan yang memaksimalkan keterlibatan
dan pembelajaran anak. Pada tingkat piramida ini, keluarga yang menerima layanan intervensi
dini mungkin diberikan informasi dan dukungan untuk menetapkan kebiasaan sehari-hari yang
dapat diprediksi; menerapkan perawatan kesehatan khusus dan prosedur perawatan; mengajarkan
keterampilan sosial, emosional, dan lainnya dalam bermain dan kegiatan sehari-hari;
mengembangkan perkembangan bahasa dan komunikasi; dan membantu perkembangan
keterampilan bermain dan interaksi sosial.
2.      Tingkat 2: Pencegahan Sekunder
Tingkat kedua atau tingkat pencegahan dari piramida termasuk penyediaan aturan secara
jelas dalam keterampilan sosial dan pengaturan emosional. Dalam program anak usia dini, semua
anak kecil akan membutuhkan bimbingan dan pengajaran orang dewasa untuk belajar bagaimana
mengekspresikan emosi mereka secara tepat, bekerja sama dengan teman sebaya, dan
menggunakan strategi pemecahan masalah sosial. Namun, bagi sebagian anak perlu untuk
memberikan instruksi yang lebih sistematis dan terfokus untuk mengajarkan keterampilan sosial
emosional kepada anak-anak. Menurut Denham dkk, anak-anak mungkin membutuhkan instruksi
yang lebih terfokus pada keterampilan seperti: mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi;
pengaturan diri; pemecahan masalah sosial; memulai dan memelihara interaksi; merespon secara
koperatif; strategi untuk menangani kekecewaan dan kemarahan; dan keterampilan pertemanan.
Keluarga dalam program intervensi dini mungkin memerlukan bimbingan dan pembinaan dari
penyedia intervensi awal mereka tentang bagaimana mengembangkan perkembangan
keterampilan sosial dan emosional anak mereka. Keluarga para bayi dan balita mungkin
membutuhkan bimbingan dan dukungan untuk membantu anak mereka dalam mengatur emosi
dan memahami emosi orang lain.

3.      Tingkat 3: Intervensi Tersier


Ketika anak-anak memiliki perilaku menantang yang kuat yang tidak mau mendengarkan
intervensi pada tingkat sebelumnya, intervensi menyeluruh dikembangkan untuk menyelesaikan
masalah tingkah laku dan mendukung pengembangan keterampilan baru. Pada tingkat model
piramida ini, Dukungan Perilaku Positif (PBS) digunakan untuk mengembangkan dan
menerapkan perencanaan intensif yang bersifat individual. PBS menyediakan pendekatan untuk
mengatasi masalah tingkah laku yang dirancang secara individual, dapat diterapkan dalam
lingkungan alam oleh pengasuh anak-anak setiap hari, dan difokuskan untuk mendukung anak
dalam mengembangkan keterampilan baru. Prosesnya dimulai dengan mengumpulkan tim yang
akan mengembangkan dan menerapkan perencanaan dukungan anak. Pusat tim adalah guru dan
keluarga anak atau pengasuh utama lainnya. Proses PBS dimulai dengan penilaian fungsional
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang terkait dengan
perilaku menantang anak. Penilaian fungsional berakhir dengan pengembangan hipotesis tentang
fungsi perilaku menantang anak oleh tim. Hipotesis ini digunakan untuk mengembangkan
perencanaan dukungan perilaku. Rencana dukungan perilaku termasuk strategi pencegahan untuk
mengatasi pemicu perilaku yang menantang; keterampilan pengganti yang merupakan alternatif
untuk perilaku yang menantang; dan strategi yang memastikan perilaku yang menantang tidak
diperkuat atau dipertahankan. Rencana dukungan perilaku dirancang untuk mengatasi rutinitas di
rumah, komunitas, dan kelas di mana perilaku menantang sedang terjadi. Dalam proses ini, tim
juga mempertimbangkan dukungan untuk keluarga dan strategi untuk mengatasi faktor ekologis
yang lebih luas yang mempengaruhi keluarga dan dukungan mereka terhadap anak.
Model Pembelajaran Piramid yang dikembangkan oleh The Center on the Social and
Emotional Foundations for Early Leraning yang bekerjasama dengan U.S Department of Health
and Human Services, Administration for Children and Families adalah sebagai berikut[5] :

MODEL
PEMBELAJARAN PIRAMID
 

Model
Pembelajaran
Piramid  ini
memiliki 3
level
intervensi,
diantaranya :
     1.      Level 1
(Universal
Promotion) yaitu pembelajaran yang ditujukan atau berpusat untuk semua anak.
a.       Membangun hubungan yang positif dengan anak, seperti :
1)      Menyapa setiap anak didepan pintu atau gerbang sekolah dengan menyebut nama.
2)      Memberikan respon positif, dengan pelukanm acungan jempol, dan pujian pada setiap perilaku
positif anak.
3)      Ikut terlibat dalam kegiatan belajar dan bermain setiap anak.
4)      Mengenal latar belakang anak dengan cara memberikan kuesioner terhadap orangtua untuk
mengungkapkan bakat, minat, riwayat, kebiasaan, dan kegiatan yang disukai anak.
b.      Mendesain lingkungan yang suportif
1)      Menata lingkungan belajar dengan memperhatikan aspek fisik dan psikis.
2)      Menetapkan aturan termasuk didalamnya mengajarkan, mempraktikan dan menegakkan aturan
yang telah dibuat secara konsisten.

