Anda di halaman 1dari 14

Makalah Teori-Teori Pendidikan dalam Pendidikan Luar Sekolah

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Mata Kuliah Pendidikan Luar


Sekolah

Oleh :
Nurhalimah 1801010060

Dosen : Emelda Thesalonoka Manalu M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
PEMATANGSIANTAR
2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa. Karna atas rahmat, dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini
dengan judul Teori-Teori Pendidikan dalam Pendidikan Luar Sekolah dengan
baik. Saya harap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan
bagi membacanya.
Saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan agar dalam
pembuatan makalah berikutnya kami dapat memperbaikinya. kami harap para
pembaca dapat memberikan saran, kritik maupun koreksinya demi untuk
menambah wawasan kami dan dapat menambah wawasan kami dan dapat menjafi
motivasi bagi kami untuk membuat makalah ya g lebih baik lagi. Ucapan
terimakasih kami ucapkan kepada Bapak/Ibu Dosen pembimbing yang selama ini
dengan penuh kesabaran telah membimbing kami.

Pematangsiantar, 31 Januari 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
PEMBAHASAN.................................................................................................................
A. Teori Humanistik.....................................................................................................
B. Teori Sisial Ekonomi...............................................................................................
C. Teori Behaviorstik...................................................................................................
D. Teori Konstrukstik...................................................................................................
PENUTUP .........................................................................................................................
Kesimpulan .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
PEMBAHASAN

A. Teori Humaniristik
Pendekatan pembelajaran humanistik memandang manusia sebagai subjek
yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggung
jawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Pendekatan
yang lebih tepat digunakan dalam pembelajaran yang humanistik adalah
pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak
peserta didik untuk berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Pendidik tidak
bertindak sebagai guru melainkan fasilitator dan partner dialog; pendekatan
reflektif mengajak peserta didik untuk berdialog dengan dirinya sendiri,
sedangkan pendekatan ekspresif mengajak peserta didik untuk mengekspresikan
diri dengan segala potensinya (realisasi dan aktualisasi diri). Dengan demikian
pendidik tidak mengambil alih tangungjawab, melainkan sekedar membantu dan
mendampingi peserta didik dalam proses perkembangan diri, penentuan sikap dan
pemilahan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya.Pendidikan yang humanistik
menekankan bahwa pendidikan pertama-tama dan yang utama adalah bagaimana
menjalin komunikasi dan relasi personal antara pribadi-pribadi dan antar pribadi
dan kelompok di dalam komunitas sekolah. Relasi ini berkembang dengan pesat
dan menghasilkan buah-buah pendidikan jika dilandasi oleh cintakasih antar
mereka. Pribadi-pribadi hanya berkembang secara optimal dan relatif tanpa
hambatan jika berada dalam suasana yang penuh cinta (unconditional love), hati
yang penuh pengertian (understanding heart) serta relasi pribadi yang efektif
(personal relationship).
Dalam mendidik seseorang kita hendaknya mampu menerima diri
sebagaimana adanya dan kemudian mengungkapkannya secara jujur (modeling).
Mendidik tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, melatih keterampilan
verbal kepada para peserta didik, namun merupakan bantuan agar peserta didik
dapat menumbuhkembangkan dirinya secara optimal.Mendidik yang efektif pada
dasarnya merupakan kemampun seseorang menghadirkan diri sedemikian
sehingga pendidik memiliki relasi bermakna pendidikan dengan para peserta didik
sehingga mereka mampu menumbuhkembangkan dirinya menjadi pribadi dewasa
dan matang. Pendidikan yang efektif adalah yang berpusat pada siswa atau
pendidikan bagi siswa. Dasar pendidikannya adalah apa yang menjadi “dunia”,
minat, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Pendidik membantu peserta didik
untuk menemukan, mengembangkan dan mencoba mempraktikkan kemampuan-
kemampuan yang mereka miliki (the learners-centered teaching). Ciri utama
pendidikan yang berpusat pada siswa adalah bahwa pendidik menghormati,
menghargai dan menerima siswa sebagaimana adanya.
Komunikasi dan relasi yang efektif sangat diperlukan dalam model
pendidikan yang berpusat pada siswa, sebab hanya dalam suasana relasi dan
komunikasi yang efektif, peserta didik akan dapat mengeksplorasi dirinya,
mengembangkan dirinya dan kemudian memfungsikan dirinya di dalam
masyarakat secara optimal. Tujuan sejati dari pendidikan seharusnya adalah
pertumbuhan dan perkembangan diri peserta didik secara utuh sehingga mereka
menjadi pribadi dewasa yang matang dan mapan, mampu menghadapi berbagai
masalah dan konflik dalam kehidupan sehari-hari. Agar tujuan ini dapat tercapai
maka diperlukan system pembelajaran dan pendidikan yang humanistik serta
mengembangkan cara berpikir aktif-positif dan keterampilan yang memadai
(income generating skills). Pendidikan dan pembelajaran yang bersifat aktif-
positif dan berdasarkan pada minat dan kebutuhan siswa sangat penting untuk
memperoleh kemajuan baik dalam bidang intelektual, emosi/perasaan (EQ), afeksi
maupun keterampilan yang berguna untuk hidup praktis.
Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia muda.
Pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang
menjadi pribadi-pribadi yang lebih bermanusiawi (semakin “penuh” sebagai
manusia), berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang
bertanggungjawab dan bersifat proaktif dan kooperatif. Masyarakat membutuhkan
pribadi-pribadi yang handal dalam bidang akademis, keterampilan atau
keahliandan sekaligus memiliki watak atau keutamaan yang luhur. Singkatnya
pribadi yang cerdas, berkeahlian, namun tetap humanis.
Dari beberapa literatur pendidikan, ditemukan beberapa model
pembelajaran yang humanistik ini yakni: humanizing of the classroom, active
learning, quantum earning, quantum teaching, dan the accelerated learning.
1. Humanizing of the classroom
Pembelajaran ini dilata rbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter,
tidak manusiawi, sehingga banyak menyebabkan peserta didik putus
asa, yang akhirnya mengakhiri hidupnya alias bunuh diri. Kasus ini
banyak terjadi di Amerika Serikat dan Jepang. Humanizing of the
classroom ini dicetuskan oleh John P. Miller yang terfokus pada
pengembangan model “pendidikan afektif”. Pendidikan model ini
bertumpu pada tiga hal: menyadari diri sebagai suatu proses
pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep
dan identitas diri, dan menyatu padukan kesadaran hati dan pikiran.
Perubahan yang dilakukan tidak terbatas pada substansi materi saja,
tetapi yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang
sangat manusiawi.
2. Active Learning
Konsep ini dicetuskan oleh Melvin L. Silberman. Asumsi dasar yang
dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan
merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada
siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan
sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu aktif, siswa melakukan
sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-
gagasan memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang
mereka pelajari. Dalam active learning, cara belajar dengan
mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan cara mendengarkan dan
melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan
mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara
mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran
yang terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan
langkah cepat, menyenangkan, dan menarik. Active learning
menyajikan strategi pembelajaran aktif yang dapat diterapkan hampir
untuk semua materi pembelajaran.

3. Quantum Learning
Quantum learning merupakan cara pengubahan bermacam-macam
interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar
momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning menggabungkan
sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan neurolinguistik dengan
teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum learning
mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar
dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan prestasi yang
tidak bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat
siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat-ganda. Salah satu
konsep dasar dari metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan
dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk
informasi baru akan lebih besar dan terekam dengan baik. Sedangkan
quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang monoton
dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira
dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi
suatu kesatuan kekuatan yang integral. Quantum teaching berisi
prinsip-prinsip sistem perancangan pengajaran yang efektif, efisien,
dan progresif berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan hasil
belajar yang mengagumkan dengan waktu yang sedikit. Dalam
praktiknya, model pembelajaran ini bersandar pada asas utama
bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkanlah dunia kita ke
dunia mereka. Pembelajaran dengan demikian merupakan kegiatan full
content yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran,
perasaan, dan bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan
keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa mendatang. Semua ini
harus dikelola sebaik-baiknya, diselaraskan hingga mencapai harmoni
(diorkestrasi).