     2.      Level 2 (Pencegahan) yaitu pembelajaran yang ditujukan untuk anak-anak yang kemungkinan
beresiko mengalami keterlambatan perkembangan sosial emosional.
a.       Menggunakan strategi pengajaran sosial emosional
1)      Mengajarkan keterampilan berteman dengan menggunakan media puppet.
2)      Mengajarkan keterampilan berteman dengan teknik kura-kura dan buku cerita “sopan santun”.
3)      Mengajarkan Emotional Literacy (kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, dan
mengekspresikan emosi) melalui buku.
4)      Mengajarkan Emotional Literacy melalui lagu/nyanyian.
5)      Mengajarkan Emotional Literacy melalui foto-foto.
6)      Mengajarkan Emotional Literacy melalui papan emosi.
7)      Mengajarkan sikap empati pada anak melalui bermain peran.
8)      Mengajarkan kemampuan untuk mengontrol kemarahan dan impulsif melalui solution kit.

    3.      Level 3 (Treatmen) yaitu pembelajaran yang ditujukan untuk anak-anak secara khusus
teridentifikasi memiliki masalah perilaku yang sulit diubah
Berikut ini langkah-langkah dalam memberikan layanan intensif secara individual :
a.       Mengidentifikasi anak yang didiagnosis memiliki masalah perilaku sosial.
b.      Melakukan penilaian terhadap fungsi dan perilaku anak dengan menggunakan pedoman
penilaian.
c.       Mengembangkan rencana untuk meningkatkan perilaku positif anak.

Dengan menggunakan metode ini anak mudah diarahkan baik diruangan maupun diluar
kelas. Apabila ada anak yang melakukan kesalahan, guru hanya mengingatkan saja kepada anak
dengan peraturan yang telah dibuat antara anak dengan guru. 
Contohnya :
a.       Anaknya tidak mau diam, kemudian guru mengingatkan pada anak tersebut dan akhirnya anak
mau diam dan duduk.
b.      Ada anak yang ingin buang air kecil atau mau keluar sebentar, anak berani minta izin pada guru
dengan mengacungkan tangan.
c.       Saat guru memberikan materi, guru melakukan tanya jawab pada anak, yang tadinya ribut pada
menjawab semua sekarang saat menjawab pertanyaan anak berani mengacungkan tangan.
     

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Dapat disimpulkan bahwa, piramid adalah metode pendidikan untuk semua anak yang
berusia antara 2 sampai 7 tahun. Metode ini memiliki sejumlah ciri seperti rangangan bahasa,
bercerita secara interaktif, kegiatan bermain dan pembelajaran inisiatif tambahan. Kurikulum
piramid dibuat dengan komponen cara guru memperlakukan anak-anak. Kurikulum yang di
ambil dari teori kasih sayang ini mecangkup keamanan dan kesejahteraan, dukungan emosional,
pengasuh dan pemahaman.
            Model Piramida adalah kerangka kerja berbasis penelitian, atau pendekatan, karena
dengan sengaja mengajarkan keterampilan sosial-emosional kepada anak-anak untuk membantu
mereka menjadi sukses di sekolah. Menurut Fox et.al, model pembelajaran Piramida adalah
untuk mengembangkan perkembangan sosial dan emosional pada bayi dan anak-anak.
Model ini menggambarkan tiga tingkatan pelaksanaan intervensi: promosi universal
untuk semua anak; pencegahan sekunder untuk mengatasi kebutuhan intervensi untuk anak-anak
yang berisiko mengalami penundaan emosi sosial, dan intervensi tersier diperlukan untuk anak-
anak dengan tantangan yang terus-menerus.

DAFTAR PUSTAKA
Aan Listiana. Implementasi Model Pembelajaran Piramid. https://www.youtube.com/watch?
v=sdXO_lUBu8g https://eclkc.ohs.acf.hhs.gov/sites/default/files/pdf/pyramid-model.pdf
The Pyramid Model-model For Promoting The Social and Emotional Development Of Infants
and Infants and Young Children Fact
Sheet. https://ced.rdale.org/UserFiles/Servers/Server_230273/File/Early
%20Childhood/Early%20Childhood%20Family%20Education%20(ECFE)/The
%20Social-Emotional%20Pyramid%20Model.pdf
Rob Corso and Mary Louise Hemmeter . Illinois Pyramid Model
Partnership.  https://www2.illinois.gov/sites/OECD/Events/Event%20Documents/Illinois
%20Pyramid%20Model%20Partnership%20-%202-26-18.pdf
Social and Emotional Development in Young Children The CSEFEL Pyramid Model. Volume
11. Issue 6. December 2009. https://cainclusion.org/teachingpyramid/

Anda mungkin juga menyukai