4. The accelerated learning


Istilah ini dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang dipercepat.
Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu
berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik
konsep ini, Dave Meier menyarankan kepada guru agar dalam
mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual,
dan Intellectual (SAVI).Somatic dimaksudkan sebagai learning by
moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory
adalalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan
mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing
(belajar dengan mengamati dan mengambarkan). Intellectual
maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar
dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).Bobbi De Porter
menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa untuk
belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang
normal dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur
yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan, tampak tidak
mempunyai persamaan, misalnya hiburan, permainan, warna, cara
berpikir positif, kebugaran fisik dan Kesehatan emosional. Namun
semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman
Pembelajaran humanistik tentunya memerlukan model personal
seorang guru yang menampilkan sosok nyaman dan tenang di hadapan
siswa. Jawaban responden mengenai pendekatan humanistik yang
dihubungkan dengan lesson study, menegaskan bahwa guru menjadi
figur utama dalam pembelajaran. Guru yang bertindak sebagai
observer dalam lesson study diberikan kewenangan untuk
memperhatikan, mengontrol, dan memberikan argumen dalam
pembelajaran yang dilakukan oleh guru model. Munculnya sebagian
guru yang tidak mau dijadikan guru model pada lesson study akan
menghambat perbaikan pembelajaran. Dalam konteks ini,
pembelajaran dengan lesson study sangat mendukung proses
kelancaran pembelajaran dengan pendekatan humanistic.
B.Teori Sosial Ekonomi
Peran Pendidikan Dalam Pembangunan Ekonomi Pendidikan sangat
memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi, hal ini
telah menjadi sebuah justifikasi yang bersifat absolut dan aksiomatis. Berbagai
kajian akademis dan empiris telah membuktikan keabsahan tesis tersebut.
Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan
sosial dan ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan
melahirkan berbagai problem krusial, seperti: pengangguran, kriminalitas,
penyalahgunaan narkoba, dan welfare defendency yang pada akhirnya bermuara
tidak saja pada aspek sosial, akan tetapi juga pada beban ekonomi yang akan
ditanggung oleh berbagai pihak, khususnya Pemerintah.
Sementara itu Jones (1984) melihat Pendidikan sebagai alat untuk
menyiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih yang sangat dibutuhkan dalam
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jones melihat bahwa pendidikan memiliki
suatu kemampuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja potensial. Hal
ini menjadi lebih siap latih dalam pekerjaannya yang akan memacu tingkat
produktivitas tenaga kerja, yang secara langsung akan meningkatkan pendapatan
nasional. Menurutnya, korelasi antara pendidikan dengan pendapatan tampak
lebih signifikan di negara berkembang. Sementra itu Vaizey (1962) melihat
pendidikan menjadi sumber utama bakat-bakat terampil dan terlatih. Pendidikan
memegang peran penting dalam penyediaan tenaga kerja. Ini harus menjadi dasar
untuk perencanaan pendidikan, karena pranata ekonomi membutuhkan tenaga-
tenaga terdidik dan terlatih. Permasalahan yang dihadapai adalah jarang ada
ekuivalensi yang kuat antara pekerjaan dan pendidikan yang dibutuhkan yang
mengakibatkan munculnya pengangguran terdidik dan terlatih.
Selain itu, harus mampu memprediksi dan mengantisipasi kualifikasi
pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja. Prediksi ketenagakerjaan sebagai
dasar dalam perencanaan pendidikan harus mengikuti pertumbuhan ekonomi
yang ada kaitannya dengan kebijaksanaan sosial ekonomi dari pemerintah.
Intervensi pendidikan terhadap ekonomi merupakan upaya penyiapan pelaku-
pelaku ekonomi dalam melaksanakan fungsi-fungsi produksi, distribusi, dan
konsumsi. Intervensi terhadap fungsi produksi berupa penyediaan tenaga kerja
untuk berbagai tingkatan yaitu top, midle, dan low managemen, atau secara
ekstrim tenaga kerja kerah biru dan kerah putih. Di samping tenaga kerja, juga
pendidikan mengintervensi produksi untuk penyediaan entrepreneur tangguh
yang mampu mengambil resiko dalam inovasi teknologi produksi. Bentuk
intervensi lain yaitu menciptakan teknologi baru dan menyiapkan orang-orang
yang menggunakannya. Program-program perluasan produksi melalui
intensifikasi dan rasionalisasi merupakan salah satu wujud nyata dari peran
pranata pendidikan atas fungsi produksi ini. Intervensi terhadap fungsi distribusi
adalah melalui pengembangan research and development produk yang sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat atau konsumen. Intervensi terhadap
fungsi konsumsi dilakukan melalui peningkatan produktivitas kerja yang akan
mendorong peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan ini akan
mendorong pada peningkatan fungsi konsusmsi, yang ditunjukan dengan
meningkatnya jumlah tabungan yang berasal dari pendapatan yang disisihkan.
Tabungan ini akan menjadi investasi kapital yang tentunya akan lebih
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatunegara.

C. Teori Behavioristik
Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.
Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah
laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.
Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku
sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut
teori ini, seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah
mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan
tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku,
mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat
hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang
merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari. Dalam belajar siswa
seharusnya dibimbing untuk aktif bergerak, mencari, mengumpulkan,
menganalisis, dan menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri dan bantuan orang
dewasa lainnya berdasarkan pengalaman belajarnya. Inilah yang disebut belajar
dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Pendekatan psikologi ini mengutamakan
pengamatan tingkah laku dalam mempelajari individu dan bukan mengamati
bagian dalam tubuh atau mencermati penilaian orang tentang penasarannya.
Behaviorisme menginginkan psikologi sebagai pengetahuan yang ilmiah, yang
dapat diamati secara obyektif. Data yang didapat dari observasi diri dan intropeksi
diri dianggap tidak obyektif. Jika ingin menelaah kejiwaan manusia, amatilah
perilaku yang muncul, maka akan memperoleh data yang dapat
dipertanggungjawabkan keilmiahannya.
Adapun Kekurangan dan Kelebihan dari Teori Bahavioristik yaitu :
1. Kelebihan
Peserta didik dibiasakan untuk latihan dan praktik yang di dalamnya memuat
unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Mampu
mendorong peserta didik untuk berpikir linier dan konvergen. Memudahkan
peserta didik untuk mencapai suatu target tertentu dalam pembelajaran.
2. Kekurangan
Membatasi kreatifitas, produktifitas, dan imajinasi peserta didik. Pembelajaran
hanya berpusat pada guru, sehingga peserta didik terkesan pasif. Berpotensi
menimbulkan hukuman verbal dan fisik, seperti memberi hukuman peserta didik
yang melanggar aturan atau bahkan menjewer. Hukuman semacam itu justru bisa
berakibat buruk pada perubahan perilaku peserta didik. Timbul kesulitan untuk
menjelaskan kondisi belajar yang kompleks karena hanya beracuan pada stimulus
dan respon.

D. Teoti Konstrukstik
konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, bahwa
konstruktivisme merupakan sebuah teori yang sifatnya membangun, membangun
dari segi kemampuan, pemahaman, dalam proses pembelajaran. Sebab dengan
memiliki sifat membangun maka dapat diharapkan keaktifan dari pada siswa akan
meningkat kecerdasannya.Merasa kurang lengkap untuk mengetahui dari pada
teori konstruktivisme sebelum mengetahui pendapat-pendapat dari pada pakar
ahli, diantaranya yaitu: Hill, mengatakan, sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang di pelajari.
Menurut hill konstruktivisme merupakan bagaimana menghasilkan sesuatu dari
apa yang dipelajarinya, dengan kata lain bahwa bagaimana memadukan sebuah
pembelajaran dengan melakukan atau mempraktikkan dalam kehidupannya
supaya berguna untuk kemaslahatan. Shymansky mengatakan konstuktivisme
adalah aktivitas yang aktif, di mana peserta didik membina sendiri
pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan
proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang
telah ada dimilikinya.
Berdasarkan pendapatnya di atas, maka dapat di pahami bahwa
konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa dengan cara
memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang mereka telah
pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang di ketahuinya kemudian
mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan pendapat para
ahli di atas, maka dapat dibuat sebuah kesimpulan yaitu konstruktivisme
merupakan sebuah teori yang memberikan keluasan berfikir kepada siswa dan
memberikan siswa di tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori yang sudah di
ketahuinya dalam kehidupannya. Dalam Teori Belajar Konstruktivisme guru atau
pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian belajar oleh siswa
berjalan lancar. Guru tidak menstransferkan pengetahuan yang telah di milikinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru di
tuntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.
Sehingga, Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah
yang sama dan sesuai dengan kemauannya.
Peranan kunci guru dalam interaksi pedidikan adalah pengendalian yang
meliputi :
1. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk
mengambil keputusan dan bertindak
2. Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.
3. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar
siswa mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
4. Pendekatan dalam Teori Belajar Konstruktivisme menekankan bahwa
peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas
lainnya di sediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa di beri
kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu
yang di hadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk
berpikir sendiri, memecahkan masalah yang di hadapinya, mandiri, kritis, kreatif,
dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional. Pandangan
Teori Belajar Konstruktivisme mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat
mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas,
konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang di dasarkan pada
pengalaman. Hal ini memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi
belajar konstruktivistik. Ada perbedaan penerapan evaluasi belajar antara
pandangan behavioristik (tradisional) yang obyektifis dan konstruktivistik. Tujuan
para perancang dan guru-guru tradisional adalah menginterpretasikan kejadian-
kejadian nyata yang akan di berikan kepada para siswanya. Pandangan Teori
Belajar Konstruktivisme mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran
seseorang. Manusia mengkonstruksi dan menginterpretasikannya berdasarkan
pengalamannya. Teori Belajar Konstruktivismemengarahkan perhatiannya pada
bagaimana seseorang mengkonstruksi pengetahuan dari pengalamannya, struktur
mental, dan keyakinan yang digunakan untuk menginterpretasikan obyek dan
peristiwa-peristiwa. Teori belajar Konstruktivisme mengakui bahwa siswa akan
dapat menginterpretasi-kan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks
pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan
minatnya.
Inti dari Teori Belajar Konstruktivisme ini adalah penggunaan alat berfikir
seseorang yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan sosial
budayanya. Lingkungan sosial budaya akan menyebabkan semakin kompleksnya
kemampuan yang di miliki oleh setiap individu. Guru adalah berpendapat bahwa
teori-teori yang menyatakan bahwa “siswa itu sendiri yang harus secara pribadi
menemukan dan menerapkan informasi kompleks, mengecek informasi baru di
bandingkan dengan aturan lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai
lagi”. Teori Belajar Konstruktivisme ini menekankan bahwa perubahan kognitif
hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah di pahami di olah melalui suatu
proses ketidakseimbangan dalam upaya memakai informasi-informasi baru.
PENUTUP

Kesimpulan
Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia muda.
Pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang
menjadi pribadi-pribadi yang lebih bermanusiawi (semakin “penuh” sebagai
manusia), berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang
bertanggungjawab dan bersifat proaktif dan kooperatif. Masyarakat membutuhkan
pribadi-pribadi yang handal dalam bidang akademis, keterampilan atau
keahliandan sekaligus memiliki watak atau keutamaan yang luhur. Singkatnya
pribadi yang cerdas, berkeahlian, namun tetap humanis.
Berdasarkan pendapatnya di atas, maka dapat di pahami bahwa
konsturktivisme merupakan bagaimana mengaktifkan siswa dengan cara
memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk memahami apa yang mereka telah
pelajari dengan cara menerpakan konsep-konsep yang di ketahuinya kemudian
mempaktikkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan pendapat para
ahli di atas, maka dapat dibuat sebuah kesimpulan yaitu konstruktivisme
merupakan sebuah teori yang memberikan keluasan berfikir kepada siswa dan
memberikan siswa di tuntut untuk bagaimana mempraktikkan teori yang sudah di
ketahuinya dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://hermananis.com/teori-belajar-konstruktivisme-dan-penerapannya-dalam-
pembelajaran
04_Pembelajaran_dengan_Pendekatan_Humanistik_-_Uci_Sanusi.pdf
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/teori-belajar-behavioristik/
http://eprints.umsida.ac.id/1402/1/PSI%20Teori%20bljr.pdf
Jurnal//Peran Ekonomi dalam Pendidikan/Pendidikan dalam perkembangan
ekonomi /Apriyanti,widiansyah,Fakultas ilmu Pendidikan/Universitas
BhayakaraJakarkaraya
Jurnal//Pendidikanluarsekolah,elisemuryanti,jurusan,Pendidikan anak usia
dini,Fakultas ilmu Pendidikan,/Universitas negri padang.

Anda mungkin juga menyukai